Dokumen tersebut membahas tentang kebijakan dividen perusahaan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Dividen merupakan bagian dari keputusan pembelanjaan perusahaan yang menentukan berapa banyak laba yang dibagikan kepada pemegang saham dan berapa banyak yang ditahan di dalam perusahaan. Terdapat berbagai teori mengenai relevansi dividen seperti teori Modigliani-Miller yang menyatakan dividen tidak relevan,
100%(2)100% menganggap dokumen ini bermanfaat (2 suara)
2K tayangan11 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang kebijakan dividen perusahaan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Dividen merupakan bagian dari keputusan pembelanjaan perusahaan yang menentukan berapa banyak laba yang dibagikan kepada pemegang saham dan berapa banyak yang ditahan di dalam perusahaan. Terdapat berbagai teori mengenai relevansi dividen seperti teori Modigliani-Miller yang menyatakan dividen tidak relevan,
Dokumen tersebut membahas tentang kebijakan dividen perusahaan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Dividen merupakan bagian dari keputusan pembelanjaan perusahaan yang menentukan berapa banyak laba yang dibagikan kepada pemegang saham dan berapa banyak yang ditahan di dalam perusahaan. Terdapat berbagai teori mengenai relevansi dividen seperti teori Modigliani-Miller yang menyatakan dividen tidak relevan,
Dokumen tersebut membahas tentang kebijakan dividen perusahaan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Dividen merupakan bagian dari keputusan pembelanjaan perusahaan yang menentukan berapa banyak laba yang dibagikan kepada pemegang saham dan berapa banyak yang ditahan di dalam perusahaan. Terdapat berbagai teori mengenai relevansi dividen seperti teori Modigliani-Miller yang menyatakan dividen tidak relevan,
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online dari Scribd
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 11
BAB XII
KEBIJAKAN DIVIDEN DAN PENDANAAN INTERNAL
12.1 Pengertian Kebijakan dividen (Dividen Policy) adalah kebijakan untuk menentukan berapa banyak laba yang harus dibayarkan (Dividen) kepada pemegang saham dan berapa banyak yang harus ditanam kembali didalam perusahaan (Laba ditahan) dalam suatu periode dengan tetap memperhatikan tujuan perusahaan yaitu meningkatkan nilai perusahaan. Kebijakan dividen ini sangat penting artinya bagi manajer keuangan, karena seorang manajer harus memperhatikan kepentingan perusahaan, pemegang saham, masyarakat dan pemerintah. Kebijakan deviden merupakan bagian integral dari keputusan pembelanjaan perusahaan. Dividen-payout ratio menentukan jumlah laba yang dapat ditahan perusahaan sebagai sumber pembelanjaan. Dividen-payout ratio adalah deviden kas tahunan dibagi dengan laba perlembar saham (EPS). Rasio ini menunjukkan persentase perusahaan yang dibayarkan kepada para pemegang saham biasa perusahaan berupa deviden kas. Apabila laba saat ini perusahaan ditahan dalam jumlah besar, berarti laba yang akan dibayarkan sebagai deviden menjadi lebih kecil. 12.1.1 Kebijakan Deviden Pasif dan Aktif a. Deviden Sebagai Sisa Pasif Apabila kita melakuakan kebijakn deviden sebagai keputusan pembelanjaan secara kaku, pembayaran deviden kas merupakan sisa pasif. Persentase pendapatan yang dibayarkan sebagai deviden akakn berfluktuasi pada periode ke periode sesuai dengan fluktuasi jumlah kesempatan investasi yang diterima perusahaan. Apabila kesempatan investasi tersebut berlebihan maka perusahaan pendapatan yang dibayarkan untuk deviden adalah 0, sebaliknya apabila kesempatan investasi yang menguntungkan tidak ada maka pembayaran deviden adalah 100% dari pendapatan tersebut. Jadi, DPR adalah bernilai 0 sampai 1. Perlakuan kebijakan deviden sebgai sisa yang pasif, ditentukan tersendiri oleh tersedianya usaha investasi yang dapat diterima, menunujukan secara langsung bahwa deviden tidak relevan.
b. Ketidakrelevanan Deviden M&M menyediakan argumentai terbaik untuk ketidakrelevanan deviden. Mereka menyatakan bahwa keputusan investasi yang ditentukan perusahaan, DPRadalah pelengkap belaka dan DPR tidak mempengaruhi kekayaan para pemegang saham. M&M berargumentasi bahwa nilai perusahaan ditentukan tersendiri oleh kemampuan perusahaan untuk menghasilkan pendapatan (laba), atau kebijakan investasi. Jadi, Pembagian pendapatan perusahaan menjadi deviden dan laba yang ditahan tidak mempengaruhi nilai perusahaan. Deviden Sekarang Versus Penahanan Pendapatan (Laba), setelah perusahaan membuat keputusan investasi, maka harus diputuskan apakah : a) Menahan pendapatan, atau b) Membayar deviden dan menjual saham baru sebesar deviden tersebut dalam rangka membelanjai investasi perusahaan. Penyimpanan Nilai, Asumsi yang diberikan M&M tentang kepastian dan pasar modal yang sempurna, ketidakrelevanan deviden secara alami mengikuti. Prinsip nilai total menjamin bahwa jumlah nilai pasar ditambah dividen sekarang dari dua perusahaan yang serupa segala hal maka DPR nya akan sama. c. Argumentasi Relevansi Dividen Sejumlah argumentasi akan diajukan untuk mendukung posisi yang kontradiksi yaitu bahwa dividen adalah relevan untuk kondisi yang tidak menentu. Dengan kata lain, para investor tidak mengabaikan apakah mereka menerima laba berupa dividen atau apresiasi harga saham. 12.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dividen Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya dviden yang dibayarkan oleh perusahaan kepada paar pemegang saham antara lain : a. Aturan Yang Sah Ini meliputi tentang: - Aturan tentang Melemahnya Modal Sering ada aturan yang melarang perusahaan membayar deviden bila pembayaran tersebut dilakukan maka akan membuat modal perusahaan ini melemah. Tujuan utama dari aturan ini adalah untuk melindungi para kreditur perusahaan, dan aturan tersebut mungkin mempunyai beberapa pangaruh bila perusahaan tersebut adalah relative baru.
- Aturan Insolvensy Terdapat aturan yang melarang pembayaran deviden kas bila perusahaan dalam keadaan tidak solvable. Insolvency adalah kondisi dimana nilai utang yang tercatat melebihi niali aktiva yang tercatat, atau perusahaan tidak mampu memenuhi kewajiban untuk membayar semua utamgnay pada saat jatuh tempo.
- Aturan Penahan Laba Apabila perusahaan menahan labanya secara berlebihan terutama dengan tujuan menghindari pajak juga dilarang. Dengan tidak pernah membagi deviden maka para pemegang saham tidak terkena pajak deviden, hanya terkena pajak Capital Gains saja.
b. Kebutuhan Dana Perusahaan Semakin besar kebutuhan dana perusahaan berarti semakin kecil kemampuan untuk membayar dividen c. Likuiditas Likuiditas perusahaan merupakan pertimbangan untama untuk keputusan deviden d. Kemampuan Meminjam Posisi likuid bukanlah satu-satunya cara untuk menyediakan fleksibilitas finansial dan perlindungan terhadap ketidakpastian. e. Batasan dalam Kontrak Uang Ketentuan perlindungan dalam kontrak utang sering mmemasukkan batasan untuk pembayaran dividen f. Tingkat Return Tingkat return asset akan menentukan manakah relatif lebih menarik, membagikan keuntungan dalam bentuk dividen kepada para pemegang saham atau tetap menggunakannya dalam perusahaan itu. g. Stabilitas Keuntungan Perusahaan yang keuntungannya relatif stabil serinbgkali dapt memprkirakan bagaimana keuntungannya di kemudian hari. h. Akses ke Pasar Modal Perusahaan besar yang sudah mantap dengan profitabilitas yang tinggi dan keuntungan yang stabil, dengan mudah dapat masuk ke pasar modal atau memperoleh macam-macam dana dari luar perusahaan untuk membiayai semuanya, begitu juga sebaliknya. i. Kontrol Apabila perusahaan membayar devviden cukup besar, mungkin perusahaan membutuhkan modal di masa mendatang melalui penjualan saham baru untuk membelanjai kesempatan investasi yang memungkinkan.
12.2 Teori Kebijakan Deviden Manajemen mempunyai 2 alternatif perlakuan terhadap penghasilan bersih sesudah pajak (EAT) perusahaan : 1. Dibagi kepada para pemegang saham perusahaan dalam bentuk deviden 2. Diinvestasikan kembali ke perusahaan sebagai laba ditahan (retained earning) Persentase deviden yang dibagi dari EAT disebut Devidend Payout Ratio (DPR) Deviden yang ditahan Persentase laba ditahan dari EAT adalah (1-DPR) Berbagai pendapat atau teori tentang kebijakan deviden antara lain : a. Teori Deviden tidak relevan Dari MM Menurut Modigliani dan Militer (MM), nilai suatu perusahaan tida ditentukan oleh besar kecilnya DPR, tapi ditentukan oleh laba bersih sebelum pajak (EBIT) dan kelas resiko perusahaan. Jadi, menurut MM deviden adalah tidak relevan. Pernyataan MM ini didasarkan oleh beberapa asumsi yang lemah seperti : a) Pasar modal sempurna dimana semua investor adalah rasional. b) Tidak ada biaya emisi saham baru jika perusahaan menerbitkan saham baru. c) Tidak ada pajak. d) Kebijakan investasi perusahaan tidak berubah. Dapat diketahui bahwa modal sendiri dapat berasal dari laba ditahn dan menerbitkan saham biasa baru. Jika modal sendiri berasa dari laba ditahan , biaya modal sendiri berentuk Ks. Tapi bila berasal dari saham biasa baru, biaya modal sendiri adalah Keterangan : Ks = Biaya modal sendiri dari laba ditaha n Ke = Biaya modal sendiri dari saham baru Di = Deviden setahun mendatang Po = Harga saham saat ini g = Pertumbuhan deviden / keuntungan F = flotation cost atau biaya emisi saham Jika D1, Po dan g adalah sama , dapat disimpulakan bahwa Ke lebih besat dari Ks. Artinya perusahaan lebih suka menggunakan laba ditahan dari pada menerbitkan saham baru. b. Teori The Bird in the Hand Menurut Gordon dan Lintner menatakan bahwa biaya modal sendiri (Ks) perusahaan akan naik jika DPR rendah. Mengapa? Karena investor lebih suka menerima deviden daripada capital gains. Ingat : bahwa dilihat dari sisi investor, Ks adalah tingkat keuntungan yang disyaratkan investor pada saham. c. Teori perbedaan pajak Teori ini diajukan oleh Litzenberger dan Ramaswamy. Mereka menyatakan karena adanya pajak terhadap keuntungan deviden dan capital gains, para investor lebih menyukai capital gains karena dapat menunda pembayaran pajak. d. Teori Signaling Hypothesis Seperti teori deviden laiannya, teori Signaling Hypothesis ini juga sulit dibuktikan secara empiris. Adalah nyata bahwa perubahan deviden mengandung beberapa informasi. Tapi sulit dikatakan apakah kenaikan dan penurunan harga setelahj adanya kenaikan dan penurunan deviden semata-mata disebabkan oleh efek sinyal atau disebabkan karena efek sinyal dan preferensi terhadap deviden. e. Teori Clientele Effect - Teori ini menyatakan bahwa kelompok (clientele) pemegang saham yang berbeda akan memiliki preferensi yang berbeda terhadap kebijakan deviden perusahaan. - Kelompok pegeng saham yang membutuhkan penghasilan pada saat ini lebih menyukai suatu Dividend Payout Ratio yang tingi. Sebaliknya kelompok pemegang saham yang tidak begitu membutuhkan uang saat ini lebih senanag jika perusahaan menahan sebgaian besar laba bersih perusahaan. - Bukti empiris menunjukan bahwa efek dari clientele ini ada. Tapi menurut MM hal ini tidak menunjukan bahwa deviden besar lebih baik dari deviden kecil, Demikian sebalikmya. Efek clientele ini hanya mengatakan bahwa bagi sekelompok pemegang saham, kebijakan deviden tertentu lebih menguntungkan mereka.
12.3 Macam-Macam Kebijakan Dividen a. Kebijakan Deviden Yang Stabil Artinya jumlah deviden per lembar dibyarkan setiap athun tetap selam jangka waktu tertentu meskipun pendapatan per lembar saham per tahunnya berfluktuasi. b. Kebijakan Deviden Dengan Penetapan jumlah Deviden Minimal Ditambah Jumlah Ekstra Tertentu Artinya Kebijakan ini meneukan jumlah rupiah minimal deviden per lembar saham setiap tahunnya apabila keuntungan perusahaan lebih baik akan membayar deviden ekstra c. Kebijakan Deviden Dengan Penetapan Deviden Payout Ratio yang Konstan Artinya kebijakan ini memberi deviden yang besarnya mengikuti besarnya laba yang diperoleh oleh perusahaan. Semakin besar laba yang diperoleh, semakin besar deviden yang dibayarkan dan sebaliknya.Dasar yang digunakan sering disebut Deviden Payout Ratio d. Kebijakan Deviden Yang Fleksibel Artinya besarnya setiap tahun disesuaikan dengan kondisi financial dan kebutuhan financial dari perusahaan yang bersangkutan.
12.4 Stock Repurchase, Stock Deviden dan Stock Split Stock Repurchase Sebagai alternative terhadap pemberian deviden berupa uang tunai (cash dividend), perusahaan dapat mendistribusikan pendapatan kepada para pemegang saham dengan cara membeli kembali saham perusahaan (repurchasing stock). Efek dari pembelian kembali saham perusahaan diilustarsikan sebagai berikut, Contoh : PT. OXA memiliki laba bersih setelah pajak untuk tahun 2009 sebesar 100 juta. 50% dari jumlah ini akan didistribusikan kepada pemegang saham. Jumlah saham beredar adalah 25.000 lembar. PT. OXA dapat menggunakan 50 juta untuk membeli kembali 2.273 lembar saham perusahaan melalui tender dengan harga Rp.22.000,- / lembar. Sebagai alternative, perusahaan dapat membagikan deviden sebesar Rp.2000,- / lembar. Harga saham saat ini adalah Rp.20.000,- / lembar. Efek dari sock repurchase pada EPS (Earning Per Share) dan harga saham adalah : 100 juta - EPS sekarang = = 4.000,- / lembar 25.000 20.000,- - PER (Price Earning Ratio) sekarang = = 5 x PER dianggap konstan 4.000,- 100 juta - EPS setelah Stock Repurchase = = 4.400,- / lembar 22.727 - Harga saham yang diharapkan setelah stock repurchase = PER x EPS = 5 x 4.400 = Rp 22.000,- - capital Gains yang diharapkan = 22.000 20.000 = Rp 2.000,- Harga stock repurchase pada ekuilibrium (Harga yang membuat sama pilihan untuk menjual saha kembali ke perusahaan atau menahannya) dapat dihitung dengan rumus sbb :
( S x Pc ) P* = ( S - n ) Keterangan : P* = Harga stock repurchase equilibrium S = Jumlah saham beredar sebelum stock repurchase Pc = Harga saham saat ini sebelum stock repurchase n = Jumlah lembar saham yang akan dibeli kembali oleh perusahaan Misalnya, ilustrasi PT. OXA diatas dapat dihitung harga stock repurchase nya. Dik : S = 25.000 lembar Pc = Rp. 20.000,- n = 2.273 lembar Jawab : (25.000 x 20.000) P* = = Rp.22.000 ,- (25.000 2.273) Keuntungan stock repurchase bagi pemegang saham (1) Stock repurchase sering dipandang sebagai tanda positif bagi investor karena pada umumnya Stock repurchase dilakukan jika perusahaan merasa bahwa saham undervalued (2) Stock repurchase mengurangi jumlah saham yang beredar di pasar. Kerugian stock repurchase bagi pemegang saham (1) Perusahaan membeli kembali saham dengan harga terlalu tinggi.
(2) Keuntungan stock repurchase dalam bentuk capital gains, padaahal sebagian investor lebih menyukai deviden. Keuntungan stock repurchase pada perusahaan (1) Menghindari kenaikkan deviden (2) Dapat digunakan sebagi strategi intuk mengacau usaha pangambil-alihan perusahaan (yang biasanya dilakukan dengan cara membeli saham sebanyak-banyaknya hingga mencapai jumlah saham mayoritas). Stock repurchase dapat menggalkan usaha ini. (3) Mengubah struktur modal perusahaan (4) Saham yang ditari kembali dapat dijual kembali ke pasar jika perusahaan membutuhkan tambahan dana. Kerugian stock repurchase bagi perusahaan (1) Dapat merusak image perusahaan (2) Setelah stock repurchase, Pasar mungkun merasa bahwa resiko perusahaan meningkat sehingga dapat menurunkan harga saham. b) Stock deviden Adalah kebijakan yang pembayaran devidennya kepada pemegang saham dalam bentuk saham bukan dalam uang tunai. Rumus :
Stock Deviden (SD) = % SD * Jumlah lembar saham
Pemberian deviden tidak akan mengubah besarnya jumlah modal sendiri, tetapi akan mengubah komposisi dari modal sendiri perusahaan yang bersangkutan. Karena pada dasarnya pemberian stock deviden ini akan mengurangi pos laba di tahan di neraca dan akan ditambahkan ke pos modal saham c) Stock Splits Merupakan kebijakan untuk meningkatkanb jumlah lembar saham dengan cara pemecahan jumlah lembar saham menjadi jumlah lembar yang lebih banyak dengan pengurangan nilai nominal saham yang lebih kecil secara proporsional.Oleh karena itu dengan stock splits harga saham menjadi lebih murah. Rumus :
b a x Jumlah lembar saham x Jumlah lembar saham a b
7. KEBIJAKAN REVERSE STOCK SPLITS Reverse Stock Splits Kebijakan untuk menurunkan jumlah lembar saham dengan cara pengurangan jumlah lembar saham menjadi lembar yang lebih sedikit dengan penambahan harga nominal per lembar secra proporsional. Dari bukti empiris, dengan adanya reverse stock splits mengakibatkan harga saham turun secara signifikan. Penurunan tersebut diperlambat oleh prestasipendapatan perusahaan
diwaktu yang lalu, jadi perusahaan yang sehat akan berfikir dua kali sebelum melaksanakan referse stock splits Rumus :
a b x Jumlah lembar saham x Jumlah lembar saham b a
Keterangan : a = Perbandingan terkecil b = Perbandingan terbesar 8. PEMBELIAN KEMBALI SAHAM Ada 3 metode yang dapat digunakan untuk membeli kembali saham (1) Saham dapat dibeli pada pasar terbuka (open market) (2) Perusahaan membuat penawaran formal untuk membeli saham perusahaan dalam jumlah tertentu dan harga yang telah ditetapkan. (3) Perusahaan membeli sejumlah sahamnya kembali dari satu atau beberapa pemegang saham besar (major stockholder). Pendekatan ini disebut negotiated basis. (4) Keputusan investasi atau pembelanjaan 9. RUMUS-RUMUS YANG DIGUNAKAN 1. Stock Deviden (SD) = % SD x Jumlah lembar saham 2. Saham biasa (SB) = Harga nominal x (SD + Jumlah lembar saham) atau 3. Saham biasa baru = SB lama + ( SD x Harga nominal ) 4. Agio saham (AS) = AS lama + {SD(HP-HN)} , Jika nilai harga pasar (HP) harga nominal (HN) AS lama {SD(HN-HP)} , Jika nilai harga pasar (HP) harga nominal (HN) 5. Laba yang ditahan = LYD lama (SD x HP) 6.Rumus stock splits dan reverse splits Keterangan : HP => Harga pasar HN => Harga nominal 10. CONTOH SOAL : 1. Diketahui struktur modal PT. BARBIELUV U adalah sbb : Saham biasa ( @ 5000, 5000 lembar) = Rp. 25.000.000 Agio saham = Rp. 25.000.000 Laba ditahan = Rp. 25.000.000 +
Jumlah modal sendiri = Rp.75.000.000 Jika perusahaan melakukan : a. Stock deviden sebesar 20% dari lembar saham biasa sedangkan harga pasar Rp.8000/lembar. Tentukan struktur modal baru setelah dilakukan stock deviden dan berikan alasannya ! b. Stock splits two to five. Tentukan struktur modal baru setelah stock splits dan berikan analisanya ! c. Reverse splits three to six . Tentukan struktur modal baru setelah reverse splits dan berikan analisisny ! JAWAB :
Stock deviden = 20% x 5000 = 1000 Saham biasa = 5000 x (1000 + 5000) = 30.000.000 Agio saham = 25.000.000 + (1000(8000-5000)) = 25.000.000 + 3000.000 = 28.000.000 LYD = 25.000.000 (1000 x 8000) = 17.000.000 Struktur modal baru PT. BARBIELUV U adalah sbb : Saham biasa ( @ 5000, 6000 lembar ) = Rp.30.000.000 Agio saham = Rp.28.000.000 LYD = Rp.17.000.000 +
Jumlah modal sendiri = Rp.75.000.000 Analisa : jika perusahaan melakukan stock deviden 20%, maka jumlahlembar saham akan bertambah sebanyak 1000 lembar, agio saham bertambah menjadi Rp.28.000.000 dan laba ditahan berkurang menjadi Rp.17.000.000 a. Stock splits nine to three b a = x Jumlah lembar = x Nilai nominal a b 5 2 = x 5000 = 12.500 = x 5000 = 2000 2 5 Jadi, struktur modal baru PT. BARBIELUV U adalah sbb : Saham biasa ( @ 2000, 12.500 lembar) = Rp.25.000.000 Agio saham = Rp.25.000.000 Laba ditahan = Rp.25.000.000 +
Jumlah modal sendiri = Rp.75.000.000 Analisis : jika perusahaan melakukan stock splits two to five, maka jumlah lembar saham bertambah menjadi 12.500 lembar sedangkan nilai nominal saham akan berkurang menjadi Rp.2000/lembar. b. Reverse splits two to three a b = x Jumlah lembar = x Nilai nominal b a 3 6 = x 5000 = 2500 = x 5000 = 10000 6 3 Jadi, struktur modal baru PT. BARBIELUV U adalah sbb : Saham biasa ( @ 2000, 12.500 lembar) = Rp.25.000.000 Agio saham = Rp.25.000.000 Laba ditahan = Rp.25.000.000 +
Jumlah modal sendiri = Rp.75.000.000 Analisis : jika perusahaan melakukan stock splits two to five, maka jumlah lembar saham bertambah menjadi 12.500 lembar sedangkan nilai nominal saham akan berkurang menjadi Rp.2000/lembar. Jadi, struktur modal baru PT. BARBIELUV U adalah sbb : Saham biasa ( @ 10000, 2500 lembar) = Rp.25.000.000 Agio saham = Rp.25.000.000 Laba ditahan = Rp.25.000.000 +
Jumlah modal sendiri = Rp.75.000.000 Analisis : jika perusahaan melakukan stock splits three to six, maka jumlah lembar saham berkurang menjadi 2.500 lembar sedangkan nilai nominal saham akan bertambah menjadi Rp.10.000/lembar.