Penangan Bencana Kelompok Khusus
Penangan Bencana Kelompok Khusus
Penangan Bencana Kelompok Khusus
Kelompok kebutuhan khusus merupakan kelompok berisiko atau rentan dimana memiliki
kejadian bencana (Hoffman, 2009). Mereka mempunyai kebutuhan tambahan untuk
mempertahankan kemandirian, komunikasi, transportasi, supervise, dan pelayanan kesehatan
baik pada masa sebelum, selama, dan sesudah terjadi bencana.
1. Keperawatan bencana pada kelompok anak dan bayi
Menurut WHO tahun 2011 menyatakan bahwa anak-anak dikelompokkan dalam
kelompok khusus karena memliki keterbatasan fisik dan psikologis sehingga mereka
membutuhkan bantuan, dukungan, dan pengarahan dari orangtua untuk melindungi diri
dari
bencana,
mengatasi
masalah
emosional
akibat
bencana,
dan
untuk
Anak belum mampu mengenal dan melindungi diri dari bahaya seperti
membedakan zat-zat beracun dan efeknya.
6) Kebutuhan nutrisi
Anak membutuhkan kalori dan protein yang tinggiuntuk mempertahankan
keseimbangan tumbuh kembangnya.
7) Genetic
Bencana dapat mengakibatkan gangguan genetic pada anak dan turunannya
sehingga meningkatkan resiko terserang berbagai penyakit lainnya.
8) Imunologik
Paparan terhadap bahan tertentu dalam bencana mengganggu pertumbuhan
system imun anak sehingga meningkatkan resiko anak terhadap infeksi.
b. Dampak bencana pada anak-anak
Menurut WHO beberapa masalah kesehatan yang umum ditemukan pada anak
pasca bencana adalah penyakit infeksi termasuk malaria, diare, measles dan
pemisahan diri dari orangtua serta menimbulkan dampak psikologis jangka panjang.
Dampak bencana pada anak dipengaruhi oleh tingkat tumbuh kembang anak, level
kognitif, pengalaman bencana, reaksi keluarga terhadap bencana, sifat paparan atau
situasi anak saat bencana dan budaya.
c. Perawatan anak dengan bencana
1) Triase bencana anak
Triase anak pada saat bencana menggunakan sistem JumpSTART yaitu sistem
triase dengan mengkaji kebutuhan anak-anak.
2) Penanganan pra-rumah sakit
Mengkaji kondisi jalan nafas, sirkulasi, dan disabilitas, dan memberikan terapi
oksigen, IV, dan pemeliharaan thermoregulasi.
3) Penanganan di rumah sakit
Bencana biasanya merusak bangunan fisik termasuk fasilitas kesehatan. Untuk itu
anak mungkin akan dirawat jauh dari orangtua atau masyarakat. Uapayakan
sesegera mungkin untuk mendekatkan anak dengan anggota keluarganya.
4) Perawatan di barak dan tempat tinggal sementara lainnya
Anak-anak perlu diimunisasi sesuai indikasi. Ketersediaannya makanan dan air
bersih penting untuk mencegah terjadinya defisiensi gizi pada anak.. setelah
bencana anak dan keluarga perlu mendapatkan konseling dan pelayanan kesehatan
mental dari tenaga kesehatan professional yang sesuai.
2. Keperawatan bencana pada kelompok usia lanjut
Alasan usia lanjut diprioritaskan juga yaitu: lemahnnya sistem imun, kurangnya
kemampuan untuk bergerak atau mobilitas fisik, adanya penyakit kronis, sukar
berkomunikasi akibat penurunan daya ingat, dan meningkatnya kerentanan terhadap
berbagai gangguan mental.
a. Karakteristik lansia dan kaitannya dengan bencana
1) Penurunan fisiologi, sensori, dan kognitif
Penurunan kemampuan indra penglihatan, pendengaran, bau atau perabaan
mengakibatkan menurunnya kemampuan komunikasi, merespon, dan memahami.
2) Penyakit kronik
3) Resiko trauma
4) Kehilangan barang berharga
5) Transportasi
6) Keterbatasan sumberdaya
7) Menolak bantuan
8) Nutrisi
9) Penipuan dan abuse
b. Perawatan pada lansia dengan bencana
1) Fase persiapan, upaya mengidentifikasi dan meningkatkan kesadaran tentang
kebutuhan lansia pada keadaan bencana seperti membuat petunjuk alat dan latihan
untuk menjamin ketepatan pelayanan emergensi ketika bencana.
2) Fase respon, prioritas utama adalah evakuasi lansia ke tempat aman dimana
mereka mendapatkan pelayanan penyelamatan dari tenaga professional, mencegah
infeksi, dan memenuhi kebutuhan cairan dan makanan.
3) Fase recovery dan transisi
Upaya melanjutkan pelayanan kesehatan guna meningkatkan kapasitas dirinya
agar dapat keluar dari krisis yang terjadi akibat bencana.
Ibu hamil dan menyusui dimasukkan dalam kelompok khusus karena yang pertama
ada dua kehidupan yaitu kehidupan ibu dan janinnya yang harus dilindungi dan kedua
karena perubahan fisiologis mereka.
a. Karakteristik ibu hamil dan menyusui dan kaitannya dengan bencana
1) Perubahan anatomi pada wanita hamil
a) Perubahan sistem pernapasan, diafragma terangkat karena membesarnya
uterus akibat pertumbuhan janin dalam kandungan memepercepat gerakan
diafragma, dan sedikit menambah kapsitas paru dan pernapasan. Peningkatan
volume respirasi menambah konsentrasi oksigen dalam darah sementara
konsentrasi karbondioksida menurun. Dengan demikian rendahnya kadar
karbondioksida ini menyebakan alkalosis respiratori di dalam cairan tubuh
dan terjadi sindrom hiperventilasi.
b) Perubahan pada sistem pencernaan, ukuran lambung kecil karena adanya
tekanan dari pembesaran uterus yang dapat menurunkan gerakan peristaltic
usus dan dapat menyebabkan konstipsi.
c) Perubahan pada sistem urinaria, tekanan pada vesika urinaria karena uterus
dan kepala janin menyebabkan sering berkemih.
2) Perubahan fisiologis pada ibu hamil
a) Perubahan pada sistem metabolis, konsumsi oksigen meningkat 20% diatas
normal ssehingga kebutuhan nutrisi menjadi meningkat sekitar 350 kkal diatas
normal selama triwulan kedua.
b) Perubahan sistem sirkulasi
Volume sirkulasi darah bumil meningkat sekitas 20-30 % di atas normal
setelah 32 minggu kehamilan, plasma darah meningkat sekitar 40-50 %.
Selama 32-34 minggu kehamilan kardiak output meningkat 45% di atas
normal.
c) Perubahan aliran darah ke dalam uterus
Fase tidak hamil kardik output sekitar 2%, sedangkan saat hamil meningkat
menjadi 10 kali lipat. Pembuluh darah uterus mengalami kontraksi akibat