Karakterisasi Komposit Edible Film Buah KOLANG-KALING (Arenge Pinnata) DAN LILIN LEBAH (Beeswax)
Karakterisasi Komposit Edible Film Buah KOLANG-KALING (Arenge Pinnata) DAN LILIN LEBAH (Beeswax)
Karakterisasi Komposit Edible Film Buah KOLANG-KALING (Arenge Pinnata) DAN LILIN LEBAH (Beeswax)
Jurnal. Teknol. dan Industri Pangan, Vol. XVII No. 2 Th. 2006
ABSTRACT
The objective of this research was to study of the characteristics of edible film after addition of different concentrations of kolangkaling and beeswax. The research used of Factorial Block Randomized Design with two treatments and each treatment was replicated
three times. The first treatment was concentrations of the kolang-kaling (5%, 10%, 15% and 20%), and the second treatment was
concentrations of the beeswax (0%, 0,5%, 1%, and 1,5%). The parameters were water content, tensile strength, elongation percentage,
thickness, and water vapor transmission rate. The result showed that the addition of different concentrations of kolang-kaling and
beeswax significantly afected the water content, tensile strength, elongation percentage, thickness, and water vapor transmission rate.
The thickness increased with the increasing concentrations of kolang-kaling and beeswax. The water vapor transmission rate, tensile
strength, and elongation percentage were decreased. The tensile strength, elongation percentage, thickness, and water vapor
transmission rate of edible film were 0,342 Kgf cm-2, 52,5%, 0,025 mm and 53,439 gm-2hari-1 respectively. The best treatment was achived
by using concentration of kolang-kaling at 5% and concentration of beeswax at 1,5%.
Key words : Edible film, kolang-kaling, beeswax
PENDAHULUAN
Kualitas bahan makanan dapat menurun
apabila terjadi interaksi antara makanan dan
lingkungannya, sehingga makanan akan kehilangan cita
rasa, mengalami ketengikan atau terkontaminasi
mikroorganisme. Oleh karena itu makanan perlu dikemas
agar kualitas dan umur simpannya dapat dipertahankan
(Pranata et al., 2002). Jenis kemasan yang sudah
banyak digunakan adalah plastik karena memiliki
beberapa keunggulan antara lain ringan, kuat, dan
ekonomis. Namun plastik juga memiliki kelemahan, yaitu
bersifat non biodegradable sehingga dapat mencemari
lingkungan. Selain itu transfer senyawa-senyawa dari
kemasan plastik seperti hasil samping dari degradasi
polimer, residu pelarut dan biopolimerisasi ke bahan
pangan yang dikemas
dapat terjadi
sehingga
menimbulkan resiko toksikologi dan off flavour. Oleh
karena itu perlu dicari bahan kemasan lain yang memiliki
sifat seperti plastik, bersifat biodegradable bahkan dapat
dikonsumsi manusia (edible). Edible film merupakan
alternatif untuk menggantikan plastik karena bersifat
biodegradable sekaligus
bertindak sebagai barrier
untuk mengendalikan perpindahan uap air, O2, CO2,
kehilangan volatile dan perpindahan lipid.
Edible film didefinisikan sebagai lapisan tipis
yang melapisi bahan pangan, bersifat biodegradable,
125
Hasil Penelitian
Jurnal. Teknol. dan Industri Pangan, Vol. XVII No. 2 Th. 2006
METODOLOGI
Tempat dan waktu
Metode
Hasil Penelitian
Jurnal. Teknol. dan Industri Pangan, Vol. XVII No. 2 Th. 2006
Tabel 3. Uji BNJ pengaruh interaksi konsentrasi kolang-kaling
dan konsentrasi lilin lebah terhadap kadar air edible
film komposit.
Perlakuan
Rerata
Kolang-kaling 5%, Lilin lebah 1,5%
13,69a
Kolang-kaling 20%, Lilin lebah 1,5%
13,82ab
Kolang-kaling 10%, Lilin lebah 1%
14,41bc
Kolang-kaling 10%, Lilin lebah 0,5%
14,85cd
Kolang-kaling 10%, Lilin lebah 1,5%
14,85cd
Kolang-kaling 15%, Lilin lebah 1,5%
15,14de
Kolang-kaling 5%, Lilin lebah 1%
15,35de
Kolang-kaling 15%, Lilin lebah 1%
15,43de
Kolang-kaling 5%, Lilin lebah 0,5%
15,52e
Kolang-kaling 15%, Lilin lebah 0,5%
15,62e
Kolang-kaling 10%, Lilin lebah 0%
17,89f
Kolang-kaling 20%, Lilin lebah 1%
21,83g
Kolang-kaling 5%, Lilin lebah 0%
23,32h
Kolang-kaling 20%, Lilin lebah 0,5%
24,01i
Kolang-kaling 15%, Lilin lebah 0%
26,93j
Kolang-kaling 20%, Lilin lebah 0%
29,63k
Kadar air(%)
35
30
25
20
15
10
0
10
15
20
Konsentrasi Kolang-kaling(%)
Lilin lebah 0%
Lilin lebah 1%
Tabel 1.
Ketebalan
Ketebalan (mm)
0.03
0.025
0.02
0.015
0.01
0.005
0
0
10
15
Kolang-kaling(%)
Gambar 2. Rata-rataKonsentrasi
pengaruh konsentrasi
kolang-kaling
dan lilin lebah terhadap ketebalan edible film
Lilin lebah 0%
Lilin lebah
komposit.
127
Lilin lebah 1%
0,5%
Hasil Penelitian
Jurnal. Teknol. dan Industri Pangan, Vol. XVII No. 2 Th. 2006
Tabel 4.
Kuat tarik
Kuat tarik menunjukkan nilai maksimum gaya
stress yang diproduksi saat dilakukan uji kuat tarik. Kuat
tarik edible film berkisar 0,079 Kgfcm-2 sampai 0,342
Kgfcm-2. Kuat tarik edible film tertinggi terdapat pada
perlakuan konsentrasi kolang-kaling 20% dan lilin lebah
0 % dan kuat tarik edible film terendah terdapat pada
perlakuan konsentrasi kolang-kaling 5 % dan lilin lebah
1,5 %. Rata-rata kuat tarik edible film komposit dapat
dilihat pada Gambar 3.
Tabel 7 menunjukkan bahwa kuat tarik edible
film komposit dengan perlakuan konsentrasi kolangkaling 20% berbeda nyata dengan semua perlakuan
lainnya. Semakin banyak kolang-kaling yang digunakan
sampai 20%, maka semakin rapat matriks film yang
terbentuk dan ketebalan edible film juga meningkat,
sehingga diperlukan gaya yang lebih besar untuk
menarik film hingga putus. Menurut Pranata et al.,
(2002), peningkatan konsentrasi pati akan berpengaruh
nyata terhadap peningkatan kuat tarik film.
Jurnal. Teknol. dan Industri Pangan, Vol. XVII No. 2 Th. 2006
0.4
0.3
Persen Perpanjangan(%)
Hasil Penelitian
0.2
0.1
0
0
10
15
20
Konsentrasi Kolang-kaling(%)
Lilin lebah 0%
Lilin lebah 0,5%
Lilin lebah 1%
55
50
45
40
35
30
25
20
15
10
0
10
15
20
Konsentrasi Kolang-kaling(%)
Lilin lebah 0%
Lilin lebah 0,5%
Lilin lebah 1%
Lilin lebah 1,5%
Tabel 9.
Persen perpanjangan
Persen
perpanjangan
adalah
persen
pertambahan panjang bahan materi film dari panjang
awal pada saat mengalami penarikan hingga putus.
Persen perpanjangan edible film komposit berkisar
15,83% sampai 52,5%. Persen perpanjangan edible film
komposit tertinggi terdapat pada perlakuan konsentrasi
kolang-kaling 5 % dan lilin lebah 0 % dan persen
perpanjangan
terendah terdapat pada perlakuan
konsentrasi kolang-kaling 5 % dan lilin lebah 1,5 %.
Hasil Penelitian
Jurnal. Teknol. dan Industri Pangan, Vol. XVII No. 2 Th. 2006
60
40
20
0
0
10
15
20
Konsentrasi Kolang-kaling(%)
Lilin lebah 0%
Lilin lebah 1%
Hasil Penelitian
Jurnal. Teknol. dan Industri Pangan, Vol. XVII No. 2 Th. 2006
Warna
Lightness
Lightness adalah derajat kecerahan warna
pada suatu produk pangan. Lightness edible film
komposit berkisar 22,13% sampai 38,3%. Lightness
edible film tertinggi terdapat pada perlakuan konsentrasi
kolang-kaling 2,5% dan lilin lebah 0%. Sedangkan
perlakuan terendah terdapat pada perlakuan konsentrasi
kolang-kaling 10% dan lilin lebah 1,5%. Rata-rata
lightness edible film komposit dapat dilihat pada Gambar
7.
Lightness (%)
Uji BNJ pengaruh interaksi konsentrasi kolangkaling dan konsentrasi lilin lebah terhadap laju
transmisi uap air edible film komposit.
Perlakuan
Rerata
Kolang-kaling 5%, Lilin lebah 1,5%
1,433a
Kolang-kaling 10%, Lilin lebah 1,5%
3,938b
Kolang-kaling 15%, Lilin lebah 1,5%
4,501c
Kolang-kaling 5%, Lilin lebah 1 %
5,031d
Kolang-kaling 20%, Lilin lebah 1,5%
6,703e
Kolang-kaling 10%, Lilin lebah 1%
10,684f
Kolang-kaling 5%, Lilin lebah 0,5%
10,790f
Kolang-kaling 5%, Lilin lebah 0%
12,330g
Kolang-kaling 10%, Lilin lebah 0,5%
15,372h
Kolang-kaling 20%, Lilin lebah 1 %
15,796i
Kolang-kaling 15%, Lilin lebah 1 %
16,987j
Kolang-kaling 20%, Lilin lebah 0,5%
17,070lj
Kolang-kaling 10%, Lilin lebah 0%
20,280k
Kolang-kaling 15%, Lilin lebah 0,5%
20,853l
Kolang-kaling 15%, Lilin lebah 0%
36,246m
Kolang-kaling 20%, Lilin lebah 0%
53,439n
45
40
35
30
25
20
0
2,5
7,5
10
Konsentrasi Kolang-kaling(%)
Lilin lebah 0%
Lilin lebah 1%
131
Hasil Penelitian
Jurnal. Teknol. dan Industri Pangan, Vol. XVII No. 2 Th. 2006
Chroma (%)
25
Tabel 17.
Uji BNJ pengaruh interaksi konsentrasi kolangkaling dan konsentrasi lilin lebah terhadap
lightness edible film komposit.
Perlakuan
Rerata 0,05 (0,269)
Kolang-kaling 10 %, lilin lebah 1,5% 22.13 a
Kolang-kaling 10 %, lilin lebah 1% 22.73
b
Kolang-kaling 10 %, lilin lebah 0,5% 25.23
c
Kolang-kaling 7,5%, lilin lebah 1,5% 25.73
d
Kolang-kaling 7,5 %, lilin lebah 1% 26.53
e
Kolang-kaling 5 %, lilin lebah 1,5% 27.53
f
Kolang-kaling 10 %, lilin lebah 0% 28.03
g
Kolang-kaling 7,5 %, lilin lebah 0,5% 28.43
h
Kolang-kaling 2,5 %, lilin lebah 1,5% 28.77
i
Kolang-kaling 5 %, lilin lebah 15% 29.37
j
Kolang-kaling 7,5 %, lilin lebah 0 % 29.70
k
Kolang-kaling 2,5 %, lilin lebah 1% 30.10
l
Kolang-kaling 5%, lilin lebah 0,5% 30.43
m
Kolang-kaling 5 %, lilin lebah 0%
32.43
n
Kolang-kaling 2,5 %, lilin lebah 0,5% 36.10
o
Kolang-kaling 2,5 %, lilin lebah 0 % 38.30
p
20
15
10
5
0
2,5
7,5
10
Gambar 8.
Lilin lebah 0%
Lilin lebah 1%
Chroma
Chroma (C) menunjukkan intensitas warna
edible film komposit yang berkaitan erat dengan
132
Hasil Penelitian
Jurnal. Teknol. dan Industri Pangan, Vol. XVII No. 2 Th. 2006
Hue (0)
2,5
5
7,5
Konsentrasi Kolang-kaling (%)
Lilin lebah 0%
Lilin lebah 1%
10
270
255
240
225
210
195
180
165
150
Tabel 21.
d
e
f
f
g
h
h
i
j
k
l
Hue
Hasil Penelitian
Jurnal. Teknol. dan Industri Pangan, Vol. XVII No. 2 Th. 2006
Saran
Sebaiknya lilin lebah yang ditambahkan ke dalam
larutan dalam keadaan cair sehingga mempermudah
tercampurnya antara kolang kaling dan lilin lebah. Pada
saat pencampuran CMC ke dalam larutan dilakukan
pengadukan agar tidak terbentuk gumpalan.
DAFTAR PUSTAKA
Buckle, K.A, Edwards, R.A, G.H, Fleet dan Wootton ,
M. 1987. Ilmu Pangan Diterjemahkan oleh Hari
Purnomo dan Adiono. UI Press, Jakarta.
Gennadios, A., T.H, McHugh, C.L, Weller, dan
Krochta, J.M. 1994. Edible Coating and Film
based on Proteins. Di dalam Krochta, J.M., E.A.
Baldwin and M.O Nisperos Carriedo. Edible
Coating and Film to Improve Quality. Technomic
Publising Co. Inc, Lancaster Basel.
Mikrostruktur
Mikrostruktur edible film komposit paling rata
adalah edible film komposit dengan perlakuan
konsentrasi kolang-kaling 2,5% dan lilin lebah 0% dan
mikrostruktur edible film komposit sangat tidak rata
adalah perlakuan konsentrasi kolang-kaling 10% dan
lilin lebah 1,5%. Penambahan lilin lebah mempengaruhi
mikrostruktur edible film komposit karena lilin lebah dapat
membentuk kristal. Semakin meningkatnya konsentrasi
lilin lebah sampai konsentrasi 1,5% maka mikrostruktur
edible film komposit semakin tidak merata karena terjadi
penumpukan kristal. Menurut Winarno (2002), bila suatu
lemak didinginkan, hilangnya panas akan memperlambat
gerakan molekul-molekul dalam lemak, sehingga jarak
antara molekul-molekul lebih kecil. Jika jarak antara
molekul tersebut mencapai 5, maka akan timbul gaya
tarik-menarik antarmolekul yang disebut gaya Van der
Walls. Akibat adanya gaya ini, radikal-radikal asam
lemak dalam molekul lemak akan tersusun berjajar dan
saling bertumpuk serta berikatan membentuk kristal.
134
Hasil Penelitian
Jurnal. Teknol. dan Industri Pangan, Vol. XVII No. 2 Th. 2006
135