Bakteri Pelarut Fosfat Sebagai Agents Pupuk Hayati
Bakteri Pelarut Fosfat Sebagai Agents Pupuk Hayati
Bakteri Pelarut Fosfat Sebagai Agents Pupuk Hayati
PENDAHULUAN
Secara perlahan tapi pasti system pertanian organik mulai berkembang di berbagai
belahan bumi, baik di Negara maju maupun Negara berkembang. Masyarakat mulai
melihat berbagai manfaat yang dapat diperoleh dengan system pertanian organik ,
seperti lingkungan yang tetap terjaga kelestariannya dapat mengkonsumsi produk
pertanian yang relative lebih sehat karena bebas dari bahan kimia yang dapat
menimbulkan dampak negative bagi kesehatan .
Beberapa lembaga penelitian dan pihak perguruan tinggi juga turut memberikan
andil dalam pengembangan pertanian organik melalui penelitian-penelitian dan
juga penyampaian informasi teknologi budidaya yang dapat diterapkan pada
system pertanian organik. Upaya yang mulai dilakukan adalah memperkenalkan
bioteknologi dalam system pertanian organik yaitu dengan memanfaatkan
beberapa mikroorganisme yang dapat membantu penyediaan hara dan
pengendalian penyakit.
Secara garis besar fungsi menguntungkan tersebut dapat dibagi menjadi beberapa
sebagai berikut ( Gunalan, 1996):
1. Penyedia hara
2. Peningkat ketersediaan hara
3. Pengontrol organisme pengganggu tanaman
4. Pengurai bahan organik dan pembentuk humus
5. Pemantap agregat tanah
6. Perombak persenyawaan agrokimia
Mikroba yang berperanan dalam pelarutan fospat adalah bakteri, jamur dan
aktinomisetes. Dari golongan bakteri antara lain: Bacillus firmus, B. subtilis, B.
cereus, B. licheniformis, B. polymixa, B. megatherium, Arthrobacter, Pseudomonas,
Achromobacter, Flavobacterium, Micrococus dan Mycobacterium. Pseudomonas
merupakan salah satu genus dari Famili Pseudomonadaceae.
Bakteri ini adalah bakteri aerob khemoorganotrof ,berbentuk batang lurus atau
lengkung, ukuran tiap sel bakteri 0.5-0.1 1μm x 1.5- 4.0 μm, tidak membentuk
spora dan bereaksi negatif terhadap pewarnaan Gram.Di dalam tanah jumlahnya 3-
15% dari populasi bakteri. Pseudomonas terbagi atas grup, diantaranya adalah sub-
grup berpendarfluor (Fluorescent) yang dapat mengeluarkan pigmen phenazine.
Kebolehan menghasilkan pigmen phenazine juga dijumpai pada kelompok tak
berpendarfluor yang disebut sebagai spesies Pseudomonas multivorans.
Sehubungan itu maka ada empat spesies dalam kelompok Fluorescent yaitu
Pseudomonas aeruginosa, P. fluorescent, P. putida, dan P. multivorans
(Hasanudin,2003).
Aktivitas bakteri pelarut posfat akan tinggi pada suhu 30oC – 40oC (bakteri
mesophiles) , kadar garam tanah <>Struktur Tambahan Bakteri :
1. Kapsul atau lapisan lendir adalah lapisan di luar dinding sel pada jenis bakteri
tertentu, bila lapisannya tebal disebut kapsul dan bila lapisannya tipis disebut
lapisan lendir. Kapsul dan lapisan lendir tersusun atas polisakarida dan air.
2. Flagelum atau bulu cambuk adalah struktur berbentuk batang atau spiral yang
menonjol dari dinding sel.
3. Pilus dan fimbria adalah struktur berbentuk seperti rambut halus yang menonjol
dari dinding sel, pilus mirip dengan flagelum tetapi lebih pendek, kaku dan
berdiameter lebih kecil dan tersusun dari protein dan hanya terdapat pada bakteri
gram negatif. Fimbria adalah struktur sejenis pilus tetapi lebih pendek daripada
pilus.
4. Klorosom adalah struktur yang berada tepat dibawah membran plasma dan
mengandung pigmen klorofil dan pigmen lainnya untuk proses fotosintesis.
Klorosom hanya terdapat pada bakteri yang melakukan fotosintesis.
5. Vakuola gas terdapat pada bakteri yang hidup di air dan berfotosintesis.
6. Endospora adalah bentuk istirahat (laten) dari beberapa jenis bakteri gram positif
dan terbentuk didalam sel bakteri jika kondisi tidak menguntungkan bagi kehidupan
bakteri. Endospora mengandung sedikit sitoplasma, materi genetik, dan ribosom.
Dinding endospora yang tebal tersusun atas protein dan menyebabkan endospora
tahan terhadap kekeringan, radiasi cahaya, suhu tinggi dan zat kimia. Jika kondisi
lingkungan menguntungkan endospora akan tumbuh menjadi sel bakteri baru.
Fosfor di dalam tanah dapat dibedakan dalam dua bentuk yaitu P-organik dan P-
anorganik.Kandungannya sangat bervariasi tergantung pada jenis tanah, tetapi
pada umumnya rendah , Gambar 20 menunjukkan bagian dunia yang kekuranagn P
(Handayanto dan Hairiyah,2007)
Posfor organik di dalam tanah terdapat sekitar 50% dari P total tanah dan bervariasi
sekitar 15-80% pada kebanyakan tanah. Bentuk-bentuk fospat ini berasal dari sisa
tanaman, hewan dan mikrobia. Di sini terdapat sebagai senyawa ester dari asam
orthofospat yaitu inositol , fosfolipid, asam nukleat, nukleotida, dan gula posfat.
Tiga senyawa yaitu inositol fospolopid dan asam nukleat amat dominan dalam
tanah.
Inositol fospat dapat mempunyai satu sampai enam atom P setiap unitnya, dan
senyawa ini dapat ditemukan dalam tanah atau organisme hidup (bakteri) yang
dibentuk secara enzimatik. Asam nukleat sebagai DNA dan RNA menyusun 1-10% P-
organik total (Elfiati,2005). Sel-sel mikrobia (bakteri) sangat kaya dengan asam
nukleat. Jika organisme tersebut mati maka asam nukleatnya siap untuk
dimineralisasi.
Bentuk P-anorganik dapat dibedakan menjadi P aktif yang meliputi Ca-P, Al-P, Fe-P
dan P tidak aktif, yang meliputi occhided-P , reductant-P , dan mineral P
primer.Fospor anorganik di dalam tanah pada umumnya berasal dari mineral fluor
apatit. Dalam proses hancuran iklim dihasilkan berbagai mineral P sekunder seperti
hidroksi apatit, karbonat apatit, klor apatit dan lainnya sesuai dengan
lingkungannya. Selain itu ion-ion fospat dengan mudah dapat bereaksi ion
Fe3+,Al3+,Mn2+ dan Ca2+, ataupun terjerap pada permukaan oksida-oksida hidrat
besi, aluminium dan hidrat.
Fospor merupakan unsur hara esensial makro yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
tanaman. Tanaman memperoleh unsur P seluruhnya berasal dari tanah atau dari
pemupukan serta hasil dekomposisi dan mineralisasi bahan organik. Jumlah P total
dalam tanah cukup banyak, namun yang tersedia bagi tanaman jumlahnya rendah
hanya 0,01 – 0,2 mg/kg tanah (Handayanto dan Hairiyah,2007).
Fospor yang diserap tanaman tidak direduksi, melainkan berada di dalam senyawa
organik dan organik dalam bentuk teroksidasi. Fospor organik banyak terdapat di
dalam cairan sel sebagai komponen sistim penyangga tanaman. Dalam bentuk
anorganik, P terdapat sebagai fosfolipid yang merupakan komponen membran
sitoplasma dan kloroplas. Fitin merupakan simpanan fospat dalam biji, gula fospat
merupakan senyawa antara dalam berbagai proses metabolisme tanaman.
Nukleoprotein merupakan komponen utama DNA dan RNA inti sel. ATP, ADP dan
AMP merupakan senyawa berenergi tinggi untuk metabolisme.
Peranan P pada tanaman penting untuk pertumbuhan sel, pembentukan akar halus
dan rambut akar, memperkuat tegakan batang agar tanaman tidak mudah
rebah,pembentukan bunga , buah dan biji serta memperkuat daya tahan terhadap
penyakit. Tanaman jagung menghisap unsur P dalam bentuk ion sebanyak 17 kg/ha
untuk menghasilkan berat basah tanaman 4200 kg/ha (Premono,2002).
Fosfat merupakan salah satu bahan galian yang sangat berguna untuk pembuatan
pupuk. Sekitar 90% konsumsi fosfat dunia dipergunakan untuk pembuatan pupuk,
sedangkan sisanya dipakai oleh industri ditergen dan makanan ternak. Mineral-
mineral fosfat adalah batuan dengan kandungan fosfor yang ekonomis. Kandungan
fosfor pada batuan dinyatakan dengan BPL (bone phosphate of lime) atau TPL
(triphosphate of lime) yang didasarkan atas kandungan P2O5. Sebagian besar fosfat
komersial yang berasal dari mineral apatit {Ca5 (PO4)3 (F,Cl,OH)} adalah kalsium
fluo-fosfat dan kloro-fosfat dan sebagian kecil wavelit (fosfat aluminium hidros).
Sumber lainnya berasal dari jenis slag, guano, krandalit (CaAl3(PO4)2(OH)5 .H2O),
dan milisit {(Na,K) CaAl6 (PO4)4 (OH)9 3H2O}.
Apatit memiliki struktur kristal heksagonal dan biasanya dalam bentuk kristal
panjang prismatik. Sifat fisik yang dimilikinya: warna putih atau putih kehijauan,
hijau, kilap kaca sampai lemak, berat jenis 3,15 3,20, dan kekerasan 5. Apatit
merupakan mineral asesori dari semua jenis batuan.beku, sedimen, dan metamorf.
Ini juga ditemukan pada pegmatit dan urat-urat hidrotermal. Selain sebagai bahan
pupuk, mineral apatit yang transparan dan berwarna bagus biasanya digunakan
untuk batu permata.
Reservoir fosfor berupa lapisan batuan yang mengandung fosfor dan endapan fosfor
anorganik dan organik. Fosfat biasanya tidak atau sulit terlarut dalam air, sehingga
pada kasus ini tidak dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Kehadiran mikroorganisme
dapat memicu percepatan degradasi fosfat. Sumber fosfor organik dalah perbukitan
guano. Di dunia, cadangan fosfat berjumlah 12 milyar ton dengan cadangan dasar
sebesar 34 milyar ton. Cadangan fosfat yang ada di Indonesia adalah sekitar 2,5
juta ton endapan guano (0,17 - 43% P2O5) dan diperkirakan sekitar 9,6 juta ton
fosfat marin dengan kadar 20 - 40% P2O5. Masuknya fosfor ke laut sebesar 3,3 x
1011 mol P th. Jika aktivitas manusia (anthropogenic), seperti perusakan hutan dan
penggunaan pupuk dimasukkan, maka jumlah fosfor yang masuk ke laut akan
meningkat sebesar 3 kali lipat, yaitu 7,4 - 15,6 x 1011 mol P th . Siklus P pada
Gambar 21 (Buntan, 1992).
Reaksi yang terjadi selama proses pelarutan P dari bentuk tak tersedia adalah
reaksi khelasi antara ion logam dalam mineral tanah dengan asam-asam organik.
Khelasi adalah reaksi keseimbangan antara ion logam dengan agen pengikat, yang
dicirikan dengan terbentuknya lebih dari satu ikatan antara logam tersebut dengan
molekul agen pengikat, yang menyebabkan terbentuknya struktur cincin yang
mengelilingi logam tersebut. Mekanisme pengikatan Al+++ dan Fe++ oleh gugus
fungsi dari komponen organik adalah karena adanya satu gugus karboksil dan satu
gugus fenolik, atau dua gugus karboksil yang berdekatan bereaksi dengan ion
logam.Besarnya P yang terlarut memiliki korelasi dengan Ca dan Mg yang
dilepaskan, hal ini membuktikan bahwa P tersebut semula terikat oleh Ca dan Mg.
Pelarutan P dalam tanah dapat ditingkatkan pada suasana pH rendah .
Fospor relatif tidak mudah tercuci, tetapi karena pengaruh lingkungan maka
statusnya dapat berubah dari P yang tersedia bagi tanaman menjadi tidak tersedia,
yaitu dalam bentuk Ca-P, Mg-P, Al-P, Fe-P atau occluded-P.
OH OH
M- OH + R-COO- ---> M OH + H2PO4-
H2PO4 - OC-R
Asam sitrat dan oksalat digolongkan sangat efektif dalam menurunkan retensi P
dari kaolinit dan gipsit, sedangkan asam malonat, tartarat dan malat berefektivitas
sedang, asam asetat dan suksinat digolongkan kurang efektif. Pada tanah vulkanik
yang kaya alovan asam-asam organik (benzoat, salisilat dan ptalat) tidak mampu
menurunkan retensi P. Havlin et al dalam Elfianti(2005) menjelaskan juga bahwa
tanpa anion organik maka Fe menjerap P dalam jumlah yang sangat banyak. Asam
sitrat menjerap Fe jauh lebih banyak dibanding tartarat, demikian pula dalam hal
mengurangi P terjerap. Tetapi jumlah Al yang diikat kedua asam tersebut tidak
berbeda. Asam asetat tidak efektif dalam menurunkan retensi, karena asetat
kurang kuat dalam membentuk komplek dengan Al maupun Fe.
Asam-asam organik yang mempunyai berat molekul rendah meliputi: asam alifatik
sederhana, asam amino dan asam fenolik. Asam alifatik terdapat pada tanaman
yang banyak mengandung selulosa, asam amino dihasilkan dari tanaman yang
banyak mengandung N (misalnya legum), sedang asam fenolik dihasilkan dari
tanaman golongan herba (berbatang basah seperti bayam). Asam-asam organik
tersebut antara lain: laktat, glikolat, suksinat, alfa ketoglutarat, asetat, sitrat, malat,
glukonat, oksalat, butirat dan malonat akan terbentuk selama proses perombakan
bahan organik oleh mikrobia, merupakan bentuk antara (transisi). Meskipun
jumlahnya sangat kecil yaitu sekitar 10 mM, namun karena terus menerus
terbentuk maka peranannya menjadi penting. Sebagian besar asam tersebut
merupakan asam lemah. Konsentrasi yang agak besar dapat ditemukan pada
mintakat (zone) tempat aktivitas mikrobia tinggi seperti rhizosphere atau pada
longgokan seresah tanaman yang sedang mengalami proses perombakan. Lokasi
keberadaan bakteri di daerah perakaran. Jumlah bakteri yang terdapat di daerah
perakaran dan tanah pada Tabel 1, dan jumlah mikrobia yang terbanyak di daerah
perakaran adalah bakteri pada Tabel 2 (Vega, 2007).
Urutan kemampuan asam organik dalam melarutkan fosfat adalah: asam sitrat >
asam oksalat = asam tartrat= asam malat > asam laktat = asam format = asam
asetat. Asam organik yang membentuk komplek yang lebih mantap dengan kation
logam akan lebih efektif dalam melepas Ca, Al dan Fe mineral tanah sehingga akan
melepas P yang lebih besar. Demikian juga asam aromatik dapat melepas P lebih
besar dibandingkan asam alifatik.
Menurut Yuwono (2006) bahwa kecepatan pelarutan P dari mineral P oleh asam
organik ditentukan:
(1) kecepatan difusi asam organik dari larutan tanah,
(2) waktu kontak antara asam organik dan permukaan mineral,
(3) tingkat dissosiasi asam organik,
(4) tipe dan letak gugus fungsi asam organik,
(5) affinitas kimia agen pengkhelat terhadap logam dan
(6) kadar asam organik dalam larutan tanah.
Ada beberapa metode uji untuk memilih mikroba pelarut fosfat sebagai bahan aktif
biofertilizer. Uji pertama yang sering dilakukan adalah mengukur indek pelarutan
fosfat dan kemudian dilanjutkan dengan uji invitro. Bagian Pertama ini akan
mejelaskan tentang indek pelarutan fosfat.
Indek pelarutan fosfat ini berdasarkan pada metode yang dijelaskan oleh Premono,
Moawad, dan Vlek (1996). Secara aseptis 1 ose (untuk bakteri) atau satu cuplikan
kecil dengan diameter 8 mm untuk fungi diinokulasikan ke atas media Pikovskaya.
Setiap perlakuan dilakukan dengan beberapa ulangan, minimal duplo. Isolat
diinkubasi selama beberapa hari. Indeks pelarutan fosfat adalah perbandingan
antara diameter zona jernih dibagi dengan diameter koloni.
Indek pelarutan fosfat sesuai digunakan untuk screening awal mikroba pelarut
fosfat. Metode ini mudah dan murah untuk dilakukan. Tetapi jika tidak hati-hati
metode ini bisa menimbulkan bias. Variasi indek pelarutan fosfat dipengaruhi oleh
beberapa hal, antara lain:
(1) Konsentrasi fosfat. AlPO4 tidak larut dalam air; untuk menuang medium ini ke
dalam cawan petri perlu digoyang-goyang terlebih dahulu. Ada kemungkinan bahwa
konsentrasi AlPO4 tidak seragam, sehingga zona jernihnya juga terpengaruh
(2) Ketebalan agar. Ketebalan agar di dalam cawan juga akan mempengaruhi zona
jernih. AlPO4 di agar yang lebih tebal tentunya lebih sulit untuk dilarutkan daripada
di agar yang tipis.
(3) Kecepatan pertumbuhan mikroba. Ada mikroba yang tumbuh dengan cepat dan
ada mikroba yang tumbuh lambat. Misalnya, Penicillium sp umumnya memiliki
diamater koloni yang lebih kecil daripada Aspergillus sp. Indek Penicillium sp lebih
besar dari Aspergillus sp, tetapi kemampuannya melarutkan fosfat in vitro
Penicillium sp lebih kecil daripada Aspergillus sp.
(4) Sesuai untuk membadingkan satu kelompok mikroba. Indek pelarutan fosfat
kurang sesuai untuk membandingkan antar kelompok mikroba, misalnya: fungi,
bakteri, dan aktinomicetes.
Beberapa bakteri pelarut posfat juga dapat berperan sebagai biokontrol yang dapat
meningkatkan kesehatan akar dan pertumbuhan tanaman melalui proteksinya
terhadap penyakit. Strain tertentu dari Pseudomonas sp dapat mencegah tanaman
dari patogen fungi yang berasal dari tanah. Pseudomonas fluorescens dapat
mengontrol perkembangan penyakit dumping-off tanaman. Kemampuan bakteri ini
terutama karena menghasilkan 2,4-diacethylphloroglucinol yang dapat
menghalangi pertumbuhan cendawan dumping-off Phytium ultium
(Hadiyanto,2007).
Jangan pernah menyangka kalau di bawah tanah adalah dunia yang sepi,
khususnya di daerah akar tanaman. Sesungguhnya wilayah ini adalah wilayah yang
sangat ramai, sibuk, dan hirup pikuk. Kalau kita cabut akar tanaman, lalu kita
bersihkan sisa-sisa tanahnya, maka di akar itu ada milyaran ‘mahluk-mahluk halus’
yang sedang sibuk bekerja (Gambar 32 dan 33). Mahluk-mahluk itu disebut
makhluk halus karena tidak bisa dilihat dengan mata telanjang. Mahluk ini super
kecil, untuk melihatnya perlu bantuan mikroskop dengan pembesaran kurang lebih
1000x. Karena ukurannya yang super kecil, mahluk ini juga disebut mahluk mikro
atau mikroba atau mikrobia (mikro = kecil, bio : mahluk hidup). Dalam secuil tanah
saja terdapat milyaran mahluk-mahluk halus ini.
Mikroba pelarut fosfat (MPF) umumnya diisolasi dari contoh tanah, contoh pada
Gambar 30 , 31 dan 34. MPF yang umum didapatkan antara lain dari kelompok
fungi, bakteri, dan actinomicetes. Prosedur umum untuk mengisolasi MFP adalah
sebagai berikut:
(1) Satu gram contoh tanah dimasukkan ke dalam 99 ml larutan garam fisiologis
(0.85% NaCl) steril dan dikocok selama 24 jam atau semalam. Dari pengenceran ini
diperoleh seri pengenceran 10 ext-2. Tujuan pengocokan ini agar diperoleh lebih
banyak isolat, khususnya isolat fungi.
(2) Satu ml larutan dari pengenceran 10 ext. -2 ditambahkan ke dalam 99 ml
larutan garam fisiologis dan dikocok/diaduk hingga tercampur merata. Langkah ini
diperoleh pengenceran 10 ext. -4. Pengenceran terus dilakukan hingga seri
pengencera 10 ext. - 6 s/d 10 ext. - 8.
(3) Buat medium agar Pikovskaya (5 g Ca3(PO4)2, 10 g glukosa, 0,2 gNaCl, 0,2 g
KCl, 0,1 g MgSO4.7H2O, 0,5 g NH4SO4, 0,5eksrak ragi, sedikit MnSO4 dan FeSO4
dilarutkan dalam 1liter H2O, pH = 6,8)
(4) Satu ml dari setiap seri pengenceran yang telah dibuat dimasukkan ke dalam
cawan petri steril. Medium agar Pikovskaya yang masih cair (suhu kurang lebih
50oC) dituangkan ke dalam cawan. Cawan digoyang agar sample dan media
tercampur merata.
(6) Ulangi langkah di atas secukupnya.
(7) Inkubasi dalam posisi terbalik selama beberapa hari.
(8) Mikroba yang dapat melarutkan fosfat akan membentuk zona bening di dalam
medium Pikovskaya.
(9) Setelah diperoleh MPF segera dipisahkan dan dimurnikan di dalam medium
Pikovskaya yang lain.
Isolat bakteri dan actinomicetes biasanya segera tumbuh pada umur 2 - 3 hari,
sedangkan fungi baru mulai tumbuh setelah 1 - 2 minggu.
Teknologi penyubur tanah dan tanaman, dengan menggunakan pupuk hayati SMS
Agrobost yang dibuat dengan teknologi Agricultural Growth Promoting Inoculant
(AGPI) Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pertanian Bogor, suatu inokulan
campuran yang berbentuk cair, mengandung hormon tumbuh indole acetic acid
serta mikroba indigenous (mikroba tanah setempat) asli indonesia, yang sangat
dibutuhkan dalam proses penyuburan tanah secara biologi antara lain Azospirillum
sp, Azotobacter sp, mikroba pelarut P, Lactobacillus sp, dan mikroba pendegradasi
selulosa dan Pseudomonas Sp.
Selanjutnya dijelaskan juga bahwa untuk mencapai produksi yang sama dengan
teknologi konvensional , penggunaan teknologi biofertilizer menghemat
penggunaan pupuk kimia hingga 50% , berkurangnya pencemeran lingkungan dan
dampak lebih lanjut adalah menjamin kapasitas keberlanjutan kapasitas produksi
lahan.
Salah satu produk pupuk hayati bakteri pelarut fosfat adalah pupuk biophos
(Gambar 35) yang dapat digunakan langsung pada peningkatan pertumbuhan
tanaman. Biofertilizer lain yang tersedia di pasaran antara lain Agrobost, Tiens
Golden Harvest ,Miza Pluss.
Miza Plus adalah pupuk hayati berbasis mikoriza arbuskula dan telah diformulasi
dengan memadukan sinergisme antara mikroba simbiotik dan non simbiotik. Secara
fungsional mikroba tersebut bersinergi dalam penyediaan unsur makro P, N, dan zat
pengatur tumbuh tanaman. Perbaikan rhizosfer tanaman dibuktikan dapat
memperbaiki akar dan daerah perakaran tanaman sehingga pemberian Miza Plus
disamping secara aktif menyediakan hara tanaman juga memperbaiki lingkungan
tumbuh tanaman secara berkesinambungan. Mikroba terseleksi yang terkandung
dalam Miza Plus adalah bakteri penambat N non simbiotik, bakteri pelarut fosfat,
dan bakteri pemacu pertumbuhan tanaman. Mikoriza di samping membantu
meningkatkan status hara tanaman juga membantu meningkatkan toleransi
tanaman terhadap patogen seperti patogen tular tanah.
Spesifikasi formulasi miza pluss adalah Bahan aktif : Mikoriza arbuskula, bakteri
penambat N, bakteri pelarut fosfat, dan bakteri pemacu pertumbuhan tanaman.
Warna : Putih-abu abu Bentuk : Granul ,Kemasan : 5 dan 25 kg, Masa simpan : 12
bulan.
Sen dan Paul dalam Elfiati (2005) menggunakan fosfobakterin galur fosfo 24,
Bacillus subtilis , Bacterium mycoides dan B. Mesenerricus untuk melarutkan P
organik (glisero fosfat, lesitin, tepung tulang) dan P anorganik (Ca-P, Fe-P) yang
dilakukan secara in vitro. Hasilnya menunjukkan bahwa bakteri tersebut mampu
melarutkan FePO4, Ca3(PO4)2, gliserofosfat, lesitin dan tepung tulang berturut-
turut sebanyak 2-7, 3-9, 3-13, 5-21 dan 14%.Banik (1982) memanfaatkan Bacillus
sp dan dua galur Bacillus firmus, hasil percobaannya menunjukkan bahwa ketiga
bakteri tersebut masing-masing hanya mampu melarutkan berturut-turut 0,3 , 0,9
dan 0,3 % dari senyawa Ca(PO4)2 yang diberikan dan tidak mampu melarutkan
AlPO4 dan FePO4.
Rao dan Sinha (1962) mengidentifikasikan beberapa mikroba pelarut P dari lapisan
perakaran tanaman gandum. Mikroba tersebut adalah Bacillus megaterium, Bacillus
sp, Escherechia freundii dan E. Intermedia . Supadi (1991) juga mendapatkan
anggota-anggota Escherechia yang dapat melarutkan P dari lapisan perakaran
tanaman jagung. Bakteri-bakteri tersebut meningkatkan P tersedia sebanyak 0,8-
3,7 ppm pada tanah non steril dn 0,1-3,6 ppm pada tanah steril.
Pada tanaman tebu penggunaan bakteri pelarut fosfat ( Pseudomonas puptida dan
P fluorescens) dapat meningkatkan bobot kering tanaman sebesar 5-40% dan
meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk P asal TSP sebanyak 60-135% (premono,
1994). Penelitian Setiawati (1998) mengisolasikan bakteri pelarut P dapat
meningkatkan serapan P dan bobot kering tanaman tembakau.
Pal (1998) melaporkan bahwa bakteri pelarut P (Bacillus sp) pada tanah yang
dipupuk dengan batuan fosfat dapat meningkatkan jumlah dan bobot kering bintil
akar serta hasil biji tanaman pada beberapa tanaman yang toleran masam (jagung,
bayam dan kacang panjang). Menurut Dubay (1997) inokulasi dengan Pseudomonas
striata dengan penambahan superfosfat maupun batuan fosfat dapat meningkatkan
pembentukan bintil dan serapan N pada tanaman kedelai dan bakteri ini dapat
dikulturkan dengan Bradyrhizobium japonicum tanpa efek yang merugikan.
Patten dan Glick (1996) mengemukakan bahwa efektifnya bakteri pelarut P tidak
hanya disebabkan oleh kemampuannya dalam meningkatkan ketersediaan P tetapi
juga disebabkan kemampuannya dalam menghasilkan zat pengatur tumbuh,
terutama mikroba yang hidup pada permukaan akar seperti Pseudomonas
fluorescens, P. Puptida dan P. Striata. Mikroba tersebut dapat menghasilkan zat
pengatur tumbuh seperti asam indol asetat (IAA) dan asam giberelin (GA3).
Beberapa bakteri pelarut posfat juga dapat berperan sebagai biokontrol yang dapat
meningkatkan kesehatan akar dan pertumbuhan tanaman melalui proteksinya
terhadap penyakit. Strain tertentu dari Pseudomonas sp dapat mencegah tanaman
dari patogen fungi yang berasal dari tanah. Pseudomonas fluorescens dapat
mengontrol perkembangan penyakit dumping-off tanaman. Kemampuan bakteri ini
terutama karena menghasilkan 2,4-diacethylphloroglucinol yang dapat
menghalangi pertumbuhan cendawan dumping-off Phytium ultium
(Hadiyanto,2007).
Widawati dan Suliasih (2005) meneliti tentang Augmentasi Bakteri Pelarut Fosfat
(BPF) Potensial sebagai Pemacu Pertumbuhan Caysin (Brasica caventis Oed.) di
Tanah Marginal.
Dari hasil penelitiannya didapat bahwa Empat isolat BPF jenis Bacillus
pantotheticus, Klebsiella aerogenes, Chromobacterium lividum dan B. Megaterium
sebagai inokulan padat, mampu memacu pertumbuhan tanaman caysin. Inokulan
yang berisi 4 isolat BPF jenis Bacillus pantotheticus, Klebsiella aerogenes,
Chromobacterium lividum, dan B. megaterium merupakan inokulan terbaik sebagai
biofertilizer dan menghasilkan berat daun segar 1 tanaman terbesar dari 4 tanaman
perpot (g), berat daun segar 4 tanaman per pot, dan berat tanaman segar seluruh
tanaman per pot (daun + batang + akar) sebesar 139,22 g, 575,48 g, dan 606,42 g
atau ada kenaikan 877,67%; 903,63%; 930,63 dari tanaman kontrol 3/R = tanaman
tanpa pupuk/inokulan; 354,67%; 208,30%; 217,23% dari tanaman kontrol 2/Q =
tanaman dengan pupuk kompos; dan 61,81%; 203,75%; 207,84% dari tanaman
kontrol 1/P = tanaman dipupuk kimia. Ada kenaikan pada tanaman segar seluruh
tanaman per pot (daun + batang + akar) sebesar 32,87% dari tanaman yang
diinokulasi dengan isolat BPF tunggal maupun campuran 2-3 isolat BPF.
Noor (2003) meneliti tentang pengaruh fosfat alam dan kombinasi bakteri pelarut
fosfat dengan pupuk kandang terhadap P tersedia dan pertumbuhan kedelai pada
ultisol. Dari hasil penelitiannya di dapat bahwa fosfat alam dan kombinasi bakteri
pelarut fosfat dengan pupuk kandang mampu meningkatkan P tersedia tanah ,
jumlah dan bobot kering bintil akar dan bobot kering tanaman kedelai. Pemberian
bakteri pelarut fosfat dan pupuk kandang secara sendiri-sendiri maupun
kombinasinya meningkatkan P tersedia berturut-turut 26%, 34% dan 48%
dibandingkan dengan kontrol. Kombinasi bakteri pelarut fosfat dengan pupuk
kandang meningkatkan bobot kering tanaman kedelai 29% dibandingkan kontrol.
V. KESIMPULAN
(1) Ketersediaan P didalam tanah sangat rendah karena P terjerap oleh mineral
tanah dan senyawa organik serta terfiksasi Al,Fe,Mn,Ca dan proses pelapukan yang
rendah .
(2) Bakteri Pelarut Fospat merupakan salah satu pupuk hayati yang dapat berperan
sebagai amelioran,penyedia unsur hara dan tidak terjadi pencemaran lingkungan.
(3) Pemberian Bakteri Pelarut Posfat menghasilkan asam organik yang dapat
meningkatkan ketersediaan P dan meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk
Fosfat.