Dokumen ini berisi rencana kerja dan syarat-syarat pelaksanaan proyek pembangunan jalan dan box culvert di Kabupaten Mojokerto. Termasuk lingkup pekerjaan, rencana kerja, tanggung jawab kontraktor, laporan yang harus disampaikan, dan persyaratan gambar dan ukuran.
100%(1)100% menganggap dokumen ini bermanfaat (1 suara)
895 tayangan95 halaman
Dokumen ini berisi rencana kerja dan syarat-syarat pelaksanaan proyek pembangunan jalan dan box culvert di Kabupaten Mojokerto. Termasuk lingkup pekerjaan, rencana kerja, tanggung jawab kontraktor, laporan yang harus disampaikan, dan persyaratan gambar dan ukuran.
Dokumen ini berisi rencana kerja dan syarat-syarat pelaksanaan proyek pembangunan jalan dan box culvert di Kabupaten Mojokerto. Termasuk lingkup pekerjaan, rencana kerja, tanggung jawab kontraktor, laporan yang harus disampaikan, dan persyaratan gambar dan ukuran.
Dokumen ini berisi rencana kerja dan syarat-syarat pelaksanaan proyek pembangunan jalan dan box culvert di Kabupaten Mojokerto. Termasuk lingkup pekerjaan, rencana kerja, tanggung jawab kontraktor, laporan yang harus disampaikan, dan persyaratan gambar dan ukuran.
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online dari Scribd
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 95
1
RENCANA KERJA DAN SYARAT- SYARAT ( RKS)
RENCANA KERJA DAN SYARAT SPESIFIKASI TEKNIS
I. RUANG LINGKUP PROYEK
Paket Pekerjaan : Lokasi : Pemilik Proyek : Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Kabupaten Mojokerto Pek. Utama :
II. LINGKUP PEKERJAAN
1. PEKERJAAN PENDAHULUAN a) Persiapan dan Sewa Direksi Keet b) Uitzet Dengan waterPass / Theodolit c) Mobilisasi dan Demobilisasi
2. PEKERJAAN TANAH a) Penggalian Tanah + Pembuangan b) Pengurugan Sirtu dengan Pemadatan Menggunakan Alat Berat c) Pengurugan Sirtu Bahu Jalan
3. PEKERJAAN JALAN RIGID a) Pek. Beton Mutu K-350 Rigid Pavement b) Pek. Dowel 22 - 300 mm c) Pek. Tie Bar D 13 - 750 mm d) Pek. Besi Tulangan Dowel & Tie Bar Support e) Pek. Pemasangan Plastik Polythene f) Pek. Asphalt Sealent (Joint Sealent) g) Pek. Grooving h) Sewa Bekisting Plat Besi t : 3 mm i) Pek. Pengecatan j) Pek. Selongsong Pipa PVC 1 " k) Pek. Kayu Usuk 5/7 l) Pek. Concrete cutting m) Pek. Pembesian Plat Jembatan
4. PEKERJAAN JALAN ASPAL a) Pek. CTB b) Lap. Aspal Resap Pengikat ( Prime Coat ) c) Lap. Aspal Resap Perekat ( Tack Coat ) d) Pek. Lapisan AC-WC Levelling e) Pek. Lapisan AC-BC Tb. 5 cm f) Aspal g) Filler ( Bahan Pengisi )
5. PEKERJAAN DINDING PENAHAN a) Pas. Batu Belah 1 Pc : 4 Ps b) Plesteran Halus 1 Pc : 4 Ps tebal 1.5 cm c) Siaran 1 PC : 2 PS d) Urugan Pasir Tb.10 cm e) Pek. Beton Bertulang Pelat Lajur K-175
6. PEKERJAAN BOX CULVERT a. Pekerjaan Box Culvert
2
RENCANA KERJA DAN SYARAT- SYARAT ( RKS)
7. PEKERJAAN LAIN LAIN a) Pengadaan dan Pemasangan Tiang Beton PJU, P = 7 m b) Pembersihan Lokasi c) Quality Control
III. RENCANA KERJA
Dalam waktu Secepat-cepatnya 7 hari serta selambat-lambatnya 14 hari setelah Surat Perintah Kerja (SPK) turun, Kontraktor harus mengajukan sebuah rencana kerja atau action plan tertulis lengkap dengan gambar-gambar pendukung metode kerja, sehubungan dengan pelaksanaan pekerjaan seperti yang disebutkan dalam dokumen tender, menjelaskan secara terperinci urusan pekerjaan dan cara melaksanakan pekerjaan tersebut termasuk hal-hal khusus bila diperlukan, persiapan-persiapannya, peralatan, pekerjaan sementara yang ada sejauh mana hal tersebut mencakup lingkup dari pekerjaannya dan harus mendapatkan persetujuan dari Direksi, pengawas dan pihak-pihak atau instansi yang terkait dengan kelangsungan proyek tersebut di atas.
IV. TEMPAT KERJA
Bilamana diperlukan tempat kerja, dan tempat kerja tersebut di luar daerah pengawasan proyek, dimana harus membayar sewa/dikeluarkan biaya ganti rugi, maka Kontraktor harus menyelesaikannya tanpa membebani Direksi dengan pembiayaan tambahan.
V. TANGGUNG JAWAB KONTRAKTOR
Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor wajib memeriksa kekuatan konstruksi lama yang akan dilaksanakan dan harus mengkonsultasikan dengan Konsultan Perencana dan Konsultan Pengawas. Segala sesuatu kerusakan yang timbul akibat kelalaian Kontraktor tidak melaksanakan pemeriksaan kekuatan maka hal tersebut menjadi tanggung jawab Kontraktor. Pada keadaan apapun, dimana pekerjaan-pekerjaan yang dilaksanakan telah mendapat persetujuan Direksi Lapangan tidak berarti membebaskan Kontraktor atas tanggung jawab pada pekerjaannya sesuai dengan isi kontrak.
VI. TENAGA KERJA
Tenaga-tenaga kerja yang digunakan hendaknya dari tenaga-tenaga yang ahli/terlatih dan berpengalaman pada bi dangnya dan dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik sesuai dengan ketentuan / petunjuk Direksi Lapangan.
VII. SATUAN UKURAN
Semua satuan ukuran yang disebutkan dalam spesifikasi ini serta yang digunakan di dalam pekerjaan adalah standar meter dan kilogram. Bila disebut satu ton, yang dimaksud adalah satu ton yang bernilai 1000 kilogram.
VIII. PERINTAH UNTUK PELAKSANAAN
Bila Kontraktor tidak berada di tempat pekerjaan dimana Direksi bermaksud untuk memberikan petunjuk-petunjuk, maka petunjuk-petunjuk itu harus diturut dan dilaksanakan oleh Pelaksana atau orang-orang yang ditunjuk untuk mewakili Kontraktor . Orang atau pelaksana tersebut harus mengerti bahasa yang dipakai oleh Direksi, atau Kontraktor akan menyediakan penterjemah khusus untuk keperluan tersebut.
IX. PEKERJAAN DAN BAHAN BAHAN YANG TERMASUK DALAM HARGA SATUAN
Pekerjaan dan bahan-bahan yang diperlukan sesuai dengan macam-macamnya seperti yang disebutkan pada artikel-artikel dalam spesifikasi ini, gambar rencana, petunjuk tambahan ataupun petunjuk-petunjuk Direksi di lapangan harus tercakup dalam pembiayaan untuk tenaga kerja, harga bahan, organisasi kerja, biaya tak terduga, keuntungan, biaya-biaya penggantian sewa / pemakaian tanah pada pihak ketiga, atau kerusakan atas milik seseorang, kerja-kerja lain yang disebut dalam spesifikasi ini untuk kesempurnaan hasil kerja di mana tidak ada mata pembiayaan khusus pengaliran 3
RENCANA KERJA DAN SYARAT- SYARAT ( RKS)
air darurat selama pelaksanaan kerja, pembongkaran, peralatan, penempatan bahan-bahan sesuai dengan petunjuk perlindungan, perkuatan, pengaturan as saluran dan tenaga ahli untuk keperluan ini, perumahan dan pembiayaan lain yang biasanya diperlukan guna menyelesaikan pekerjaan sebaik- baiknya.
X. LAPORAN
1. LAPORAN PERKEMBANGAN BULANAN Kontraktor harus mempersiapkan dan memberikan kepada Direksi, tanpa biaya tambahan, dalam jarak waktu dan dalam bentuk yang ditetapkan oleh Direksi, lima (5) salinan laporan bulanan yang berisi sebagai berikut : Perkembangan fisik dari pekerjaan hingga bulan yang mendahului dan perkiraan perkembangan untuk bulan ini, Tingkat perkembangan berdasarkan pada jadwal pekerjaan pembangunan. Perkiraan jumlah pembayaran dari Pemberi Pekerjaan kepada Kontraktor untuk bulan ini. Sebuah tabulasi mengenai catatan Bangunan Kontruksi yang barang-barang pokoknya dan peralatannya terdiri dari Bangunan Konstruksi yang disediakan untuk pelaksanaan pekerjaan sepanjang bulan sebelumnya. Sebuah tabulasi pegawai menunjukan staf supervisi dan jumlah dari beberapa kelas buruh yang dipekerjakan oleh Kontraktor dalam bulan sebelumnya. Kwantitas mengenai barang pokok dari bahan-bahan dan alat yang disuplai dan dipergunakan dalam bulan sebelumnya dengan inventarisasi bahan-bahan demikian itu. Bahan-bahan lainnya yang mungkin diperlukan berdasarkan kontrak atau secara spesifik oleh Direksi. 2. LAPORAN MINGGUAN Kontaktor harus mempersiapkan laporan mingguan dari masing-masing seksi pekerjaan seperti yang diminta oleh Direksi dan dalam bentuk yang disetujui oleh Direksi. Laporan tersebut akan berisi namun tidak terbatas pada, pekerjaan yang diperkerjakan di pekerjaan, bahan-bahan di lokasi pekerjaan, bahan-bahan yang sedang dalam pesanan, kecelakaan dan informasi lainnya yang relevan dengan perkembangan pekerjaan tiap minggunya. 3. LAPORAN HARIAN Kontaktor harus mempersiapkan laporan harian atau berkala dari masing-masing seksi pekerjaan seperti yang diminta oleh Direksi dan dalam bentuk yang disetujui oleh Direksi. Laporan tersebut akan berisi namun tidak terbatas pada, pekerjaan yang diperkerjakan di pekerjaan, bahan-bahan di lokasi pekerjaan, bahan-bahan yang sedang dalam pesanan, kecelakaan dan informasi lainnya yang relevan dengan perkembangan pekerjaan. 4. LAPORAN AKHIR Kontaktor harus mempersiapkan laporan akhir pekerjaan pada akhir proyek, dimana laporan akhir pekerjaan merupakan kumpulan dari laporan harian, laporan mingguan dan laporan bulanan yang dibuat selama proyek tersebut berlangsung. 5. BUKU TAMU Pihak Kontraktor harus menyediakan satu buku tamu di Direksi Keet (Kantor di Lokasi Proyek). Tamu adalah orang-orang yang bukan karyawan Kontraktor. 6. PELAKSANAAN AUDIT OLEH PROYEK Selain tersebut diatas, Pemilik Proyek berhak melaksanakan audit bila perlu sehubungan dengan: Adanya biaya yang timbul pada saat berakhirnya kontrak seperti dalam syarat syarat umum kontrak, dan Biaya-biaya lain yang mungkin diminta oleh Kontraktor yang tidak terdapat dalam Kontrak. Pihak Kontraktor wajib membuat pembukuan yang tepat mengenai hal-hal diatas, setelah mendapatkan persetujuan dari konsultan perencana dan konsultan pengawas. 7. REQUEST FOR ISPECTION / IJIN TAHAPAN Untuk setiap tahapan pekerjaan yang akan dilaksanakan kontraktor diwajibkan membuat ijin tahapan pekerjaan yang diajukan kepada direksi dan atas persetujuan direksi maka pekerjaan baru boleh dilaksanakan.
XI. GAMBAR GAMBAR DAN UKURAN
1) GAMBAR YANG DIPERLUKAN DALAM PELAKSANAAN PEKERJAAN ADALAH : Gambar yang termasuk dalam dokumen tender Gambar perubahan yang disetujui Direksi Gambar lain yang disediakan dan disetujui Direksi 4
RENCANA KERJA DAN SYARAT- SYARAT ( RKS)
2) KONTRAKTOR MENYIAPKAN SEMUA GAMBAR GAMBAR PROYEK, DALAM BENTUK UKURAN A3 YANG DI SIMPAN OLEH DIREKSI 3) KONTRAKTOR DIHARUSKAN MENYIMPAN SATU SET DI KANTOR LAPANGAN UNTUK DIPERGUNAKAN SETIAP SAAT KETIKA DIPERLUKAN 4) GAMBAR GAMBAR PELAKSANAAN (SHOP DRAWING) DAN DETAILNYA HARUS MENDAPATKAN PERSETUJUAN DIREKSI SEBELUM DIPERGUNAKAN DALAM PELAKSANAAN PEKERJAAN 5) PADA PENYERAHAN TERAKHIR PEKERJAAN YAKNI SESUDAH SELESAINYA MASA PEMELIHARAAN HARUS DISERTAI GAMBAR HASIL PELAKSANAAN (AS BUILT DRAWING). 6) SEMUA UKURAN DINYATAKAN DALAM SISTEM METRIK 7) KALAU TERDAPAT PERBEDAAN DENGAN SPESIFIKASI MAKA YANG BENAR DAN BERLAKU ADALAH YANG DITETAPKAN OLEH DIREKSI
XII. WILAYAH KERJA
1. Secara umum Kontraktor dilarang menimbun atau menempatkan bahan-bahan bangunan di tepi jalan umum karena jalan umum tidak termasuk wilayah kerja Kontraktor kecuali ada pertimbangan khusus dan atas persetujuan dari Direksi. 2. Apabila tidak terdapat tempat kosong yang sesuai untuk menimbun atau menyimpan bahan-bahan bangunan di sekitar lokasi proyek, maka bahan bangunan harus didatangkan dari gudang Kontraktor atau Leveransir setiap hari dengan jumlah yang cukup untuk pekerjaan satu hari. 3. Apabila di dalam pelaksanaan pekerjaan, terdapat jaringan utilitas kontraktor harus berkoordinasi dengan instansi yang terkait sehubungan dengan jaringan utilitas yang ada.
XIII. BAHAN BAHAN DAN MUTU PEKERJAAN
1. Semua bahan yang dipergunakan untuk melaksanakan setiap jenis pekerjaan harus terdiri dari kualitas tinggi sesuai dengan yang tercantum dalam syarat-syarat kualitas bahan masing-masing bagian pekerjaan. Hasil pekerjaan dan mutu termasuk bahan bahan yang terpakai harus diterima dan disetujui Direksi. 2. Semua bahan yang dipergunakan harus memenuhi persyaratan yang tercantum dalam peraturan standar yang berlaku di Indonesia. Standar peraturan yang berlaku adalah edisi yang terakhir. Untuk bahan-bahan yang mutunya belum diatur dalam peraturan standar maupun ketentuan dalam spesifikasi teknis, harus mendapat persetujuan dari Direksi sebelum dipergunakan. 3. Untuk bahan-bahan yang mutunya masih berdasarkan standar Internasional, apabila diperlukan, Direksi dapat meminta Kontraktor untuk menunjukkan sertifikat tes dari agen, distributor yang menjual atau pabrik yang memproduksi bahan yang bersangkutan. 4. Apabila diperlukan, Direksi dapat meminta copy atau tembusan dari perintah pembelian (faktur) yang dipesan Kontraktor kepada leveransir atau distributor untuk pembelian bahan-bahan yang akan dipakai. 5. Sebelum bahan-bahan yang dipesan dikirim ke lokasi proyek, Kontraktor harus menunjukkan contoh dari bahan bersangkutan kepada Direksi untuk diperiksa dan diteliti mengenai jenis, mutu, berat, kekuatan dan sifat-sifat penting lainnya dari bahan tersebut. 6. Apabila bahan-bahan yang dikirim ke lokasi proyek ternyata tidak sesuai dengan contoh yang ditunjukkan, baik dalam hal mutu, jenis, berat maupun kekuatannya, maka Direksi berwenang untuk menolak bahan tersebut dan mengharuskan Kontraktor untuk menyingkirkannya dan diganti dengan bahan-bahan yang sesuai dengan contoh yang telah diperiksa terdahulu. 7. Semua bahan yang disimpan di lokasi proyek harus diletakkan dan dilindungi sedemikian rupa sehingga tidak akan terjadi kontaminasi atau mengalami proses lainnya yang dapat mengakibatkan rusaknya atau menurunnya mutu bahan-bahan tersebut. 8. Sesuai dengan ketentuan yang berlaku, Kontraktor dilarang menyimpan bahan-bahan berbahaya seperti minyak, cairan lainnya yang mudah terbakar, gas dan bahan kimia sedemikian rupa sehingga keselamatan orang dan keamanan lingkungan sekitarnya dapat dijamin. 9. Penggunaan bahan-bahan dalam pelaksanaan pekerjaan harus mengikuti pedoman atau petunjuk dari pabrik yang memproduksinya. Kelalaian dalam hal ini merupakan tanggung jawab Kontraktor . 5
RENCANA KERJA DAN SYARAT- SYARAT ( RKS)
10. Direksi berhak menunjuk seorang ahli dalam memeriksa mutu bahan-bahan yang diajukan oleh Kontraktor , baik di lokasi proyek maupun di gudang leveransir atau dilokasi pabrik atau produsen. Dalam melaksanakan tugasnya ahli mempunyai wewenang untuk mewakili Direksi dalam menguji dan menilai bahan-bahan yang diajukan Kontraktor.
XIV. PELAKSANAAN PEKERJAAN DALAM KEADAAN KERING
Apabila pada keadaan tertentu Direksi memandang perlu untuk melaksanakan pekerjaan pada kondisi tanah yang kering, maka Kontraktor diharuskan menyediakan pompa air berkapasitas cukup beserta alat Bantu dan pelengkapnya untuk menjamin agar dasar permukaan tanah tetap kering selama pekerjaan berlangsung. Kondisi muka air tanah yang tinggi dan jenis tanah yang kurang kedap air dapat menyebabkan derasnya rembesan air tanah ke dalam galian. Dalam hal ini pelaksanaan pekerjaan menuntut kemajuan pekerjaan yang cepat dan Direksi dapat menginstruksikan untuk menambah pompa-pompa agar dasar galian tetap dalam keadaan kering. Kelalaian Kontraktor dalam menyediakan pompa dan bangunan sementara lainnya yang dapat mengakibatkan rusaknya konstruksi yang telah dibuat adalah tanggung jawab Kontraktor sepenuhnya. Dalam hal ini semua biaya perbaikan ditanggung Kontraktor . Air hujan yang mengalir ke dalam galian yang mengakibatkan kerusakan Kontruksi pondasi yang masih dalam pelaksanaan termasuk resiko Kontraktor .Hujan lebat yang mengakibatkan genangan pada galian tidak dianggap Force Majeure, dan perbaikan atas kerusakan yang terjadi adalah beban Kontraktor
6
RENCANA KERJA DAN SYARAT- SYARAT ( RKS)
a) PERSIAPAN DAN SEWA DIREKSI KIT Kontraktor harus menyediakan kantor lapangan untuk dipergunakan oleh Direksi selama pelaksanaan pekerjaan, alat komunikasi serta gudang untuk menyimpan bahan dan peralatannya. Lokasi untuk membangun gudang dan kantor lapangan akan ditentukan oleh Direksi. Ukuran dan bentuk gudang, kantor lapangan beserta perlengkapannya harus memenuhi standarisasi yang di tentukan oleh Direksi. Syarat-syarat minimum yang harus dipenuhi untuk pembuatan gudang dan kantor lapangan adalah penyediaan sarana sanitasi air bersih, sambungan listrik, alat pemadam api dan kotak pertolongan pertama. Pemeliharaan, kebersihan dan keamanan gudang dan kantor lapangan merupakan tanggung jawab Kontraktor. Tempat kosong untuk parkir kendaraan proyek harus disediakan di sekitar kantor lapangan. Pada saat pelaksanaan pekerjaan dinyatakan selesai, gudang dan kantor lapangan harus dibongkar oleh Kontraktor atas biaya sendiri dan semua peralatan dan perlengkapan tetap menjadi milik Kontraktor. Bangunan untuk kantor Direksi yang diuraikan dalam pasal di atas akan dibayar secara harga unit price untuk sewa direksi keet, dimana harus dianggap bahwa pembayaran dilaksanakan secara penuh baik untuk pekerjaan pembangunan, pengadaan, pelayanan, pembersihan maupun pekerjaan pembongkaran bangunan setelah selesai penanganan pekerjaan. Untuk keperluan air kerja kontraktor harus menyediakan sendiri air tawar yang bersih dan tidak mengandung minyak, garam, alkali dan bahan-bahan organis atau bahan lain yang dapat merusak pelaksanaan pekerjaan. Kontraktor harus menyediakan generator sebagai daya listrik secukupnya, guna kebutuhan penerangan proyek dan keperluan pelaksanaan pekerjaan. Kontraktor bertanggung jawab atas semua biaya pengadaan fasilitas tersebut pada butir a dan b. Bangunan tersebut harus dapat dijamin agar di dalamnya bebas dari air hujan dan sinar matahari, termasuk dapat melindungi material yang tersimpan. Kontraktor harus mengisi perabotan maupun perlengkapan lain berupa buku harian Kontraktor membuat dan memasang papan nama proyek dilokasi dengan ukuran 0,9 m x 1,2 m
b) UITZET DENGAN WATERPAS / THEODOLIT Jaringan Dan Permukiman - Jaringan dan permukiman diambil berdasarkan referensi titik tetap (patok beton) yang dipasang oleh Dinas Tata Kota Kabupaten Mojokerto yang terdekat. - Semua elevasi yang ditunjukkan dan tercantum dalam gambar adalah elevasi yang dikaitkan dengan ketinggian patok titik tetap seperti yang dijelaskan pada butir di atas. - Patok titik tetap yang dipergunakan sebagai referensi dalam proyek ini tercantum dalam gambar-gambar rencana atau akan ditunjukkan oleh Direksi di lapangan. Pekerjaan Pengukuran Dan Survey Lapangan - Sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor harus menggerakkan personil tekniknya untuk melakukan survey dan membuat laporan mengenai kondisi fisik lapangan khususnya lokasi rencana konstruksi apakah terdapat ketidaksesuaian. Kontraktor bersama-sama dengan Direksi harus secara bersama-sama mengambil peil permukaan dan sounding areal kerja dan menyetujui semua kekhususan terhadap mana semua pekerjaan didasarkan. - Kontraktor harus menyediakan dan merawat stasion survey yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan dan harus membongkarnya setelah pekerjaan selesai. - Kontraktor harus memberitahu Direksi sekurang-kurangnya 24 jam dimuka, bila akan mengadakan levelling pada semua bagian daripada pekerjaan. - Kontraktor harus menyediakan atas biaya Kontraktor, semua bantuan yang diperlukan Direksi dalam pengadaan pengecekan levelling tersebut. 7
RENCANA KERJA DAN SYARAT- SYARAT ( RKS)
- Pekerjaan dapat dihentikan beberapa saat oleh Direksi bila dipandang perlu untuk mengadakan penelitian kelurusan maupun level dari bagian-bagian pekerjaan. - Kontraktor harus membuat peil/titik-titik tanda (bench mark) permanen di tiap-tiap bagian pekerjaan dan peil ukuran ini harus diberi pelindung dan dirawat selama berlangsungnya pekerjaan agar tidak berubah. - Kontraktor harus menyediakan alat-alat ukur selama pekerjaan berlangsung berikut ahli ukur yang berpengalaman sehingga apabila dianggap perlu setiap saat siap mengadakan pengukuran ulang. - Pengukuran titik ketinggian dan sudut-sudut hanya dilakukan dengan alat optik dan sudah ditera kebenarannya/dikalibrasi. - Apabila terdapat perbedaan antara elevasi yang tercantum dalam gambar dengan hasil pengukuran ulang, maka Direksi akan memutuskan hal itu kemudian. - Apabila terdapat kesalahan dalam pengukuran kembali, maka pengukuran ulang menjadi tanggung jawab Kontraktor. Kontraktor harus mengukur ukang lagi dan dikoreksi oleh pihak Direksi. - Pengukuran kembali juga dilakukan setelah pekerjaan selesai. - Hasil pengukuran kembali berupa gambar Long Section dan Cross Section per titik. Tiap Titik adalah sejarak 25 meter. - Hasil pengukuran lengkap mengenai peil elevasi, sudut, koordinat, serta letak patok patok harus dibuat gambarnya dan dilaporkan kepada Direksi untuk mendapatkan persetujuan. Kebenaran dari hasil laporan tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor. - Jika menurut pendapat Direksi kemajuan Kontraktor tidak memuaskan untuk menyelesaikan pekerjaan survey ini tepat pada waktunya atau dalam hal Kontraktor tidak memulai pekerjaan atau melakukan pekerjaan tidak dengan standar yang ditentukan. Direksi dapat menunjuk stafnya sendiri atau pihak lain untuk mengerjakan survey lapangan dan membebankan seluruh biayanya kepada Kontraktor. - Jika diperlukan untuk mengetahui kondisi tanah (tekstur, jenis tanah dan daya dukung tanah) , kontraktor diwajibkan melakukan test penyelidikan tanah dengan menunjuk pihak / lembaga yang bergerak dalam tes penyelidikan tanah yang bersertifikasi.
c) MOBILISASI DAN DEMOBILISASI Mobilisasi dan Demobilisasi berkaitan dengan proses pengadaan material pre-cast, dan alat berat. Mobilisasi dan Demobilisasi sepenuhnya menjadi tanggung jawab kontraktor. Alat berat yang sudah tidak diperlukan harus segera dikembalikan agar tidak mengganggu aktivitas proyek yang lainnya, ataupun aktivitas warga sekitar proyek.
8
RENCANA KERJA DAN SYARAT- SYARAT ( RKS)
a) PENGALIAN TANAH - Galian tanah harus sesuai dengan ukuran dalam gambar atau sampai tanah keras. Apabila diperlukan untuk mendapatkan daya dukung yang baik, dasar galian harus dipadatkan/ditumbuk. - Jika galian melampaui batas kedalaman, pemborong harus menimbun kembali dan dipadatkan sampai kepadatan maksimum. - Hasil galian yang dapat dipakai untuk penimbunan harus diangkat langsung ketempat yang direncanakan yang disetujui direksi. Sedangkan hasil galian yang tidak dapat dipakai untuk penimbunan harus disingkirkan ketempat yang disetujui direksi. b) URUGAN SIRTU PADAT - Bahan yang digunakan sebagai urugan adalah Sirtu Padat Ngoro Pilihan - Mutu Bahan. Sirtu Urug harus terbebas dari Lumpur, Oli, Air, bahan organic maupun an organic. - Prosedur Pelaksanaan Pelaksanaan Urugan Sirtu Padat sepanjang Rigid (dibawah konstruksi Rigid) sebagai leveling, Persyaratan tanah dasar untuk perkerasan kaku sama dengan persyaratan tanah dasar untuk perkerasan lentur, baik mengenai daya dukung, kepadatan maupun kerataannya. Lapis pondasi bawah untuk perkerasan kaku dapat berupa lean concrete (beton kurus), atau bahan berbutir yang bisa berupa agregat atau lapisan pasir (sand bedding). Lapis pondasi bawah tidak dimaksudkan untuk ikut menahan beban lalu lintas, tetapi lebih berfungsi sebagai lantai kerja dan sebagai fasilitas drainase agar air dapat bebas bergerak di bawah plat beton tanpa mengerosi butir-butir tanah yang membentuk tanah dasar. Oleh karena itu biasanya lapis pondasi bawah dari bahan berbutir harus memenuhi persyaratan sebagai filter material. Persiapan penting yang harus dilakukan sebelum penghamparan plat beton meliputi berbagai hal seperti membentuk, membuat penyesuaian-penyesuaian seperlunya pada permukaan tanah dasar atau lapis pondasi bawah, dan bila perlu, menambahkan air dan memadatkan kembali permukaan disesuaikan dengan alinyemen dan potongan melintang seperti ditunjukkan dalam Gambar Rencana. Pembentukan permukaan secara teliti sangat penting bagi pelaksanaan ditinjau dari segi jumlah beton yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan. Bila digunakan metode dengan acuan tetap (fixed form) dianjurkan agar lapis pondasi bawah dibuat paling sedikit 30 cm lebih lebar dari pada lebar plat beton yang akan dicor, pada masing-masing sisi memanjang hamparan, yang akan berguna sebagai landasan acuan tetap. Bila digunakan metode dengan acuan gelincir (slip form) hal tersebut tidak diperlukan, karena biasanya alat penghampar sudah dilengkapi peralatan otomatis untuk mengatur ketinggian penghamparan sesuai dengan yang direncanakan (string control). Bagian-bagian permukaan yang menonjol harus dikupas. Bagian-bagian, yang rendah harus diisi dan dipadatkan sesuai dengan persyaratan kepadatan. Bila alat pengupas dilengkapi dengan sistem pengatur ketinggian otomatis, maka alat tersebut dapat langsung dioperasikan di atas permukaan yang akan dibentuk.
c) URUGAN SIRTU BAHU JALAN - Bahan yang digunakan sebagai urugan adalah Sirtu Padat Ngoro Pilihan - Mutu Bahan. Sirtu Urug harus terbebas dari Lumpur, Oli, Air, bahan organic maupun an organic. - Prosedur Pelaksanaan Pelaksanaan Urugan Sirtu Padat sepanjang Rigid (dibawah konstruksi Rigid) sebagai leveling, Persyaratan tanah dasar untuk perkerasan kaku sama dengan persyaratan tanah dasar untuk perkerasan lentur, baik mengenai daya dukung, kepadatan maupun kerataannya. Lapis pondasi bawah untuk perkerasan kaku dapat berupa lean concrete (beton kurus), atau bahan berbutir yang bisa berupa agregat atau lapisan pasir (sand bedding). Lapis pondasi bawah tidak dimaksudkan untuk ikut menahan beban lalu lintas, tetapi lebih berfungsi sebagai lantai kerja dan sebagai fasilitas drainase agar air dapat bebas bergerak di bawah plat beton tanpa mengerosi butir-butir tanah yang membentuk tanah dasar. Oleh karena itu 9
RENCANA KERJA DAN SYARAT- SYARAT ( RKS)
biasanya lapis pondasi bawah dari bahan berbutir harus memenuhi persyaratan sebagai filter material. Persiapan penting yang harus dilakukan sebelum penghamparan plat beton meliputi berbagai hal seperti membentuk, membuat penyesuaian-penyesuaian seperlunya pada permukaan tanah dasar atau lapis pondasi bawah, dan bila perlu, menambahkan air dan memadatkan kembali permukaan disesuaikan dengan alinyemen dan potongan melintang seperti ditunjukkan dalam Gambar Rencana. Pembentukan permukaan secara teliti sangat penting bagi pelaksanaan ditinjau dari segi jumlah beton yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan. Bila digunakan metode dengan acuan tetap (fixed form) dianjurkan agar lapis pondasi bawah dibuat paling sedikit 30 cm lebih lebar dari pada lebar plat beton yang akan dicor, pada masing-masing sisi memanjang hamparan, yang akan berguna sebagai landasan acuan tetap. Bila digunakan metode dengan acuan gelincir (slip form) hal tersebut tidak diperlukan, karena biasanya alat penghampar sudah dilengkapi peralatan otomatis untuk mengatur ketinggian penghamparan sesuai dengan yang direncanakan (string control). Bagian-bagian permukaan yang menonjol harus dikupas. Bagian-bagian, yang rendah harus diisi dan dipadatkan sesuai dengan persyaratan kepadatan. Bila alat pengupas dilengkapi dengan sistem pengatur ketinggian otomatis, maka alat tersebut dapat langsung dioperasikan di atas permukaan yang akan dibentuk.
10
RENCANA KERJA DAN SYARAT- SYARAT ( RKS)
a) PEKERJAAN BETON MUTU K-350 RIGID PAVEMENT
Persyaratan Sifat Campuran Seluruh beton yang digunakan dalam pekerjaan harus memenuhi kuat tekan dan "slump" yang dibutuhkan seperti yang disyaratkan dalam Tabel 5.3, bila pengambilan contoh, perawatan dan pengujian sesuai dengan SNI 03-1974-19 90 (AASHTO T22), Pd M-16-1996-03 (AASHTO T23), SNI 03-2493-1991 (AASHTO T126), SNI 03-2458-1991 (AASHTO T141). Pekerjaan beton menggunakan pabrikasi (readymix) dengan K-400 Kuat tekan karateristik beton harus sesuai dengan persyaratan-persyaratan Tabel 5.3. Dengan menggunakan cara pengujian kuat lentur karakteristik harus tidak kurang dari 45 kg/cm 2
Beton tersebut harus merupakan jenis yang memiliki sifat kemudahan pengerjaan yang sesuai untuk mencapai pemadatan penuh dengan instalasi yang digunakan dengan tanpa pengaliran yang tak semestinya. Slump optimum sebagaimana diukur dengan cara pengujian AASHTO T 199 harus tidak kurang dari 20 mm dan tidak lebih besar dan 60 mm. Slump tersebut harus dipertahankan dalam batas toleransi 20 mm dari slump optimum yang disetujui. Beton yang tidak memenuhi persyaratan-persyaratan slump tersebut tidak boleh digunakan untuk plat beton perkerasan. Bilamana pengujian beton berumur 7 hari menghasilkan kuat beton di bawah kekuatan yang disyaratkan dalam Tabel 5.3., maka Kontraktor tidak diperkenankan mengecor beton lebih lanjut sampai penyebab dari hasil yang tidak memenuhi persyaratan tersebut dapat diketahui dengan pasti dan sampai telah diambil tindakan-tindakan yang menjamin bahwa produksi beton memenuhi ketentuan yang disyaratkan. Kuat tekan beton berumur 28 hari yang tidak memenuhi ketentuan harus diperbaiki sebagaimana disyaratkan. Kekuatan beton dianggap lebih kecil dari yang disyaratkan bilamana hasil pengujian serangkaian benda uji dari suatu bagian pekerjaan lebih kecil dari kuat tekan karakteristik yang diperoleh dari rumus.yang diuraikan dalam Butir 7.6.2.c.
Catatan : bila menggunakan concrete pump, slump bisa berkisar antara 75 25 mm Pekerjaan dapat pula dihentikan dan atau memerintahkan Kontraktor mengambil tindakan perbaikan untuk meningkatkan mutu campuran atas dasar hasil pengujian kuat tekan beton berumur 3 hari. Dalam keadaan demikian, Kontraktor harus segera menghentikan pengecoran beton yang dipertanyakan tetapi dapat memilih menunggu sampai hasil pengujian kuat tekan beton berumur 7 hari diperoleh, sebelum menerapkan tindakan perbaikan. Perbaikan atas pekerjaan beton yang tidak memenuhi ketentuan dapat mencakup pembongkaran dan penggantian seluruh beton tidak boleh berdasarkan pada hasil pengujian kuat tekan beton berumur 3 hari saja, perlu analisis teknis. Kekuatan Beton Beton harus mempunyai kekuatan lentur karakteristik sebesar 45 kg/cm 2 pada umur 28 hari bila diuji sesuai dengan ASSHTO T 97. Bila pengujian dilakukan pada kubus 15 cm, kekuatan tekan karakteristik harus sebesar 350 kg/cm 2 pada umur 28 hari. Kekuatan beton 7 hari harus sebesar 0,7 x kekuatan lentur karakteristik Pengecoran Dan Penyelesaian Akhir Beton Pengecoran Peralatan Pengecoran Peralatan pengecoran harus mampu mengalirkan adukan beton dari truck mixer dan menuangkannya ke setiap tempat tanpa terjadi pemisahan butir (segregasi) dan tanpa merusak permukaan yang dihampar. Pada pekerjaan besar, pengecoran seringkali menuntut penggunaan ulir (screw), ban berjalan (belt), atau wadah (hopper) sebagai alat penghampar adukan. Peralatan ini biasanya beroperasi dari bahu jalan atau dari jalur sebelahnya dari jalur yang sedang dikerjakan, dan menuangkan campuran beton ke seluruh lebar permukaan yang telah dibentuk. pengecoran dilakukan dengan mesin pengaduk berjalan (truck mixer), dan untuk Mutu Beton Kuat Tekan Karakteristik min. (kg/cm2) Slump (mm) Benda Uji Kubus 15 x 15 x 15 cm Benda Uji Silinder 15 cm x 30 cm Digetarkan Tidak Digetarkan 7 hari 28 hari 7 hari 28 hari K600 390 600 325 500 20 50 - K500 325 500 260 400 20 50 - K400 285 400 240 330 20 50 - K350 250 350 210 290 20 50 50 100 K300 215 300 180 250 20 50 50 100 K250 180 250 150 210 20 50 50 100 K225 150 225 125 190 20 50 50 100 K175 115 175 95 145 30 60 50 100 K125 80 125 70 105 20 50 50 100 13
RENCANA KERJA DAN SYARAT- SYARAT ( RKS)
menuangkan adukan hanya tersedia talang (chute), maka disarankan dilakukan penghamparan jalur sesaat (lane at a time). Beton tanpa tulangan bisa juga dilaksanakan dengan menuangkan campuran beton di atas permukaan di depan mesin penghampar dengan mengggunakan dump truck. Untuk Memaksimalkan pemadatan beton, harus menggunakan alat Mesin getar (vibrator), agar tidak terjadi rongga pada beton Keadaan Khusus Apabila lebar penghamparan tidak sama (misal pada jalan masuk / ramp, persimpangan), maka metoda pengecoran yang biasa tidak selalu dapat diterapkan. Untuk keadaan demikian, perlu diperhatikan agar untuk mencapai kedudukan akhir, campuran beton jangan dituang secara sembarangan dengan didorong atau digetarkan. Pengecoran secara manual mungkin perlu dilakukan, untuk menghindarkan pemisahan butir. Penghamparan Peralatan Pada pekerjan besar, biasanya harus disediakan baik penghampar jenis dayung (paddle) atau ulir (auger), atau ban berjalan, maupun jenis wadah (hopper) dan ulir (auger), kecuali apabila digunakan penghampar acuan gelincir. Pada mesin penghampar acuan gelincir, peralatan penghampar (spreader) merupakan bagian yang sudah melekat (built-in). Untuk mengurangi pemisahan butir, semua peralatan harus dioperasikan secara seksama. Dalam hal apa pun, beton harus dihampar dengan ketebalan yang cukup untuk pemadatan dan penyelesaian akhir. Pemadatan Pemadatan pada sambungan dan tepi-tepi, penekanan, pemadatan secara tumbuk, dan pemadatan secara getar, sampai tingkat tertentu cukup efektif, tapi tidak secara otomatis menjamin kepadatan beton. Mesin getar (vibrator), baik jenis internal maupun jenis permukaan dapat memberikan hasil yang baik. Seluruh perkerasan harus dipadatkan seefektif mungkin. Perhatian khusus harus diberikan terhadap tepi-tepi sepanjang sumbu, dan pada sambungan-sambungan. Sekitar ruji dan kedudukan, pada tepi-tepi dan sudut-sudut atau sekitar pembuangan air (drains), dan pada pelat-pelat tidak beraturan pada jalan masuk / ramps dan persimpangan, diperlukan ketelitian khusus untuk menjamin kepadatan yang baik. Penggetar internal dioperasikan di dalam beton untuk mengeluarkan udara sewaktu mesin penghampar bergerak. Mesin penggetar yang dioperasikan secara manual tidak boleh berada di satu titik yang digetarkan lebih dari 5 detik, dengan jarak titik satu dengan titik lainnya antara 25 30 cm. Penyelesaian Akhir Mesin Penghampar Acuan Gelincir (Slip Form) Mesin penghampar acuan gelincir dirancang untuk sekali lintasan dapat menghampar, memadatkan, membentuk permukaan dan meratakan beton yang masih plastis, sehingga dapat memberikan beton yang padat, seragam; dan untuk mendapatkan permukaan yang disyaratkan hanya memerlukan penyelesaian akhir (dengan tangan) yang minimal. 14
RENCANA KERJA DAN SYARAT- SYARAT ( RKS)
Mesin penghampar harus menggetarkan beton pada seluruh lebar dan ketebalan. Penggetaran biasanya dilakukan dengan jenis penggetar internal yang sudah ada pada mesin tersebut (built- in). Mesin penghampar acuan gelincir sedapat mungkin harus dioperasikan dengan gerakan yang menerus, dan seluruh operasi pengadukan, pengangkutan dan penghamparan harus terkoordinasi agar supaya dapat dicapai kecepatan yang seragam dan penghentian mesin penghampar yang minimum. Apabila mesin penghampar perlu dihentikan, maka alat penggetarnya harus dihentikan. Mesin penghampar acuan gelincir mampu mengatasi kesalahan bentuk permukaan lapis pondasi bawah atau dasar secara teliti, dengan menggunakan peralatan otomatis Mesin Penghampar Acuan Tetap (Fixed Form) Mesin pencetak perkerasan jalan beton dengan sebilah pisau perata, kayuh berputar atau perlengkapan berputar, harus mencetak beton yang bersangkutan sehingga memiliki elevasi, dimensi, kerataan dan kehalusan yang disyaratkan; dan kemudian harus memadatkan beton tersebut dengan vibrasi atau dengan suatu kombinasi vibrasi dan penumbukan mekanis. Peralatan tersebut kemudian harus menyelesaikan permukaan beton tersebut dengan menggunakan suatu batang perata yang bergoyang (oscilated) melintang atau miring. Suatu batang perata lain untuk pekerjaan penyelesaian yang bergoyang secara melintang atau miring harus disediakan setelah setiap mesin pembentuk sambungan melintang dalam keadaan basah. Batang perata bergoyang tersebut harus berpenampang melintang persegi dan harus membentangi seluruh lebar pelat yang bersangkutan dan berbobot tidak kurang dari 170 kg/m. Batang ini harus ditunjang pada suatu kereta, yang ketinggiannya harus dikontrol berdasarkan tinggi rata-rata dari sekurang-kurangnya 4 titik yang ditempatkan secara merata dengan jarak antara sekurang-kurangnya 3,5 meter dari rel penunjang, balok, atau pelat, pada setiap sisi dari pelat beton yang sedang diperkeras. Bilamana perkerasan jalan beton dibangun dengan lebih dari satu lintasan menggunakan mesin dengan roda-roda ber-flens, maka pelat-pelat yang berdampingan berikutnya harus dibangun dengan menyangga mesin tersebut pada rel-rel yang beralas rata yang berbobot tidak kurang dari 15 kg/m, diletakkan di atas beton yang telah diselesaikan untuk menunjang roda-roda ber- flens, atau menggantikan roda-roda ber-flens tersebut pada satu sisi mesin dengan roda-roda tanpa flens bertapal karet. Rel (track) bertapal karet, yang dapat berjalan di atas permukaan beton yang telah diselesaikan juga dapat diterima. Bilamana digunakan roda-roda tanpa flens atau rel bertapal karet, maka permukaan pelat beton yang dilewati harus segera dibersihkan dan disikat secara seksama di depan mesin untuk membersihkan semua lumpur dan serpihan pasir / kerikil. Roda-roda tanpa flens harus berjalan cukup jauh dari tepi pelat untuk menghindari kerusakan pada pinggiran pelat yang bersangkutan. Pemadatan dan Penyelesaian dengan Balok Vibrasi Terkendali Bilamana pelat-pelat berukuran kecil atau tidak beraturan, atau bila tempat kerja yang bersangkutan sedemikian terbatas sehingga menyebabkan penggunaan cara-cara yang diuraikan di atas menjadi tidak praktis, maka beton dapat dicor dan diratakan secara manual tanpa pra-pemadatan atau segregasi; dan dipadatkan dengan cara berikut ini. Beton yang akan dipadatkan dengan balok vibrasi harus dicetak sedemikian sehingga permukaan setelah semua udara yang terkandung dikeluarkan dengan penggetaran berada sama dengan permukaan acuan-acuan sisi. Beton tersebut harus dipadatkan dengan menggunakan sebuah balok penggetar / pemadat dari kayu bertapal baja berukuran tidak 15
RENCANA KERJA DAN SYARAT- SYARAT ( RKS)
kurang dari lebar 75 mm dan tebal 225 mm, dengan suatu masukan energi tidak kurang dari pada 250 watt per meter lebar pelat. Balok penggetar tersebut diangkat dan digerakkan maju ke muka dengan sedikit demi sedikit, tidak melebihi ukuran lebar balok tersebut. Sebagai alternatif, suatu alat pemadat yang terdiri dari balok kembar bervibrasi dengan kekuatan tenaga yang setara. ekivalen dapat digunakan. Bila tebal lapisan beton yang dipadatkan melebihi 200 mm, maka diperlukan tambahan vibrasi dengan menggunakan vibrator jenis tabung celup (immersed tube) secukupnya yang diberikan meliputi seluruh lebar pelat, untuk menghasilkan pemadatan sepenuhnya. Setelah setiap 1,5 m panjang pelat selesai dipadatkan, kegiatan di atas harus diulang dengan menarik kembali balok vibrasi 1,5 m, kemudian perlahan-lahan didorong maju sambil melakukan penggetaran di atas permukaan yang telah dipadatkan untuk memberikan suatu permukaan akhir yang halus. Kemudian permukaan tersebut harus diratakan menggunakan sebuah penggaruk rata (straight- edge) dengan panjang tidak kurang dari 1,8 m sekurang-kurangnya 2 lintasan. Jika permukaan tergaruk secara meluas oleh alat straight-edge tersebut, yang berarti menunjukkan ketidakrataan permukaan, maka suatu lintasan balok bervibrasi harus dilakukan kembali yang diikuti dengan lintasan lanjutan menggunakan alat penggaruk rata. Pengendalian Mutu Di Lapangan Pengujian untuk kelecakan (workability) Satu atau lebih pengujian "slump", harus dilaksanakan pada setiap takaran beton yang dihasilkan. Pengujian kuat tekan Kontraktor harus melaksanakan tidak kurang dari 1 pengujian kuat tekan untuk setiap 60 m 3
beton yang dicor. Setiap pengujian harus termasuk 3 contoh yang identik untuk diuji pada umur 3, 7 dan 28 hari. Tetapi bila jumlah beton yang dicor dalam satu hari memberikan kurang dari 5 contoh untuk diuji, maka contoh-contoh harus diambil dari 5 takaran yang dipilih secara acak. Contoh pertama dari contoh-contoh ini harus diuji pada umur 3 hari disusul dua oleh pengujian lebih lanjut pada umur 7 dan 28 hari. Pengujian tambahan Kontraktor harus melaksanakan pengujian tambahan yang diperlukan untuk menentukan mutu bahan atau campuran atau pekerjaan beton akhir, pengujian tambahan tersebut meliputi : Pengujian yang tidak merusak menggunakan "sclerometer" atau perangkat penguji lainnya. Pengambilan dan pengujian benda uji inti (core) beton. Pengujian lainnya sebagaimana ditentukan secara khusus b) PEKERJAAN DOWEL 22 300, L = 50 cm Sambungan Melintang Dowel - Fungsi sebagai sliding and load transfer device - Lokasi di tengah tebal pelat dan sejajar as jalan. - Lekat pada satu sisi beton dan tidak lekat pada sisi lainnya. Biasanya diolesi grease dan dilapisi plastik pada satu sisinya. Berbentuk polos, -22 mm Sistem Penyalur Beban Ruji Dowel Batang ruji harus ditempatkan di tengah tebal pelat. Posisi ruji pada arah horizontal dan vertikal harus dijamin sejajar sumbu jalan dengan menggunakan perlengkapan atau dengan 16
RENCANA KERJA DAN SYARAT- SYARAT ( RKS)
cara penempatan dengan mesin yang telah teruji. Kepadatan beton yang baik di sekeliling ruji sangat dituntut agar supaya ruji bisa berfungsi secara sempurna. Pelapis Ruji Bagian batang ruji yang bisa bergerak bebas, harus dilapisi dengan bahan pencegah karat (korosi) Sesudah bahan pencegah korosi kering, maka bagian ini harus dilapisi dengan lapisan tipis pelumas (dengan cara penyapuan) segera sebelum ruji dipasang. Ujung batang ruji yang dapat bergerak bebas harus dilengkapi dengan topi / penutup ruji (pada expansion joint). Pelapis ruji dari jenis plastik yang telah teruji atau pralon yang tertutup dapat digunakan sebagai pengganti pelumas, atau penggunaan jenis pelapis lainnya yang dimaksudkan untuk mencegah lekatan dengan beton dan atau karat, dapat juga digunakan. Alat Transfer Beban (Load Transfer Devices) Bila digunakan ruji (dowel), maka harus dipasang sejajar dengan permukaan dan garis sumbu perkerasan beton, dengan memakai pengikat / penahan logam yang dibiarkan terpendam dalam perkerasan. Ujung ruji (dowel) harus dipotong rata. Ukuran bagian dowel yang harus dilapisi aspal atau pelumas lain harus sesuai yang tertera pada Gambar Rencana, agar bagian tersebut tidak ada lekatan dengan beton, diberi penutup (selubung) ruji dari logam yang disetujui, harus dipasang pada setiap batang ruji pada sambungan ekspansi. Penutup itu harus berukuran pas dengan batang ruji, dan bagian ujung yang tertutup harus tahan air.
Pemasangan Perlengkapan Ruji Perlengkapan pemasangan ruji (berupa rangkaian dudukan/chair) harus ditempatkan pada lapis pondasi bawah atau tanah dasar yang sudah disiapkan. Perlengkapan pemasangan ruji arah melintang harus ditempatkan tegak lurus sumbu jalan, kecuali ditentukan lain pada Gambar Rencana. Sambungan dengan ruji yang diperlukan atau diijinkan untuk dipasang tegak lurus sumbu jalan, memerlukan pendetailan dan pemasangan yang sangat teliti guna menjamin pergerakan bebas. Ruji dipegang kuat pada posisi yang ditetapkan. Pada tikungan yang diperlebar, sambungan memanjang pada sumbu jalan harus sedemikian rupa sehingga penempatan sedapat mungkin mempunyai jarak yang sama dari tepi-tepi pelat. Sambungan harus dipasang pada garis dan elevasi yang diperlukan dan harus dipegang kuat pada posisinya dengan menggunakan patok-patok dengan peralatan atau dengan metode lainnya. Ruji harus dipasang sedemikian rupa sehingga berat beton selama pengecoran tidak akan mengganggu kedudukannya. Apabila sambungan dibuat secara bagian demi bagian maka sambungan tersebut harus merupakan kesatuan. Batang ruji harus diperiksa posisinya, segera setelah perlengkapan pemasangan sambungan dipasang pada tanah dasar atau lapis pondasi bawah dan sistem sambungan harus diperiksa untuk mengetahui apakah sudah terpegang kuat dan tidak ada perubahan posisi. Setiap sistem sambungan yang tidak terpegang kuat, harus diperbaiki. Kawat atau batang baja yang digunakan untuk mengikat perlengkapan pada waktu pengangkutan dan diperkirakan dapat menghambat penyusutan awal beton, harus disingkirkan sebelum beton dihampar.
c) PEKERJAAN TIEBAR 13 750, L = 65 cm
Sambungan Memanjang (Tie Bar) Fungsi sebagai unsliding and rotation device Lokasi di tengah tebal pelat dan tegak lurus as jalan. 17
RENCANA KERJA DAN SYARAT- SYARAT ( RKS)
Lekat pada kedua sisi beton Berbentuk ulir, diameter yang digunakan D-13 mm. Sambungan Dan Tulangan Sambungan Memanjang dan Melintang Sambungan (joint) dipasang pada perkerasan beton semen untuk mengendalikan penyebaran retakan akibat susut serta untuk menampung lenting pelat beton akibat perubahan suhu siang dan malam hari dan kelembaban. Sambungan melintang dapat berupa sambungan susut, sambungan muai dan juga sambungan pelaksanaan. Sambungan melintang dipasang tegak lurus sumbu jalan. Semua sambungan memanjang dan melintang harus dibuat sesuai dengan detail dan letak pada Gambar Rencana. Semua sambungan melintang harus dibuat segaris untuk seluruh lebar perkerasan. Bidang-bidang permukaan sambungan harus diusahakan tegak lurus terhadap bidang permukaan perkerasan. Dalam pembuatan sambungan, perhatian khusus perlu diberikan, guna menghindari ketidakrataan permukaan pada sambungan tersebut. Apabila pada sambungan diperlukan, maka harus digunakan mistar 3 m (10 ft) untuk menjamin kerataan pada sambungan tersebut. Pembentukan sambungan yang ditempatkan di depan perata (screed) dapat dibuat tenggelam (tip), sedangkan apabila ditempatkan di belakang perata dapat dipasang menonjol pada permukaan. Sambungan dengan lidah-alur, harus dicetak secara teliti dengan bahan cetakan yang cukup kuat agar didapat bentuk lidah-alur yang sempurna. Sambungan lidah-alur, dapat juga dibentuk secara sempurna dengan menggunakan mesin penghampar acuan gelincir. Apabila sambungan melintang dilakukan dengan cara menggergaji, maka penggergajian sambungan melintang harus diusahakan sebelum retak awal terjadi. Sambungan Memanjang (Longitudinal Joints) Batang baja ulir (deformed bar), sebagai batang pengikat (tie bars), dengan panjang, ukuran, dan jarak seperti yang ditentukan harus diletakkan tegak lurus sambungan memanjang memakai alat mekanik atau dipasang dengan besi dudukan (chair), untuk mencegah perubahan tempat. Batang pengikat tersebut tidak boleh di cat atau dilapisi aspal atau material lain atau dimasukkan tabung, kecuali untuk keperluan pelebaran nantinya. Bila tertera dalam Gambar Rencana dan bila lajur perkerasan yang berdekatan dilaksanakan terpisah, acuan baja harus digunakan untuk membentuk keyway (takikan) sepanjang sambungan memanjang. Tie bar dapat dibengkokkan dengan sudut tegak lurus acuan dari lajur yang dilaksanakan dan diluruskan kembali sampai posisi tertentu sebelum beton lajur yang berdekatan dihamparkan atau sebagai pengganti tie bar yang dibengkokkan dapat digunakan 2 batang tie bar yang disambung (two-piece connectors). Sambungan memanjang acuan (longitudinal form joint) terdiri dari takikan / alur ke bawah memanjang pada permukaan jalan. Sambungan tersebut harus dibentuk dengan alat mekanis atau dibuat secara manual dengan ukuran dan garis sesuai Gambar 18
RENCANA KERJA DAN SYARAT- SYARAT ( RKS)
Rencana sewaktu beton masih mudah dibentuk. Alur ini harus diisi dengan kepingan (filler) material yang telah tercetak sebelumnya (premolded) atau dicor (poured) dengan material penutup sesuai yang disyaratkan. Sambungan memanjangtengah (longitudinal centre joint)harus dibuat sedemikian rupa sehingga ujungnya berhubungan dengan sambungan melintang (transverse joint), bila ada. Sambungan memanjang gergajian (longitudinal sawn joint) harus dibuat dengan pemotong beton dengan gergaji beton yang disetujui sampai kedalaman, lebar dan garis sesuai Gambar Rencana. Untuk menjamin pemotongan sesuai dengan garis pada Gambar Rencana, harus digunakan alat bantu atau garis bantu yang memadai. Sambungan memanjang ini harus digergaji sebelum berakhimya masa perawatan beton, atau segera sesudahnya sebelum peralatan atau kendaraan diperbolehkan memasuki perkerasan beton baru tersebut. Daerah yang akan digergaji harus dibersihkan dan sambungan harus segera diisi dengan material penutup (sealer) sesuai dengan yang disyaratkan. Sambungan memanjang tipe sisip permanen (longitudinal permanent insert type joints) harus dibentuk dengan menempatkan lembaran plastik yang tidak akan bereaksi secara kimiawi dengan bahan beton. Lebar lembaran ini harus cukup untuk membentuk bidang yang diperlemah dengan kedalaman sesuai Gambar Rencana. Sambungan dengan bentuk bidang lemah (weaken plane type joint) tidak perlu dipotong (digergaji). Ketebalan kepingan tidak boleh kurang dari 0,5 mm dan harus disisipkan memakai alat mekanis sehingga dijamin tetap berada pada posisi yang tepat. Ujung atas lembaran ini harus berada di bawah permukaan akhir (finished surface) perkerasan sesuai yang tertera pada Gambar Rencana. Kepingan sisipan ini tidak boleh rusak selama pemasangan atau karena pekerjaan finishing pada beton. Garis sambungan harus sejajar dengan garis sumbu (centre line) jalan dan jangan terlalu besar perbedaan kerataannya. Alat pemasangan mekanis harus menggetarkan beton selama kepingan itu disisipkan sedemikian rupa agar beton yang terganggu kembali rata sepanjang pinggiran kepingan tanpa menimbulkan segregasi. Sambungan Ekspansi Melintang (Transverse Expansion Joints) Filler (bahan pengisi) untuk sambungan ekspansi (expansion joint filler) harus menerus dari acuan ke acuan, dibentuk sesuai dengan tanah dasar, dan takikan sepanjang acuan. Filler sambungan pracetak (preform joint filler) harus disediakan dengan panjang yang sama dengan lebar jalan atau sama dengan lebar satu lajur. Filler yang rusak atau yang sudah diperbaiki tidak boleh digunakan, kecuali bila disetujui. Filler sambungan ini harus ditempatkan pada posisi vertikal. Alat bantu atau pemegang yang disetujui harus digunakan untuk menjaga agar filler tetap pada garis dan alinyemen yang semestinya selama penghamparan dan finishing beton. Perubahan posisi akhir sambungan tidak boleh lebih dari 5 mm pada alinyemen horisontalnya menurut garis lurus. Bila filler dipasang berupa bagian-bagian, maka di antara unit- unit yang berdekatan tidak boleh ada celah. Pada sambungan ekspansi itu tidak boleh ada sumbatan atau gumpalan beton.
19
RENCANA KERJA DAN SYARAT- SYARAT ( RKS)
Sambungan Kontraksi Melintang (Transverse Contraction Joints) Sambungan ini terdiri dari bidang-bidang yang diperlemah dengan membuat takikan / alur dengan penggergajian permukaan perkerasan, disamping itu bila tertera pada Gambar Rencana juga harus mencakup pasangan alat transfer beban (load transfer assembly). a. Sambungan Kontraksi Kepingan Melintang (Transverse Strip Contraction Joints) Sambungan ini harus dibentuk dengan memasang kepingan sebagaimana tertera pada Gambar Rencana. b. Takikan / Alur (Formed Grooves) Takikan ini harus dibuat dengan menekankan alat ke dalam beton yang masih plastis. Alat tersebut harus tetap di tempat sekurang-kurangnya sampai beton mencapai pengerasan awal, dan kemudian harus dilepas tanpa merusak beton di dekatnya, kecuali bila alat itu memang didesain untuk tetap terpasang pada sambungan. c. Sambungan Gergajian (Sawn Contraction Joints) Sambungan ini harus dibuat dengan membuat alur dengan gergaji pada permukaan perkerasan dengan lebar, kedalaman, jarak dan garis sesuai yang tercantum pada Gambar Rencana, dengan gergaji beton yang disetujui. Setelah sambungan digergaji, bekas gergajian dan permukaan beton yang berdekatan harus dibersihkan. Penggergajian harus dilakukan secepatnya setelah beton cukup keras agar penggergajian tidak menimbulkan keretakan, dan jangan lebih dari 18 jam setelah pemadatan akhir beton. Sambungan harus dibuat / dipotong sebelum terjadi retakan karena susut. Bila perlu, penggergajian dapat dilakukan pada waktu siang atau malam hari dalam cuaca apa pun. Penggergajian harus ditangguhkan bila di dekat tempat sambungan ada retakan. Penggergajian harus dihentikan bila retakan terjadi di depan gergajian. Bila retakan sulit dicegah ketika dimulai penggergajian, maka pembuatan sambungan kontraksi harus dibuat dengan takikan / alur sebelum beton mencapai pengeringan tahap awal sebagaimana dijelaskan di atas. Secara umum, penggergajian harus dilakukan berurutan. d. Sambungan Kontraksi Acuan Melintang (Tranverse Formed Contraction Joints) Sambungan ini harus sesuai dengan ketentuan untuk sambungan acuan longitudinal (longitudinal formed joints). e. Sambungan Konstruksi Melintang (Transverse Construction Joints) Sambungan ini harus dibuat bila pengecoran beton berhenti lebih dari 30 menit. Sambungan konstruksi melintang tidak boleh dibuat pada jarak kurang dari 3 m dari sambungan ekspansi, sambungan kontraksi, atau bidang yang diperlemah lainnya. Bila dalam waktu penghentian itu campuran beton tidak cukup untuk membuat perkerasan sepanjang minimum 3 m, maka kelebihan beton pada sambungan sebelumnya harus dipotong dan dibuang sesuai instruksi . 20
RENCANA KERJA DAN SYARAT- SYARAT ( RKS)
Sambungan Pelaksanaan (Construction Joint) Sambungan pelaksanaan dengan lidah-alur biasanya digunakan pada sambungan arah memanjang (di antara jalur-jalur penghamparan yang terpisah) dapat dibentuk dengan cara acuan gelincir atau dengan baja cetakan standar. Apabila digunakan lapis pondasi bawah dengan stabilisasi, maka sambungan lidah alur dapat ditiadakan. Pada sambungan pelaksanaan dengan lidah-alur perlu disediakan tempat untuk pemasang batang pengikat. Apabila diperlukan atau diijinkan maka batang pengikat dapat menggunakan batang berulir atau batang pengikat jadi. Apabila digunakan batang pengikat yang dapat dibengkokkan dan diluruskan kembali, maka batang tersebut harus mengikuti persyaratan ASTM untuk menjamin bahwa tulangan dapat dibengkokkan dan diluruskan kembali tanpa mengalami kerusakan / pecah. Dengan demikian, apabila metoda tersebut disyaratkan, maka harus dilakukan langkah-langkah pencegahan untuk menjamin hasil yang baik. Salah satu cara untuk mencegah kerusakan batang pengikat akibat pembengkokan dan pelurusan kembali adalah sebagai berikut (lihat Gambar 7.1.4.).
d) PEKERJAAN BESI TULANGAN DOWEL DAN TIEBAR SUPPORT Tulangan memanjang menggunakan besi polos sesuai dengan gambar bestek dengan mengacu pada mutu SNI ( Standart Nasional Indonesia ) e) PEKERJAAN PEMASANGAN PLASTIK POLYTHENE T : 125 MIKRON Lapisan bawah yang kedap air harus terdiri dari lembaran plastik yang kedap setebal 125 mikron. Air tidak boleh tergenang di atas membran, dan membran harus kedap air sepenuhnya waktu beton dicor. Lapisan bawah yang kedap air tidak boleh digunakan di bawah perkerasan jalan beton bertulang yang menerus. f) PEKERJAAN ASPHALT SEALENT ( JOINT SEALENT ) Celah sambungan harus ditutup dengan bahan penutup yang disyaratkan, segera setelah perawatan selesai sebelum lalu-lintas diijinkan melewati perkerasan termasuk kendaraan Kontraktor. Bahan penutup harus dipasang dalam celah sambungan sesuai detail yang ditunjukkan pada Gambar Rencana. Pemasangan harus dilakukan sedemikian sehingga bahan penutup tidak melimpah atau mencuat diatas permukaan pelat. Setiap kelebihan bahan penutup pada permukaan plat harus segera disingkirkan dari permukaan pelat dan dibersihkan. Celah sambungan harus dibersihkan dari bahan-bahan asing sebelum bahan penutup dipasang. Semua bidang dalam celah sambungan harus bersih dari bahan-bahan lepas dan bila digunakan bahan penutup yang dituang panas, permukaan harus kering. Bahan penutup sambungan yang dibuang tidak boleh dituangkan pada suhu yang dapat menimbulkan ketidaksempurnaan pemasangan. Petunjuk dari pabrik pembuat bahan penutup harus diperhatikan. Jika digunakan penutup sambungan siap pakai, seperti neoprene (penutup jadi yang ditekan), maka bahan penutup harus dapat menyesuaikan lebarnya dengan lebar celah sambungan yang 21
RENCANA KERJA DAN SYARAT- SYARAT ( RKS)
diperkirakan akan terjadi. Peralatan pemasangan harus menjamin bahwa bahan penutup tidak akan mulur lebih dari 5 % karena pemuluran yang lebih besar akan memperpendek umur bahan tersebut. g) PEKERJAAN GROOVING Setelah sambungan dan tepian selesai, dan sebelum bahan perawatan (curing) dilakukan, permukaan beton harus dikasarkan dengan disikat melintang garis sumbu (centre line) jalan, atau dengan cara pembuatan alur (grooving) pada arah memanjang jalan. Pengkasaran yang dilakukan dengan menggunakan sikat kawat selebar tidak kurang dari 45 cm, dan panjang kawat sikat dalam keadaan baru adalah 10 cm dengan masing-masing untaian terdiri dari 32 kawat. Sikat hams terdiri dari 2 baris untaian kawat, yang diatur berselang-seling sehingga jarak masing-masing pusat untaian maksimum 1 cm. Sikat harus diganti bila bulu terpendek panjangnya sampai 9 cm. Kedalaman tekstur rata-rata tidak boleh kurang dari 0,75 mm. h) PEK. BEKISTING PLAT BESI T : 3 MM L : 60 M RANGKA BESI SIKU 30.30.3 @ 100 CM - Pemasangan bekisting setelah diadakan pengukuran secara benar (kelurusan & kerataan) - Elevasi top bekisting = elevasi top rencana jalan, toleransi perbedaan ketinggian maksimum 5 mm - Bekisting terbuat dari besi plat 3 mm & sisi-sisinya diperkuat dengan besi siku L 30.30.3 dan setiap jarak 100 cm dipasang perkuatan siku L 30.30.3 - Dipasang pasak 16 mm ketanah pada posisi perkuatan bekisting - Bekisting harus bersih & dilapisi pelumas sebelum penegecoran - Setelah pekerjaan selesai bekistng diserahkan kepada dinas terkait (Dinas PU Binamarga Kabupaten Mojokerto)
i) PEKERJAAN PENGECATAN Pekerjaan ini meliputi pengadaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu lainnya yang diperlukan dalam pelaksanaan, hingga dapat tercapai hasil pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna. Pekerjaan ini meliputi pengecatan dowel dan harus dikerjakan oleh orang (tenaga kerja) yang memadai dibidangnya. j) PEKERJAAN SELONGSONG PIPA PVC DIAMETER 1 1/4" Pekerjaan ini meliputi pengadaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu lainnya yang diperlukan dalam pelaksanaan, hingga dapat tercapai hasil pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna. Pekerjaan ini bertujuan untuk melindungi dowel dan mempermudah pelaksanaan pekerjaan dan harus dikerjakan oleh orang (tenaga kerja) yang memadai dibidangnya.
k) PEKERJAAN KAYU USUK 5 / 7 Pekerjaan ini meliputi pengadaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu lainnya yang diperlukan dalam pelaksanaan, hingga dapat tercapai hasil pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna. Pekerjaan ini bertujuan sebagai tempat dilatasi beton sehingga pada saat beton pecah berada pas diatas kayu dan diperkuat oleh tulangan melintang demi mempermudah pelaksanaan pekerjaan dan harus dikerjakan oleh orang (tenaga kerja) yang memadai dibidangnya.
22
RENCANA KERJA DAN SYARAT- SYARAT ( RKS)
l) PEKERJAAN CONGCRETE CUTTING Pekerjaan ini meliputi pengadaan tenaga kerja, peralatan dan alat-alat bantu lainnya yang diperlukan dalam pelaksanaan, hingga dapat tercapai hasil pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna. Pekerjaan ini bertujuan untuk dilatasi sebelum dilaksanakan pekerjaan asphalt sealent pekerjaan harus dikerjakan oleh orang (tenaga kerja) yang memadai dibidangnya.
m) PEMBESIAN PLAT JEMBATAN Tulangan memanjang menggunakan besi ulir pada tulangan utama dan polos pada tulangan pembagi sesuai dengan gambar bestek dengan mengacu pada mutu SNI ( Standart Nasional Indonesia )
23
RENCANA KERJA DAN SYARAT- SYARAT ( RKS)
a) PEKERJAAN LAPIS PONDASI AGREGAT DENGAN CEMENT TREATMENT BASE (CTB) Umum Uraian 1. Pekerjaan ini meliputi penyediaan material, pencampuran di plant, pengangkutan, penghamparan, pemadatan, pembentukan permukaan (shaping), perawatan (curing), dan kegiatan insidentil yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan lapis Cement Treated Base (CTB), pelaksanaan lapis pondasi bawah (sub base course, aggregate base) dan lapisan diatasnya (Asphalt Base Course, Binder Course, Wearing Course) harus sesuai dengan Spesifikasi, garis, kelandaian, ketebalan dan penampang melintang sebagaimana tertera pada Gambar Rencana atau yang ditentukan oleh Direksi Pekerjaan.
2. Secara umum material agregatnya harus terdiri dari batu pecah, harus kuat, keras, mudah dipadatkan, tahan gaya geser serta bebas dari material lunak, retak dan berongga. Pekerjaan Seksi Lain Yang Berkaitan Dengan Seksi ini 1. Pemeliharaan dan Pengaturan Lalu Lintas : Seksi 1.8 2. Rekayasa Lapangan : Seksi 1.9 3. Bahan dan Penyimpanan : Seksi 1.11 4. Galian : Seksi 3.1 5. Timbunan : Seksi 3.2 6. Penyiapan Badan Jalan (Sub Grade Preparation) : Seksi 3.3 7. Pelebaran Perkerasan : Seksi 4.1 8. Lapis Pondasi Agregat : Seksi 5. 9. Lapis Beton Semen Pondasi Bawah CTSB : Seksi 5.5 10. Lapis Resap Pengikat (Prime Coat) : Seksi 6.1 11. Campuran Aspal Panas : Seksi 6.3 12. Pemeliharaan Jalan Samping dan Jembatan : Seksi 10.2 Toleransi 1. Toleransi ukuran untuk pekerjaan persiapan agregat base harus sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 3.3.1 (3) dari Spesifikasi ini. 2. Tebal minimum Cement Treated Base (CTB) yang dihampar tidak kurang dari tebal yang disyaratkan. Tebal maksimum tidak boleh lebih besar dari 10 mm dari tebal yang di syaratkan. 3. Tebal rata-rata pada potongan melintang dari survai lapangan harus tidak lebih atau kurang dari 10 % dari yang ditentukan. 4. Apabila sebuah mal datar sepanjang 3 meter diletakkan pada permukaan jalan sejajar dan tegak lurus terhadap garis sumbu jalan, variasi permukaan yang ada tidak boleh melampaui 8 mm tiap 3 meter . 5. Cement Treated Base (CTB) tidak boleh di hampar dengan tebal lapisan melebihi 15 cm tebal padat, dan tidak dalam lapisan kurang dari 7,5 cm tebal padat. 6. Elevasi permukaan akhir tidak boleh berubah lebih dari 10 mm ke atas atau ke bawah dari elevasi rencana dalam setiap titik. 7. Ukuran pada tepi lapisan Cement Treated Base (CTB) diukur dari garis sumbu rencana tidak boleh kurang dari yang tertera dalam Gambar Rencana.
24
RENCANA KERJA DAN SYARAT- SYARAT ( RKS)
Standart Rujukan Standar referensi yang digunakan adalah : a. Standar Industri Indonesia SII -13 1997 : Portland Cement b. AASHTO 1. AASHTO T 26 - 72 : Quality of Water to be used in Concrete 2. AASHTO T 104 - 77 : Soundness of Aggregate by use or Sodium Sulphate 3. AASHTO T 89 - 68 : Determining the Liquid Limit of Soil 4. AASHTO T 90 - 70 : Determining the Plastic Limit and Plasticity Index of Soil 5. AASHTO T 96 - 74 : Resistance of Abrasion of Small Size Coarse Aggregate by use of the Los Angeles Machine 6. AASHTO T 112 - 78 : Clay Lump and Friable Particle in Aggregate 7. AASHTO T 191 - 61 : Density of Soil in Place by Sand Cone. 8. AASHTO T 22 - 90 : Compressive Strength of Cylindrical Concrete Specimen. 9. AASHTO T 134 - 70 : Moisture - Density Relations of Soil - Cement Mixtures 10. AASHTO T 144 - 74 : Cement Content of Soil Cement Mixtures 11. AASHTO T 205 - 64 : Density of Soil in Place by the Rubber-Balloon Method 12. AASHTO T 224 - 67 : Correction for Coarse Particles in the Soil Compaction Test 13. AASHTO T 27 - 74 : Sieve Analysis of Fine and Course Aggregates 14. AASHTO T 147 - 65 : Materials for aggregate and soil - aggregate subbase, base and surface courses. 15. AASHTO M 81 - 70 : Cut-back asphalt (rapid curing type) 16. AASHTO M 82 - 70 : Cut-back asphalt (medium curing type) 17. AASHTO M 140 - 70 : Emulsified asphalt 18. AASHTO M 141 - 70 : Slow curing liquid asphaltic road material 19. AASHTO M 208 - 72 : Cationic emulsified asphalt Persetujuan Kontraktor harus mengajukan kepada Direksi Pekerjaan untuk mendapat persetujuan terhadap : 1. Hasil percobaan laboratorium dari agregat, termasuk sifat-sifat dan kualitas disesuaikan dengan Spesifikasi yang ada terlebih dahulu sebelum melaksanakan pekerjaan. Contoh-contoh harus disetujui oleh Direksi Pekerjaan dan akan disimpan sebagai referensi selama pelaksanaan konstruksi. Kontraktor harus menyediakan tempat penyimpanan yang tahan terhadap air dan dapat di kunci di lapangan untuk menyimpan contoh sesuai dengan instruksi Direksi Pekerjaan. 2. Data Survai Sebelum memulai melaksanakan pekerjaan, semua data elevasi hasil survai lapangan harus diserahkan untuk ditandatangani oleh Direksi Pekerjaan, dan juga semua Gambar potongan melintang yang disyaratkan. 3. Percobaan (Test) dan Kontrol Kualitas (Qualitv Control) Kontraktor harus bertanggung jawab terhadap semua percobaan (test) dan kontrol kualitas (quality control) dari Cement Treated Base (CTB) dan menyerahkan semua hasil percobaan kepada Direksi Pekerjaan.
25
RENCANA KERJA DAN SYARAT- SYARAT ( RKS)
Cuaca Yang Diijinkan Untuk Bekerja Cement Treated Base (CTB) tidak boleh dikerjakan pada waktu turun hujan atau ketika kondisi lapangan sedang basah/becek Perbaikan Terhadap Lapis Pondasi Agregat dengan Cement Treated Base (CTB) Yang Tidak Memenuhi Ketentuan. Atas instruksi Direksi Pekerjaan, Kontraktor harus memperbaiki Cement Treated Base (CTB) yang tidak memenuhi ketentuan sebagai diatur dalam spesifikasi maupun gambar konstruksi termasuk antara lain :
1) Berkaitan dengan ketebalan lapisan, kekuatan, kepadatan dan komposisi campuran. 2) Tata cara perbaikan 3) Apabila terjadi kegagalan Kontraktor dalam memenuhi ketentuan kualitas dan dimensi, maka Kontraktor harus mengkompensasikannya dengan penambahan tebal lapisan di atasnya (Asphalt Base Course, Binder atau Wearing Course). 4) Apabila karena kualitas atau ketebalan lapisan Cement Treated Base (CTB) tidak dimungkinkan keberadaannya sebagai lapisan konstruksi, maka kontraktor harus melakukan pembongkaran dan penggantiannya.
Rencana Kerja dan Pengaturan Lalulintas 1) Sebaiknya, 14 hari setelah penghamparan Cement Treated Base (CTB), penghamparan lapis penutup atas (Asphalt Base Course, Binder Course, Wearing Course) harus dilaksanakan 2) Kontraktor harus menjamin bahwa di lokasi pekerjaan lalulintas tidak diijinkan lewat di atas Cement Treated Base (CTB), minimum 4 hari sesudah pemadatan terakhir dan mengalihkan lalu lintas dan membuat jalan alternatif. Bahan Semen Portland 1. Semen harus sesuai dengan Standar Industri Indonesia, SII -13 -1977 Semen Tipe -1. 2. Direksi Pekerjaan mempunyai hak melaksanakan percobaan material Semen untuk menjamin bahwa cara pengangkutan dan tempat penyimpanan tidak dapat merusak Semen. 3. Semua semen harus disimpan terlebih dahulu di tempat penyimpanan dengan cara yang tepat/cocok Air Air harus sesuai dengan AASHTO T26 -27 dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Air harus bebas dari endapan dan dari zat yang merusak. Agregat Secara keseluruhan gradasi agregat harus dalam batasan seperti berikut
Persyaratan lain dari agregat adalah sebagai berikut :
Sifat AASHTO Test Persyaratan Abrasion of coarse agregat Plasticity Index Liquid Limit Clay Lump and Friable Particle in Aggregate T96 74 T 90 70 T 89 68 T 112-78 Maks. 35% Maks. 6% Maks. 35% Maks. 1%
Campuran Dan Takaran Campuran Cement Treated Base (CTB) terdiri dari agregat, semen dan air atas persetujuan Direksi Pekerjaan. Kadar semen harus ditentukan berdasarkan percobaan laboratorium (laboratory test) dan percobaon campuran (trial mix). Kadar air optimum harus ditentukan berdasarkan percobaan laboratorium. Rancangan Campuran Kontraktor harus melakukon percobaon campuran (trial mix) dibawah pengawasan Kansultan Pengawas, untuk menentukan : 1. Kuat tekan dari Cement Treated Base (CTB) 2. Kadar semen yang dibutuhkan 3. Kadar air optimum 4. Berat isi campuran kering pada kadar air optimum Karakteristik Cement Treated Base (CTB) Campuran Cement Treated Base (CTB) akan berkaitan dengan ketentuan kuat tekan. Untuk mempersiapkan bahan/material untuk menempatkan percobaan campuran kedalam cetakan silinder dengan ukuran 150 mm x 300 mm, dalam tiga lapisan sesuai dengan AASHTO T 22 - 90. Selama proses penghamparan Cement Treated Base (CTB), percobaan silinder harus dilakukan berpasangan. Silinder dari setiap pasangan harus dilakukan percobaan kuat tekan pada umur 7 hari dan pada umur 21 hari. Pada awal pekerjaan, dan sampai saat Direksi Pekerjaan memerintahkan pengurangan jumlah silinder yang disyaratkan yaitu 6 silinder untuk setiap 1.000 m 2 dari base atau bagian yang di hampar setiap hari. Apabila jumlahnya cukup dan hasil test silinder yang ada dapat memuaskan, Direksi Pekerjaan bisa memutuskan bahwa kualitas beton dapat diterima, Direksi Pekerjaan dapat mengurangi jumlah silinder menjadi tiga pasang untuk setiap 1.000 m 2 dari bagian yang dihampar setiap harinya. Persyaratan kuat tekan (unconfine compressive strength) dari Cement Treated Base (CTB) (kg/cm 2 ).
a) Silinder diameter 150 mm x 300 mm Umur 7 hari 28 hari Kuat Tekan (kg/cm 2 ) 78 120
Percobaan Lapangan (Field Trials) Disain campuran dalam Pasal 5.6.3 (1) harus dicoba di lapangan dengan luas pekerjaan Cement Treated Base (CTB) 500 m 2 , dengan tebal berdasarkan instruksi dari Direksi Pekerjaan. Luas percobaan dari Cement Treated Base (CTB) harus mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan. Selama pelaksanaan pekerjaan, yang meliputi penghamparan, pemadatan, dan perawatan 27
RENCANA KERJA DAN SYARAT- SYARAT ( RKS)
akan diawasi oleh Direksi Pekerjaan untuk memperoleh hasil yang memuaskan. Berdasarkan hasil percobaan lapangan sesudah 14 hari Direksi Pekerjaan dapat menyetujui Kontraktor untuk meneruskan pekerjaan atau menginstruksikan Kantraktor untuk membuat beberapa variasi percobaan yang lain. Penghamparan Dan Pencampuran Pencampuran dari Cement Treated Base (CTB) harus dengan peralatan continous mixing plant sistim ukuran berat untuk menjamin kebenaran porsi setiap bahan. Instalasi pencampuran harus dilengkapi dengan silo semen, tangki air (water tank), feeding and matering devices yang akan menyalurkan agregat, semen dan air kedalam mixer sesuai kuantitas yang dipersyaratkan dan campuran yang homogen. Waktu pencampuran Cement Treated Base (CTB) terhitung pada waktu air ditambahkan ke dalam campuran. Pengangkutan Cement Treated Base (CTB) harus diangkut dengan Dump Truck yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Jumlah dan kapasitas Dump Truck harus berdasarkan Jadwal Proyek dan kapasitas produksi alat pencampur (Mixer Plant).
Penghamparan Dan Pemadatan Persiapan Lapisan Pondasi Bawah (Sub Base) 1. Lapisan Pondasi Bawah (Sub Base ) harus sesuai dengan Spesifikasi Seksi 5.1 termasuk, ketebalan, ukuran, elevasi, seperti terlihat pada Gambar. 2. Permukaan Lapis Pondasi Bawah (Sub Base ) harus bersih dan rata. Penghamparan Cement Treated Base (CTB) Cement Treated Base (CTB) harus dihampar dan ditempatkan di atas perbaikan tanah dasar (sub grade), dengan metode mekanis, menggunakan alat high density screed paver dengan dual tamping rammer sesuai instruksi Direksi Pekerjaan, untuk mendapatkan kepadatan, toleransi kerataan dan kehalusan permukaan. Pemadatan 1. Pemadatan Cement Treated Base (CTB) harus telah dimulai dilaksanakan paling lambat 60 menit semenjak pencampuran material dengan air. 2. Campuran yang telah dihampar tidak boleh dibiarkan tanpa dipadatkan Iebih dari 30 menit . 3. Kepadatan Cement Treated Base (CTB) setelah pemadatan harus mencapai kepadatan kering lebih dari 95% maksimum kepadatan kering sebagai ditentukan pada AASHTO T 134. 4. Test kepadatan lapangan Cement Treated Base dilakukan berdasarkan AASHTO T 191, T 205 atau cara lain yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan. 5. Kadar air pada waktu pemadatan minimal sama dengan kadar air optimum dan maksimal sama dengan kadar air optimum 2 %. 6. Pemadatan harus telah selesai dalam waktu 120 menit semenjak semen dicampur dengan air. Perawatan (Curing) Segera setelah pemadatan terakhir dan atas usul Direksi Pekerjaan bila permukaan telah cukup kering harus ditutup dengan menggunakan: 1. Lembaran plastik atau terpal untuk menjaga penguapan air dalam campuran. 2. Penyemprotan dengan Bituminous Emulsi CSS-l dengan batasan pemakaian antara 0,35 -0,50 liter per meter persegi. 3. Metode lain yang bertujuan melindungi Cement Treated Base (CTB) adalah dengan karung goni yang dibasahi air selama masa perawatan (curing).
28
RENCANA KERJA DAN SYARAT- SYARAT ( RKS)
Pengendalian Mutu (Quality Control) Kontraktor harus menyerahkan sekurang-kurangnya 3 contoh agregat dari sumber yang berbeda kepada Direksi Pekerjaan. Semua material ini akan digunakan untuk mendapatkan persetujuan dari Direksi Pekerjaan. Percobaan/uji material harus dilakukan untuk setiap 1.000 meter kubik Cement Treated Base (CTB). Disamping kepadatan dan kadar air campuran, campuran harus diuji kadar semen dalam campuran, sesuai dengan AASHTO T 144 -86.
Pengukuran Dan Pembayaran Metode Pengukuran Cement Treated Base (CTB) dibayar berdasarkan meter kubik padat sesuai dengan ukuran yang ada pada potongan melintang & memanjang dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Pembayaran Perbaikan Pekerjaan Pembayaran terhadap bagian pekerjaan yang mengalami perbaikan atau dalam batas-batas tertentu tidak memenuhi persyaratan, tidak boleh merugikan pemilik pekerjaan. Dasar Pembayaran Kuantitas yang disetujui dapat dibayar sesuai Harga Kontrak yaitu per meter kubik, sesuai dengan daftar Mata Pembayaran dibawah ini dan dapat dilihat dalam Daftar Penawaran. Harga Satuan sudah termasuk kompensasi penuh untuk pencampuran, pengangkutan, penghamparan/penempatan, pemadatan, pemeliharaan, finising, testing dan perbaikan permukaan termasuk pengaturan lalulintas dan semua kebutuhan pengeluaran lainnya yang lazim dan pantas untuk menyelesaikan keseluruhan dari pekerjaan yang ditentukan dalam Pasal ini.
Nomor Mata Pembayaran Uraian Satuan Pengukuran
5.6. (1)
Lapis Pondasi Agregat Dengan Cement Treated Base (CTB)
Meter kubik 29
RENCANA KERJA DAN SYARAT- SYARAT ( RKS)
b) PEKERJAAN LAPIS RESAP PENGIKAT DAN LAPIS PEREKAT Umum Uraian Pekerjaan ini harus mencakup penyediaan dan penghamparan bahan aspal pada permukaan yang telah disiapkan sebelumnya untuk pemasangan lapisan beraspal berikutnya. Lapis Resap Pengikat harus dihampar di atas permukaan pondasi tanpa bahan pengikat aspal atau semen (misalnya Lapis Pondasi Agregat), sedangkan Lapis Perekat harus dihampar di atas permukaan berbahan pengikat semen atau aspal(seperti Semen Tanah, RCC, CTB, Perkerasan Beton, Lapis Penetrasi Macadam, Laston, Lataston dll) Pekerjaan Seksi Lain Yang Berkaitan Dengan Seksi ini - Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas : Seksi 1.8 - Rekayasa Lapangan : Seksi 1.9 - Bahan dan Penyimpanan : Seksi 1.11 - Pengamanan Lingkungan Hidup : Seksi 1.17 - Keselamatan dan Kesehatan Kerja :
Seksi 1.19 - Pelebaran Perkerasan : Seksi 4.1 - Bahu Jalan : Seksi 4.2 - Lapis Pondasi Agregat : Seksi 5.1 - Lapis Pondasi Semen Tanah : Seksi 5.4 - Campuran Aspal Panas : Seksi 6.3 - Lasbutag dan Latasbusir : Seksi 6.4 - Campuran Aspal Dingin : Seksi 6.5 - Pengembalian Kondisi Perkerasan Lama : Seksi 8.1 - Pengembalian Kondisi Bahu Jalan Lama pada Jalan Ber- penutup Aspal : Seksi 8.2
Standart Rujukan Standar Nasional Indonesia (SNI) :
SNI 03-2432-1991 : Metode Pengujian Daktilitas Bahan Bahan Aspal SNI 03-2434-1991 : Metode Pengujian Titik Lembek Aspal dan Ter SNI 06-2456-1991 : Metode Pengujian Penetrasi Bahan Bahan Bitumen SNI 03-3642-1994 : Metode Pengujian Kadar Residu Aspal Emulsi dengan Penyulingan. SNI 03-3643-1994 : Aspal Emulsi Tertahan Saringan No. 20 SNI 03-3644-1994 : Metode Pengujian Jenis Muatan Partikel Aspal Emulsi SNI 03-4798-1998 : Spesifikasi Aspal Emulsi Kationik SNI 03-6721-2002 : Metode Pengujian Kekentalan Aspal Cair dan Aspal Emulsi dengan Alat Saybolt SNI 06-6832-2002 : Spesifikasi Aspal Emulsi Anionik
ASTM D 244 : Standard Test Methode and Practices for Emulsified Asphalts
Brirish Standards :
BS 3403 : Industrial Tachometers
Kondisi Cuaca Yang Diijinkan Bekerja Lapisan Resap Pengikat harus disemprot hanya pada permukaan yang kering atau mendekati kering, dan Lapis Perekat harus disemprot hanya pada permukaan yang benar- benar kering. Penyemprotan Lapis Resap Pengikat atau Lapis Perekat tidak boleh dilaksanakan waktu angin kencang, hujan atau akan turun hujan Mutu Pekerjaan dan Perbaikan dari Pekerjaan Yang Tidak Memenuhi Ketentuan Lapisan yang telah selesai harus menutup keseluruhan permukaan yang dilapisi dan tampak merata, tanpa adanya bagian-bagian yang beralur atau kelebihan aspal. Untuk Lapis Perekat, harus melekat dengan cukup kuat di atas permukaan yang disemprot. Untuk penampilan yang kelihatan berbintik-bintik, sebagai akibat dari bahan aspal yang didistribusikan sebagai butir-butir tersendiri dapat diterima asalkan penampilannya kelihatan rata dan keseluruhan takaran pemakaiannya memenuhi ketentuan. Untuk Lapis Resap Pengikat, setelah proses pengeringan, bahan aspal harus sudah meresap ke dalam lapis pondasi, meninggalkan sebagian bahan aspal yang dapat ditunjukkan dengan permukaan berwarna hitam yang merata dan tidak berongga (porous). Tekstur untuk permukaan lapis pondasi agregat harus rapi dan tidak boleh ada genangan atau lapisan tipis aspal atau aspal tercampur agregat halus yang cukup tebal sehingga mudah dikupas dengan pisau. Perbaikan dari Lapis Resap Pengikat dan Lapis Perekat yang tidak memenuhi ketentuan harus seperti yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, termasuk pembuangan bahan yang berlebihan, penggunaan bahan penyerap (blotter material), atau penyemprotan tambahan seperlunya. Setiap kerusakan kecil pada Lapis Resap Pengikat harus segera diperbaiki menurut Seksi 8.1 dan Seksi 8.2 dari Spesifikasi ini. Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan agar lubang yang besar atau kerusakan lain yang terjadi dibongkar dan dipadatkan kembali atau penggantian lapisan pondasi diikuti oleh pengerjaan kembali Lapis Resap Pengikat. Pengajuan Kesiapan Kerja Penyedia Jasa harus mengajukan hal-hal berikut ini kepada Direksi Pekerjaan : 1. Lima liter contoh dari setiap bahan aspal yang diusulkan oleh Penyedia Jasa untuk digunakan dalam pekerjaaan dilengkapi sertifikat dari pabrik pembuat-nya dan hasil pengujian seperti yang disyaratkan dalam Pasal 1.11.1.(3).(c), diserahkan sebelum pelaksanaan dimulai. Sertifikat tersebut harus menjelas-kan bahwa bahan aspal tersebut memenuhi ketentuan dari Spesifikasi dan jenis yang sesuai untuk bahan Lapis Resap Pengikat atau Lapis Perekat, seperti yang ditentukan pada Pasal 6.1.2 dari Spesifikasi ini. 2. Catatan kalibrasi dari semua instrumen dan meteran pengukur dan tongkat celup ukur untuk distributor aspal, seperti diuraikan dalam Pasal 6.1.3.(3) dan 6.1.3.(4) dari Spesifikasi ini, yang harus diserahkan paling lambat 30 hari sebelum pelaksanaan dimulai. Tongkat celup ukur, alat instrumen dan meteran pengukur harus dikalibrasi 31
RENCANA KERJA DAN SYARAT- SYARAT ( RKS)
sampai memenuhi akurasi, toleransi ketelitian dan ketentuan seperti diuraikan dalam Pasal 6.1.3.(4) dari Spesifikasi ini dan tanggal pelaksanaan kalibrasi harus tidak melebihi satu tahun sebelum pelaksanaan dimulai. 3. Grafik penyemprotan harus memenuhi ketentuan Pasal 6.1.3.(5) dari Spesifikasi ini dan diserahkan sebelum pelaksanaan dimulai. 4. Contoh-contoh bahan yang dipakai pada setiap hari kerja harus dilaksanakan sesuai dengan Pasal 6.1.6 dari Spesifikasi ini. Laporan harian untuk pekerjaan pelaburan yang telah dilakukan dan takaran pemakaian bahan harus memenuhi ketentuan Pasal 6.1.6 dari Spesifikasi ini
Kondisi Tempat Kerja 1. Pekerjaan harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga masih memungkinkan lalu lintas satu lajur tanpa merusak pekerjaan yang sedang dilaksanakan dan hanya menimbulkan gangguan yang minimal bagi lalu lintas. 2. Bangunan-bangunan dan benda-benda lain di samping tempat kerja (struktur, pepohonan dll.) harus dilindungi agar tidak menjadi kotor karena percikan aspal. 3. Bahan aspal tidak boleh dibuang sembarangan kecuali ke tempat yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan. 4. Penyedia Jasa harus melengkapi tempat pemanasan dengan fasilitas pencegahan dan pengendalian kebakaran yang memadai, juga pengadaan dan sarana pertolongan pertama. Pengendalian Lalu Lintas 1. Pengendalian lalu lintas harus memenuhi ketentuan Seksi 1.8, Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas dan Pasal 6.1.5 dari Spesifikasi ini. 2. Penyedia Jasa harus bertanggung jawab terhadap dampak yang terjadi bila lalu lintas yang dijinkan lewat di atas Lapis Resap Pengikat atau Lapis Perekat yang baru dikerjakan Bahan Lapis Resap Pengikat Bahan aspal untuk Lapis Resap Pengikat haruslah salah satu dari berikut ini : 1. Aspal emulsi reaksi sedang (medium setting) atau reaksi lambat (slow setting) yang memenuhi SNI 03-4798-1998. Umumnya hanya aspal emulsi yang dapat menunjukkan peresapan yang baik pada lapis pondasi tanpa pengikat yang disetujui. Aspal emulsi harus mengandung residu hasil penyulingan minyak bumi (aspal dan pelarut) tidak kurang dari 60 % dan mempunyai penetrasi aspal tidak kurang dari 80/100. Direksi Pekerjaan dapat mengijinkan penggunaan aspal emulsi yang diencerkan dengan perbandingan 1 bagian air bersih dan 1 bagian aspal emulsi dengan syarat tersedia alat pengaduk mekanik yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan. 2. Aspal semen Pen.80/100 atau Pen.60/70, memenuhi AASHTO M20, diencerkan dengan minyak tanah (kerosen). Proporsi minyak tanah yang digunakan sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, setelah percobaan di atas lapis pondasi atas yang telah selesai sesuai dengan Pasal 6.1.4.(2). Kecuali diperintah lain oleh Direksi Pekerjaan, perbandingan pemakaian minyak tanah pada percobaan pertama harus dari 80 85 bagian minyak per 100 bagian aspal semen (80 pph 85 pph) kurang lebih ekivalen dengan viskositas aspal cair hasil kilang jenis MC-30). 3. Pemilihan jenis aspal emulsi yang digunakan, kationik atau anionik, harus sesuai dengan muatan batuan lapis pondasi. Gunakan aspal emulsi kationik bila agregat untuk lapis pondasi adalah agregat basa (bermuatan negatif) dan gunakan aspal emulsi anionik bila agregat untuk lapis pondasi adalah agregat asam (bermuatan 32
RENCANA KERJA DAN SYARAT- SYARAT ( RKS)
positif). Bila ada keraguan atau bila bila aspal emulsi anionik sulit didapatkan, Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan untuk menggunakan aspal emulsi kationik. 4. Bilamana lalu lintas diijinkan lewat di atas Lapis Resap Pengikat maka harus digunakan bahan penyerap (blotter material) dari hasil pengayakan kerikil atau batu pecah, terbebas dari butiran-butiran berminyak atau lunak, bahan kohesif atau bahan organik. Tidak kurang dari 98 persen harus lolos ayakan ASTM 3/8 (9,5 mm) dan tidak lebih dari 2 persen harus lolos ayakan ASTM No.8 (2,36 mm). Lapis Perekat Bahan aspal untuk Lapis Perekat haruslah salah satu dari berikut ini : 1. Aspal emulsi reaksi cepat (rapid setting) yang memenuhi ketentuan SNI 03-6932- 2002 atau SNI 03-4798-1998. Direksi Pekerjaan dapat mengijinkan penggunaan aspal emulsi yang diencerkan dengan perbandingan 1 bagian air bersih dan 1 bagian aspal emulsi dengan syarat tersedia alat pengaduk mekanik yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan.. 2. Aspal semen Pen.60/70 atau Pen.80/100 yang memenuhi ketentuan AASHTO M20, diencerkan dengan 25 - 30 bagian minyak tanah per 100 bagian aspal (25 pph 30 pph). 3. Jika digunakan aspal emulsi modifikasi, jenis aspal emulsi yang digunakan adalah jenis kationik reaksi cepat (rapid setting). Bahan modifikasi yang digunakan haruslah latex dengan kandungan karet kering minimum 60 %. Kadar bahan modifikasi dalam aspal emulsi haruslah 2-3 % terhadap berat residu aspal. Dalam kondisi apapun, aspal emulsi modifikasi tidak boleh diencerkan di lapangan. Aspal emulsi modifikasi yang digunakan (CRS-1) yang digunakan harus memenuhi Tabel 6.1.2.(1).
4. Bila lapis perekat dipasang di atas lapis beraspal atau berbahan pengikat aspal, gunakan aspal emulsi kationik. Bila lapis perekat dipasang di atas perkerasan beton atau berbahan pengikat semen, gunakan aspal emulsi anionik. Bila ada keraguan atau bila bila aspal emulsi anionik sulit didapatkan, Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan untuk menggunakan aspal emulsi kationik. Tabel 6.1.2.(1) Persyaratan Aspal Emulsi Modifikasi
33
RENCANA KERJA DAN SYARAT- SYARAT ( RKS)
Peralatan Ketentuan Umum Penyedia Jasa harus melengkapi peralatannya terdiri dari penyapu mekanis dan atau kompresor, distributor aspal, peralatan untuk memanaskan bahan aspal dan peralatan yang sesuai untuk menyebarkan kelebihan bahan aspal Distributor Aspal Batang Semprot 1) Distributor aspal harus berupa kendaraan beroda ban angin yang bermesin penggerak sendiri, memenuhi peraturan keamanan jalan. Bilamana dimuati penuh maka tekanan ban pada pengoperasian dengan kecepatan penuh tidak boleh melampaui tekanan yang direkomendasi pabrik pembuatnya. 2) Alat penyemprot, harus dirancang, diperlengkapi, dipelihara dan dioperasikan sedemikian rupa sehingga bahan aspal dengan panas yang sudah merata dapat disemprotkan secara merata dengan berbagai variasi lebar permukaan, pada takaran yang ditentukan dalam rentang 0,15 sampai 2,4 liter per meter persegi. 3) Distributor aspal harus dilengkapi dengan batang semprot sehingga dapat mensirkulasikan aspal secara penuh yang dapat diatur ke arah horisontal dan vertikal. Batang semprot harus terpasang dengan jumlah minimum 24 nosel, dipasang pada jarak yang sama yaitu 10 1 cm. Distributor aspal juga harus dilengkapi pipa semprot tangan. Perlengkapan Perlengkapan distributor aspal harus meliputi sebuah tachometer (pengukur kecepatan putaran), meteran tekanan, tongkat celup yang telah dikalibrasi, sebuah termometer untuk mengukur temperatur isi tangki, dan peralatan untuk mengukur kecepatan lambat. Seluruh perlengkapan pengukur pada distributor harus dikalibrasi untuk memenuhi toleransi yang ditentukan dalam Pasal 6.1.3.(4) dari Spesifikasi ini. Selanjutnya catatan kalibrasi yang teliti dan memenuhi ketentuan tersebut harus diserahkan kepada Direksi Pekerjaan Toleransi Peralatan Distributor Aspal Toleransi ketelitian dan ketentuan jarum baca yang dipasang pada distributor aspal dengan batang semprot harus memenuhi ketentuan berikut ini Ketentuan dan Toleransi Yang Dijinkan
Tachometer pengukur kecepatan kendaraan : 1,5 persen dari skala putaran penuh sesuai ketentuan BS 3403
Tachometer pengukur kecepatan putaran pompa : 1,5 persen dari skala putaran penuh sesuai ketentuan BS 3403
Pengukur suhu : 5 C, rentang 0 - 250 C, minimum garis tengah arloji 70 mm
Pengukur volume atau tongkat celup : 2 persen dari total volume tangki, nilai maksimum garis skala Tongkat Celup 50 liter.
34
RENCANA KERJA DAN SYARAT- SYARAT ( RKS)
Grafik Penyemprotan dan Buku Petunjuk Pelaksanaaan Distributor aspal harus dilengkapi dengan Grafik Penyemprotan dan Buku Petunjuk Pelaksanaan yang harus disertakan pada alat semprot, dalam keadaan baik, setiap saat. Buku petunjuk pelaksanaan harus menunjukkan diagram aliran pipa dan semua petunjuk untuk cara kerja alat distributor. Grafik Penyemprotan harus memperlihatkan hubungan antara kecepatan dan jumlah takaran pemakaian aspal yang digunakan serta hubungan antara kecepatan pompa dan jumlah nosel yang digunakan, berdasarkan pada keluaran aspal dari nosel. Keluaran aspal pada nosel (liter per menit) dalam keadaan konstan, beserta tekanan penyemprotanya harus diplot pada grafik penyemprotan Grafik Penyemprotan juga harus memperlihatkan tinggi batang semprot dari permukaan jalan dan kedudukan sudut horisontal dari nosel semprot, untuk menjamin adanya tumpang tindih (overlap) semprotan yang keluar dari tiga nosel (yaitu setiap lebar permukaan disemprot oleh semburan tiga nosel). Kinerja Distributor Aspal 1) Penyedia Jasa harus menyiapkan distributor lengkap dengan perlengkapan dan operatornya untuk pengujian lapangan dan harus menyediakan tenaga-tenaga pembantu yang dibutuhkan untuk tujuan tersebut sesuai perintah Direksi Pekerjaan. Setiap distributor yang menurut pendapat Direksi Pekerjaan kinerjanya tidak dapat diterima bila dioperasikan sesuai dengan Grafik Takaran Penyemprotan dan Buku Petunjuk Pelaksanaan atau tidak memenuhi ketentuan dalam Spesifikasi dalam segala seginya, maka peralatan tersebut tidak diperkenankan untuk dioperasikan dalam pekerjaan. Setiap modifikasi atau penggantian distributor aspal harus diuji terlebih dahulu sebelum digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan.
2) Penyemprotan dalam arah melintang dari takaran pemakaian aspal yang dihasilkan oleh distributor aspal harus diuji dengan cara melintaskan batang semprot di atas bidang pengujian selebar 25 cm x 25 cm yang terbuat dari lembaran resap yang bagian bawahnya kedap, yang beratnya harus ditimbang sebelum dan sesudah disemprot. Perbedaan berat harus dipakai dalam menentukan takaran aktual pada tiap lembar dan perbedaan tiap lembar terhadap takaran rata-rata yang diukur melintang pada lebar penuh yang telah disemprot tidak boleh melampaui 15 persen takaran rata-rata.
3) Ketelitian yang dapat dicapai distributor aspal terhadap suatu takaran sasaran pemakaian alat semprot harus diuji dengan cara yang sama dengan pengujian distribusi melintang pada butir (b) di atas. Lintasan penyemprotan minimum sepanjang 200 meter harus dilaksanakan dan kendaraan harus dijalankan dengan kecepatan tetap sehingga dapat mencapai takaran sasaran pemakaian yang telah ditentukan lebih dahulu oleh Direksi Pekerjaan. Dengan minimum 5 penampang melintang yang berjarak sama harus dipasang 3 kertas resap yang berjarak sama, kertas tidak boleh dipasang dalam jarak kurang dari 0,5 meter dari tepi bidang yang disemprot atau dalam jarak 10 m dari titik awal penyemprotan. Takaran pemakaian, yang diambil sebagai harga rata-rata dari semua kertas resap tidak boleh berbeda lebih dari 5 persen dari takaran sasaran. Sebagai alternatif, takaran pemakaian rata- rata dapat dihitung dari pembacaan tongkat ukur yang telah dikalibrasi, seperti yang ditentukan dalam Pasal 6.1.4.(3).(g) dari Spesifikasi ini. Untuk tujuan pengujian ini minimum 70 persen dari kapasitas distributor aspal harus disemprotkan.
35
RENCANA KERJA DAN SYARAT- SYARAT ( RKS)
Peralatan Penyemprot Aspal Tangan (Hand Sprayer) Bilamana diijinkan oleh Direksi Pekerjaan maka penggunaan perlatan penyemprot aspal tangan dapat dipakai sebagai pengganti distributor aspal. Perlengkapan utama peralatan penyemprot aspal tangan harus selalu dijaga dalam kondisi baik, terdiri dari : - Tangki aspal dengan alat pemanas; - Pompa yang memberikan tekanan ke dalam tangki aspal sehingga aspal dapat tersemprot keluar; - Batang semprot yang dilengkapi dengan lubang pengatur keluarnya aspal (nosel). Pelaksanaan Pekerjaan Penyiapan Permukaan Yang Akan Disemprot Aspal 1. Apabila pekerjaan Lapis Resap Pengikat dan Lapis Perekat akan dilaksanakan pada permukaan perkerasan jalan yang ada atau bahu jalan yang ada, semua kerusakan perkerasan maupun bahu jalan harus diperbaiki menurut Seksi 8.1 dan Seksi 8.2 dari Spesifikasi ini. 2. Apabila pekerjaan Lapis Resap Pengikat dan Lapis Perekat akan dilaksanakan pada perkerasan jalan baru atau bahu jalan baru, perkerasan atau bahu itu harus telah selesai dikerjakan sepenuhnya, menurut Seksi 4.1, 4.2, 5.1, 5.4, 6.3, 6.4, atau 6.6 dari Spesifikasi ini yang sesuai dengan lokasi dan jenis permukaan yang baru tersebut. 3. Untuk lapis resap pengikat, jenis aspal emulsi yang digunakan harus mengacu pada Pasal 6.1.2.1. dan Untuk lapis perekat, jenis aspal emulsi yang digunakan harus mengacu pada Pasal 6.1.2.2. 4. Permukaan yang akan disemprot itu harus dipelihara menurut standar butir (a) dan butir (b) di atas sebelum pekerjaan pelaburan dilaksanakan. 5. Sebelum penyemprotan aspal dimulai, permukaan harus dibersihkan dengan memakai sikat mekanis atau kompresor atau kombinasi keduanya. Bilamana peralatan ini belum dapat memberikan permukaan yang benar-benar bersih, penyapuan tambahan harus dikerjakan manual dengan sikat yang kaku. 6. Pembersihan harus dilaksanakan melebihi 20 cm dari tepi bidang yang akan disemprot. 7. Tonjolan yang disebabkan oleh benda-benda asing lainnya harus disingkirkan dari permukaan dengan memakai penggaru baja atau dengan cara lainnya yang telah disetujui atau sesuai dengan perintah Direksi Pekerjaan dan bagian yang telah digaru tersebut harus dicuci dengan air dan disapu. 8. Untuk pelaksanaan Lapis Resap Pengikat di atas Lapis Pondasi Agregat Kelas A, permukaan akhir yang telah disapu harus rata, rapat, bermosaik agregat kasar dan halus, permukaan yang hanya mengandung agregat halus tidak akan diterima. 9. Pekerjaan penyemprotan aspal tidak boleh dimulai sebelum perkerasan telah disiapkan dapat diterima oleh Direksi Pekerjaan.
Takaran dan Temperatur Pemakaian Bahan Aspal 1. Penyedia Jasa harus melakukan percobaan lapangan di bawah pengawasan Direksi Pekerjaan untuk mendapatkan tingkat takaran yang tepat (liter per meter persegi) dan percobaan tersebut akan diulangi, sebagaimana diperin-tahkan oleh Direksi Pekerjaan, bila jenis dari permukaan yang akan disemprot atau jenis dari bahan aspal berubah. Biasanya takaran pemakaian yang didapatkan akan berada dalam batas-batas sebagai berikut : Lapis Resap Pengikat : 0,4 sampai 1,3 liter per meter persegi untuk Lapis Pondasi Agregat tanpa bahan pengikat
Lapis Perekat : Sesuai dengan jenis permukaan yang akan mene- rima pelaburan dan jenis bahan aspal yang akan dipakai. Lihat Tabel 6.1.4.(1) untuk jenis takaran pemakaian lapis aspal. 36
RENCANA KERJA DAN SYARAT- SYARAT ( RKS)
2. Temperatur penyemprotan harus sesuai dengan Tabel 6.1.4.(1), kecuali diperintahkan lain oleh Direksi Pekerjaan. Temperatur penyemprotan untuk aspal cair yang kandungan minyak tanahnya berbeda dari yang ditentukan dalam daftar ini, temperaturnya dapat diperoleh dengan cara interpolasi.
Tabel 6.1.4.(1) Takaran Pemakaian Lapis Perekat
Jenis Aspal Takaran (liter per meter persegi) pada Permukaan Baru atau Aspal atau Beton Lama Yang Licin Permukan Porous dan Terekpos Cuaca Permukaan Berbahan Pengikat Semen Aspal Cair 0,15 0,15 - 0,35 0,2 1,0 Aspal Emulsi 0,20 0,20 - 0,50 0,2 1,0 Aspal Emulsi yang diencerkan (1:1) 0,40 0,40 - 1,00 0,4 2,0 Aspal Emulsi Modifikasi 0,20 0,20 - 0,50 0,2 1,0
Tabel 6.1.4.(2) Temperatur Penyemprotan
Jenis Aspal Rentang Suhu Penyemprotan Aspal cair, 25-30 pph minyak tanah 110 10 C Aspal cair, 80-85 pph minyak tanah (MC-30) 45 10 C Aspal emulsi, emulsi modifikasi atau aspal emulsi yang diencerkan Tidak dipanaskan
3. Frekuensi pemanasan yang berlebihan atau pemanasan yang berulang-ulang pada temperatur tinggi haruslah dihindari. Setiap bahan yang menurut pendapat Direksi Pekerjaan, telah rusak akibat pemanasan berlebihan harus ditolak dan harus diganti atas biaya Penyedia Jasa. Pelaksanaan Penyemprotan 1. Batas permukaan yang akan disemprot oleh setiap lintasan penyemprotan harus diukur dan ditandai. Khususnya untuk Lapis Resap Pengikat, batas-batas lokasi yang disemprot harus ditandai dengan cat atau benang. 2. Agar bahan aspal dapat merata pada setiap titik maka bahan aspal harus disemprotkan dengan batang penyemprot dengan kadar aspal yang diperintahkan, kecuali jika penyemprotan dengan distributor tidaklah praktis untuk lokasi yang sempit, Direksi Pekerjaan dapat menyetujui pemakaian penyemprot aspal tangan (hand sprayer). 3. Alat penyemprot aspal harus dioperasikan sesuai grafik penyemprotan yang telah disetujui. Kecepatan pompa, kecepatan kendaraan, ketinggian bat ang semprot dan penempatan nosel harus disetel sesuai ketentuan grafik tersebut sebelum dan selama pelaksanaan penyemprotan. 4. Bila diperintahkan, bahwa lintasan penyemprotan bahan aspal harus satu lajur atau setengah lebar jalan dan harus ada bagian yang tumpang tindih (overlap) selebar 20 cm sepanjang sisi-sisi lajur yang bersebelahan. Sambungan memanjang selebar 20 cm ini harus dibiarkan terbuka dan tidak boleh ditutup oleh lapisan berikutnya sampai lintasan penyemprotan di lajur yang bersebelahan telah selesai dilaksanakan. Demikian pula lebar yang telah disemprot harus lebih besar dari pada lebar yang ditetapkan, hal ini dimaksudkan agar tepi permukaan yang ditetapkan tetap mendapat semprotan dari tiga nosel, sama seperti permukaan yang lain. 37
RENCANA KERJA DAN SYARAT- SYARAT ( RKS)
5. Lokasi awal dan akhir penyemprotan harus dilindungi dengan bahan yang cukup kedap. Penyemprotan harus dimulai dan dihentikan sampai seluruh batas bahan pelindung tersemprot, dengan demikian seluruh nosel bekerja dengan benar pada sepanjang bidang jalan yang akan disemprot 6. Distributor aspal harus mulai bergerak kira-kira 5 meter sebelum daerah yang akan disemprot dengan demikian kecepatan lajunya dapat dijaga konstan sesuai ketentuan, agar batang semprot mencapai bahan pelindung tersebut dan kecepatan ini harus tetap dipertahankan sampai melalui titik akhir. 7. Sisa aspal dalam tangki distributor harus dijaga tidak boleh kurang dari 10 persen dari kapasitas tangki untuk mencegah udara yang terperangkap (masuk angin) dalam sistem penyemprotan. 8. Jumlah pemakaian bahan aspal pada setiap kali lintasan penyemprotan harus segera diukur dari volume sisa dalam tangki dengan meteran tongkat celup. 9. Takaran pemakaian rata-rata bahan aspal pada setiap lintasan penyemprotan, harus dihitung sebagai volume bahan aspal yang telah dipakai dibagi luas bidang yang disemprot. Luas lintasan penyemprotan didefinisikan sebagai hasil kali panjang lintasan penyemprotan dengan jumlah nosel yang digunakan dan jarak antara nosel. Takaran pemakaian rata-rata yang dicapai harus sesuai dengan yang diperintahkan Direksi Pekerjaan menurut Pasal 6.1.4.(2).(a) dari Spesifikasi ini, dalam toleransi berikut ini :
Toleransi takaran pemakaian 1 % dari volume tangki = + (4 % dari takaran yg diperintahkan + ----------------------------) Luas yang disemprot
10. Takaran pemakaian yang dicapai harus telah dihitung sebelum lintasan penyemprotan berikutnya dilaksanakan dan bila perlu diadakan penyesuaian untuk penyemprotan berikutnya . 11. Penyemprotan harus segera dihentikan jika ternyata ada ketidaksempurnaan peralatan semprot pada saat beroperasi. 12. Setelah pelaksanaan penyemprotan, khususnya untuk Lapis Perekat, bahan aspal yang berlebihan dan tergenang di atas permukaan yang telah disemprot harus diratakan dengan menggunakan alat pemadat roda karet, sikat ijuk atau alat penyapu dari karet. 13. Tempat-tempat yang disemprot dengan Lapis Resap Pengikat yang menun-jukkan adanya bahan aspal berlebihan harus ditutup dengan bahan penyerap (blotter material) yang memenuhi Pasal 6.1.2.(1).(b) dari Spesifikasi ini sebelum penghamparan lapis berikutnya. Bahan penyerap (blotter material) hanya boleh dihampar 4 jam setelah penyemprotan Lapis Resap Pengikat. 14. Tempat-tempat bekas kertas resap untuk pengujian kadar bahan aspal harus dilabur kembali dengan bahan aspal yang sejenis secara manual dengan kadar yang hampir sama dengan kadar di sekitarnya.
Pemeliharaan Dan Pembukaan Lalu Lintas Pemeliharaan Lapis Resap Pengikat 1. Penyedia Jasa harus tetap memelihara permukaan yang telah diberi Lapis Resap Pengikat atau Lapis Perekat sesuai standar yang ditetapkan dalam Pasal 6.1.1.(5) dari Spesifikasi ini sampai lapisan berikutnya dihampar. Lapisan berikutnya hanya dapat dihampar setelah bahan resap pengikat telah meresap sepenuhnya ke dalam lapis pondasi dan telah mengeras. Untuk Lapis Resap Pengikat yang akan dilapisi Burtu atau Burda, waktu penundaan harus sebagaimana yang diperintahkan Direksi Pekerjaan 38
RENCANA KERJA DAN SYARAT- SYARAT ( RKS)
minimum dua hari dan tak boleh lebih dari empat belas hari, tergantung dari lalu lintas, cuaca, bahan aspal dan bahan lapis pondasi yang digunakan.
2. Lalu lintas tidak diijinkan lewat sampai bahan aspal telah meresap dan mengering serta tidak akan terkelupas akibat dilewati roda lalu lintas. Dalam keadaan khusus, lalu lintas dapat diijinkan lewat sebelum waktu tersebut, tetapi tidak boleh kurang dari empat jam setelah penghamparan Lapis Resap Pengikat tersebut. Agregat penutup (blotter material) yang bersih, yang sesuai dengan ketentuan Pasal 6.1.2.(1).(b) dari Spesifikasi ini harus dihampar sebelum lalu lintas diijinkan lewat. Agregat penutup harus disebar dari truk sedemikian rupa sehingga roda tidak melindas bahan aspal yang belum tertutup agregat. Bila penghamparan agregat penutup pada lajur yang sedang dikerjakan yang bersebelahan dengan lajur yang belum dikerjakan, sebuah alur (strip) yang lebarnya paling sedikit 20 cm sepanjang tepi sambungan harus dibiarkan tanpa tertutup agregat, atau jika sampai tertutup harus dibuat tidak tertutup agregat bila lajur kedua sedang dipersiapkan untuk ditangani, agar memungkinkan tumpang tindih (overlap) bahan aspal sesuai dengan Pasal 6.1.4.(3).(d) dari Spesifikasi ini. Pemakaian agregat penutup harus dilaksanakan seminimum mungkin.
Pemeliharaan Lapis Perekat Lapis aspal berikut di atasnya untuk memperoleh kondisi kelengketan yang tepat. Pelapisan lapisan beraspal berikut tersebut harus dihampar sebelum lapis aspal hilang kelengketannya melalui pengeringan yang berlebihan, oksidasi, debu yang tertiup atau lainnya. Sewaktu lapis aspal dalam keadaan tidak tertutup, Penyedia Jasa harus melindunginya dari kerusakan dan mencegahnya agar tidak berkontak dengan lalu lintas. Pemberian kembali lapis perekat (retackcoating) harus dilakukan bila lapis perekat telah mengering sehingga hilang atau berkurang kelengketannya. Pengeringan lapis perekat yang basah akibat hujan turun dengan tiba-tiba dengan menggunakan udara bertekanan (compressor) dapat dilakukan sebelum lapis beraspal dihampar hanya bila lamanya durasi hujan kurang dari 4 jam. Pemberian kembali lapis perekat (retackcoating) harus dilakukan bila lapis perekat terkena hujan lebih dari 4 jam. Pengendalian Mutu Dan Pengujian Di Lapangan Contoh aspal dan sertifikatnya, seperti disyaratkan dalam Pasal 6.1.1.(6).(a) dari Spesifikasi ini harus disediakan pada setiap pengangkutan aspal ke lapangan pekerjaan. Dua liter contoh bahan aspal yang akan dihampar harus diambil dari distributor aspal, masing-masing pada saat awal penyemprotan dan pada saat menjelang akhir penyemprotan. Distributor aspal harus diperiksa dan diuji, sesuai dengan ketentuan Pasal 6.1.3.(6) dari Spesifikasi ini sebagai berikut : 1) Sebelum pelaksanaan pekerjaan penyemprotan pada Kontrak tersebut; 2) Setiap 6 bulan atau setiap penyemprotan bahan aspal sebanyak 150.000 liter, dipilih yang lebih dulu tercapai; 3) Apabila distributor mengalami kerusakan atau modifikasi, perlu dilakukan pemeriksaan ulang terhadap distributor tersebut. Gradasi agregat penutup (blotter material) harus diajukan kepada Direksi Pekerjaan untuk mendapatkan persetujuan sebelum agregat tersebut digunakan Catatan harian yang terinci mengenai pelaksanaan penyemprotan permukaan, termasuk pemakaian bahan aspal pada setiap lintasan penyemprotan dan takaran pemakaian yang dicapai, harus dibuat dalam formulir standar Lembar 1.10 seperti terdapat pada Gambar
39
RENCANA KERJA DAN SYARAT- SYARAT ( RKS)
Pengukuran Dan Pembayaran Pengukuran Untuk Pembayaran 1) Kuantitas dari bahan aspal yang diukur untuk pembayaran adalah nilai terkecil di antara berikut ini : jumlah liter residu pada 15 C menurut takaran yang diperlukan sesuai dengan Spesifikasi dan ketentuan Direksi Pekerjaan, atau jumlah liter residu aktual pada 15 C yang terhampar dan diterima.. Pengukuran volume harus diambil saat bahan berada pada temperatur keseluruhan yang merata dan bebas dari gelembung udara. Kuantitas dari aspal yang digunakan harus diukur setelah setiap lintasan penyemprotan. 2) Setiap agregat penutup (blotter material) yang digunakan harus dianggap termasuk pekerjaan sementara untuk memperoleh Lapis Resap Pengikat yang memenuhi ketentuan dan tidak akan diukur atau dibayar secara terpisah. 3) Pekerjaan untuk penyiapan dan pemeliharaan formasi yang di atasnya diberi Lapis Resap Pengikat dan Lapis Perekat, sesuai dengan Pasal 6.1.4.(a) dan 6.1.4.(b) tidak akan diukur atau dibayar di bawah Seksi ini, tetapi harus diukur dan dibayar sesuai dengan Seksi yang relevan yang disyaratkan untuk pelaksanaan dan rehabilitasi, sebagai rujukan di dalam Pasal 6.1.4 dari Spesifikasi ini. 4) Pembersihan dan persiapan akhir pada permukaan jalan sesuai dengan Pasal 6.1.4.(3).(d) sampai 6.1.4.(3).(g) dari Spesifikasi ini dan pemeliharaan permukaan Lapis Resap Pengikat atau Lapis Perekat yang telah selesai menurut Pasal 6.1.5 dari Spesifikasi ini harus dianggap merupakan satu kesatuan dengan pekerjaan Lapis Resap Pengikat atau Lapis Perekat yang memenuhi ketentuan dan tidak boleh diukur atau dibayar secara terpisah. Pengukuran Untuk Pekerjaan Yang Diperbaiki Bila perbaikan pekerjaan Lapis Resap Pengikat atau Lapis Perekat yang tidak memenuhi ketentuan telah dilaksanakan sesuai perintah Direksi Pekerjaan menurut Pasal 6.1.1.(5) di atas, maka kuantitas yang diukur untuk pembayaran haruslah merupakan pekerjaan yang seharusnya dibayar jika pekerjaan yang semula diterima. Tidak ada pembayaran tambahan yang akan dilakukan untuk pekerjaan tambahan, kuantitas maupun pengujian yang diperlukan oleh perbaikan ini.
Dasar Pembayaran Kuantitas yang sebagaimana ditetapkan di atas harus dibayar menurut Harga Satuan Kontrak per satuan pengukuran untuk Mata Pembayaran yang tercantum di bawah ini dan dalam Daftar Kuantitas dan Harga, dimana pembayaran tersebut harus merupakan kompensasi penuh untuk pengadaan dan penyemprotan seluruh bahan, termasuk bahan penyerap (blotter material), penyemprotan ulang, termasuk seluruh pekerja, peralatan, perlengkapan, dan setiap kegiatan yang diperlukan untuk menyelesaikan dan memelihara pekerjaan yang diuraikan dalam Seksi ini.
c) LABURAN ASPAL SATU LAPIS (BURTU) DAN LABURAN ASPAL DUA LAPIS (BURDA) Umum Uraian Pekerjaan ini mencakup pelaksanaan pekerjaan pelaburan aspal (surface dressing) yang dapat terdiri dari laburan aspal satu atau dua lapis, setiap lapis diberi pengikat aspal dan kemudian ditutup dengan butiran agregat (chipping). Pelaburan aspal (surface dressing) ini umumnya dihampar di atas Lapis Pondasi Agregat Kelas A yang sudah diberi Lapis Resap Pengikat atau Lapis Pondasi Berbahan Pengikat Semen atau Aspal, atau di atas suatu permukaan aspal lama Pekerjaan Seksi Lain Yang Berkaitan Dengan Seksi Ini
a) Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas : Seksi 1.8 b) Rekayasa Lapangan : Seksi 1.9 c) Bahan dan Penyimpanan : Seksi 1.11 d) Pengamanan Lingkungan Hidup : Seksi 1.17 e) Keselamatan dan Kesehatan Kerja : Seksi 1.19 f) Bahu Jalan : Seksi 4.2 g) Lapis Pondasi Agregat : Seksi 5.1 f) Lapis Pondasi Semen Tanah : Seksi 5.4 h) Lapis Pondasi Agregat dengan Cement Treated Base : Seksi 5.6 i) Lapis Resap Pengikat dan Lapis Perekat : Seksi 6.1 j) Campuran Beraspal Panas : Seksi 6.3 k) Pengembalian Kondisi Perkerasan Lama : Seksi 8.1 l) Pemeliharaan Rutin Perkerasan, Bahu Jalan, Drainase Perlengkapan Jalan dan Jembatan : Seksi 10.1
Standar Rujukan Standar Nasional Indonesia (SNI) : SNI 03-1968-1990 : Metode Pengujian Tentang Analisis Saringan Agregat Halus Dan Kasar SNI 03-2439-1991 : Metode Pengujian Kelekatan Agregat terhadap Aspal SNI 2417 : 2008 : Cara Uji Keausan Agregat Dengan Mesin Abrasi Los Angeles AASHTO :
Pelaburan aspal harus disemprot hanya pada permukaan yang kering dan bersih, serta tidak boleh dilaksanakan waktu angin kencang, hujan atau akan turun hujan. Pelaburan aspal harus dilaksanakan hanya selama musim kemarau dan bilamana cuaca diperkirakan baik paling sedikit 24 jam setelah pengerjaan.
Standar Untuk Penerimaan dan Perbaikan Terhadap Pekerjaan Yang Tidak Memenuhi Ketentuan Direksi Pekerjaan akan memeriksa permukaan jalan sebelum pekerjaan pelaburan dimulai, untuk mengetahui apakah permukaan jalan telah benar-benar disiapkan dan dibersihkan sesuai ketentuan dalam Pasal 6.2.5.(1) dari Spesifikasi ini. Penyedia Jasa tidak diperkenankan memulai pekerjaan pelaburan sebelum mendapat izin tertulis dari Direksi Pekerjaan 41
RENCANA KERJA DAN SYARAT- SYARAT ( RKS)
BURTU atau lapisan pertama BURDA tidak boleh lebih tebal dari satu batu dan bebas dari bahan-bahan yang lepas setelah penggilasan yang dikuti oleh penyapuan. Lapisan kedua BURDA tidak boleh lebih tebal dari satu batu dan bebas dari bahan-bahan yang lepas setelah penggilasan yang dikuti oleh penyapuan. Lapisan kedua BURDA tidak boleh dimulai sebelum mendapat persetujuan tertulis dari Direksi Pekerjaan. Pekerjaan BURTU dan BURDA yang telah selesai, permukaannya harus terlihat seragam, dan bentuknya menerus, terkunci rapat, harus kedap air tanpa ada lubang-lubang atau tanpa memperlihatkan adanya bagian yang kelebihan aspal. Permukaan pekerjaan pelaburan aspal yang telah selesai harus dipelihara oleh Penyedia Jasa paling sedikit selama 3 hari agar tidak terdapat agregat yang lepas. Pekerjaan BURTU dan BURDA yang tidak memenuhi ketentuan, harus diperbaiki sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan dapat mencakup pembuangan atau penambahan bahan, pembuangan seluruh bahan dan pekerjaan penggantian atau pelaburan dengan BURTU atau BURDA untuk menghasilkan pekerjaan yang memenuhi ketentuan
Pemeliharaan Pekerjaan Yang Telah Diterima Tanpa mengurangi kewajiban Penyedia Jasa untuk melaksanakan perbaikan terhadap pekerjaan yang tidak memenuhi ketentuan atau gagal sebagaimana disyaratkan dalam Pasal 6.2.1.(5) di atas, Penyedia Jasa juga harus bertanggungjawab atas pemeliharaan rutin dari semua pelaburan aspal yang sudah selesai dikerjakan dan diterima selama Periode Pelaksanaan. Pekerjaan pemeliharaan rutin tersebut harus dilaksanakan sesuai dengan Seksi 10.1 dari Spesifikasi ini dan harus dibayar terpisah menurut Pasal 10.1.7
Pengajuan Kesiapan Kerja Penyedia Jasa harus menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan hal berikut ini : 1. 5 liter contoh dari setiap bahan aspal yang diusulkan oleh Penyedia Jasa untuk dipakai dalam pekerjaan dilampiri dengan sertifikat dari pabrik pembuatnya, dan hasil pengujian seperti yang disyaratkan dalam Pasal 1.11.1.(3).(c), harus diserahkan sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai. Sertifikat tersebut harus menyatakan bahwa bahan aspal tersebut sesuai dengan Spesifikasi dan jenis yang disyaratkan untuk pelaburan aspal, seperti diberikan dalam Pasal 6.2.2.(2) dari Spesifikasi ini; 2. Sertifikat Kalibrasi dari semua instrumen dan meteran pengukur dan tongkat celup untuk distributor aspal, seperti diuraikan dalam Pasal 6.1.3.(3) dan Pasal 6.1.4.(4) dari Spesifikasi ini harus diserahkan paling lambat 30 hari sebelum pelaksanaan dimulai. Tongkat celup, instrumen dan meteran harus dikalibrasi sampai toleransi ketelitian dan ketentuan seperti diuraikan dalam Pasal 6.1.3.(4) dari Spesifikasi ini dan tanggal pelaksanaan kalibrasi harus tidak boleh melebihi satu tahun sebelum pelaksanaan dimulai; 3. Grafik penyemprotan, harus memenuhi ketentuan Pasal 6.1.3.(5) dari Spesifikasi ini dan harus diserahkan sebelum pekerjaan pelaksanaan dimulai; 4. Contoh-contoh agregat yang diusulkan untuk dipakai pada pekerjaan pelaburan aspal disertai lampiran daftar hasil pengujian seperti ditunjukkan pada Pasal 6.2.2.(1).(b) dari Spesifikasi ini, harus telah diserahkan paling lambat 30 hari sebelum pekerjaan pelaburan aspal dimulai; 5. Harus diserahkan pula laporan produksi, lokasi penumpukan bahan dan lokasi semua jenis agregat yang diusulkan untuk dipakai dalam pekerjaan. Hasil pengujian atas agregat untuk pelaburan aspal, harus sesuai ketentuan Pasal 6.2.2.(1) dan 6.2.6 dari Spesifikasi ini dan harus diajukan minimum 5 hari sebelum pekerjaan pelaburan aspal dimulai; 6. Contoh-contoh bahan yang telah digunakan pada setiap hari kerja dan catatan harian pekerjaan pelaburan aspal yang telah dilaksanakan dan takaran penggunaan bahan harus memenuhi Pasal 6.2.6 dari Spesifikasi ini
42
RENCANA KERJA DAN SYARAT- SYARAT ( RKS)
Kondisi Tempat Kerja 1. Pohon, struktur atau bangunan yang berdekatan dengan pekerjaan pelaburan harus dilindungi dari percikan aspal dan kerusakan lainnya. 2. Aspal atau bahan lainnya yang boleh dibuang ke semua selokan, saluran atau bangunan yang berdekatan. 3. Penyedia Jasa harus melengkapi dan memelihara fasilitas pencegahan dan pengendalian kebakaran yang memadai, dan juga pengadaan serta pertolongan pertama di tempat pemanasan aspal.
Pengendalian Lalu Lintas dan Periode Pengamanan 1. Pengendalian lalu lintas harus memenuhi ketentuan Seksi 1.8 dari Spesifikasi ini dalam segala hal, dengan ketentuan tambahan yang harus diperhatikan berikut ini. 2. Segala jenis lalu lintas tidak diperkenankan melewati permukaan yang baru disemprot sampai permukaan tersebut telah terlapisi oleh agregat. 3. Lalu lintas umum tidak diijinkan melintasi permukaan yang baru diberi agregat sampai seluruh lokasi telah digilas dengan alat pemadat yang cocok (minimum 6 lintasan) dan bahan yang lepas telah disapu sampai bersih. Rambu peringatan untuk membatasi kecepatan kendaraan sebesar 15 km/jam harus dipasang bila diperlukan. Barikade harus disediakan untuk mencegah terbawanya agregat penutup yang belum dipadatkan atau dilintasinya tempat yang belum tertutup aspal. 4. Pengawasan pengendalian lalu lintas yang sebagaimana mestinya seperti yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan dan sesuai dengan Pasal 1.8.3 dari Spesifikasi ini, harus dilaksanakan selama 24 jam per hari, dari saat dimulainya pekerjaan pelaburan untuk setiap ruas sampai minimum 72 jam setelah pekerjaan pelaburan selesai. Bilamana hujan turun 48 jam setelah selesainya pekerjaan pelaburan, pekerjaan yang baru selesai ini harus ditutup untuk lalu lintas sampai permukaannya kering. Pengendalian penuh terhadap lalu lintas harus dilanjutkan selama 48 jam pada cuaca baik, kecuali bilamana diperintahkan lain oleh Direksi Pekerjaan. 5. Selama periode tunggu yang ditentukan dalam (d) di atas, permukaan jalan harus disapu bersih seluruhnya dari agregat yang lepas dan diawasi oleh Direksi Pekerjaan. Jika Direksi Pekerjaan mendapatkan bahwa permukaan tampak kokoh, seluruh rambu dan pemisah lalu lintas dapat disingkirkan. Bilamana tidak, maka Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan untuk melanjutkan pengendalian lalu lintas sampai permukaan jalan menjadi kokoh dan seluruh perbaikan yang diperlukan telah dikerjakan. Bahan Agregat Penutup 1. Agregat penutup harus terdiri dari butiran yang bersih, keras, kerikil pecah atau batu pecah dari bahan yang awet, bebas dari kotoran, lempung, debu atau benda lainnya yang dapat menghalangi penyelimutan yang menyeluruh oleh aspal. 2. Sumber agregat yang digunakan untuk memproduksi agregat penutup harus memenuhi ketentuan berikut :
Keausan dengan Mesin Los Angeles (SNI 2417 : 2008) : Maks. 30 % Kelekatan Agregat Terhadap Aspal (SNI 03-2439-1991)
: Min. 95 %
43
RENCANA KERJA DAN SYARAT- SYARAT ( RKS)
3. Agregat penutup harus dijaga agar tetap dalam keadaaan kering dan bebas dari debu dan kotoran, dan harus memenuhi ketentuan berikut :
Persentase berat kerikil pecah yang tertahan ayakan 4,75 mm yang mempunyai dua bidang pecah. : Min. 90 %
4. Bila digunakan agregat precoated (precoated chip) maka bahan yang digunakan untuk precoated chip harus berupa aspal cair atau aspal emulsi sesuai dengan sifat aspal lapis perekat Seksi 6.1. Kuantitas Aspal emulsi atau aspal cair yang digunakan precoated harus dalam rentang 1,00% 1,75% terhadap berat chip dan harus diaduk merata dengan menggunakan beton molen hingga seluruh permukaan chip terselimuti aspal. Precoated chip harus distock pile minimal selama satu hari sebelum digunakan. Pekerjaan pelaburan baru dapat dimulai bila telah tersedia precoated chip minimal untuk 100 meter panjang pekerjaan pelaburan. 5. Untuk precoated chip menggunakan aspal emulsi modifikasi atau aspal emulsi, BURTU/BURDA yang menggunakan aspal modifikasi harus menggunakan precoated chip aspal emulsi modifikasi. BURTU/BURDA yang menggunakan aspal keras dapat menggunakan precoated chip dari aspal emulsi atau aspal emulsi modifikasi. 6. Batas ukuran partikel agregat untuk BURTU dan untuk lapisan pertama BURDA ditentukan dalam ukuran agregat terkecil, menurut Tabel 6.2.2.(1) di bawah ini.
Tabel 6.2.2.(1) Ketentuan Ukuran Agregat
Ukuran nominal (mm) Ukuran terkecil rata- rata (ALD) Persentase ukuran terkecil rata-rata dalam batas 2,5 mm dari ALD Persentase maksimum lolos ayakan 4,75 mm
12,5 6,4 - 9,5 65 2
Agregat harus berbentuk kubikal, sedemikian, bila diuji menurut Lampiran 6.2.A dari Spesifikasi ini, rasio ukuran terbesar rata-rata agregat (average greatest dimension) terhadap ukuran terkecil rata-rata (Average Least Dimension, ALD) tidak boleh melampaui angka 2,30.
7. Agregat lapisan kedua untuk BURDA, harus mempunyai ukuran nominal 6 mm, dan harus memenuhi gradasi sesuai dengan ketentuan dari Tabel 6.2.2.(2) di bawah, dan harus berbentuk kubikal. Tabel 6.2.2.(2) Gradasi Agregat Lapis Penutup Kedua BURDA
Ukuran Ayakan Persen Berat Yang Lolos ASTM (mm) 3/8 9,5 100 6,35 95 100 No.8 2,36 0 15 No.200 0,075 0 8
8. Agregat lapis kedua untuk BURDA juga harus mempunyai ukuran yang sesuai sehingga dapat saling mengunci ke dalam rongga-rongga permukaan dalam agregat lapisan pertama yang telah dipadatkan.
44
RENCANA KERJA DAN SYARAT- SYARAT ( RKS)
Bahan Aspal 1. Bahan aspal yang dipakai harus dari jenis aspal semen Pen.80/100 memenuhi ketentuan AASHTO M20 70 atau jenis Pen.60/70 sesuai Tabel 6.3.2.5, dan dapat diencerkan memakai minyak tanah sesuai ketentuan Tabel 6.2.2.(3), tabel ini harus dipakai untuk merancang bahan aspal. Tabel 6.2.2.(3) Rancangan Bahan Aspal
Catatan : - pph = bagian minyak tanah per 100 bagian volume aspal. - Temperatur penyemprotan yang sebenarnya harus berada dalam rentang 10 o C dari nilai-nilai yang telah ditentukan dalam tabel di atas. - Bilamana temperatur udara berada pada temperatur antara dari kolom satu di atas, maka proporsi kerosen dan temperatur penyemprotan yang dipilih haruslah temperatur yang terendah di antara keduanya. Perkiraan rentang perubahan temperatur saat pengukuran dan penyemprotan harus diperkirakan sebelumnya Bahan aspal yang dipanaskan pada temperatur penyemprotan selama lebih dari 10 jam pada temperatur penyemprotan seperti ditentukan pada Tabel 6.2.2.(3) di atas atau telah dipanaskan melebihi 200C, harus ditolak. Bila digunakan aspal modifikasi maka persyaratan aspal modifikasi yang digunakan harus berjenis elastomer sesuai dengan Tabel 6.2.2.(3) dengan temperatur penyemprotan 170 C. 2. Bilamana pelaksanaan pelaburan terpaksa harus dilaksanakan dalam kondisi yang kurang menguntungkan atau dalam kondisi cuaca tanggung, atau kelekatan aspal terhadap agregat (SNI 03-2439-1991) dalam kondisi tanggung Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan atau menyetujui penggunaan bahan anti pengelupasan (anti-stripping agent) untuk meningkatkan ikatan antara agregat dan aspal. Bahan tambah (additive) yang dipakai harus dari jenis yang telah disetujui Direksi Pekerjaan dan proporsi yang diperlukan harus dicampur dalam bahan aspal sampai merata sesuai dengan pabrik pembuatnya. Campuran ini harus disirkulasikan dalam distributor minimum selama 30 menit pada kecepatan penuh pompa untuk memperoleh campuran yang homogen. Jenis Pekerjaan Pelaburan Jenis pekerjaan pelaburan yang akan dipakai pada setiap ruas pekerjaan diperlihatkan pada Gambar dan istilahnya disingkat dalam Tabel 6.2.3.(1) di bawah ini.
Peralatan Ketentuan Umum Peralatan yang akan digunakan haruslah distributor aspal yang mempunyai mesin penggerak sendiri, dua alat pemadat roda karet, alat penebar agregat, paling sedikit 2 (dua) dump truck, sikat mekanis, sapu lidi, sikat dan perlengkapan untuk menuangkan drum dan untuk memanaskan bahan aspal. Distributor Aspal Distributor aspal harus memenuhi ketentuan Pasal 6.1.3 dari Spesifikasi ini. Tangki distributor harus benar-benar tersekat sempurna dalam menahan aliran panas, dengan demikian apabila diisi penuh oleh bahan aspal, turunnya panas tidak boleh melampaui 2,5 C per jam dalam kondisi tidak sirkulasi. Alat Pemadat Alat pemadat roda karet harus mempunyai lebar total tidak kurang dari 1,5 meter, dan harus mempunyai mesin penggerak sendiri. Alat Penghampar Agregat Peralatan penghampar agregat harus dilengkapi dengan ulir pembagi (auger) dan harus mampu menghampar agregat secara merata dalam takaran yang terkendali dengan lebar hamparan minimum 2,4 meter. Suatu perlengkapan khusus harus dipasang pada sisi badan truk sehingga lebar hamparan dapat disetel. Rancangan alat penghampar agregat dan kecepatan penghamparan harus sedemikian rupa sehingga menjamin tidak terjadinya penumpukan agregat pada permukaan yang telah disemprot aspal. Paling sedikit harus disiapkan 2 truk penghampar agregat atau paling tidak disiapkan satu alat penghampar agregat berupa mesin penebar agregat dengan penggerak empat roda (four wheel drive belt spreader). Penebaran agregat secara manual hanya boleh dilakukan bilamana digunakan peralatan sikat hela. Sapu dan Sikat Mekanis Sapu ijuk kasar untuk mendistribusi ulang agregat dan sebuah peralatan sikat hela atau mekanis untuk menyingkirkan kelebihan agregat harus disiapkan Peralatan Lain Peralatan lain yang boleh dipakai oleh Penyedia Jasa untuk meningkatkan kinerja dapat ditambahkan bilamana telah mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Direksi Pekerjaan. Pelaksanaan Pekerjaan Kuantitas dari Bahan Yang Akan Dipakai 1. Takaran pemakaian bahan aspal, untuk setiap lapis pelaburan aspal dan untuk setiap ruas jalan, harus ditentukan oleh Direksi Pekerjaan, tergantung pada ukuran terkecil rata-rata agregat penutup, jenis atau komposisi aspal, kondisi dan tekstur dari permukaan aspal lama dan jenis serta kepadatan dari lalu lintas yang akan melewati jalan, sesuai dengan cara yang diuraikan dalam Lampiran 6.2.C dari Spesifikasi ini. Selanjutnya Direksi Pekerjaan dapat memodifikasi takaran pemakaian, tergantung pada hasil percobaan di lapangan yang dilaksanakan oleh Penyedia Jasa sesuai petunjuk Direksi Pekerjaan. 46
RENCANA KERJA DAN SYARAT- SYARAT ( RKS)
2. Takaran hamparan agregat harus cukup untuk menutupi permukaan, tanpa terlihat adanya kelebihan bahan setelah pemadatan, sesuai dengan standar Spesifikasi dalam Pasal 6.2.1.(5). Lampiran 6.2.C dari Spesifikasi memuat tata cara menghitung perkiraan takaran hamparan agregat. Pekerjaan Persiapan Permukaaan Aspal Lama 1. Sebelum permukaan aspal lama dilabur, maka semua kotoran dan bahan tidak dikehendaki lainnya harus dibersihkan dengan alat penyapu mekanis atau kompresor atau kedua-duanya. Bilamana hasil pembersihan tidak memberikan hasil yang merata, maka bagian-bagian yang belum bersih harus dibersihkan secara manual dengan sapu yang lebih kaku. 2. Pembersihan permukaan harus dilebihkan paling sedikit 20 sentimeter dari tiap-tiap tepi yang akan disemprot. 3. Lubang-lubang atau tonjolan dari bahan-bahan yang tidak dikehendaki harus disingkirkan dari permukaan dengan alat penggaru baja atau cara lain yang disetujui dan bilamana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan maka lokasi yang telah digaru harus dicuci dengan air dan disikat secara manual. 4. Pekerjaan pelaburan tidak boleh dilakukan sebelum pekerjaan pembersihan diterima oleh Direksi Pekerjaan. 5. Permukaan jalan lama tanpa penutup aspal, sebelum dilapisi BURTU atau BURDA harus terlebih dahulu diberi Lapis Resap Pengikat, sesuai ketentuan dalam Seksi 6.1 dari Spesifikasi ini. Bagian permukaan jalan yang sudah diberi Lapis Resap Pengikat, harus diperiksa kembali kesempurnaannya. Bilamana ditemui adanya lokasi-lokasi yang belum tertutup Lapis Resap Pengikat harus dilabur ulang sesuai petunjuk Direksi Pekerjaan. Pekerjaan semacam ini harus dilaksanakan dan dibayar sesuai dengan ketentuan Seksi 6.1 dari Spesifikasi ini. Lapis Resap Pengikat harus dibiarkan sampai kering seluruhnya dengan waktu paling sedikit 48 jam atau lebih sesuai petunjuk Direksi Pekerjaan sebelum pekerjaan pelaburan aspal dimulai. 6. Semua lubang-lubang harus ditambal terlebih dahulu oleh Penyedia Jasa sampai diterima oleh Direksi Pekerjaan, sebelum pekerjaan pelaburan aspal dimulai. Pemakaian Bahan Aspal 1. Penyemprotan bahan aspal harus dilaksanakan merata pada semua titik. Penyemprotan bahan aspal yang merata sesuai takaran yang diperintahkan harus dilakukan dengan menggunakan peralatan batang semprot dari distributor aspal kecuali pada lokasi yang sempit dimana distributor aspal tidak praktis digunakan, maka Direksi Pekerjaan dapat menyetujui pemakaian perlengkapan semprot tangan. 2. Distributor aspal harus dioperasikan sesuai grafik penyemprotan yang telah disetujui. Kecepatan pompa, kecepatan kendaraan, tinggi batang semprot dan kedudukan nosel harus disetel sesuai dengan ketentuan grafik tersebut sebelum dan selama pelaksanaan penyemprotan. 3. Temperatur pada saat penyemprotan untuk BURTU dan BURDA tidak boleh bervariasi melebihi 10 C dari temperatur harga-harga yang telah diberikan dalam Tabel 6.2.2.(3). 4. Bilamana diperintahkan Direksi Pekerjaan bahwa lintasan penyemprotan bahan aspal selebar satu lajur atau kurang maka harus terdapat bagian yang tumpang tindih (overlap) selebar 20 cm sepanjang sisi-sisi lajur yang bersebelahan. Sambungan memanjang selebar 20 cm ini harus dibiarkan terbuka dan tidak boleh diberi agregat penutup sampai lintasan penyemprotan di lajur yang bersebelahan telah selesai dilaksanakan. Hal ini dimaksudkan agar tepi permukaan yang dibiarkan tetap terbuka ini mendapat semprotan dari tiga nosel, sehingga mendapat takaran aspal yang sama seperti permukaan yang lain. Lapis kedua BURDA harus mempunyai sambungan yang bergeser paling sedikit 15 cm dari sambungan lapis pertama. 47
RENCANA KERJA DAN SYARAT- SYARAT ( RKS)
5. Lokasi awal dan akhir penyemprotan harus dilindungi dengan bahan yang cukup kedap (kertas kerja). Penyemprotan harus dimulai dan dihentikan sampai seluruh bahan pelindung tersemprot, dengan demikian semua nosel bekerja dengan benar pada seluruh panjang jalan yang akan dilabur. 6. Distributor aspal harus mulai bergerak kira-kira 5 meter sebelum daerah yang akan disemprot, sehingga kecepatan lajunya dapat dijaga konstan sesuai ketentuan, agar batang semprot mencapai bahan pelindung tersebut dan kecepatan ini harus dipertahankan sampai melewati titik akhir. Bahan pelindung atas percikan aspal harus dikeluarkan dan dibuang sedemikian hingga dapat diterima oleh Direksi Pekerjaan. 7. Sisa aspal dalam tangki distributor setelah penyemprotan selesai harus dijaga tidak boleh kurang dari 10% dari kapasitas tangki atau sebesar yang ditentukan oleh Direksi Pekerjaan, untuk mencegah terperangkapnya udara (masuk angin) pada sistem penyemprotan dan untuk mencegah kurangnya takaran penyemprotan. 8. Jumlah bahan aspal yang telah digunakan dalam setiap lintasan penyemprotan, atau jumlah yang disemprot secara manual harus diukur dengan cara memasukkan tongkat celup ke dalam tangki distributor aspal segera sebelum dan sesudah setiap lintasan penyemprotan atau setiap pemakaian secara manual. 9. Lokasi yang telah disemprot aspal oleh lintasan penyemprotan, termasuk lokasi yang telah dilabur secara manual, didefinisikan sebagai hasil kali panjang lintasan penyemprotan yang dibatasi oleh bahan pelindung pada lokasi awal dan akhir penyemprotan dan lebar efektif dari penyemprotan. Lebar efektif penyemprotan didefinisikan sebagai hasil kali dari jumlah nosel yang bekerja dan jarak antara nosel yang bersebelahan. 10. Luas lokasi yang akan dilabur aspal dengan manual harus diukur dan luasnya dihitung segera setelah penyemprotan selesai. 11. Takaran pemakaian rata-rata bahan aspal pada setiap lintasan penyemprotan atau yang disemprot secara manual, harus didefinisikan sebagai volume bahan aspal yang digunakan dibagi luas bidang yang disemprot, dan jumlahnya harus sesuai dengan takaran yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan sesuai dengan Pasal 6.2.5.(1).(a) dari Spesifikasi ini, dengan toleransi sebagai berikut :
12. Takaran pemakaian yang dicapai harus dihitung sebelum lintasan penyem-protan atau penyemprotan secara manual berikutnya dimulai dan bila perlu diadakan penyesuaian untuk penyemprotan berikutnya 13. Penyemprotan harus segera dihentikan jika ternyata terdapat kerusakan pada alat semprot saat beroperasi dan tidak boleh dilanjutkan sebelum kerusakan tersebut diperbaiki. 14. Tempat-tempat bekas kertas resap untuk pengujian takaran bahan aspal harus dilabur dengan bahan aspal yang sejenis secara manual (sikat ijuk, dll.) dengan takaran yang hampir sama dengan takaran di sekitarnya. Menghampar Agregat Penutup 1. Sebelum bahan aspal digunakan, agregat penutup dalam bak truk di lapangan harus mempunyai jumlah yang cukup untuk menutup seluruh bidang yang akan ditebar dengan agregat. Agregat tersebut harus bersih dan dalam kondisi sedemikian sehingga dijamin akan melekat ke bahan aspal dalam waktu 5 menit setelah penyemprotan aspal. Penghamparan agregat tersebut harus dilaksanakan segera Toleransi takaran pemakaian 1 % dari volume tangki = + (4 % dari takaran yg diperintahkan + ----------------------------- ) Luas yang disemprot 48
RENCANA KERJA DAN SYARAT- SYARAT ( RKS)
setelah penyemprotan aspal dimulai dan harus diselesaikan dalam jangka waktu 5 menit terhitung sejak selesainya penyemprotan atau selesai dalam jangka waktu yang lebih singkat sesuai perintah Direksi Pekerjaan. 2. Agregat baik precoted ataupun tidak harus dihampar merata di atas permukaan yang telah disemprot aspal, dengan alat penghampar agregat yang telah disetujui Direksi Pekerjaan. Setiap tempat yang tidak tertutup agregat harus segera ditutup kembali secara manual sampai seluruh permukaan tertutup agregat dengan merata. Setiap hamparan agregat yang melebihi jumlah takaran yang disyaratkan atau diperintahkan harus dihamparkan dan didistribusikan kembali dengan merata di atas permukaan jalan dengan sapu hela, atau disingkirkan dengan cara lain dan ditumpuk sesuai petunjuk Direksi Pekerjaan. Penyapuan dan Penggilasan 1. Segera setelah penghamparan agregat penutup hingga diterima oleh Direksi Pekerjaan, maka hamparan agregat tersebut harus digilas dengan alat pemadat roda karet, bila dipandang perlu untuk mempercepat proses pemadatan, Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan penggunaan lebih dari satu alat pemadat roda karet. Penggilasan harus dilanjutkan sampai seluruh permukaan telah mengalami penggilasan sebanyak enam kali. 2. Permukaan jalan kemudian harus dibersihkan dari agregat yang berkelebihan, sesuai dengan ketentuan dari Pasal 6.2.1.(9).(e) dari Spesifikasi ini Pengendalian Mutu Dan Pengujian Lapangan Contoh aspal dan sertifikatnya, sesuai dengan ketentuan Pasal 6.2.1.(6).(a) dari Spesifikasi ini, harus disediakan pada setiap pengangkutan aspal ke lapangan.
Dua liter contoh aspal yang akan dihampar harus diambil dari distributor, masing-masing pada saat awal penyemprotan dan pada saat menjelang akhir penyemprotan.
Jumlah data pendukung yang diperlukan untuk persetujuan awal atas mutu sumber bahan agregat penutup harus meliputi semua pengujian seperti disyaratkan dalam Pasal 6.2.2.(1).(b) dari Spesifikasi ini dengan minimum tiga contoh yang mewakili sumber bahan yang diusulkan, dipilih sedemikian hingga mewakili rentang mutu bahan yang mungkin diperoleh dari sumber bahan tersebut. Setelah persetujuan mengenai mutu bahan agregat penutup, selanjutnya pengujian ini harus diulangi lagi, sesuai petunjuk Direksi Pekerjaan, bilamana menurut hasil pengamatan terdapat perubahan mutu pada bahan atau sumbernya. Distributor aspal harus diperiksa dan diuji sesuai dengan Pasal 6.1.3.(6) dari Spesifikasi ini sebagai berikut : 1. Sebelum dimulainya pekerjaan penyemprotan; 2. Setiap 6 bulan atau setiap penyemprotan bahan aspal sebanyak 150.000 liter, dipilih yang mana lebih dulu tercapai; 3. Bilamana distributor mengalami kerusakan atau modifikasi, perlu diadakan pemeriksaan ulang terhadap distributor tersebut. Semua jenis pengujian dan analisa saringan agregat tercantum dalam tabel Pasal 6.2.2.(1).(c), (d) dan (e) dari Spesifikasi ini harus dilakukan pada setiap tumpukan persediaan bahan sebelum setiap bahan tersebut dipakai. Minimum satu contoh harus diambil dan diuji untuk setiap 75 meter kubik agregat di dalam tumpukan persediaan bahan. Catatan harian yang terinci dari setiap pekerjaan pelaburan permukaan, termasuk pemakaian aspal pada setiap lintasan penyemprotan dan takaran pemakaian yang dicapai, harus dibuat dalam formulir standar yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
49
RENCANA KERJA DAN SYARAT- SYARAT ( RKS)
Pengukuran Pembayaran Pengukuran Bahan Aspal dan Bahan Anti Pengelupasan untuk Pembayaran 1. Untuk pembayaran, bahan aspal precoated harus diukur dalam satuan liter sebagai volume nominal yang telah terpakai dan telah diterima, dikoreksi terhadap pemuaian akibat temperatur dengan volume yang setara pada suhu 15 C. 2. Untuk pembayaran, bahan aspal pelababuran harus diukur dalam satuan liter sebagai volume nominal yang telah terpakai dan telah diterima pada setiap lintasan penyemprotan atau penyemprotan secara manual, dikoreksi terhadap pemuaian akibat temperatur dengan volume yang setara pada suhu 15 C. 3. Volume nominal harus didefinisikan sebagai luas permukaan yang telah disemprot dengan aspal, diukur sesuai dengan Pasal 6.2.5.(3).(g) dan Pasal 6.2.5.(3).(h) dari Spesifikasi ini, dikalikan takaran pemakaian nominal aspal. Untuk pembayaran, takaran pemakaian nominal aspal untuk setiap lintasan penyemprotan atau penyemprotan secara manual, harus diambil yang lebih kecil dari ketentuan di bawah ini : - Takaran pemakaian yang telah diperintahkan Direksi Pekerjaan, ditambah toleransi yang diperkenankan dalam Pasal 6.2.5.(3).(i) dari Spesifikasi ini. - Takaran rata-rata pemakaian yang telah disemprot dan diukur sesuai dengan Pasal 6.2.5.(3).(f) sampai 6.2.5.(3).(i) dari Spesifikasi ini. 4. Bahan anti pengelupasan diukur dalam satuan liter bahan yang terpakai Pengukuran Agregat BURTU untuk Pembayaran Agregat BURTU yang diukur untuk pembayaran harus dalam satuan meter persegi permukaan jalan yang telah diberi BURTU, dan telah selesai dan diterima sesuai Spesifikasi ini dan Gambar dalam Dokumen Kontrak. Pengukuran Agregat BURDA untuk Pembayaran Agregat BURDA yang diukur untuk pembayaran harus dalam satuan meter persegi permukaan jalan yang telah diberi BURDA dan telah selesai dan diterima sesuai Spesifikasi ini dan Gambar dalam Dokumen Kontrak. Pengukuran dari Perbaikan Pekerjaan Bila perbaikan pekerjaan pelaburan yang tidak memenuhi ketentuan telah dilaksanakan sesuai perintah Direksi Pekerjaan menurut Pasal 6.2.1.(5) di atas maka kuantitas yang diukur untuk pembayaran haruslah merupakan pekerjaan yang seharusnya dibayar jika pekerjaan yang semula diterima. Tidak ada pembayaran tambahan untuk suatu pekerjaan tambahan atau kuantitas tambahan atau pengujian ulang karena pekerjaan perbaikan tersebut. Dasar Pembayaran Kuantitas yang sebagaimana ditentukan di atas harus dibayar menurut Harga Kontrak per satuan pengukuran untuk Mata Pembayaran yang telah tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga, dimana harga dan pembayaran itu harus merupakan kompensasi penuh untuk pengadaan dan penghamparan seluruh bahan, termasuk seluruh pekerja, peralatan, perlengkapan, dan biaya tidak terduga yang diperlukan untuk penyelesaian pekerjaan seperti diuraikan dalam Spesifikasi ini.
50
RENCANA KERJA DAN SYARAT- SYARAT ( RKS)
Nomor Mata Pembayaran Uraian Satuan Pengukuran
6.2.(1) Agregat Penutup BURTU Meter Persegi
6.2.(2) Agregat Penutup BURDA Meter Persegi
6.2.(3).(a)
6.2.(3).(b)
6.2.(4).(a)
6.2.(4).(b)
6.2.(4).(c)
6.2.(4).(d)
6.2.(4).(e) Bahan Aspal untuk Pekerjaan Pelaburan yan g Diencerkan
Bahan Aspal untuk Pekerjaan Pelaburan
Bahan Aspal Modifikasi untuk Pekerjaan Pelaburan
Aspal Cair Emulsi untuk Precoated
Aspal Emulsi untuk Precoated
Aspal Emulsi Modifikasi untuk Precoated
Bahan Anti Pengelupasan Liter
Liter
Liter
Liter
Liter
Liter
Liter
51
RENCANA KERJA DAN SYARAT- SYARAT ( RKS)
d) CAMPURAN BERASPAL PANAS Umum Uraian Pekerjaan ini mencakup pengadaan lapisan padat yang awet berupa lapis perata, lapis pondasi atau lapis aus campuran beraspal panas yang terdiri dari agregat dan bahan aspal yang dicampur secara panas di pusat instalasi pencampuran, serta menghampar dan memadatkan campuran tersebut di atas pondasi atau permukaan jalan yang telah disiapkan sesuai dengan Spesifikasi ini dan memenuhi garis, ketinggian dan potongan memanjang yang ditunjukkan dalam Gambar Rencana. Semua campuran dirancang dalam Spesifikasi ini untuk menjamin bahwa asumsi rancangan yang berkenaan dengan kadar aspal, rongga udara, stabilitas, kelenturan dan keawetan sesuai dengan lalu-lintas rencana. Jenis Campuran Beraspal Jenis campuran dan ketebalan lapisan harus seperti yang ditentukan pada Gambar Rencana.
1. Lapis Tipis Aspal Pasir (Sand Sheet, SS) Kelas A dan B
Lapis Tipis Aspal Pasir (Latasir) yang selanjutnya disebut SS, terdiri dari dua jenis campuran, SS-A dan SS -B. Pemilihan SS-A dan SS-B tergantung pada tebal nominal minimum. Sand Sheet biasanya memerlukan penambahan filler agar memenuhi kebutuhan sifat-sifat yang disyaratkan.
Lapis Tipis Aspal Beton (Lataston) yang selanjutnya disebut HRS, terdiri dari dua jenis campuran, HRS Pondasi (HRS - Base) dan HRS Lapis Aus (HRSWearing Course, HRS-WC) dan ukuran maksimum agregat masing-masing campuran adalah 19 mm. HRS-Base mempunyai proporsi fraksi agregat kasar lebih besar daripada HRS - WC. Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan, maka campuran harus dirancang sampai memenuhi semua ketentuan yang diberikan dalam Spesifikasi. Dua kunci utama adalah : - Gradasi yang benar-benar senjang. Agar diperoleh gradasi yang benar benar senjang, maka selalu dilakukan pencampuran pasir halus dengan agregat pecah mesin - Sisa rongga udara pada kepadatan membal (refusal density) harus memenuhi ketentuan yang ditunjukkan dalam Spesifikasi ini.
3. Lapis Aspal Beton (Asphalt Concrete, AC)
Lapis Aspal Beton (Laston) yang selanjutnya disebut AC, terdiri dari tiga jenis campuran, AC Lapis Aus (AC-WC), AC Lapis Antara (AC-Binder Course, AC-BC) dan AC Lapis Pondasi (AC-Base) dan ukuran maksimum agregat masing-masing campuran adalah 19 mm, 25,4 mm, 37,5 mm. Setiap jenis campuran AC yang menggunakan bahan Aspal Polimer atau Aspal dimodifikasi dengan Aspal Alam atau Aspal Multigrade disebut masing-masing sebagai AC-WC Modified, AC-BC Modified, dan AC-Base Modified.
52
RENCANA KERJA DAN SYARAT- SYARAT ( RKS)
Pekerjaan Seksi Lain Yang Berkaitan Dengan Seksi Ini. a) b) c) d) e) f) g) h) i) j) Pengamanan Lingkungan Hidup Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas Rekayasa Lapangan Bahan dan Penyimpanan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bahu Jalan Perkerasan Berbutir Lapis Resap Pengikat dan Lapis Perekat Pengembalian Kondisi Perkerasan Lama Pemeliharaan Rutin Perkerasan, Bahu Jalan, Drainase Perlengkapan Jalan dan Jembatan
Tebal Lapisan dan Toleransi 1. Tebal setiap lapisan campuran beraspal harus diperiksa dengan benda uji "inti" (core) perkerasan yang diambil oleh Penyedia Jasa sesuai petunjuk Direksi Pekerjaan. 2. Tebal aktual hamparan lapis beraspal di setiap segmen, didefinisikan sebagai tebal rata-rata dari semua benda uji inti yang diambil dari segmen tersebut. 3. Segmen adalah panjang hamparan yang dilapis dalam satu hari produksi AMP. 4. Tebal aktual hamparan lapis beraspal individual yang dihampar, harus sama dengan tebal rancangan yang ditentukan dalam Gambar Rencana dengan toleransi yang disyaratkan dalam Pasal 6.3.1.(4).f). 5. Bilamana campuran beraspal yang dihampar lebih dari satu lapis, tebal masing-masing tiap lapisan campuran beraspal tidak boleh kurang dari tebal nominal minimum rancangan seperti yang ditunjukkan pada tabel 6.3.1.(1) dan toleransi masing-masing yang disyaratkan dan tebal rancangan yang ditentukan dalam Gambar Rencana. 6. Toleransi tebal untuk tiap lapisan campuran Beraspal : Latasir tidak kurang dari 2,0 mm, Lataston Lapis Aus tidak kurang dari 3,0 mm Lataston Lapis Pondasi tidak kurang dari 3,0 mm Laston Lapis Aus tidak kurang dari 3,0 mm Laston Lapis Antara tidak kurang dari 4,0 mm Laston Lapis Pondasi tidak kurang dari 5,0 mm
Jenis Campuran Simbol Tebal Nominal Minimum (cm) Latasir Kelas A SS-A 1,5 Latasir Kelas B SS-B 2,0 Lataston Lapis Aus HRS-WC 3,0 Lapis Pondasi HRS-Base 3,5 Laston Lapis Aus AC-WC 4,0 Lapis Antara AC-BC 6,0 Lapis Pondasi AC-Base 7,5
53
RENCANA KERJA DAN SYARAT- SYARAT ( RKS)
7. Untuk semua jenis campuran, berat aktual campuran beraspal yang dihampar harus dipantau dengan menimbang setiap muatan truk yang meninggalkan pusat instalasi pencampur aspal. Untuk setiap ruas pekerjaan yang diukur untuk pembayaran, bilamana berat aktual bahan terhampar yang dihitung dari timbangan adalah kurang ataupun lebih lima persen dari berat yang dihitung dari ketebalan rata-rata benda uji inti (core), maka Direksi Pekerjaan harus mengambil tindakan untuk menyelidiki sebab terjadinya selisih berat ini sebelum menyetujui pembayaran bahan yang telah dihampar. Investigasi oleh Direksi Pekerjaan dapat meliputi, tetapi tidak terbatas pada hal-hal berikut ini : - Memerintahkan Penyedia Jasa untuk lebih sering mengambil atau lebih banyak mengambil atau mencari lokasi lain benda uji inti (core); - Memeriksa peneraan dan ketepatan timbangan serta peralatan dan prosedur pengujian di laboratorium - Memperoleh hasil pengujian laboratorium yang independen dan pemeriksaan kepadatan campuran beraspal yang dicapai di lapangan. - Menetapkan suatu sistem perhitungan dan pencatatan truk secara terinci. Biaya untuk setiap penambahan atau meningkatnya frekwensi pengambilan benda uji inti (core), untuk survei geometrik tambahan ataupun pengujian laboratorium, untuk pencatatan muatan truk, ataupun tindakan lainnya yang dianggap perlu oleh Direksi Pekerjaan untuk mencari penyebab dilampauinya toleransi berat harus ditanggung oleh Penyedia Jasa sendiri. 8. Perbedaan kerataan permukaan lapisan aus (HRS-WC dan AC-WC) yang telah selesai dikerjakan, harus memenuhi berikut ini : - Kerataan Melintang Bilamana diukur dengan mistar lurus sepanjang 3 m yang diletakkan tepat di atas permukaan jalan tidak boleh melampaui 5 mm untuk lapis aus dan lapis antara atau 10 mm untuk lapis pondasi. Perbedaan setiap dua titik pada setiap penampang melintang tidak boleh melampaui 5 mm dari elevasi yang dihitung dari penampang melintang yang ditunjukkan dalam Gambar Rencana. - Kerataan Memanjang Setiap ketidakrataan individu bila diukur dengan Roll Profilometer tidak boleh melampaui 5 mm. 9. Bilamana campuran beraspal digunakan sebagai lapis perata sekaligus sebagai lapis perkuatan (strengthening) maka tebal lapisan tidak boleh melebihi 2,5 kali tebal nominal yang diberikan dalam Tabel 6.3.1.(1)
Standar Rujukan 1. Standar Nasional Indonesia : SNI 03-1968-1990 : Metode Pengujian Tentang Analisis Saringan Agregat Halus Dan Kasar SNI 06-2432-1991 : Metode Pengujian Daktilitas Bahan-bahan Aspal SNI 06-2433-1991 : Metoda Pengujian Titik nyala dan Titik Bakar dengan alat Cleveland Open Cup SNI 06-2434-1991 : Metoda Pengujian Titik Lembek Aspal dan Ter SNI-06-2439-1991 : Metode Pengujian Kelekatan Agregat Terhadap Aspal SNI 06-2440-1991 : Metoda Pengujian Kehilangan berat Minyak dan Aspal dengan Cara A SNI 06-2441-1991 : Metoda Pengujian Berat Jenis Aspal Padat SNI 06-2456-1991 : Metoda Pengujian Penetrasi Bahan-Bahan Bitumen SNI-06-2489-1991 : Pengujian Campuran Beraspal Dengan Alat Marshall SNI 03-3426-1994 : Survai Kerataan Permukaan Perkerasan Jalan Dengan Alat Ukur NAASRA SNI 03-3640-1994 : Metode Pengujian Kadar Aspal Dengan Cara Ekstraksi Menggunakan Alat Soklet SNI 03-4141-1996 : Metode Pengujian Gumpalan Lempung Dan Butir-Butir Mudah Pecah Dalam Agregat 54
RENCANA KERJA DAN SYARAT- SYARAT ( RKS)
SNI 03-4142-1996 : Metoda Pengujian Jumlah Bahan Dalam Agregat Yang Lolos Saringan No. 200 (0,075 mm) SNI 03-4428-1997 : Metode Pengujian Agregat Halus Atau Pasir Yang Mengandung Bahan Plastis Dengan Cara Setara Pasir SNI 03-6819-2002 : Spesifikasi Agregat Halus Untuk Campuran Perkerasan Beraspal SNI 06-6890-2002 : Tata Cara Pengambilan Contoh Aspal SNI 03-6894-2002 : Metode Pengujian Kadar Aspal Dan Campuran Beraspal Cara Sentrifius SNI 03-6441-2000 : Metode Pengujian Viskositas Aspal Minyak dengan Alat Brookfield Termosel SNI 03-6721-2002 : Metode Pengujian Kekentalan Aspal cair dan Aspal Emulsi dengan alat Saybolt SNI 03-6723-2002 : Spesifikasi Bahan Pengisi untuk Campuran Beraspal. SNI 03-6757-2002 : Metode Pengujian Berat Jenis Nyata Campuran Beraspal dipadatkan Menggunakan Benda Uji Kering Permukaan Jenuh SNI 03-6835-2002 : Metode Pengujian Pengaruh Panas dan Udara terhadap Lapisan Tipis Aspal yang Diputar SNI 03-6868-2002 : Tata Cara Pengambilan contoh Uji Secara Acak untuk Bahan Konstruksi SNI 03-6893-2002 : Metode Pengujian Berat Jenis Maksimum Campuran Beraspal SNI 1969 : 2008 : Cara Uji Berat Jenis Dan Penyerapan Air Agregat Kasar SNI 1970 : 2008 : Cara Uji Berat Jenis Dan Penyerapan Air Agregat Halus SNI 2417 : 2008 : Cara Uji Keausan Agregat Dengan Mesin Abrasi Los Angeles SNI 2490 : 2008 : Cara Uji Kadar Air dalam Produk Minyak Bumi dan Bahan mengandung Aspal dengan Cara PenyulinganSNI 3407 : 2008 : Cara Uji Sifat Kekekalan Bentuk batu dengan menggunakan Larutan Natrium Sulfat atau Magnesium Sulfat. SNI 3423 : 2008 : Cara Uji Analisis Ukuran Butir Tanah
2. AASHTO :
AASHTO T164 : Standard Method of Test for Quantitative Extraction of Asphalt Binder from Hot Mix Asphalt (HMA) AASHTO T 195 : Standard Method of Test for Determining Degree of Particle Coating of Bituminous-Aggregate Mixtures AASHTO T283-89 : Resistance of Compacted Bituminous Mixture to Moisture Induced Damaged AASHTO T301-95 : Elastic Recovery Test Of Bituminous Materials By Means Of A Ductilometer AASHTO TP-33 : Test Method for Uncompacted Voids Content of Fine Aggregate (as influenced by Particle Shape, Surface Texture and Grading)
3. ASTM : ASTM C-1252-1993 : Uncompacted void content of fine aggregate (as influenced by particle shape, surface texture, and grading) ASTM D4791 : Standard Test Method for Flat or Elongated Particles in Coarse Aggregate ASTM D5546 : Standard Test Method for Solubility of Asphalt Binders in Toluene by Centrifuge ASTM D5581-96 : Test Method for Resistance to Plastic Flow of Bituminous Mixture using 55
RENCANA KERJA DAN SYARAT- SYARAT ( RKS)
Marshall Apparatus (6 inch-diameter Spicement) ASTM D5976 : Standard Specification for Type I Polymer Modified Asphalt Cement for Use in Pavement Construction
BS 598 Part 104 (1989) : The Compaction Procedure Used in the Percentage Refusal Density Test.
Pensylvania DoT Test Method, No.621 : Determining the Percentage of Crushed Fragments in Gravel Pengajuan Kesiapan Kerja Sebelum dan selama pekerjaan, Penyedia Jasa harus menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan : 1. Contoh dari seluruh bahan yang disetujui untuk digunakan, yang disimpan oleh Direksi Pekerjaan selama periode Kontrak untuk keperluan rujukan; 2. Setiap bahan aspal yang diusulkan Penyedia Jasa untuk digunakan, berikut keterangan asal sumbernya bersama dengan data pengujian sifat-sifatnya, baik sebelum maupun sesudah Pengujian penuaan aspal (RTFOT/TFOT); 3. Laporan tertulis yang menjelaskan sifat-sifat hasil pengujian dari seluruh bahan, seperti disyaratkan dalam Pasal 6.3.2; 4. Laporan tertulis setiap pemasokan aspal beserta sifat-sifat bahan seperti yang disyaratkan dalam Pasal 6.3.2.(6); 5. Hasil pemeriksaan kelaikan peralatan laboratorium dan pelaksanaan. Khusus peralatan instalasi pencampur aspal (Asphalt Mixing Plant, AMP) harus ditunjukkan sertifikat laik produksi yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga. 6. Rumusan campuran kerja (Job Mix Formula, JMF) dan data pengujian yang mendukungnya; seperti yang disyaratkan dalam Pasal 6.3.3, dalam bentuk laporan tertulis; 7. Pengukuran pengujian permukaan seperti disyaratkan dalam Pasal 6.3.7.(1) dalam bentuk laporan tertulis; 8. Laporan tertulis mengenai kepadatan dari campuran yang dihampar, seperti yang disyaratkan dalam Pasal 6.3.7.(2); 9. Data pengujian laboratorium dan lapangan seperti yang disyaratkan dalam Pasal 6.3.7.(4) untuk pengendalian harian terhadap takaran campuran dan mutu campuran, dalam bentuk laporan tertulis; 10. Catatan harian dari seluruh muatan truk yang ditimbang di alat penimbang, seperti yang disyaratkan dalam Pasal 6.3.7.(5); 11. Catatan tertulis mengenai pengukuran tebal lapisan dan dimensi perkerasan seperti yang disyaratkan dalam Pasal 6.3.8; Kondisi Cuaca Yang Dijinkan Untuk Bekerja Campuran hanya bisa dihampar bila permukaan yang telah disiapkan keadaan kering dan diperkirakan tidak akan turun hujan. Perbaikan Pada Campuran beraspal Yang Tidak Memenuhi Ketentuan Bilamana persyaratan kerataan hasil hamparan tidak terpenuhi atau bilamana benda uji inti dari lapisan beraspal dalam satu segmen tidak memenuhi persyaratan tebal atau kepadatan sebagaimana ditetapkan dalam spesifikasi ini, maka panjang yang tidak memenuhi syarat harus dibongkar atau dilapis kembali dengan tebal lapisan nominal minimum yang dipersyaratkan dalam Tabel 6.3.1.(1) dengan jenis campuran yang sama. 56
RENCANA KERJA DAN SYARAT- SYARAT ( RKS)
Panjang yang tidak memenuhi syarat ditentukan dengan benda uji tambahan sebegaimana diperintahkan oleh Direksi pekerjaan dan selebar satu hamparan. Bila perbaikan telah diperintahkan maka jumlah volume yang diukur untuk haruslah volume yang seharusnya dibayar bila pekerjaan aslinya dapat diterima. Tidak ada waktu dan atau pembayaran tambahan yang akan dilakukan untuk pekerjaan atau volume tambahan yang diperlukan untuk perbaikan Pengembalian Bentuk Pekerjaan Setelah Pengujian Seluruh lubang uji yang dibuat dengan mengambil benda uji inti (core) atau lainnya harus segera ditutup kembali dengan bahan campuran beraspal oleh Penyedia Jasa dan dipadatkan hingga kepadatan serta kerataan permukaan sesuai dengan toleransi yang diperkenankan dalam Seksi ini. Lapisan Perata Atas persetujuan Direksi Pekerjaan, maka setiap jenis campuran dapat digunakan sebagai lapisan perata. Semua ketentuan dari Spesifikasi ini harus berlaku kecuali : Bahan harus disebut HRS-WC(L), HRS-Base(L), AC-WC(L), AC-BC(L) atau AC-Base(L) dsb. Bahan Agregat Umum 1. Agregat yang akan digunakan dalam pekerjaan harus sedemikian rupa agar campuran beraspal, yang proporsinya dibuat sesuai dengan rumusan campuran kerja (lihat Pasal 6.3.3), memenuhi semua ketentuan yang disyaratkan dalam Tabel 6.3.3(1a) sampai dengan Tabel 6.3.3(1d), tergantung campuran mana yang dipilih. 2. Agregat tidak boleh digunakan sebelum disetujui terlebih dahulu oleh Direksi Pekerjaan. Bahan harus ditumpuk sesuai dengan ketentuan dalam Seksi 1.11 dari Spesifikasi ini. 3. Sebelum memulai pekerjaan Penyedia Jasa harus sudah menumpuk setiap fraksi agregat pecah dan pasir untuk campuran beraspal, paling sedikit untuk kebutuhan satu bulan dan selanjutnya tumpukan persediaan harus dipertahankan paling sedikit untuk kebutuhan campuran beraspal satu bulan berikutnya. 4. Dalam pemilihan sumber agregat, Penyedia Jasa dianggap sudah memperhitungkan penyerapan aspal oleh agregat. Variasi kadar aspal akibat tingkat penyerapan aspal yang berbeda, tidak dapat diterima sebagai alasan untuk negosiasi kembali harga satuan dari Campuran beraspal. 5. Penyerapan air oleh agregat maksimum 3 %. 6. Berat jenis (spesific gravity) agregat kasar dan halus tidak boleh berbeda lebih dari 0,2.
Agregat Kasar 1. Fraksi agregat kasar untuk rancangan campuran adalah yang tertahan ayakan No.8 (2,36 mm) yang dilakukan secara basah dan harus bersih, keras, awet dan bebas dari lempung atau bahan yang tidak dikehendaki lainnya dan memenuhi ketentuan yang diberikan dalam Tabel 6.3.2.(1a). 2. Fraksi agregat kasar harus dari batu pecah mesin dan disiapkan dalam ukuran nominal sesuai dengan jenis campuran yang direncanakan seperti ditunjukan pada Tabel 6.3.2.(1b). 3. Agregat kasar harus mempunyai angularitas seperti yang disyaratkan dalam Tabel 6.3.2.(1a). Angularitas agregat kasar didefinisikan sebagai persen terhadap berat agregat yang lebih besar dari 4,75 mm dengan muka bidang pecah satu atau lebih berdasarkan uji menurut Pennsylvania DoTs Test Method No.621 dalam Lampiran 6.3.C. 4. Agregat kasar untuk Latasir kelas A dan B boleh dari kerikil yang bersih.
57
RENCANA KERJA DAN SYARAT- SYARAT ( RKS)
5. Fraksi agregat kasar harus ditumpuk terpisah dan harus dipasok ke instalasi pencampur aspal dengan menggunakan pemasok penampung dingin (cold bin feeds) sedemikian rupa sehingga gradasi gabungan agregat dapat dikendalikan dengan baik.
Tabel 6.3.2.(1a) Ketentuan Agregat Kasar
Pengujian Standar Nilai Kekekalan bentuk agregat terhadap larutan natrium dan magnesium sulfat SNI 3407:2008 Maks.12 % Abrasi dengan mesin Los Angeles Campuran AC bergradasi kasar SNI 2417:2008 Maks. 30% Semua jenis campuran aspal bergradasi lainnya Maks. 40% Kelekatan agregat terhadap aspal SNI 03-2439-1991 Min. 95 % Angularitas (kedalaman dari permukaan <10 cm) DoTs Pennsylvania Test Method, PTM No.621 95/90 1
Angularitas (kedalaman dari permukaan 10 cm) 80/75 1
Partikel Pipih dan Lonjong ASTM D4791 Perbandingan 1 :5 Maks. 10 % Material lolos Ayakan No.200 SNI 03-4142-1996 Maks. 1 %
Catatan : (*) 95/90 menunjukkan bahwa 95% agregat kasar mempunyai muka bidang pecah satu atau lebih dan 90% agregat kasar mmepunyai muka bidang pecah dua atau lebih.
Tabel 6.3.2.(1b) Ukuran Nominal Agregat Kasar Penampung Dingin untuk Campuran Aspal
Agregat Halus 1. Agregat halus dari sumber bahan manapun, harus terdiri dari pasir atau hasil pengayakan batu pecah dan terdiri dari bahan yang lolos ayakan No.8 (2,36 mm). 2. Fraksi agregat halus pecah mesin dan pasir harus ditempatkan terpisah dari agregat kasar. 3. Pasir alam dapat digunakan dalam campuran AC sampai suatu batas yang tidak melampaui 15% terhadap berat total campuran. 4. Agregat halus harus merupakan bahan yang bersih, keras, bebas dari lempung, atau bahan yang tidak dikehendaki lainnya. Batu pecah halus harus diperoleh dari batu yang memenuhi ketentuan mutu dalam Pasal 6.3.2.(1). Apabila fraksi agregat halus yang diperoleh dari hasil pemecah batu tahap pertama (primary crusher), tidak memenuhi pengujian Standar Setara Pasir sesuai Tabel 6.3.2.(2a), maka fraksi agregat harus dipisahkan sebelum masuk pemecah batu tahap kedua (secondary crusher) dan tidak diperkenankan untuk campuran aspal jenis apapun. 5. Agregat pecah halus dan pasir harus ditumpuk terpisah dan harus dipasok ke instalasi pencampur aspal dengan menggunakan pemasok penampung dingin (cold bin feeds) yang terpisah sehingga gradasi gabungan dan presentase pasir didalam campuran dapat dikendalikan dengan baik.
Jenis Campuran Ukuran nominal agregat kasar penampung dingin (cold bin) minimum yang diperlukan (mm) 5 - 10 10 - 14 14 - 22 22 - 30 Lataston Lapis Aus Ya Ya Lataston Lapis Pondasi Ya Ya Laston Lapis Aus Ya Ya Laston Lapis Pengikat Ya Ya Ya Laston Lapis Pondasi Ya Ya Ya Ya 58
RENCANA KERJA DAN SYARAT- SYARAT ( RKS)
6. Agregat halus harus memenuhi ketentuan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 6.3.2.(2a).
Tabel 6.3.2.(2a) Ketentuan Agregat Halus
Pengujian Standar Nilai Nilai Setara Pasir SNI 03-4428-1997 Min 50% untuk SS, HRS dan AC bergradasi Halus Min 70% untuk AC bergradasi kasar Material Lolos Ayakan No. 200 SNI 03-4428-1997 Maks. 8% Kadar Lempung SNI 3423 : 2008 Maks 1% Angularitas (kedalaman dari permukaan < 10 cm)
AASHTO TP-33 atau ASTM C1252-93
Min. 45 Angularitas (kedalaman dari permukaan 10 cm) Min. 40
Bahan Pengisi (Filler) Untuk Campuran Beraspal 1. Bahan pengisi yang ditambahkan terdiri atas debu batu kapur (limestone dust), kapur padam (hydrated lime), semen atau abu terbang yang sumbernya disetujui oleh Direksi Pekerjaaan. 2. Bahan pengisi yang ditambahkan harus kering dan bebas dari gumpalan-gumpalan dan bila diuji dengan pengayakan sesuai SNI 03-1968-1990 harus mengandung bahan yang lolos ayakan No.200 (75 micron) tidak kurang dari 75 % terhadap beratnya. 3. Bilamana kapur tidak terhidrasi atau terhidrasi sebagian, digunakan sebagai bahan pengisi yang ditambahkan maka proporsi maksimum yang diijinkan adalah 1,0% dari berat total campuran beraspal. Kapur yang seluruhnya terhidrasi yang dihasilkan dari pabrik yang disetujui dan memenuhi persyaratan yang disebutkan pada Pasal 6.3.2.(4).(b) diatas, dapat digunakan maksimum 2% terhadap berat total agregat. 4. Semua campuran beraspal harus mengandung bahan pengisi yang ditambahkan tidak kurang dari 1% dan maksimum 2% dari berat total agregat.
Gradasi Agregat Gabungan Gradasi agregat gabungan untuk campuran aspal, ditunjukkan dalam persen terhadap berat agregat dan bahan pengisi, harus memenuhi batas-batas yang diberikan dalam Tabel 6.3.2.3. Rancangan dan Perbandingan Campuran untuk gradasi agregat gabungan harus mempunyai jarak terhadap batas-batas yang diberikan dalam Tabel 6.3.2.3.
Tabel 6.3.2.3 Amplop Gradasi Agregat Gabungan Untuk Campuran Aspal
Ukuran Ayakan (mm) % Berat Yang Lolos terhadap Total Agregat dalam Campuran Latasir (SS) Lataston (HRS) Laston (AC) Gradasi Senjang 3
Catatan: 1. Laston (AC) bergradasi kasar dapat digunakan pada daerah yang mengalami deformasi yang lebih tinggi dari biasanya seperti pada daerah pengunungan, gerbang tol atau pada dekat lampu lalu lintas. 2. Lataston (HRS) bergradasi semi senjang sebagai pengganti Lataston bergradasi senjang dapat digunakan pada daerah dimana pasir halus yang diperlukan untuk membuat gradasi yang benar-benar senjang tidak dapat diperoleh. 3. Untuk HRS-WC dan HRS-Base yang benar-benar senjang, paling sedikit 80% agregat lolos ayakan No.8 (2,36 mm) harus lolos ayakan No.30 (0,600 mm). Lihat Tabel 6.3.2.4 sebagai contoh batas-batas Bahan Bergradasi Senjang di mana bahan yang lolos No. 8 (2,36 mm) dan tertahan pada ayakan No.30 (0,600 mm). 4. Untuk semua jenis campuran, rujuk Tabel 6.3.2.1.(b) untuk ukuran agregat nominal maksimum pada tumpukan bahan pemasok dingin. 5. Apabila tidak ditetapkan dalam Gambar, penggunaan pemilihan gradasi sesuai dengan petunjuk direksi pekerjaan dengan mengacu pada panduan seksi 6.3 ini.
Tabel 6.3.2.4: Contoh Batas-batas Bahan Bergradasi Senjang
Ukuran Ayakan Alternatif 1 Alternatif 2 Alaternatif 3 Alternatif 4 % lolos No.8 40 50 60 70 % lolos No.30 paling sedikit 32 paling sedikit 40 paling sedikit 48 paling sedikit 56 % kesenjangan 8 atau kurang 10 atau kurang 12 atau kurang 14 atau kurang
Bahan Aspal Untuk Campuran Beraspal 1. Bahan aspal berikut dapat digunakan sesuai dengan Tabel 6.3.2.5. Bahan pengikat ini dicampur dengan agregat sehingga menghasilkan campuran beraspal sebagaimana mestinya sesuai dengan yang disyaratkan dalam Tabel 6.3.3.(1a), 6.3.3.(1b), 6.3.3.(1c) dan 6.3.3.(1d) mana yang relevan, sebagaimana yang disebutkan dalam Gambar atau diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. Pengambilan contoh bahan aspal harus dilaksanakan sesuai dengan SNI 06-6890-2002. Pengujian penetrasi dan titik lembek harus dilakukan pada saat kedatangan Tabel 6.3.2.5 Ketentuan-ketentuan untuk Aspal Keras
No. Jenis Pengujian Metoda Pengujian Tipe I Aspal Pen. 60- 70 Tipe II Aspal yang Dimodifikasi A (1) B C Asbuton yg diproses Elastomer Alam (Latex) Elastomer Sintetis 1. Penetrasi pada 25C (dmm) SNI 06-2456-1991 60-70 40-55 50-70 Min.40 2. Viskositas 135C (cSt) SNI 06-6441-2000 385 385 2000 < 2000 (5) < 3000 (5)
No. Jenis Pengujian Metoda Pengujian Tipe I Aspal Pen. 60- 70 Tipe II Aspal yang Dimodifikasi A (1) B C Asbuton yg diproses Elastomer Alam (Latex) Elastomer Sintetis 9. Stabilitas Penyimpanan (C) ASTM D 5976 part 6.1 - <2,2 <2,2 <2,2
Pengujian Residu hasil TFOT atau RTFOT :
- 10. Berat yang Hilang (%) SNI 06-2441-1991 < 0.8 2) < 0.8 2) < 0.8 3) < 0.8 3)
11. Penetrasi pada 25C (%) SNI 06-2456-1991 > 54 > 54 > 54 54 12. Indeks Penetrasi 4) - > -1,0 > 0,0 > 0,0 > 0,4 13. Keelastisan setelah Pengembalian (%) AASHTO T 301-98 - - > 45 > 60 14. Duktilitas pada 25C (cm) SNI 062432-1991 > 100 > 50 > 50 - 15. Partikel yang lebih halus dari 150 micron (m) (%) Min. 95 (1) Min. 95 (1) Min. 95 (1)
Catatan : - Hasil pengujian adalah untuk bahan pengikat yang diektraksi dengan menggunakan metoda SNI 2490:2008. Kecuali untuk pengujian kelarutan dan gradasi mineral dilaksanakan pada seluruh bahan pengikat termasuk kadar mineral. - Untuk pengujian residu aspal Tipe I, Tipe II A dan Tipe II B residunya didapat dari pengujian TFOT sesuai dengan SNI 06 -2440 1991. - Untuk pengujian residu aspal Tipe II-C dan Tipe II-D residunya didapat dari pengujian RTFOT sesuai dengan SNI-03-6835-2002. - Nilai Indeks Penetrasi menggunakan rumus ini : Indeks Penetrasi = (20-500A) / (50A+1)
A= [log (Penetrasi pada Temperatur Titik lembek) - log (penetrasi pada 25C)] / (titik lembek - 25C )
- Pabrik pembuat bahan pengikat Tipe II dapat mengajukan metoda pengujian alternatif untuk viskositas bilamana sifat-sifat elastomerik atau lainnya didapati berpengaruh terhadap akurasi pengujian penetrasi, titik lembek atau standar lainnya. Metoda pengujian viskositas Brookfield harus digunakan untuk Tipe II D. - Pengujian dilakukan pada aspal dasar dan bukan pada aspal yang telah dimodifikasi. - Viscositas di uji juga pada temperatur 100C dan 160C untuk tipe I, untuk tipe II pada temperatur 100 C dan 170 C
2. Contoh bahan aspal harus diekstraksi dari benda uji sesuai dengan cara SNI 03-3640-1994 (metoda soklet) atau SNI 03-6894-2002 (metoda sentrifus) atau AASHTO T 164 - 06 (metoda tungku pengapian). Jika metoda sentrifitus digunakan, setelah konsentrasi larutan aspal yang terekstraksi mencapai 200 mm, partikel mineral yang terkandung harus dipindahkan ke dalam suatu alat sentrifugal. Pemindahan ini dianggap memenuhi bilamana kadar abu dalam bahan aspal yang diperoleh kembali tidak melebihi 1 % (dengan pengapian). Jika bahan aspal diperlukan untuk pengujian lebih lanjut maka bahan aspal itu harus diperoleh kembali dari larutan sesuai dengan prosedur SNI 03-6894-2002. 3. Aspal harus diuji pada setiap kedatangan dan sebelum dituangkan ke tangki penyimpan AMP untuk penetrasi pada 25 o C (SNI 06-2456-1991) dan Titik Lembek (SNI 06-2434-1991). Aspal yang dimodifikasi juga harus diuji untuk stabilitas penyimpanan sesuai dengan ASTM D5976 part 6.1 dan dapat ditempatkan dalam 61
RENCANA KERJA DAN SYARAT- SYARAT ( RKS)
tangki sementara sampai hasil pengujian tersebut diketahui. Tidak ada aspal yang boleh digunakan sampai aspal tersebut telah diuji dan disetujui.
Bahan Aditif Anti Pengelupasan
Aditif kelekatan dan anti pengelupasan (anti striping agent) harus ditambahkan dalam bentuk cairan kedalam campuran agregat dengan mengunakan pompa penakar (dozing pump) pada saat proses pencampuran basah di pugmil. Kuantitas pemakaian aditif anti striping dalam rentang 0,2% - 0,3 % terhadap berat aspal. Anti striping harus digunakan untuk semua jenis aspal tetapi tidak boleh tidak digunakan pada aspal modifikasi yang bermuatan positif. Jenis aditif yang digunakan haruslah yang disetujui Direksi Pekerjaan. Penyediaan aditif dibayar terpisah dari pekerjaan aspal.
Aspal yang Dimodifikasi
Aspal yang dimodifikasi haruslah jenis Multigrade atau Asbuton, elastomerik latex atau sintetis memenuhi ketentuan-ketentuan Tabel 6.3.2.5. Proses modifikasi aspal di lapangan tidak diperbolehkan kecuali ada lisensi dari pabrik pembuat aspal modifikasi dan pabrik pembuatnya menyediakan instalasi pencampur yang setara dengan yang digunakan di pabrik asalnya. Aspal modifikasi harus dikirim dalam tangki yang dilengkapi dengan alat pembakar gas atau minyak yang dikendalikan secara termostatis. Pembakaran langsung dengan bahan bakar padat atau cair didalam tabung tangki tidak diperkenankan dalam kondisi apapun. Pengiriman dalam tangki harus dilengkapi dengan sistem segel yang disetujui untuk mencegah kontaminasi yang terjadi apakah dari pabrik pembuatnya atau dari pengirimannya. Aspal yang dimodifikasi harus disalurkan ke tangki penampung di lapangan dengan sistem sirkulasi yang tertutup penuh. Penyaluran secara terbuka tidak diperkenankan. Setiap pengiriman harus disalurkan kedalam tangki yang diperuntukkan untuk kedatangan aspal dan harus segera dilakukan pengujian penetrasi, titik lembek dan stabilitas penyimpanan. Tidak ada aspal yang boleh digunakan sampai diuji dan disetujui. Aspal multigrade harus dibuat dengan proses penyulingan yang mengubah sifat-sifat fisik dari bahan pengikat dan bukan hanya sekedar mencampurkan dengan bahan tambah (aditif). Jangka waktu penyimpan untuk aspal modifikasi dengan bahan dasar latex tidak boleh melebihi 3 hari kecuali jika jangka waktu penyimpanan yang lebih lama disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Persetujuan tersebut hanya dapat diberikan jika sifat-sifat akhir yang ada memenuhi nilai-nilai yang diberikan dalam Tabel 6.3.2.5.
Sumber Pasokan
Sumber pemasokan agregat, aspal dan bahan pengisi (filler) harus disetujui terlebih dahulu oleh Direksi Pekerjan sebelum pengiriman bahan. Setiap jenis bahan harus diserahkan, seperti yang diperintahkan Direksi Pekerjaan, paling sedikit 60 hari sebelum usulan dimulainya pekerjaan pengaspalan. Campuran Komposisi Umum Campuran Campuran beraspal dapat terdiri dari agregat, bahan pengisi, bahan aditif, dan aspal. Kadar Aspal dalam Campuran Persentase aspal yang aktual ditambahkan ke dalam campuran ditentukan berdasarkan percobaan laboratorium dan lapangan sebagaimana tertuang dalam Rencana Campuran Kerja (JMF) dengan memperhatikan penyerapan agregat yang digunakan. 62
RENCANA KERJA DAN SYARAT- SYARAT ( RKS)
Prosedur Rancangan Campuran 1. Sebelum diperkenankan untuk menghampar setiap campuran beraspal dalam Pekerjaan, Penyedia Jasa disyaratkan untuk menunjukkan semua usulan metoda kerja, agregat, aspal, dan campuran yang memadai dengan membuat dan menguji campuran percobaan di laboratorium dan juga dengan penghamparan campuran percobaan yang dibuat di instalasi pencampur aspal. 2. Pengujian yang diperlukan meliputi analisa ayakan, berat jenis dan penyerapan air, dan semua jenis pengujian lainnya sebagaimana yang dipersyaratkan pada seksi ini untuk semua agregat yang digunakan. Pengujian pada campuran beraspal percobaan akan meliputi penentuan Berat Jenis Maksimum campuran beraspal (SNI 03-6893-2002), pengujian sifat-sifat Marshall (SNI 06-2489-1990) dan Kepadatan Membal (Refusal Density) campuran rancangan (BS 598 Part 104 - 1989). 3. Contoh agregat untuk rancangan campuran harus diambil dari pemasok dingin (cold bin) dan dari penampung panas (hot bin). Rumusan campuran kerja yang ditentukan dari campuran di laboratorium harus dianggap berlaku sementara sampai diperkuat oleh hasil percobaan pada instalasi pencampur aspal dan percobaan penghamparan dan pemadatan lapangan. 4. Pengujian percobaan penghamparan dan pemadatan lapangan harus dilaksanakan dalam tiga langkah dasar berikut ini : - Penentuan proporsi takaran agregat dari pemasok dingin untuk dapat menghasilkan komposisi yang optimum. Perhitungan proporsi takaran agregat dari bahan tumpukan yang optimum harus digunakan untuk penentuan awal bukaan pemasok dingin. Contoh dari pemasok panas harus diambil setelah penentuan besarnya bukaan pemasok dingin. Selanjutnya proporsi takaran pada pemasok panas dapat ditentukan. Suatu Rumusan Campuran Rancangan (Design Mix Formula, DMF) kemudian akan ditentukan berdasarkan prosedur Marshall. Dalam segala hal DMF harus memenuhi semua sifat-sifat bahan dalam Pasal 6.3.2 dan sifat-sifat campuran sebagaimana disyaratkan dalam Tabel 6.3.3(1a) s.d 6.3.3 (1d), mana yang relevan.
Sifat-sifat Campuran Latasir Kelas A & B Penyerapan aspal (%) Maks. 2,0 Jumlah tumbukan per bidang 50 Rongga dalam campuran (%) (2) Min. 3,0 Maks. 6,0 Rongga dalam Agregat (VMA) (%) Min. 20 Rongga terisi aspal (%) Min. 75 Stabilitas Marshall (kg) Min. 200 Pelelehan (mm) Min. 2 Maks. 3 Marshall Quotient (kg/mm) Min. 80 Stabilitas Marshall Sisa (%) setelah perendaman selama 24 jam, 60 C (3)
Sifat-sifat Campuran Lataston Lapis Aus Lapis Pondasi Senjang
Semi Senjang Senjang Semi Senjang Kadar aspal efektif (%) Min 5,9 5,9 5,5 5,5 Penyerapan aspal (%) Maks. 1,7 Jumlah tumbukan per bidang 75 Rongga dalam campuran (%) (2) Min. 4,0 Maks. 6,0 Rongga dalam Agregat (VMA) (%) Min. 18 17 Rongga terisi aspal (%) Min. 68 Stabilitas Marshall (kg) Min. 800 Pelelehan (mm) Min 3
Marshall Quotient (kg/mm) Min. 250 Stabilitas Marshall Sisa (%) setelah perendaman selama 24 jam, 60 C (3)
Min. 90 Rongga dalam campuran (%) pada
Kepadatan membal (refusal) (4)
Min. 3
- DMF, data dan grafik percobaan campuran di laboratorium harus diserahkan pada Direksi Pekerjaan untuk mendapatkan persetujuan. Direksi Pekerjaan akan menyetujui atau menolak usulan DMF tersebut dalam waktu tujuh hari. Percobaan produksi dan penghamparan tidak boleh dilaksanakan sampai DMF disetujui. - Percobaan produksi dan penghamparan serta persetujuan terhadap Rumusan Campuran Kerja (Job Mix Formula, JMF). JMF adalah suatu dokumen yang menyatakan bahwa rancangan campuran laboratorium yang tertera dalam DMF dapat diproduksi dengan instalasi pencampur aspal (Asphalt Mixing Plant, AMP), dihampar dan dipadatkan di lapangan dengan peralatan yang telah ditetapkan dan memenuhi derajat kepadatan lapangan terhadap kepadatan laboratorium hasil pengujian Marshall dari benda uji yang campuran beraspalnya diambil dari AMP.
Sifat-sifat Campuran Laston Lapis Aus Lapis Antara Pondasi Halus Kasar Halus Kasar Halus Kasar Kadar aspal efektif (%) 5,1 4.3 4,3 4,0 4,0 3,5 Penyerapan aspal (%) Maks . 1,2 Jumlah tumbukan per bidang 75 112 (1)
Rongga dalam campuran (%) (2) Min. 3,5 Maks . 5,0 Rongga dalam Agregat (VMA) (%) Min. 15 14 13 Rongga Terisi Aspal (%) Min. 65 63 60 Stabilitas Marshall (kg) Min. 800 1800 (1)
Maks . - - Pelelehan (mm) Min. 3 4,5 (1)
Marshall Quotient (kg/mm) Min. 250 300 Stabilitas Marshall Sisa (%) setelah perendaman selama 24 jam, 60 C (3)
Min. 90 Rongga dalam campuran (%) pada
Kepadatan membal (refusal) (4)
Min. 2,5
Tabel 6.3.3.(1d) Ketentuan Sifat-sifat Campuran Laston yang Dimodifikasi (AC Mod)
Sifat-sifat Campuran Laston 2
Lapis Aus Lapis Antara Pondasi (6)
Kadar Aspal Efektif (%) 4,5 4,2 4,2 Penyerapan aspal (%) Maks. 1,2 Jumlah tumbukan per bidang 75 112 (1)
Rongga dalam campuran (%) (2) Min. 3,0 Maks. 5,5 Rongga dalam Agregat (VMA) (%) Min. 15 14 13 Rongga Terisi Aspal (%) Min. 65 63 60 Stabilitas Marshall (kg) Min. 1000 2250 (1)
Maks. - - Pelelehan (mm) Min. 3 4,5 (1)
Marshall Quotient (kg/mm) Min. 300 350 Stabilitas Marshall Sisa (%) setelah perendaman selama 24 jam, 60 C (3)
Min. 90 Rongga dalam campuran (%) pada
Kepadatan membal (refusal) (4)
Min. 2,5 Stabilitas Dinamis, lintasan/mm (5) Min. 2500
Catatan : o Modifikasi Marshall lihat Lampiran 6.3.B. 65
RENCANA KERJA DAN SYARAT- SYARAT ( RKS)
o Rongga dalam campuran dihitung berdasarkan pengujian Berat Jenis Maksimum Agregat (Gmm test, SNI 03-6893-2002). o Direksi Pekerjaan dapat atau menyetujui AASHTO T283-89 sebagai alternatif pengujian kepekaan terhadap kadar air. Pengkondisian beku cair (freeze thaw conditioning) tidak diperlukan. o Untuk menentukan kepadatan membal (refusal), disranakan menggunakan penumbuk bergetar (vibratory hammer) agar pecahnya butiran agregat dalam campuran dapat dihimdari. Jika digunakan penumbukan manual jumlah tumbukan per bidang harus 600 untuk cetakan berdiamater 6 inch dan 400 untuk cetakan berdiamater 4 inch o Pengujian Wheel Tracking Machine (WTM) harus dilakukan pada temperatur 60 C. Prosedur pengujian harus mengikuti serti pada Manual untuk Rancangan dan Pelaksanaan Perkerasan Aspal, JRA Japan Road Association (1980). o Laston (AC Mod) harus campuran bergradasi kasar
Rumus Campuran Rancangan (Design Mix Formula)
Paling sedikit 30 hari sebelum dimulainya pekerjaan aspal, Penyedia Jasa harus menyerahkan secara tertulis kepada Direksi Pekerjaan, usulan DMF untuk campuran yang akan digunakan dalam pekerjaan. Rumus yang diserahkan harus menentukan untuk campuran berikut ini : 1. Sumber-sumber agregat. 2. Ukuran nominal maksimum partikel. 3. Persentase setiap fraksi agregat yang cenderung akan digunakan Penyedia Jasa, pada penampung dingin maupun penampung panas. 4. Gradasi agregat gabungan yang memenuhi gradasi yang disyaratkan dalam Tabel 6.3.2.(3) 5. Kadar aspal optimum dan efektif terhadap berat total campuran . 6. Rentang temperatur pencampuran aspal dengan agregat dan temperatur saat campuran beraspal dikeluarkan dari alat pengaduk (mixer). Penyedia Jasa harus menyediakan data dan grafik hubungan sifat-sifat campuran beraspal terhadap variasi kadar aspal hasil percobaan laboratorium untuk menunjukkan bahwa campuran memenuhi semua kriteria dalam Tabel 6.3.3.(1a) sampai dengan Tabel 6.3.3.(1d) tergantung campuran aspal mana yang dipilih. Dalam tujuh hari setalah DMF diterima, Direksi Pekerjaan harus : 1. Menyatakan bahwa usulan tersebut yang memenuhi Spesifikasi dan meng-ijinkan Penyedia Jasa untuk menyiapkan instalasi pencampur aspal dan peng-hamparan percobaan. 2. Menolak usulan tersebut jika tidak memenuhi Spesifikasi. Bilamana DMF yang diusulkan ditolak oleh Direksi Pekerjaan, maka Penyedia Jasa harus melakukan percobaan campuran tambahan dengan biaya sendiri untuk memperoleh suatu campuran rancangan yang memenuhi Spesifikasi. Direksi Pekerjaan, menurut pendapatnya, dapat menyarankan Penyedia Jasa untuk memodifikasi sebagian rumusan rancangannya atau mencoba agregat lainnya.
Rumusan Campuran Kerja (Job Mix Formula, JMF)
Percobaan campuran di instasi pencampur aspal (Asphalt Mixing Plant, AMP) dan penghamparan percobaan yang memenuhi ketentuan akan menjadikan DMF dapat disetujui sebagai JMF. Segera setelah DMF disetujui oleh Direski Pekerjaan, Penyedia Jasa harus melakukan penghamparan percobaan paling sedikit 50 ton untuk setiap jenis campuran yang diproduksi dengan AMP, dihampar dan dipadatkan dengan peralatan dan prosedur yang diusulkan. Penyedia Jasa harus menunjukkan bahwa setiap alat penghampar (paver) mampu menghampar bahan sesuai dengan tebal yang disyaratkan tanpa segregasi, tergores, dsb. Kombinasi penggilas yang diusulkan harus mampu mencapai kepadatan 66
RENCANA KERJA DAN SYARAT- SYARAT ( RKS)
yang disyaratkan dalam rentang temperatur pemadatan sebagaimana yang dipersyaratkan dalam Tabel 6.3.5.1.e. Contoh campuran harus dibawa ke laboratorium dan digunakan untuk membuat benda uji Marshall maupun untuk pemadatan membal (refusal). Hasil pengujian ini harus dibandingkan dengan Tabel 6.3.3.(1a) sampai dengan Tabel 6.3.3.(1d) . Bilamana percobaan tersebut gagal memenuhi Spesifikasi pada salah satu ketentuannya maka perlu dilakukan penyesuaian dan percobaan harus diulang kembali. Direksi pekerjaan tidak akan menyetujui DMF sebagai JMF sebelum penghamparan percobaan yang dilakukan memenuhi semua ketentuan dan disetujui. Pekerjaan pengaspalan yang permanen belum dapat dimulai sebelum diperoleh JMF yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Bilamana telah disetujui, JMF menjadi definitif sampai Direksi Pekerjaan menyetujui JMF pengganti lainnya. Mutu campuran harus dikendalikan, terutama dalam toleransi yang diijinkan, seperti yang diuraikan pada Tabel 6.3.3.(2) di bawah ini. Dua belas benda uji Marshall harus dibuat dari setiap penghamparan percobaan. Contoh campuran beraspal dapat diambil dari instalasi pencampur aspal atau dari truk di AMP, dan dibawa ke laboratorium dalam kotak yang terbungkus rapi. Benda uji Marshall harus dicetak dan dipadatkan pada temperatur yang disyaratkan dalam Tabel 6.3.5.(1) dan menggunakan jumlah penumbukan yang disyaratkan dalam Tabel 6.3.3.(1a) sampai dengan Tabel 6.3.3.(1d). Kepadatan rata-rata (Gmb) dari semua benda uji yang diambil dari penghamparan percobaan yang memenuhi ketentuan harus menjadi Kepadatan Standar Kerja (Job Standard Density), yang harus dibandingkan dengan pemadatan campuran beraspal terhampar dalam pekerjaan.
Penerapan JMF dan Toleransi Yang Diijinkan
1. Seluruh campuran yang dihampar dalam pekerjaan harus sesuai dengan JMF, dalam batas rentang toleransi yang disyaratkan dalam Tabel 6.3.3.(2) di bawah ini. 2. Setiap hari Direksi Pekerjaan akan mengambil benda uji baik bahan maupun campurannya seperti yang digariskan dalam Pasal 6.3.7.(3) dan 6.3.7.(4) dari Spesifikasi ini, atau benda uji tambahan yang dianggap perlu untuk pemeriksaan keseragaman campuran. Setiap bahan yang gagal memenuhi batas-batas yang diperoleh dari JMF dan Toleransi Yang Diijinkan harus ditolak. 3. Bilamana setiap bahan pokok memenuhi batas-batas yang diperoleh dari JMF dan Toleransi Yang Diijinkan, tetapi menunjukkan perubahan yang konsisten dan sangat berarti atau perbedaan yang tidak dapat diterima atau jika sumber setiap bahan berubah, maka suatu JMF baru harus diserahkan dengan cara seperti yang disebut di atas dan atas biaya Penyedia Jasa sendiri untuk disetujui, sebelum campuran beraspal baru dihampar di lapangan.
Tabel 6.3.3.(2) Toleransi Komposisi Campuran :
Agregat Gabungan Toleransi Komposisi Campuran Sama atau lebih besar dari 2,36 mm 5 % berat total agregat Lolos ayakan 2,36 mm sampai No.50 3 % berat total agregat Lolos ayakan No.100 dan tertahan No.200 2 % berat total agregat Lolos ayakan No.200 1 % berat total agregat
Kadar aspal Toleransi Kadar aspal 0,3 % berat total campuran
Temperatur Campuran Toleransi Bahan meninggalkan AMP dan dikirim ke tempat penghamparan - 10 C dari temperatur campuran beraspal di truk saat keluar dari AMP
67
RENCANA KERJA DAN SYARAT- SYARAT ( RKS)
4. Interpretasi Toleransi Yang Diijinkan Batas-batas absolut yang ditentukan oleh JMF maupun Toleransi Yang diijinkan menunjukkan bahawa Penyedia Jasa harus bekerja dalam batas -batas yang digariskan pada setiap saat. Ketentuan Instalansi Pencampur Aspal Instalasi Pencampur Aspal (Asphalt Mixing Plant, AMP) 1. Harus disertifikasi oleh Instansi yang ditunjuk oleh Direksi Pekerjaan dalam kurun waktu 12 bulan terakhir. Jika belum disertifikasi maka bukti-bukti yang menyatakan bahwa sertifikasi sedang dilaksanakan, minimal bisa menunjukan kalibrasi timbangan aspal dan agregat dari badan metrologi. Jika perlu Direksi Pekerjaan dapat malkukan inspeksi dan membuat persetujuan sementara sebagai pengganti dari sertifikasi yang tertunda tersebut; 2. Berupa pusat pencampuran dengan sistem penakaran (batching) atau drum mix dan harus memiliki kapasitas minimum 800 kg dan mampu memasok mesin penghampar secara terus menerus bilamana menghampar campuran pada kecepatan normal dan ketebalan yang dikehendaki; 3. Harus dirancangi dan dioperasikan sedemikian hingga dapat menghasilkan campuran dalam rentang toleransi JMF; 4. Harus dipasang di lokasi yang jauh dari pemukiman dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan sehingga tidak mengganggu ataupun mengundang protes dari penduduk di sekitarnya; 5. Harus dilengkapi dengan alat pengumpul debu (dust collector) yang lengkap yaitu sistem pusaran kering (dry cyclone) dan pusaran basah (wet cyclone) sehingga tidak menimbulkan pencemaran debu. Bilamana salah satu sistem di atas rusak atau tidak berfungsi maka AMP tersebut tidak boleh dioperasikan; 6. Mempunyai pengaduk (pug mill) dengan kapasitas minimum 800 kg jika diperlukan untuk memproduksi AC bergradasi kasar atau AC-Base selain dari pekerjaan minor. 7. Jika digunakan untuk pembuatan campuran aspal yang dimodifikasi harus dilengkapi dengan pengendali temperatur termostatik otomatis yang mampu mempertahankan temperatur campuran sebesar 175 o C. 8. Jika digunakan untuk pembuatan AC-Base, mempunyai pemasok dingin (cold bin) yang jumlahnya tidak kurang dari lima buah dan untuk jenis campuran beraspal lainnya minimal tersedia 4 pemasok dingin.. 9. Dirancang sebagaimana mestinya, dilengkapi dengan semua perlengkapan khusus yang diperlukan Tangki Penyimpan Aspal Tangki penyimpan bahan aspal harus dilengkapi dengan pemanas yang dapat dikendalikan dengan efektif dan handal sampai suatu temperatur dalam rentang yang disyaratkan. Pemanasan harus dilakukan melalui kumparan uap (steam coils), listrik, atau cara lainnya sehingga api tidak langsung memanasi tangki aspal. Setiap tangki harus dilengkapi dengan sebuah termometer yang terletak sedemikian hingga temperatur aspal dapat dengan mudah dilihat. Sebuah keran harus dipasang pada pipa keluar dari setiap tangki untuk pengambilan benda uji. Sistem sirkulasi untuk bahan aspal harus mempunyai ukuran yang sesuai agar dapat memastikan sirkulasi yang lancar dan terus menerus selama periode pengoperasian. Perlengkapan yang sesuai harus disediakan, baik dengan selimut uap (steam jacket) atau perlengkapan isolasi lainnya, untuk mempertahankan temperatur yang disyaratkan dari seluruh bahan pengikat aspal dalam sistem sirkulasi Daya tampung tangki penyimpanan minimum adalah paling sedikit untuk kuantitas dua hari produksi. Paling sedikit harus disediakan dua tangki yang berkapasitas sama. Tangki-tangki tersebut harus dihubungkan ke sistem sirkulasi sedemikian rupa agar 68
RENCANA KERJA DAN SYARAT- SYARAT ( RKS)
masing-masing tangki dapat diisolasi secara terpisah tanpa mengganggu sirkulasi aspal ke alat pencampur Untuk campuran aspal yang dimodifikasi, sekurang-kurangnya sebuah tangki penyimpan aspal tambahan dengan kapasitas yang tidak kurang dari 20 ton, tidak boleh dipanaskan langsung dengan minyak atau pemanas listrik dan harus dilengkapi dengan pengendali temperatur termostatik yang mampu mempertahankan temperatur sebesar 175 o C harus disediakan. Tangki ini harus disediakan untuk penyimpanan aspal yang dimodifikasi selama periode dimana aspal tersebut diperlukan untuk proyek. Semua tangki penyimpan aspal untuk pencampuran aspal alam yang mengandung bahan mineral dan untuk aspal yang dimodifikasi lainnya, bilamana akan terjadi pemisahan, harus dilengkapi dengan pengaduk mekanis yang dirancang sedemikian hingga setiap saat dapat mempertahankan bahan mineral didalam bahan pengikat sebagai suspensi. Tangki Penyimpan Aditif Tangki penyimpanan aditif dengan kapasitas minimal dapat menyimpan bahan aditif untuk satu hari produksi campuran beraspal dan harus dilengkapi dengan dozing pump sehingga dapat memasok langsung aditif ke pugmil dengan kuantitas dan tekanan tertentu. Ayakan Panas Ukuran saringan panas yang disediakan harus sesuai dengan ukuran agregat untuk setiap jenis campuran yang akan diproduksi dengan merujuk ke Tabel 6.3.2.(1b). Pengendali Waktu Pencampuran Instalasi harus dilengkapi dengan perlengkapan yang handal untuk mengendalikan waktu pencampuran dan menjaga waktu pencampuran tetap konstan kecuali kalau diubah atas perintah Direksi Pekerjaan. Timbangan dan Rumah Timbang Timbangan harus disediakan untuk menimbang agregat, aspal dan bahan pengisi. Rumah timbang harus disediakan untuk menimbang truk bermuatan yang siap dikirim ke tempat penghamparan. Timbangan tersebut harus memenuhi ketentuan seperti yang dijelaskan di atas. Penyimpanan dan Pemasokan Bahan Pengisi Silo atau tempat penyimpanan yang tahan cuaca untuk menyimpan dan memasok bahan pengisi dengan sistem penakaran berat harus disediakan Penyimpanan dan Pemasokan Aspal Alam Jika Aspal Alam Berbutir digunakan untuk pekerjaan sebuah tempat penyimpanan yang tahan cuaca dan elevator yang cocok untuk memasok yang dilengkapi dengan sistem penakaran berat harus disediakan. Ketentuan Keselamatan Kerja 1. Tangga yang memadai dan aman untuk naik ke landasan (platform) alat pencampur dan landasan berpagar yang digunakan sebagai jalan antar unit perlengkapan harus dipasang. Untuk mencapai puncak bak truk, perlengkapan untuk landasan atau 69
RENCANA KERJA DAN SYARAT- SYARAT ( RKS)
perangkat lain yang sesuai harus disediakan sehingga Direksi Pekerjaan dapat mengambil benda uji maupun memeriksa temperatur campuran. Untuk memudahkan pelaksanaan kalibrasi timbangan, pengambilan benda uji dan lain- lainnya, maka suatu sistem pengangkat atau katrol harus disediakan untuk menaikkan peralatan dari tanah ke landasan (platform) atau sebaliknya. Semua roda gigi, roda beralur (pulley), rantai, rantai gigi dan bagian bergerak lainnya yang berbahaya harus seluruhnya dipagar dan dilindungi. 2. Lorong yang cukup lebar dan tidak terhalang harus disediakan di dan sekitar tempat pengisian muatan truk. Tempat ini harus selalu dijaga agar bebas dari benda yang jatuh dari alat pencampur. Peralatan Pengangkut 1. Truk untuk mengangkut campuran aspal harus mempunyai bak terbuat dari logam yang rapat, bersih dan rata, yang telah disemprot dengan sedikit air sabun, atau larutan kapur untuk mencegah melekatnya campuran aspal pada bak. Setiap genangan minyak pada lantai bak truk hasil penyemprotan sebelumnya harus dibuang sebelum campuran aspal dimasukkan dalam truk. 2. Tiap muatan harus ditutup dengan kanvas/terpal atau bahan lainnya yang cocok dengan ukuran yang sedemikian rupa agar dapat melindungi campuran aspal terhadap cuaca. Bilamana dianggap perlu, bak truk hendaknya diisolasi dan seluruh penutup harus diikat kencang agar campuran aspal yang tiba di lapangan pada temperatur yang disyaratkan. 3. Truk yang menyebabkan segregasi yang berlebihan pada campuran aspal aki-bat sistem pegas atau faktor penunjang lainnya, atau yang menunjukkan kebocoran oli yang nyata, atau yang menyebabkan keterlambatan yang tidak semestinya, atas perintah Direksi Pekerjaan harus dikeluarkan dari pekerjaan sampai kondisinya diperbaiki. 4. Dump Truk yang mempunyai badan menjulur dan bukaan ke arah belakang harus disetel agar seluruh campuran aspal dapat dituang ke dalam penampung dari alat penghampar aspal tanpa mengganggu kerataan pengoperasian alat penghampar dan truk harus tetap bersentuhan dengan alat penghampar. Truk yang mempunyai lebar yang tidak sesuai dengan lebar alat penghampar tidak diperkenankan untuk digunakan. Truk aspal dengan muatan lebih tidak diperkenankan.
5. Jumlah truk untuk mengangkut campuran aspal harus cukup dan dikelola sedemikian rupa sehingga peralatan penghampar dapat beroperasi secara menerus dengan kecepatan yang disetujui. Penghampar yang sering berhenti dan berjalan lagi akan menghasilkan permukaan yang tidak rata sehingga tidak memberikan kenyamanan bagi pengendara serta mengurangi umur rencana akibat beban dinamis. Penyedia Jasa tidak diijinkan memulai penghamparan sampai minimum terdapat tiga truk di lapangan yang siap memasok campuran aspal ke peralatan penghampar. Kecepatan peralatan penghampar harus dioperasikan sedemikian rupa sehingga jumlah truk yang digunakan untuk mengangkut campuran aspal setiap hari dapat menjamin berjalannya peralatan penghampar secara menerus tanpa henti. Bilamana penghamparan terpaksa harus dihentikan, maka Direksi Pekerjaan hanya akan mengijinkan dilanjutkannya penghamparan bilamana minimum terdapat tiga truk di lapangan yang siap memasok campuran aspal ke peralatan penghampar. Ketentuan ini merupakan petunjuk pelaksanaan yang baik dan Penyedia Jasa tidak diperbolehkan menuntut tambahan biaya atau waktu atas keterlambatan penghamparan yang diakibatkan oleh kegagalan Penyedia Jasa untuk menjaga kesinambungan pemasokan campuran aspal ke peralatan penghampar.
70
RENCANA KERJA DAN SYARAT- SYARAT ( RKS)
Peralatan Penghampar dan Pembentuk 1. Peralatan penghampar dan pembentuk harus penghampar mekanis bermesin sendiri yang disetujui, yang mampu menghampar dan membentuk campuran aspal sesuai dengan garis, kelandaian serta penampang melintang yang diperlukan. 2. Alat penghampar harus dilengkapi dengan penampung dan dua ulir pembagi dengan arah gerak yang berlawanan untuk menempatkan campuran aspal secara merata di depan "screed" (sepatu) yang dapat disetel. Peralatan ini harus dilengkapi dengan perangkat kemudi yang dapat digerakkan dengan cepat dan efisien dan harus mempunyai kecepatan jalan mundur seperti halnya maju. Penampung (hopper) harus mempunyai sayap-sayap yang dapat dilipat pada saat setiap muatan campuran aspal hampir habis untuk menghindari sisa bahan yang sudah mendingin di dalamnya. 3. Alat penghampar harus mempunyai perlengkapan elektronik dan/atau mekanis pengendali kerataan seperti batang perata (leveling beams), kawat dan sepatu pengarah kerataan (joint matching shoes) dan dan peralatan bentuk penampang (cross fall devices) untuk mempertahankan ketepatan kelandaian dan kelurusan garis tepi perkerasan tanpa perlu menggunakan acuan tepi yang tetap (tidak bergerak). 4. Alat penghampar harus dilengkapi dengan "screed" (perata) baik dengan jenis penumbuk (tamper) maupun jenis vibrasi dan perangkat untuk memanasi "screed" (sepatu) pada temperatur yang diperlukan untuk menghampar campuran aspal tanpa menggusur atau merusak permukaan hasil hamparan. 5. Istilah "screed" (perata) mengacu pada pengambang mekanis standar (standard floating mechanism) yang dihubungkan dengan lengan arah samping (side arms) pada titik penambat yang dipasang pada unit pengerak alat penghampar pada bagian belakang roda penggerak dan dirancang untuk menghasilkan permukaan tektur lurus dan rata tanpa terbelah, tergeser atau beralur. 6. Bilamana selama pelaksanaan, hasil hamparan peralatan penghampar dan pembentuk meninggalkan bekas pada permukaan, segregasi atau cacat atau ketidak-rataan permukaan lainnya yang tidak dapat diperbaiki dengan cara modifikasi prosedur pelaksanaan, maka penggunaan peralatan tersebut harus dihentikan dan peralatan penghampar dan pembentuk lainnya yang memenuhi ketentuan harus disediakan oleh Penyedia Jasa. Peralatan Pemadat 1. Setiap alat penghampar harus disertai paling sedikit satu alat pemadat roda baja (steel wheel roller) dan satu alat pemadat roda karet (tyre roller). Paling sedikit harus disediakan satu tambahan alat pemadat roda karet (tire roller) untuk setiap kapasitas produksi yang melebihi 40 ton perjam. Semua alat pemadat harus mempunyai tenaga penggerak sendiri. 2. Alat pemadat roda karet harus dari jenis yang disetujui dan memiliki tidak kurang dari sembilan roda yang permukaannya halus dengan ukuran yang sama dan mampu dioperasikan pada tekanan ban pompa (6,0 - 6,5) kg/cm 2 atau (85 90) psi pada jumlah lapis anyaman ban (ply) yang sama. Roda-roda harus berjarak sama satu sama lain pada kedua sumbu dan diatur sedemikian rupa sehingga tengah-tengah roda pada sumbu yang satu terletak di antara roda-roda pada sumbu yang lainnya secara tumpang-tindih (overlap). Setiap roda harus dipertahankan tekanan pompanya pada tekanan operasi yang disyaratkan sehingga selisih tekanan pompa antara dua roda tidak melebihi 0,35 kg/cm 2 (5 psi). Suatu perangkat pengukur tekanan ban harus disediakan untuk memeriksa dan menyetel tekanan ban pompa di lapangan pada setiap saat. Untuk setiap ukuran dan jenis ban yang digunakan, Penyedia Jasa harus memberikan kepada Direksi Pekerjaan grafik atau tabel yang menunjukkan hubungan antara beban roda, tekanan ban pompa, tekanan pada bidang kontak, lebar dan luas bidang kontak. Setiap alat pemadat harus dilengkapi dengan suatu cara penyetelan berat total dengan pengaturan beban (ballasting) sehingga beban per lebar roda dapat diubah dalam rentang (300 600) kilogram per 0,1 meter. Tekanan dan beban roda harus disetel sesuai dengan permintaan Direksi Pekerjaan, agar dapat memenuhi 71
RENCANA KERJA DAN SYARAT- SYARAT ( RKS)
ketentuan setiap aplikasi khusus. Pada umumnya pemadatan dengan alat pemadat roda karet pada setiap lapis campuran aspal harus dengan tekanan yang setinggi mungkin yang masih dapat dipikul bahan. 3. Alat pemadat roda baja yang bermesin sendiri dapat dibagi atas dua jenis: - Alat pemadat tandem statis - Alat pemadat vibrator ganda (twin drum vibratory) Alat pemadat statis minimum harus mempunyai berat statis tidak kurang dari 8 ton. Alat pemadat vibrator ganda mempunyai berat statis tidak kurang dari 6 ton. Roda gilas harus bebas dari permukaan yang datar, penyok, robek-robek atau tonjolan yang merusak permukaan perkerasan. 4. Dalam penghamparan percobaan, Penyedia Jasa harus dapat menunjukkan kom- binasi jenis penggilas untuk memadatkan setiap jenis campuran sampai dapat diterima oleh Direksi Pekerjaan, sebelum JMF disetujui. Penyedia Jasa harus melanjutkan untuk menyimpan dan menggunakan kombinasi penggilas yang disetujui untuk setiap campuran. Tidak ada alternatif lain yang dapat diperkenankan kecuali jika Penyedia Jasa dapat menunjukkan kepada Direksi Pekerjaan bahwa kombinasi penggilas yang baru paling sedikit seefektif yang sudah disetujui. Perlengkapan Lainnya Semua perlengkapan lapangan yang harus disedikan termasuk tidak terbatas pada : 1. Mesin Penumbuk (Petrol Driven Vibrating Plate). 2. Alat pemadat vibrator, 600 kg. 3. Mistar perata 3 meter. 4. Thermometer (jenis arloji) 200 C (minimum tiga unit). 5. Kompresor dan jack hammer. 6. Mistar perata 3 meter yang dilengkapi dengan waterpass dan dapat disesuaikan untuk pembacaan 3% atau lereng melintang lainnya dan super-elevasi antara 0 sampai 6%. 7. Mesin potong dengan mata intan atau serat. 8. Penyapu Mekanis Berputar. 9. Pengukur kedalaman aspal yang telah dikalibrasi. 10. Pengukur tekanan ban. Pembuatan Dan Produksi Campuran Beraspal Kemajuan Pekerjaan Kecuali untuk pekerjaan manual atau penambalan, campuran beraspal tidak boleh diproduksi bilamana tidak cukup tersedia peralatan pengangkutan, penghamparan atau pembentukan, atau pekerja, yang dapat menjamin kemajuan pekerjaan dengan tingkat kecepatan minimum 60 % kapasitas instalasi pencampuran. Penyiapan Bahan Aspal Bahan aspal harus dipanaskan dengan temperatur sampai dengan 160 C di dalam suatu tangki yang dirancang sedemikian rupa sehingga dapat mencegah terjadinya pemanasan langsung setempat dan mampu mengalirkan bahan aspal secara berkesinambungan ke alat pencampur secara terus menerus pada temperatur yang merata setiap saat. Pada setiap hari sebelum proses pencampuran dimulai, kuantitas aspal minimum harus mencukupi untuk perkerjaan yang direncanakan pada hari itu yang siap untuk dialirkan ke alat pencampur Penyiapan Agregat 1. Setiap fraksi agregat harus disalurkan ke instalasi pencampur aspal melalui pemasok penampung dingin yang terpisah. Pra-pencampuran agregat dari berbagai jenis atau dari sumber yang berbeda tidak diperkenankan. Agregat untuk campuran beraspal 72
RENCANA KERJA DAN SYARAT- SYARAT ( RKS)
harus dikeringkan dan dipanaskan pada alat pengering sebelum dimasukkan ke dalam alat pencampur. Nyala api yang terjadi dalam proses pengeringan dan pemanasan harus diatur secara tepat agar dapat mencegah terbentuknya selaput jelaga pada agregat. 2. Bila agregat akan dicampur dengan bahan aspal, maka agregat harus kering dan dipanaskan terlebih dahulu dengan temperatur dalam rentang yang disyaratkan untuk bahan aspal, tetapi tidak melampaui 10 C di atas temperatur bahan aspal. 3. Bila diperlukan untuk memenuhi gradasi yang disyaratkan, maka bahan pengisi (filler) tambahan harus ditakar secara terpisah dalam penampung kecil yang dipasang tepat di atas alat pencampur. Bahan pengisi tidak boleh ditabur di atas tumpukan agregat maupun dituang ke dalam penampung instalasi pemecah batu. Hal ini dimaksudkan agar pengendalian kadar filler dapat dijamin Penyiapan Pencampuran 1. Agregat kering yang telah disiapkan seperti yang dijelaskan di atas, harus dicampur di instalasi pencampuran dengan proporsi tiap fraksi agregat yang tepat agar memenuhi rumusan campuran kerja (JMF). Proporsi takaran ini harus ditentukan dengan mencari gradasi secara basah dari contoh yang diambil dari penampung panas (hot bin) segera sebelum produksi campuran dimulai dan pada interval waktu tertentu sesudahnya, sebagaimana ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan, untuk menjamin pengendalian penakaran. Bahan aspal harus ditimbang atau diukur dan dimasukkan ke dalam alat pencampur dengan jumlah yang ditetapkan sesuai dengan JMF. Bilamana digunakan instalasi pencampur sistem penakaran, di dalam unit pengaduk seluruh agregat harus dicampur kering terlebih dahulu, kemudian baru aspal dan aditif dengan jumlah yang tepat disemprotkan langsung ke dalam unit pengaduk dan diaduk dengan waktu sesingkat mungkin yang telah ditentukan untuk menghasilkan campuran yang homogen dan semua butiran agregat terselimuti aspal dengan merata. Waktu pencampuran total harus ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan dan diatur dengan perangkat pengendali waktu yang handal. Lamanya waktu pencampuran harus ditentukan secara berkala atas perintah Direksi Pekerjaan melalui pengujian derajat penyelimutan aspal terhadap butiran agregat kasar sesuai dengan prosedur AASHTO T195-67 (biasanya sekitar 45 detik).
2. Temperatur campuran beraspal saat dikeluarkan dari alat pencampur harus dalam rentang absolut seperti yang dijelaskan dalam Tabel 6.3.5.(1). Tidak ada campuran beraspal yang diterima dalam Pekerjaan bilamana temperatur pencampuran melampaui temperatur pencampuran maksimum yang disyaratkan. Temperatur Pembuatan dan Penghamparan Campuran Viskositas aspal untuk masing-masing prosedur pelaksanaan dan rentang temperatur untuk Aspal Tipe I yang umumnya harus seperti yang dicantumkan dalam Tabel 6.3.5.1. Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan atau menyetujui rentang temperatur untuk Aspal Tipe II berdasarkan pengujian viskositas aktual aspal yang dimodifikasi yang digunakan pada proyek tersebut, dalam rentang viskositas seperti diberikan pada Tabel 6.3.5.1 dengan melihat sifat-sifat campuran di lapangan saat penghamparan, selama pemadatan dan hasil pengujian kepadatan pada ruas percobaan. Campuran aspal yang tidak memenuhi batas temperatur yang disyaratkan pada saat pencurahan dari AMP kedalam truk, atau pada saat pengiriman ke alat penghampar, tidak boleh diterima untuk digunakan pada pekerjaan yang permanen
73
RENCANA KERJA DAN SYARAT- SYARAT ( RKS)
Tabel 6.3.5.1 Ketentuan Viskositas & Temperatur Aspal untuk Pencampuran & Pemadatan No. Prosedur Pelaksanaan Viskositas Aspal (PA.S) Rentang Temperatur Aspal Tipe I (C) 1 Pencampuran benda uji Marshall 0,2 155 1 2 Pemadatan benda uji Marshall 0,4 145 1 3 Pencampuran, rentang temperatur sasaran 0,2 - 0,5 145 155 4 Menuangkan campuran aspal dari alat pencampur ke dalam truk 0,5 135 150 5 Pemasokan ke Alat Penghampar 0,5 - 1,0 130 150 6 Pemadatan Awal (roda baja) 1 - 2 125 145 7 Pemadatan Antara (roda karet) 2 - 20 100 125 8 Pemadatan Akhir (roda baja) < 20 > 95
Temperatur pencampuran dan pemadatan untuk setiap jenis aspal yang digunakan sesuai Pasal 6.3.2.6) adalah berbeda. Penentuan temperatur pencampuran dan pemadatan masing-masing jenis aspal harus dilakukan berdasarkan nilai viskositas seperti yang tertera dalam Tabel 6.3.5.1. Nilai viskositas masing-masing aspal didapat dari hasil pengujian laboratorium sesuai SNI 03-6721-2002. Contoh grafik hubungan antara viskositas dan temperatur ditunjukkan pada Gambar 6.3.5.(1). 0.1 1.0 10.0 100.0 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200 V i s k o s i t a s
( P a . s ) Temperatur ( o C) Rentang temperatur pemadatan Rentang temperatur pencampuran Rentang viskositas pencampuran Rentang viskositas pemadatan
HANYA CONTOH
Gambar 6.3.5.(1) Contoh Hubungan antara Viskositas dan Temperatur Penghamparan Campuran Menyiapkan Permukaan Yang Akan Dilapisi 1. Bilamana permukaan yang akan dilapisi termasuk perataan setempat dalam kondisi rusak, menunjukkan ketidakstabilan, atau permukaan aspal lama telah berubah bentuk secara berlebihan atau tidak melekat dengan baik dengan lapisan di bawahnya, harus dibongkar atau dengan cara perataan kembali lainnya, semua bahan yang lepas atau lunak harus dibuang, dan permukaannya dibersihkan dan/atau diperbaiki dengan campuran beraspal atau bahan lain yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Bilamana 74
RENCANA KERJA DAN SYARAT- SYARAT ( RKS)
permukaan yang akan dilapisi terdapat atau mengandung sejumlah bahan dengan rongga dalam campuran yang tidak memadai, sebagimana yang ditunjukkan dengan adanya kelelehan plastis dan/atau kegemukan (bleeding), seluruh lapisan dengan bahan plastis ini harus dibongkar. Pembongkaran semacam ini harus diteruskan ke bawah sampai diperoleh bahan yang keras (sound). Toleransi permukaan setelah diperbaiki harus sama dengan yang disyaratkan untuk pelaksanaan lapis pondasi agregat. 2. Sesaat sebelum penghamparan, permukaan yang akan dihampar harus diber-sihkan dari bahan yang lepas dan yang tidak dikehendaki dengan sapu mekanis yang dibantu dengan cara manual bila diperlukan. Lapis perekat (tack coat) atau lapis resap pengikat (prime coat) harus diterapkan sesuai dengan Seksi 6.1 dari Spesifikasi ini Acuan Tepi Besi atau kasau kayu atau acuan lain yang disetujui harus dipasang sesuai dengan garis dan serta ketinggian yang diperlukan oleh tepi-tepi lokasi yang akan dihampar. Penghamparan Dan Pembentukan 1. Sebelum memulai penghamparan, sepatu (screed) alat penghampar harus dipanaskan. Campuran beraspal harus dihampar dan diratakan sesuai dengan kelandaian, elevasi, serta bentuk penampang melintang yang disyaratkan. 2. Penghamparan harus dimulai dari lajur yang lebih rendah menuju lajur yang lebih tinggi bilamana pekerjaan yang dilaksanakan lebih dari satu lajur.
3. Mesin vibrasi pada screed alat penghampar harus dijalankan selama penghamparan dan pembentukan. 4. Penampung alat penghampar (hopper) tidak boleh dikosongkan, sisa campuran beraspal harus dijaga tidak kurang dari temperatur yang disyaratkan dalam Tabel 6.3.5(1). 5. Alat penghampar harus dioperasikan dengan suatu kecepatan yang tidak menyebabkan retak permukaan, koyakan, atau bentuk ketidakrataan lainnya pada permukaan. Kecepatan penghamparan harus disetujui oleh Direksi Pekerjaan dan ditaati. 6. Bilamana terjadi segregasi, koyakan atau alur pada permukaan, maka alat penghampar harus dihentikan dan tidak boleh dijalankan lagi sampai penyebabnya telah ditemukan dan diperbaiki. Proses perbaikan lubang-lubang yang timbul karena terlalu kasar atau bahan yang tersegregasi karena penaburan material yang halus sedapat mungkin harus dihindari sebelum pemadatan. Butiran yang kasar tidak boleh ditebarkan diatas permukan yang telah padat dan bergradasi rapat. 7. Harus diperhatikan agar campuran tidak terkumpul dan mendingin pada tepi-tepi penampung alat penghampar atau tempat lainnya. 8. Bilamana jalan akan dihampar hanya setengah lebar jalan atau hanya satu lajur untuk setiap kali pengoperasian, maka urutan penghamparan harus dilakukan sedemikian rupa sehingga perbedaan akhir antara panjang penghamparan lajur yang satu dengan yang bersebelahan pada setiap hari produksi dibuat seminimal mungkin. 9. Selama pekerjaan penghamparan fungsi-fungsi berikut ini harus dipantau dan dikendalikan secara elektronik atau secara manual sebagaimana yang diperlukan untuk menjamin terpenuhinya elevasi rancangan dan toleransi yang disyaratkan serta ketebalan dari lapisan beraspal : - Tebal hamparan aspal gembur sebelum dipadatkan, sebelum dibolehkannya pemadatan (diperlukan pemeriksaan secara manual) - Kelandaian sepatu (screed) alat penghampar untuk menjamin terpenuhinya lereng melintang dan super elevasi yang diperlukan. - Elevasi yang sesuai pada sambungan dengan aspal yang telah dihampar sebelumnya, sebelum dibolehkannya pemadatan. 75
RENCANA KERJA DAN SYARAT- SYARAT ( RKS)
- Untuk menjamin sambungan memanjang vertikal maka harus digunakan besi profil siku dengan ukuran tinggi 5 mm lebih kecil dari tebal rencana dan dipakukan pada perkerasan dibawahnya. - Perbaikan penampang memanjang dari permukaan aspal lama dengan menggunakan batang perata, kawat baja atau hasil penandaan survei. Pemadatan 1. Segera setelah campuran beraspal dihampar dan diratakan, permukaan tersebut harus diperiksa dan setiap ketidaksempurnaan yang terjadi harus diperbaiki. Temperatur campuran beraspal yang terhampar dalam keadaan gembur harus dipantau dan penggilasan harus dimulai dalam rentang viskositas aspal yang ditunjukkan pada Tabel 6.3.5.(1) 2. Pemadatan campuran beraspal harus terdiri dari tiga operasi yang terpisah berikut ini : - Pemadatan Awal - Pemadatan Antara - Pemadatan Akhir
3. Pemadatan awal atau breakdown rolling harus dilaksanakan baik dengan alat pemadat roda baja. Pemadatan awal harus dioperasikan dengan roda penggerak berada di dekat alat penghampar. Setiap titik perkerasan harus menerima minimum dua lintasan pengilasan awal. Pemadatan kedua atau utama harus dilaksanakan dengan alat pemadat roda karet sedekat mungkin di belakang penggilasan awal. Pemadatan akhir atau penyelesaian harus dilaksanakan dengan alat pemadat roda baja tanpa penggetar (vibrasi). Bila hamparan aspal tidak menunjukkan bekas jejak roda pemadatan setelah pemadatan kedua, pemadatan akhir bisa tidak dilakukan. 4. Pertama-tama pemadatan harus dilakukan pada sambungan melintang yang telah terpasang kasau dengan ketebalan yang diperlukan untuk menahan pergerakan campuran beraspal akibat penggilasan. Bila sambungan melintang dibuat untuk menyambung lajur yang dikerjakan sebelumnya, maka lintasan awal harus dilakukan sepanjang sambungan memanjang untuk suatu jarak yang pendek dengan posisi alat pemadat berada pada lajur yang telah dipadatkan dengan tumpang tindih pada pekerjaan baru kira-kira 15 cm. 5. Pemadatan harus dimulai dari tempat sambungan memanjang dan kemudian dari tepi luar. Selanjutnya, penggilasan dilakukan sejajar dengan sumbu jalan berurutan menuju ke arah sumbu jalan, kecuali untuk superelevasi pada tikungan harus dimulai dari tempat yang terendah dan bergerak kearah yang lebih tinggi. Lintasan yang berurutan harus saling tumpang tindih (overlap) minimum setengah lebar roda dan lintasan-lintasan tersebut tidak boleh berakhir pada titik yang kurang dari satu meter dari lintasan sebelumnya. 6. Bilamana menggilas sambungan memanjang, alat pemadat untuk pemadatan awal harus terlebih dahulu memadatkan lajur yang telah dihampar sebelumnya sehingga tidak lebih dari 15 cm dari lebar roda pemadat yang memadatkan tepi sambungan yang belum dipadatkan. Pemadatan dengan lintasan yang berurutan harus dilanjutkan dengan menggeser posisi alat pemadat sedikit demi sedikit melewati sambungan, sampai tercapainya sambungan yang dipadatkan dengan rapi. 7. Kecepatan alat pemadat tidak boleh melebihi 4 km/jam untuk roda baja dan 10 km/jam untuk roda karet dan harus selalu dijaga rendah sehingga tidak mengakibatkan bergesernya campuran panas tersebut. Garis, kecepatan dan arah penggilasan tidak boleh diubah secara tiba-tiba atau dengan cara yang menyebabkan terdorongnya campuran beraspal. 8. Semua jenis operasi penggilasan harus dilaksanakan secara menerus untuk memperoleh pemadatan yang merata saat campuran beraspal masih dalam kondisi mudah dikerjakan sehingga seluruh bekas jejak roda dan ketidakrataan dapat dihilangkan. 9. Roda alat pemadat harus dibasahi dengan cara pengabutan secara terus menerus untuk mencegah pelekatan campuran beraspal pada roda alat pemadat, tetapi air yang berlebihan tidak diperkenankan. Roda karet boleh sedikit diminyaki untuk menghindari lengketnya campuran beraspal pada roda. 76
RENCANA KERJA DAN SYARAT- SYARAT ( RKS)
10. Peralatan berat atau alat pemadat tidak diijinkan berada di atas permukaan yang baru selesai dikerjakan, sampai seluruh permukaan tersebut dingin. 11. Setiap produk minyak bumi yang tumpah atau tercecer dari kendaraan atau perlengkapan yang digunakan oleh Penyedia Jasa di atas perkerasan yang sedang dikerjakan, dapat menjadi alasan dilakukannya pembongkaran dan perbaikan oleh Penyedia Jasa atas perkerasan yang terkontaminasi, selanjutnya semua biaya pekerjaaan perbaikan ini menjadi beban Penyedia Jasa. 12. Permukaan yang telah dipadatkan harus halus dan sesuai dengan lereng melintang dan kelandaian yang memenuhi toleransi yang disyaratkan. Setiap campuran beraspal padat yang menjadi lepas atau rusak, tercampur dengan kotoran, atau rusak dalam bentuk apapun, harus dibongkar dan diganti dengan campuran panas yang baru serta dipadatkan secepatnya agar sama dengan lokasi sekitarnya. Pada tempat-tempat tertentu dari campuran beraspal terhampar dengan luas 1000 cm 2 atau lebih yang menunjukkan kelebihan atau kekurangan bahan aspal harus dibongkar dan diganti. Seluruh tonjolan setempat, tonjolan sambungan, cekungan akibat ambles, dan segregasi permukaan yang keropos harus diperbaiki sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. 13. Sewaktu permukaan sedang dipadatkan dan diselesaikan, Penyedia Jasa harus memangkas tepi perkerasan agar bergaris rapi. Setiap bahan yang berlebihan harus dipotong tegak lurus setelah pemadatan akhir, dan dibuang oleh Penyedia Jasa di luar daerah milik jalan sehingga tidak kelihatan dari jalan yang lokasinya disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Sambungan 1. Sambungan memanjang maupun melintang pada lapisan yang berurutan harus diatur sedemikian rupa agar sambungan pada lapis satu tidak terletak segaris yang lainnya. Sambungan memanjang harus diatur sedemikian rupa agar sambungan pada lapisan teratas berada di pemisah jalur atau pemisah lajur lalu lintas. 2. Campuran beraspal tidak boleh dihampar di samping campuran beraspal yang telah dipadatkan sebelumnya kecuali bilamana tepinya telah tegak lurus atau telah dipotong tegak lurus atau dipanaskan dengan menggunakan lidah api (dengan menggunakan alat burner). Bila tidak ada pemanasan, maka pada bidang vertikal sambungan harus lapis perekat. Pengendalian Mutu Dan Pemeriksaan Di Lapangan Pengujian Permukaan Perkerasan 1. Pemukaan perkerasan harus diperiksa dengan mistar lurus sepanjang 3 m, yang disediakan oleh Penyedia Jasa, dan harus dilaksanakan tegak lurus dan sejajar dengan sumbu jalan sesuai dengan petunjuk Direksi Pekerjaan untuk memeriksa seluruh permukaan perkerasan. Toleransi harus sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 6.3.1.(4).(f). 2. Pengujian untuk memeriksa toleransi kerataan yang disyaratkan harus dilaksanakan segera setelah pemadatan awal, penyimpangan yang terjadi harus diperbaiki dengan membuang atau menambah bahan sebagaimana diperlukan. Selanjutnya pemadatan dilanjutkan seperti yang dibutuhkan. Setelah penggi-lasan akhir, kerataan lapisan ini harus diperiksa kembali dan setiap ketidak-rataan permukaan yang melampaui batas- batas yang disyaratkan dan setiap lokasi yang cacat dalam tekstur, pemadatan atau komposisi harus diperbaiki sebagaiamana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. 3. Kerataan permukaan perkerasan - Kerataan permukaan lapis perkerasan penutup atau lapis aus segera setelah pekerjaan selesai harus diperiksa kerataannya dengan menggunakan alat ukur kerataan NAASRA-Meter sesuai SNI 03-3426-1994. - Cara pengukuran/pembacaan kerataan harus dilakukan setiap interval 100 m.
Ketentuan Kepadatan 1. Kepadatan semua jenis campuran beraspal yang telah dipadatkan, seperti yang ditentukan dalam SNI 03-6757-2002, tidak boleh kurang dari 97 % Kepadatan Standar Kerja (Job Standard Density) yang tertera dalam JMF untuk Lataston (HRS) dan 98 % untuk semua campuran beraspal lainnya. 77
RENCANA KERJA DAN SYARAT- SYARAT ( RKS)
2. Benda uji inti untuk pengujian kepadatan harus sama dengan benda uji untuk pengukuran tebal lapisan. Cara pengambilan benda uji campuran beraspal dan pemadatan benda uji di laboratorium masing-masing harus sesuai dengan SNI-06- 2489-1991 untuk ukuran butir maksimum 25 mm atau ASTM D5581-96 untuk ukuran maksimum 50 mm. 3. Jumlah total benda uji inti yang diambil acak dalam setiap segmen tidak kurang dari 3 (tiga) benda uji inti duplo untuk setiap kelipatan 200 meter panjang dan jumlah 3
panjang untuk sisa panjang yang kurang dari 200 m dengan lokasi titik uji ditentukan secara acak sesuai dengan SNI 03-6868-2002. 4. Penyedia Jasa dianggap telah memenuhi kewajibannya dalam memadatkan cam-puran aspal bilamana kepadatan lapisan yang telah dipadatkan sama atau lebih besar dari nilai-nilai yang diberikan Tabel 6.3.7.(1). Bilamana rasio kepadatan maksimum dan minimum yang ditentukan dalam serangkaian benda uji inti pertama yang mewakili setiap lokasi yang diukur untuk pembayaran, lebih besar dari 1,08 maka benda uji inti tersebut harus dibuang dan serangkaian benda uji inti baru harus diambil.
Tabel 6.3.7.(1) Ketentuan Kepadatan
Kepadatan yg. disyaratkan (% JSD) Jumlah ben- da uji per segmen Kepadatan Mini- mum Rata-rata (% JSD) Nilai minimum seti- ap pengujian tunggal (% JSD)
98 3 4 98,1 95 5 98,3 94,9 > 6 98,5 94,8
97 3 4 97,1 94 5 97,3 93,9 >6 97,5 93,8
Jumlah Pengambilan Benda Uji Campuran Beraspal
1. Pengambilan Benda Uji Campuran beraspal Pengambilan benda uji umumnya dilakukan di instalasi pencampuran aspal, tetapi Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan pengambilan benda uji di lokasi penghamparan bilamana terjadi segregasi yang berlebihan selama pengangkutan dan penghamparan campuran beraspal.
2. Pengendalian Proses Frekwensi minimum pengujian yang diperlukan dari Penyedia Jasa untuk maksud pengendalian proses harus seperti yang ditunjukkan dalam Tabel 6.3.7.(2) di bawah ini atau sampai dapat diterima oleh Direksi Pekerjaan. Penyedia Jasa yang mengoperasikan rencana jaminan mutu produksi yang disetujui, berdasarkan data statistik dan yang mencapai suatu tingkat tinggi dari pemenuhan terhadap ketentuan-ketentuan spesifikasi dapat meminta persetujuan dari Direksi Pekerjaan untuk pengurangan jumlah pengujian yang dilaksanakan. Contoh yang diambil dari penghamparan campuran beraspal setiap hari harus dengan cara yang diuraikan di atas dan dengan frekuensi yang diperintahkan dalam Pasal 6.3.7.(3) dan 6.3.7.(4). Enam cetakan Marshall harus dibuat dari setiap contoh. Benda uji harus dipadatkan pada temperatur yang disyaratkan dalam Tabel 6.3.5.(1) dan dalam jumlah tumbukan yang disyaratkan dalam Tabel 6.3.3.(1). Kepadatan benda uji rata-rata (Gmb) dari semua cetakan Marshall yang dibuat setiap hari akan menjadi Kepadatan Marshall Harian. Direksi Pekerjaan harus memerintahkan Penyedia Jasa untuk mengulangi proses campuran rancangan dengan biaya Penyedia Jasa sendiri bilamana Kepadatan Marshall Harian rata-rata dari setiap produksi selama empat hari berturut-turut berbeda lebih 1 % dari Kepadatan Standar Kerja (JSD). 78
RENCANA KERJA DAN SYARAT- SYARAT ( RKS)
Untuk mengurangi kuantitas bahan terhadap resiko dari setiap rangkaian pengujian, Penyedia Jasa dapat memilih untuk mengambil contoh di atas ruas yang lebih panjang (yaitu, pada suatu frekuensi yang lebih besar) dari yang diperlukan dalam Tabel 6.3.7.(2).
3. Pemeriksaan dan Pengujian Rutin Pemeriksaan dan pengujian rutin harus dilaksanakan oleh Penyedia Jasa di bawah pengawasan Direksi Pekerjaan untuk menguji pekerjaan yang sudah diselesaikan sesuai toleransi dimensi, mutu bahan, kepadatan pemadatan dan setiap ketentuan lainnya yang disebutkan dalam Seksi ini. Setiap bagian pekerjaan, yang menurut hasil pengujian tidak memenuhi ketentuan yang disyaratkan harus diperbaiki sedemikian rupa sehingga setelah diperbaiki, pekerjaan tersebut memenuhi semua ketentuan yang disyaratkan, semua biaya pembongkaran, pembuangan, penggantian bahan maupun perbaikan dan pengujian kembali menjadi beban Penyedia Jasa.
79
RENCANA KERJA DAN SYARAT- SYARAT ( RKS)
4. Pengambilan Benda Uji Inti dan Uji Ekstraksi Lapisan Beraspal Penyedia Jasa harus menyediakan mesin bor pengambil benda uji inti (core) yang mampu memotong benda uji inti berdiameter 4 maupun 6 pada lapisan beraspal yang telah selesai dikerjakan. Benda uji inti tidak boleh digunakan untuk pengujian ekstraksi. Uji ektraksi harus dilakukan menggunakan benda uji campuran beraspal gembur yang ambil di belakang mesin penghampar
Tabel 6.3.7.(2) Pengendalian Mutu
Bahan dan Pengujian Frekwensi pengujian Aspal : Aspal berbentuk drum 3 dari jumlah drum Aspal curah Setiap tangki aspal Jenis pengujian aspal drum dan curah mencakup: Penetrasi dan Titik Lembek
Asbuton butir/Aditif Asbuton 3 dari jumlah kemasan - Kadar air - Ekstraksi (kadar aspal) - Ukuran butir maksimum - Penetrasi aspal asbuton Agregat : - Abrasi dengan mesin Los Angeles Setiap 5.000 m 3
- Gradasi agregat yang ditambahkan ke tumpukan Setiap 1.000 m 3
- Gradasi agregat dari penampung panas (hot bin) Setiap 250 m 3 (min. 2 pengujian per hari) - Nilai setara pasir (sand equivalent) Setiap 250 m 3
Campuran : - Suhu di AMP dan suhu saat sampai di lapangan Setiap batch dan pengiriman - Gradasi dan kadar aspal Setiap 200 ton (min. 2 pengujian per hari) - Kepadatan, stabilitas, kelelehan, Marshall Quo-tient, rongga dalam campuran pd. 75 tumbukan Setiap 200 ton (min. 2 pengujian per hari) - Rongga dalam campuran pd. Kepadatan Membal Setiap 3.000 ton - Campuran Rancangan (Mix Design) Marshall Setiap perubahan agregat/rancangan Lapisan yang dihampar : - Benda uji inti (core) berdiameter 4 untuk parti-kel ukuran maksimum 1 dan 6 untuk partikel ukuran di atas 1, baik untuk pemeriksaan pema-datan maupun tebal lapisan : 3 benda uji duplo untuk setiap 200 m panjang dan kelipatannya. Untuk sisa panjang segmen < 200 m, jumlah benda uji ditentukan sebagai 3 sisa panjang segmen. Toleransi Pelaksanaan : - Elevasi permukaan, untuk penampang melintang dari setiap jalur lalu lintas.
Paling sedikit 3 titik yang diukur melintang pada paling sedikit setiap 12,5 meter memanjang sepanjang jalan tersebut. 80
RENCANA KERJA DAN SYARAT- SYARAT ( RKS)
Pengujian Pengendalian Mutu Campuran Beraspal 1. Penyedia Jasa harus menyimpan catatan seluruh pengujian dan catatan tersebut harus diserahkan kepada Direksi Pekerjaan tanpa keterlambatan. 2. Penyedia Jasa harus menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan hasil dan catatan pengujian berikut ini, yang dilaksanakan setiap hari produksi, beserta lokasi penghamparan yang sesuai : - Analisa ayakan (cara basah), paling sedikit dua contoh agregat per hari dari setiap penampung panas. - Temperatur campuran saat pengambilan contoh di instalasi pencampur aspal (AMP) maupun di lokasi penghamparan (satu per jam). - Kepadatan Marshall Harian dengan detail dari semua benda uji yang diperiksa. - Kepadatan hasil pemadatan di lapangan dan persentase kepadatan lapangan relatif terhadap Kepadatan Campuran Kerja (Job Mix Density) untuk setiap benda uji inti (core). - Stabilitas, kelelehan, Marshall Quotient, paling sedikit dua contoh per hari. - Kadar aspal dan gradasi agregat yang ditentukan dari hasil ekstraksi kadar aspal paling sedikit dua contoh per hari. Bilamana cara ekstraksi sentrifugal digunakan maka koreksi abu harus dilaksanakan seperti yang disyaratkan SNI 03-3640-1994. - Rongga dalam campuran pada kepadatan Marshall dan kepadatan membal (refusal), yang dihitung berdasarkan Berat Jenis Maksimum campuran perkerasan aspal (SNI 03-6893-2002). - Kadar aspal yang terserap oleh agregat, yang dihitung berdasarkan Berat jenis Maksimum campuran perkerasan aspal (SNI 03-6893-2002).
Pengendalian Kuantitas dengan Menimbang Campuran Beraspal
Dalam pemeriksaan terhadap pengukuran kuantitas untuk pembayaran, campuran beraspal yang dihampar harus selalu dipantau dengan tiket pengiriman campuran beraspal dari rumah timbang sesuai dengan Pasal 6.3.1.(4).(e) dari Spesifikasi ini. Pengukuran Dan Pembayaran Pengukuran Pekerjaan 1. Kuantitas yang diukur untuk pembayaran campuran beraspal haruslah berdasarkan ketentuan di bawah ini : - Untuk lapisan bukan perata (misalnya HRS-WC, HRS-Base, AC-WC, AC-WC Mod, AC-BC, AC-BC Mod. AC-Base, dan AC-Base Mod) jumlah tonase bersih dari campuran yang telah dihampar dan diterima, yang dihitung sebagai hasil perkalian luas lokasi yang diterima dan tebal yang diterima dengan kepadatan campuran yang diperoleh dari pengujian benda uji inti (core). Tonase bersih adalah selisih dari berat campuran dengan berat aspal, bahan anti pengelupasan (anti stripping agent) dan bahan pengisi (filler) yang ditambahkan. - Untuk lapisan perata (misalnya HRS-WC(L), HRS-Base(L), AC-WC(L), AC- BC(L), dsb) jumlah tonase bersih dari campuran yang telah dihampar dan diterima sesuai dengan ketentuan pada Pasal 6.3.8 (1)(c). Tonase bersih adalah selisih dari berat campuran dengan berat aspal bahan anti pengelupasan (anti stripping agent) dan bahan pengisi (filler) yang ditambahkan. - Untuk aspal, aditif anti pengelupasan dan bahan pengisi (filler) yang ditambahkan haruslah dalam jumlah ton untuk aspal dan dalam jumlah kilogram untuk aditif anti pengelupasan dan bahan pengisi (filler) yang ditambahkan 2. Kuantitas yang diterima untuk pengukuran tidak boleh meliputi lokasi dengan tebal hamparan kurang dari tebal minimum kontruksi jenis campuran beraspal yang dapat diterima atau setiap bagian yang terkelupas, terbelah, retak atau menipis (tapered) di 81
RENCANA KERJA DAN SYARAT- SYARAT ( RKS)
sepanjang tepi perkerasan atau di tempat lainnya. Lokasi dengan kadar aspal yang diperoleh dari kadar aspal optimum yang ditetapkan dalam JMF dan toleransi yang disyaratkan dalam Tabel 6.3.3.(2)), tidak akan diterima untuk pembayaran. 3. Campuran beraspal yang dihampar langsung di atas permukaan aspal lama yang dilaksanakan pada kontrak yang lalu, menurut pendapat Direksi Pekerjaan memerlukan koreksi bentuk yang cukup besar, harus dihitung berdasarkan nilai terkecil antara a) jumlah tonase dari bahan yang telah dihampar dan diterima berdasarkan berat campuran beraspal yang diperoleh dari penimbangan muatan di rumah timbang, dan b) hasil perkalian antara tebal rata-rata yang diterima dengan luas penghamparan aktual yang diterima dan kepadatan lapangan rata-rata. Bilamana tebal rata-rata campuran beraspal yang telah diperhitungkan, melebihi dari tebal aktual dibutuhkan (diperlukan untuk perbaikan bentuk), maka tebal rata-rata yang ditentukan dan diterima oleh Direksi Pekerjaan. 4. Kecuali yang disebutkan dalam (c) di atas, maka tebal campuran beraspal yang diukur untuk pembayaran tidak boleh lebih besar dari tebal nominal rancangan yang ditunjukkan dalam Tabel 6.3.1.(1) di atas atau tebal rancangan yang ditentukan dalam Gambar Rencana. Direksi Pekerjaan dapat menyetujui atau menerima suatu ketebalan yang kurang berdasarkan pertimbangan teknis atau suatu ketebalan lebih untuk lapis perata seperti yang diijinkan menurut Pasal 6.3.8.(1).(c) dari Spesifikasi ini. Kuantitas hamparan dengan ketebalan yang melebihi tebal nominal rancangan untuk campuran beraspal tersebut yang dihampar di atas permukaan yang juga dikerjakan dalam Kontrak ini, kecuali jika diperintahlan lain oleh Direksi Pekerjaan harus dihitung berdasarkan tebal ditunjukkan dalam Gambar Rencana. 5. Bilamana perbaikan pada campuran aspal yang tidak memenuhi ketentuan telah diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan sesuai dengan Pasal 6.3.1.(8) dari Spesifikasi ini, maka kuantitas yang diukur untuk pembayaran haruslah kuantitas yang akan dibayar bila pekerjaan semula dapat diterima. Tidak ada pembayaran tambahan untuk pekerjaan atau kuantitas tambahan yang diper-lukan untuk perbaikan tersebut. 6. Lebar hamparan campuran beraspal yang akan dibayar harus seperti yang ditunjukkan dalam Gambar Rencana dan harus diukur dengan pita ukur oleh Penyedia Jasa di bawah pengawasan Direksi Pekerjaan. Pengukuran harus dilakukan tegak lurus sumbu jalan dan tidak termasuk lokasi hamparan yang tipis atau tidak memenuhi ketentuan sepanjang tepi hamparan. Interval jarak pengukuran memanjang harus seperti yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan tetapi harus selalu berjarak sama dan tidak lebih dari 25 meter. Lebar yang akan digunakan dalam menghitung luas untuk pembayaran setiap lokasi perkerasan yang diukur, harus merupakan lebar rata-rata yang diukur dan disetujui. 7. Pelapisan campuran beraspal dalam arah memanjang harus diukur sepanjang sumbu jalan dengan menggunakan prosedur pengukuran standar ilmu ukur tanah. 8. Bilamana Direksi Pekerjaan menerima setiap campuran beraspal dengan kadar aspal rata-rata yang lebih tinggi dari kadar aspal optimum tetapi masih masuk dalam rentang kadar aspal yang diperoleh dari kadar aspal optimum yang ditetapkan dalam JMF dan toleransi yang disyaratkan dalam Tabel 6.3.3.(2)), pembayaran aspal yang digunakan pada campuran beraspal harus dihitung berdasarkan berat hamparan dikalikan dengan kadar aspal optimum yang ditetapkan dalam JMF. Bilamana Direksi Pekerjaan menerima setiap campuran beraspal dengan kadar aspal rata-rata yang lebih rendah dari kadar aspal optimum tetapi masih masuk dalam rentang kadar aspal yang diperoleh dari kadar aspal optimum yang ditetapkan dalam JMF dan toleransi yang disyaratkan dalam Tabel 6.3.3.(2)), pembayaran aspal yang digunakan pada campuran beraspal harus dihitung berdasarkan berat hamparan dikalikan dengan kadar aspal rata- rata tersebut. Tidak ada pembayaran yang dapat dilakukan untuk campuran yang kadar aspalnya di bawah kadar aspal minimum dari rentang kadar aspal yang diperoleh dari kadar aspal optimum yang ditetapkan dalam JMF dan toleransi yang disyaratkan dalam Tabel 6.3.3.(2)). Dasar Pembayaran 82
RENCANA KERJA DAN SYARAT- SYARAT ( RKS)
Kuantitas yang sebagaimana ditentukan di atas harus dibayar menurut Harga Kontrak per satuan pengukuran, untuk Mata Pembayaran yang ditunjukkan di bawah ini dan dalam Daftar Kuantintas dan Harga, dimana harga dan pembayaran tersebut harus merupakan kompensasi penuh untuk mengadakan dan memproduksi dan menguji dan mencampur serta menghampar semua bahan, termasuk semua pekerja, peralatan, pengujian, perkakas dan pelengkapan lainnya yang diperlukan untuk percobaan penghamparan dan menyelesaikan pekerjaan yang diuraikan dalam Seksi ini.
Nomor Mata Pembayaran Uraian Satuan Pengukuran
6.3.1 Latasir Kelas A (tebal nominal) (SS-A) Ton
6.3.2 Latasir Kelas B (tebal nominal) (SS-B) Ton
6.3.3a Lataston Lapis Aus (HRS-WC) 3,0 cm (gradasi senjang/semi senjang) Ton
6.3.3b Lataston Lapis Aus Perata (HRS-WC(L)) (gradasi senjang/semi senjang) Ton
6.3.4a Lataston Lapis Pondasi (HRS-Base) (gradasi senjang/semi senjang) Ton
6.3.4b Lataston Lapis Pondasi Perata (HRS-Base(L)) (gradasi senjang/semi senjang) Ton
6.3.5a Laston Lapis Aus (AC-WC) (gradasi halus/kasar) Ton
6.3.5b Laston Lapis Aus Modifikasi (AC-WC Mod) (gradasi halus/kasar) Ton
6.3.5c Laston Lapis Aus Perata (AC-WC(L)) (gradasi halus/kasar) Ton
6.3.5d Laston Lapis Aus Modifikasi Perata (AC-WC(L) Mod) (gradasi halus/kasar) Ton
6.3.6a Laston Lapis Antara (AC-BC) (gradasi halus/kasar) Ton
6.3.6b Laston Lapis Antara Modifikasi (AC-BC Mod) (gradasi halus/kasar) Ton
6.3.6c Laston Lapis Antara Perata (AC-BC(L)) (gradasi halus/kasar) Ton
6.3.6d Laston Lapis Antara Modifikasi Perata (AC-BC(L) Mod) Leveling (gradasi halus/kasar) Ton
6.3.7a Laston Lapis Pondasi (AC-Base) (gradasi halus /kasar) Ton
6.3.7b Laston Lapis Pondasi Modifikasi (AC-Base Mod) (gradasi halus/kasar) Ton
6.3.7c Laston Lapis Pondasi Perata (AC-Base(L)) (gradasi Ton 83
Aspal Modifikasi 1. Asbuton yang diproses 2. Elastomer Alam 3. Elastomer Sintetis
Aditif Anti Pengelupasan
Bahan Pengisi (Filler) Tambahan (Kapur)
Bahan Pengisi (Filler) Tambahan (Semen)
Bahan Pengisi (Filler) Tambahan Asbuton Ton
Ton Ton Ton
Kg
Kg
Kg
Kg
84
RENCANA KERJA DAN SYARAT- SYARAT ( RKS)
a) PEKERJAAN PASANGAN BATU KALI
Umum 1. Pekerjaan ini harus mencakup pembangunan dari struktur yang ditunjukan pada gambar atau seperti yang diperintahkan oleh Direksi. 2. Pekerjaan harus meliputi pengadaan seluruh material, galian, penyiapan pondasi dan seluruh pekerjaan yang diperlukan untuk menyelesaikan struktur sesuai dengan spesifikasi teknik serta memenuhi garis, ketinggian, potongan dan dimensi seperti yang ditunjukan pada gambar atau sebagaimana diperlukan secara tertulis oleh Direksi. 3. Pasangan batu harus digunakan untuk struktur seperti saluran berpenampang persegi di tepi jalan, tembok penahan, gorong-gorong persegi dan tembok kepala goronggorong. Konstruksi pasangan batu ini dimaksud untuk menahan beban luar yang cukup besar. 4. Pekerjaan ini juga mencakup pembuatan lubang suling-suling (untuk drainase) termasuk pengadaan dan pemasangan acuan lubang suling-suling atau pipa dan bahan penyaring. 5. Ukuran/dimensi pasangan, elevasi serta kelandaian sesuai dengan gambar rencana.
Bahan Bahan o Batu Kali Belah 15/20 cm o Semen PC 50 Kg o Pasir Pasang o Air Bersih
Mutu Bahan 1. Batu Kali Belah 15/20 cm Batu Kali yang digunakan adalah : - Batu yang dari alam atau batu galian yang telah dibelah, kasar, bersih, tahan lama, keras, tahan terhadap pengaruh adara dan air dan cocok dalam segala hal untuk fungsi yang dimaksud. - Terkecuali diperintahkan lain oleh Direksi, batu harus memiliki ketebalan yang tidak kurang dari 150 mm, lebar tidak kurang dari satu setengah kali tebalnya dan panjang tidak kurang dari satu setengah kali lebarnya. - Batu harus rata, lancip atau lonjong bentuknya dan dapat ditempatkan saling mengunci bila dipasang bersama.
2. Semen PC Batu Kali yang digunakan adalah : - Jenis Portland Cement (PC) produksi dalam negeri yang memenuhi persyaratan yang berlaku di Indonesia. - Semen tidak boleh disimpan terlalu lama dan yang telah menggumpal atau membatu tidak boleh dipakai dan harus disingkirkan. - Penyimpanan harus mengikuti spesifikasi serta diletakkan sedemikian rupa sehingga mudah untuk diperiksa dan diambil
3. Pasir Pasang Pasir Pasang yang digunakan adalah : - Pasir tersebut terdiri dari butir butir yang bersih dari segala kotoran. - Pasir tersebut tidak mengandung lempung atau unsur organik atau non organic lainya. 4. Air Bersih Air yang digunakan dalam campuran harus bersih, bebas dari benda benda yang mengganggu seperti minyak, garam, asam, basa, busa, gula atau organic lainnya. Air yang diketahui dapat diminum juga dapat dipakai. Prosedur Pelaksanaan 1. Penyiapan Adukan Campuran ( Spesi 1 Pc : 4 Ps ) 85
RENCANA KERJA DAN SYARAT- SYARAT ( RKS)
Adukan semen terdiri dari material Semen, Agregat, dan Air - Seluruh material tadi ( kecuali air ), harus dicampur, baik dalam kotak yang rapat atau dalam alat pencampuradukan yang telah disetujui, hingga campuran telah berwarna merata, baru sesudahnya air ditambahkan dan pencampuran dilanjutkan selama lima sampai sepuluh menit. Jumlah air harus sedemikian hingga guna menghasilkan adukan dengan konsistensi ( kekentalan ) yang diperlukan tetapi tidak boleh melebihi 70 % dari berat semen yang digunakan. - Adukan dicampur hanya dalam kwantitas yang diperlukan untuk penggunaan langsung. Jika perlu, adukan boleh diaduk kembali dengan air dalam waktu 30 menit dari proses pengadukan awal. Pengadukan kemlbali setelah waktu tersebut tidak boleh dilakukan. - Adukan yang tidak digunakan dalam 45 menit setelah air ditambahkan harus di buang. - Untuk menghasilkan campuran yang homogen ( merata ), pengadukan harus menggunakan Concrete Mixer / Molen dengan kapasitas 350 l. - Komposisi Campuran menggunakan 1 Pc : 4 Ps, yaitu 1 bagian semen dicampur dengan 3 bagian Pasir Pasang, dalam pelaksanaan dilapangan kontraktor harus membuat kotak takaran dari kayu dengan ukuran yang sama.
2. Pemasangan Batu Kali Belah 15/20 ( 1 Pc : 4 Ps ) - Landasan dari adukan segar paling sedikit 30 mm tebalnya harus dipasang pada pondasi dan disiapkan sesaat sebelum penempatan masing-masing batu pada lapisan pertama. - Batu besar pilihan harus digunakan untuk lapisan dasar dan pada sudut-sudut. - Batu yang dipasang harus dihampar dengan muka yang terpanjang mendatar dan muka yang tampak harus dipasang sejajar. - Peralatan yang cocok harus disediakan utnuk memasang batu yang lebih besar dari yang dapat ditangani oleh dua orang. Menggelindingkan atau menggulingkan batu pada pekerjaan yang baru dipasang tidak diperkenankan. - Batu harus tertanam dengan kuat satu dengan yang lainnya untuk mendapatkan tebal yang diperlukan dari lapisan yang diukur tegak lurus terhadap lereng. Tambahan aduk mengisi rongga yang ada diantara batu-batu dan harus diakhiri hampir rata dengan permukaan lapisan tetapi tidak menutupi batunya dengan menggunakan perekat 1 pc : 4 pc. - Pekerjaan harus dimulai dari dasar lereng kearah atas, dan permukaan harus diakhiri segera setelah pengerasan awal dan aduk dengan menyapunya dengan sapu yang kaku. - Lereng yang bersebelahan dengan batu harus diratakan dan dibentuk untuk menjamin pertemuan yang baik dengan pekerjaan pasangan batu sehingga memungkinkan untuk drainase tang tidak menghambat dan mencegah gerusan pada tepi perkerasan. - Pasangan yang dihasilkan harus kokoh / masif ( tidak berongga ), untuk itu semua rongga diantara batu kali harus terisi campuran. - Setiap jarak 20 meter sepanjang saluran dibuatkan celah delatasi tegak dari puncak saluran sampai dasar saluran
b) PEKERJAAN PLESTERAN HALUS / SIARAN
Umum 1. Pekerjaan ini harus mencakup pembangunan dari struktur yang ditunjukan pada gambar atau seperti yang diperintahkan oleh Direksi. 2. Pekerjaan ini juga mencakup pembuatan benangan 3. Ukuran/dimensi pasangan, elevasi serta kelandaian sesuai dengan gambar rencana.
Bahan Bahan o Semen PC 50 Kg o Pasir Pasang o Air Bersih
86
RENCANA KERJA DAN SYARAT- SYARAT ( RKS)
Mutu Bahan 1. Semen PC Batu Kali yang digunakan adalah : - Jenis Portland Cement (PC) produksi dalam negeri yang memenuhi persyaratan yang berlaku di Indonesia. - Semen tidak boleh disimpan terlalu lama dan yang telah menggumpal atau membatu tidak boleh dipakai dan harus disingkirkan. - Penyimpanan harus mengikuti spesifikasi serta diletakkan sedemikian rupa sehingga mudah untuk diperiksa dan diambil
2. Pasir Pasang Pasir Pasang yang digunakan adalah : - Pasir tersebut terdiri dari butir butir yang bersih dari segala kotoran. - Pasir tersebut tidak mengandung lempung atau unsur organik atau non organic lainya. 3. Air Bersih Air yang digunakan dalam campuran harus bersih, bebas dari benda benda yang mengganggu seperti minyak, garam, asam, basa, busa, gula atau organic lainnya. Air yang diketahui dapat diminum juga dapat dipakai. Prosedur Pelaksanaan Adukan terdiri dari material Semen, Pasir Pasang, dan Air 1. Seluruh material tadi ( kecuali air ), harus dicampur, baik dalam kotak yang rapat atau dalam alat pencampuradukan yang telah disetujui, hingga campuran telah berwarna merata, baru sesudahnya air ditambahkan dan pencampuran dilanjutkan selama lima sampai sepuluh menit. Jumlah air harus sedemikian hingga guna menghasilkan adukan dengan konsistensi ( kekentalan ) yang diperlukan tetapi tidak boleh melebihi 70 % dari berat semen yang digunakan. 2. Adukan dicampur hanya dalam kwantitas yang diperlukan untuk penggunaan langsung. Jika perlu, adukan boleh diaduk kembali dengan air dalam waktu 30 menit dari proses pengadukan awal. Pengadukan kemlbali setelah waktu tersebut tidak boleh dilakukan. 3. Adukan yang tidak digunakan dalam 45 menit setelah air ditambahkan harus di buang. 4. Sebelum permukaan bidang pasangan batu diplester terlebih dahulu bidang yang akan diplester harus dibersihkan dari segala macam kotoran. Bidang-bidang yang telah bersih kemudian disiram dengan air sampai rata dan jenuh baru kemudian diplester. Plesteran tebal 1,5 cm terdiri dari campuran 1 Pc: 3 Ps dengan menggunakan pasir pasang yang telah diayak . 5. Pertemuan bidang plesteran vertikal dan horizontal harus lurus, rata (tidak bergelombang) dan tidak retak. 6. Untuk menghasilkan campuran yang homogen (merata), pengadukan harus menggunakan Concrete Mixer / Molen dengan kapasitas 350 l. 7. Komposisi Campuran menggunakan 1 Pc : 3 Ps, yaitu 1 bagian semen dicampur dengan 3 bagian Pasir Pasang, dalam pelaksanaan dilapangan kontraktor harus membuat kotak takaran dari kayu dengan ukuran yang sama. 8. Pada bagian sudut atas plesteran dibuatkan benangan sepanjang saluran, benangan harus tajam dan lurus serta tidak mudah terkelupas. Tebal plesteran adalah 1.5 cm
c) PEKERJAAN BETON CASH IN SITU
Pekerjaan Struktur Beton Pekerjaan ini meliputi pekerjaan Plat injak dan kolom beton, Dinding Beton yang merupakan struktur sekunder Saluran.
Pekerjaan Tulangan Umum. Seluruh pekerjaan tulangan yang dilaksanakan menurut spesifikasi ini dan seluruh maksud yang bertalian yang mungkin ditentukan oleh Direksi. Harus terdiri dari bahan-bahan yang 87
RENCANA KERJA DAN SYARAT- SYARAT ( RKS)
diperinci disini. Syarat-syarat dan ketentuan yang dinyatakan disini akan berlaku untuk semua pekerjaan tulangan, kecuali ada ketentuan lain dari Direksi untuk pekerjaan tertentu.
Material ( Baja Tulangan ) Besi yang dipakai adalah besi Tulangan dengan diameter sesuai dengan yang sisyaratkan, ada pada gambar perncanaan. Untuk mendapatkan jaminan akan kualitas besi yang diminta, Kontraktor diwajibkan untuk memperlihatkan data katalog tentang sertifikasi besi tulangan yang didapatkan dari supplier.
Pembengkokan dan Pelaksanaan 1. Semua tulangan di bentuk sesuai dengan bentuk dan ukuran seperti tercantum dalam gambar dan mengikuti syarat - syarat dalam P.B.I dan diletakkan sesuai dengan gambar dengan memperhatikan selimut beton yang tetap. 2. Tulangan yang mempunyai cacat atau pembengkokan yang tidak sesuai dengan gambar tidak boleh digunakan. Bila terdapat radius tertentu untuk bengkokan atau hook harus dibuat sekeliling paku yang mempunyai diameter empat (4) kali dari tulangan yang akan dibengkok. 3. Kawat baja digunakan untuk mengikat tulangan hendaknya mempunyai diameter tidak lebih kecil dari 1, 6 mm dengan ikatan dari kawat harus dimasukkan dalam penampung beton Beugel-beugel harus diikat pada tulangan utama dan jaraknya harus sesuai dengan gambar. Tulangan tidak boleh disokong diatas tulangan baja yang keluar dari permukaan beton, diatas sokongan kayu atau tidak juga diatas agregat kasar 4. Precast mortar spacing block hendaknya digunakan untuk penahan jarak yang tepat terhadap tulangan dan minimum mempunyai kekuatan beton yang akan dicor. 5. Bentuknya harus dibuat sepraktis mungkin dalam penggunaannya. Precast mortar spacing block ini hendaknya dibuat dengan kawat baja dicor bersama-sama, maksudnya untuk mengikatnya pada tulangan. 6. Sebelum digunakan harus direndam dahulu dalam air. Sebelum pengecoran, semua penulangan harus betul-betul bersih dari semua kotoran-kotoran. 7. Penulangan yang ditempatkan pada suatu penampang dari pekerjaan harus disetujui oleh Direksi, sebelum beton dicor pada penampang tersebut. 8. Harap diperhatikan sebelum pengecoran dimulai harus diberikan waktu yang cukup untuk pemeriksaan.
Pekerjaan Bekesting Umum Pekerjaan ini adalah pembuatan begesting-begesting untuk cetakan konstruksi beton. Dan dikerjakan menurut spesifikasi ini dan seluruh maksud yang bertalian yang mungkin ditentukan oleh Direksi.
Bahan-bahan Kayu Papan / Multipleks Kayu papan atau multipleks yang digunakan harus sesuai dengan syarat-syarat dan spesifikasi yang telah ditentukan atau menurut petunjuk Direksi.
Pelaksanaan. 1. Begesting-begesting tidak boleh bocor dan cukup untuk mencegah perpindahan tempat atau kelongsoran dari penyangga. Permukaan Bekesting harus halus dan rata, tidak boleh melendut. Sambungan-sambungan pada begesting harus diusahakan lurus dan rata dalam arah horisontal dan vertikal. 2. Bout-bout dan tierod yang diperlukan untuk ikatan-ikatan dalan beton harus diatur sedemikian sehingga bila begesting dibongkar kembali, maka semua besi tulangan harus berada 4 cm dari permukaan beton. 3. Semua begesting harus dibersihkan sebelum dipergunakan kembali. Pekerjaan harus sedemikian rupa sehingga tidak akan terjadi kemungkinan adanya beton yang keropos dan lain-lain kerusakan beton. 4. Semua sisipan, deretan paku-paku, celah angker, dan lain-lain harus dibuat didalam beton. 88
RENCANA KERJA DAN SYARAT- SYARAT ( RKS)
5. Segara sebelum beton dicor pada beberapa bagian dari begesting, bagian dalam dari bagian itu harus dibersihkan dari semua material lain, termasuk air. 6. Tiap-tiap bagian dari begesting, bagian-bagian yang strukturil harus diperiksa oleh Direksi segera sebelum beton dicor pada bagian itu. 7. Pelapisan (coating) ; Sebelum pemasangan besi beton bertulang, begesting yang dipergunakan untuk beton yang tidak perlu diplester lagi (exposed concrete) harus dilapisi dengan minyak yang tidak meninggalkan bekas pada beton. 8. Begesting untuk beton biasa (yang perlu diplester lagi permukaannya) harus dibasahi air dengan seksama sabagai pengganti minyak segera sebelum dicor. 9. Pembongkaran Begesting ; Bangunan tidak boleh mengalami perubahan bentuk, kerusakan atau pembebanan yang melebihi beban rencana dengan adanya pembongkaran begesting pada beton. 10. Pertanggungan jawab atas keselamatan pada waktu pembongkaran tiap bagian begesting atau penyangga berada dipihak pemborong. Waktu minimum untuk pembongkaran begesting ; Waktu minimum dari saat selesainya pengecoran beton sampai dengan pembongkaran begesting dari bagian bagian struktur harus ditentukan dari percobaan kubus benda uji yang memberikan kuat desak minimum seperti tercantum pada daftar atau sebagai berikut :
BAGIAN STRUKTUR WAKTU MINIMUM PEMBONGKARAN BEGESTING ( HARI )
Sisi balok dan dinding Penyangga pelat lantai Penyangga balok
3 21 21
Pekerjaan Beton Umum 1. Semua beton yang dikehendaki untuk digunakan bagi semua bangunan instalasi pengolahan lumpur tinja yang akan dikerjakan dengan spesifikasi ini dan untuk semua maksud yang berhubungan dan sebagaimana diminta oleh Direksi harus diperinci dari bahan-bahan yang diperinci disini dan harus dicampur dengan perbandingan yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang disebut di sini. 2. Setiap syarat dan ketentuan yang tidak termaktub di sini harus sesuai dengan Standar Indonesia untuk beton SNI 2002
Bahan 1. Semua portland harus sesuai dengan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan dalam semen portland. 2. Semua besi beton harus sesuai dengan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan tentang besi beton. 3. Semua pasir dan agregat kasar yang digunakan dalam beton, spesi/mortel dan spesi injeksi dalam spesifikasi ini harus disediakan oleh Kontraktor sesuai dengan syarat-syarat yang sudah diterangkan 4. Air yang dipakai harus sesuai dengan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan di depan.
Kelas dan Mutu Beton Kelas dan mutu dari beton harus sesuai dengan Standar Peraturan Beton SNI 2002, menurut tabel di bawah ini.
89
RENCANA KERJA DAN SYARAT- SYARAT ( RKS)
Tabel Standar Mutu Dan Kelas Beton Mutu dan Kelas Beton
Kls Mutu bk Kg/cm 2
bm Kg/cm 2
Kategori Dari Bangunan (tujuan) Pengawasan terhadap
Kualitas Agregat Kekuatan Tekanan I Bo - - Non Strukturil Pemeriksaan dengan mata Tidak ada Pengujian II Bl - - Strukturil Pemeriksaan dengan teliti Tidak ada Pengujian K125 125 200 Strukturil Pengujian mendetail dengan analisa meyakinkan Pengujian akan diadakan K175 175 250 Strukturil Pengujian mendetail dengan analisa meyakinkan Pengujian akan diadakan K225 225 300 Strukturil Pengujian mendetail dengan analisa meyakinkan Pengujian akan diadakan III K250 250 300 Strukturil Pengujian mendetail dengan analisa meyakinkan Pengujian akan diadakan
Dilakukan pengujian kekuatan tekan beton yang diperoleh dari pemeriksaan benda uji kubus pada umur 28 hari.
Pencampuran dan Pengecoran Beton. Komposisi/Campuran Beton 1. Beton harus dibentuk dari semen portland, pasir, kerikil/batu pecah, air seperti yang ditentukan sebelumnya, semuanya dicampur dalam perbandingan yang serasi dan diolah sebaik-baiknya sampai pada kekentalan yang tepat/baik. 2. Untuk beton mutu Bo campuran yang biasa untuk pekerjaan non struktural dipakai perbandingan dari semen portland, terhadap pasir dan agregat kasar tidak boleh kurang dari 1 : 8. Banyaknya semen untuk tiap m3 sedikitnya harus 384 kg. 3. Untuk beton mutu K 250, campuran nominal dari semen Portland, pasir dan kerikil/batu pecahan harus digunakan dengan perbandingan volume 1 : 2 : 3 atau banyaknya semen untuk tiap m3 beton minimum harus sampai 384 kg. 4. Untuk mutu beton lainnya yang lebih tinggi harus dipakai campuran yang direncanakan (designed mix). Campuran yang direncanakan diketemukan dari percobaan-percobaan campuran yang memenuhi kekuatan karakteristik yang disyaratkan. Banyaknya semen untuk tiap m3 beton paling tidak harus 384 kg. 5. Tingkat agregat yang kasar untuk kelas II - derajat K.125 dan untuk kelas II- derajat K.175 - beton harus berada dalam batas yang telah ditentukan di atas dan Kontraktor harus memperoleh derajat yang patut apabila perlu akan dites oleh Direksi, dengan mengkombinir ukuran agregat yang proporsionil, agar supaya diperoleh derajat yang sepatutnya. 6. Perbandingan antara bahan-bahan pembentuk beton yang dipakai untuk berbagai pekerjaan (sesuai kelas mutu) harus dipakai dari waktu ke waktu selama berjalannya pekerjaan, demikian juga pemeriksaan terhadap agregat dan beton yang dihasilkan. 7. Perbandingan campuran dan faktor air semen yang tepat akan ditetapkan atas dasar beton yang dihasilkan, juga mempunyai kepadatan yang tepat, kekedapan, awet dan kekuatan yang dikehendaki, dengan tidak memakai semen terlalu banyak. 90
RENCANA KERJA DAN SYARAT- SYARAT ( RKS)
8. Faktor air semen dari beton (tidak terhitung air yang dihisap oleh agregat) tidak boleh melampaui 0,55 (dari beratnya) untuk kelas III dan jangan melampaui 0,60 (dari beratnya) untuk kelas lainlainnya. Pengujian dari beton akan dilakukan oleh Direksi dan perbandingan-perbandingan campuran harus diubah jika perlu untuk tujuan atau penghematan yang dikehendaki, kegairahan bekerja, kepadatan, kekedapan, awet atau kekuatan dan Kontraktor tidak berhak atas penambahan konpensasi disebabkan perubahan yang demikian.
Perlengkapan Mengaduk Kontraktor harus menyediakan peralatan dan perlengkapan yang mempunyai ketelitian yang cukup untuk menetapkan dan mengawasi jumlah dari masing-masing bahan pembentukan beton. Perlengkapan-perlengkapan tersebut dan cara pengerjaannya selalu harus mendapatkan persetujuan Direksi.
Mengaduk 1. Bahan-bahan pembentukan beton harus dicampur dan diaduk dalam mesin pengaduk beton yaitu Batch Mixer atau Portable Continuous Mixer selama sedikitnya 1 menit sesudah semua bahan (kecuali untuk air dalam jumlah yang penuh) ada dalam mixer. Waktu pengadukan ditambah, bila mesin pengaduk berkapasitas lebih besar dari 1,5 m3, Direksi berwenang untuk menambah waktu pengadukan jika pemasukan bahan dan cara pengadukan gagal untuk mendapatkan hasil adukan dengan susunan kekentalan dan warna yang merata/seragam. Beton harus seragam dalam komposisi dan konsistensi dari adukan ke adukan, kecuali bila dimintakan adanya perubahan dalam komposisi atau konsistensi. Air harus dituangkan lebih dahulu dan selama pekerjaan mencampur. Pengadukan yang berlebih-lebihan (lamanya) yang membutuhkan penambahan air untuk mendapatkan konsistensi beton yang dikehendaki tidak diperkenankan. 2. Pencampuran dengan tangan diperkenankan apabila pada lokasi-lokasi tertentu sebuah Portable Mixer tak mungkin dipergunakan menurut pandangan Direksi. Untuk mempermudah pencampuran ini Kontraktor akan membuat beton masif dengan ketebalan tidak kurang dari 5 cm, licin, rata dengan luas 2 cm2, diliputi dengan parapet setinggi 10 cm. 3. Penutup saluran dari beton harus dicor pada tempat lain yang berdekatan dengan lokasi, tidak boleh dicor langsung pada saluran.
Suhu Suhu beton sewaktu dicor/dituang, tidak boleh lebih dari 32 Celcius dan tidak kurang dari 4,5 C. Bila suhu dari beton yang ditaruh berada antara 27 C dan 32 C, beton harus diaduk ditempat pekerjaan untuk kemudian langsung dicor. Bila beton melebihi 32 C, sebagai yang ditetapkan oleh Direksi, Kontraktor harus mengambil langkah-langkah yang efektif, misalnya mendinginkan agregat dengan mencampur air dan mengecor pada waktu malam hari bila perlu, mempertahankan suhu beton, untuk dicor pada suhu dibawah 32 C.
Cetakan Beton 1. Cetakan haruslah sesuai dengan berbagai bentuk, bidang-bidang, batas-batas dan ukuran dari hasil beton yang diinginkan sebagaimana pada gambar-gambar yang diusulkan oleh Kontraktor dan yang sudah disetujui oleh Direksi. 2. Cetakan untuk mencetak beton dan membuatnya menurut model yang dikehendaki harus digunakan bila perlu. Cetakan dapat dibuat dari lembaran Plywood, papan yang diserut/ diketam rata dan halus, dalam keadaan baik sebagaimana dikehendaki untuk menghasilkan permukaan yang sempurna seperti terperinci disini. 3. Permukaan yang rata dari beton adalah yang dikehendaki dimanapun juga baik saluran drinase ataupun tutup beton. Cetakan untuk permukaan yang demikian dapat dibuat dari kayu dan harus didalam segala hal benar-benar berbentuk dan berukuran yang dikehendaki dan harus berkekuatan dan berkakuan yang tetap pada tempat dan bentuknya selama pembebanan dan berlangsungnya pekerjaan vibrasi pemadatan beton. Semua percetakan kayu harus diketam rata/digosok dengan kertas pasir untuk menghilangkan tanda-tanda bekas dari cetakan sejauh hal ini dapat dikerjakan. Usaha yang sesuai dan efektif harus dikerahkan dalam pekerjaan cetakan untuk menguatkan pinggiran batas dan 91
RENCANA KERJA DAN SYARAT- SYARAT ( RKS)
ujung lainnya dalam arah yang tepat untuk menghindari terbentuknya pelengkungan- pelengkungan sisi-sisi pinggiran tersebut atau kerusakan-kerusakan permukaan beton yang telah diselesaikan. 4. Semua cetakan yang dibangun harus teguh. Alat-alat dan usaha-usaha yang sesuai dan cocok untuk membuka cetakan-cetakan tanpa merusak permukaan dari beton yang selesai harus tersedia. Sebelum beton dicor, permukaan dari cetakan-cetakan harus diminyaki dengan minyak yang biasa diperdagangkan yang mencegah secara efektif lekatnya beton, semua material untuk melepaskan lekatan harus dipakai hanya setelah disetujui oleh Direksi. Penggunaan minyak cetakan harus berhati-hati untuk kontak dengan besi beton yang mengakibatkan kurangnya daya lekat. 5. Semua cetakan harus betul-betul teliti dan kuat kedudukannya sehingga tidak ada perubahan atau gerakan lain selama penuangan beton. Penyangga cetakan (perancah) harus bersandar pada pondasi yang baik sehingga tidak akan ada kemungkinan penurunan cetakan selama pelaksanaan. 6. Pada pekerjaan saluran longsor harus dalam daerah yang kering maka harus dibatasi dengan cofferdam diudik dan di hilir, serta disediakan pompa untuk memompa air rembesan dari cofferdam. Air yang setiap hari mengalir harus dialihkan lewat talang diatas aluran yang akan dibangun.
Pengecoran 1. Beton tidak boleh dicor sebelum semua pekerjaan cetakan, baja tulangan beton, penyokongan dan pengikatan dan penyiapan-penyiapan permukaan yang berhubungan dengan pengecoran yang telah disetujui oleh Direksi. 2. Segera sebelum pengecoran beton, semua permukaan pada tempat pengecoran (cetakan, lantai kerja) harus bersih dari air yang menggenang, reruntuhan atau bahan lepas. 3. Permukaan-permukaan beton yang lebih dahulu dicor pada mana beton baru akan dicor, permukaan mana telah begitu mengeras sehingga beton baru tidak akan berpadu dengan sempurna, ditentukan disini, sebagai Construction Joints (hubungan konstruksi/pelaksana). Permukaan-permukaan Construction Joints harus bersih dan lembab ketika ditutup dengan beton baru atau adukan. Pembersihan harus berupa pembuangan semua kotoran, beton-beton yang mengelupas atau rusak, bahan-bahan asing yang menutupinya. Permukaan-permukaan Construction Joints harus dibersihkan dengan cara-cara yang disetujui dan kemudian dicuci seluruhnya dengan penyemprotan air dengan tekanan udara segera sebelum pengecoran beton baru. Pembersihan dan pencucian harus dilaksanakan pada kesempatan terakhir dari pengecoran beton. Semua genangan- genangan air harus dibuang dari permukaan Construction Joints sebelum beton baru dicor. 4. Cara-cara dan alat-alat yang digunakan untuk pengangkutan beton harus sedemikian sehingga beton dengan komposisi dan kekentalan yang diinginkan dapat dibawa ke tempat pekerjaan tanpa adanya pemisahan dan kehilangan bahan yang menyebabkan perubahan nilai slump. 5. Beton dicor hanya pada waktu Direksi atau wakilnya yang ditunjuk serta pengawas Kontraktor yang setaraf ada ditempat kerja. Setelah permukaan disiapkan baik-baik, permukaan Construction Joints dimana beton baru akan dicorkan harus dilapisi dengan penutup yang terbuat dari adukan semen (air hasta semen) atau ditutup dengan lapisan spesi/mortar harus mempunyai perbandingan semen dan pasir seperti campuran beton yang bersangkutan kecuali ditentukan lain, demikian juga konsistensinya. 6. Beton harus dicor pada adukan yang baru (fresh). Dalam pengecoran beton pada Construction Joints yang telah terbentuk, penjagaan khusus harus dijalankan untuk menjamin agar beton yang baru menjadi rapat betul dengan permukaan joints (sambungan) dengan Pembobokan dan peralatan dengan memakai alat-alat yang cocok. 7. Pencampuran/penumbukan kembali beton tidak diperkenankan. 8. Beton yang sudah mengeras dalam hal mana pengecoran yang tepat tidak mungkin dijamin harus dibuang dan tidak dibayar untuk pekerjaan terbuang semacam itu. Transportasi dari pengadukan sampai pengecoran beton jangan terlalu jauh sehingga memungkinkan pemisahan bahan dan pengerasan beton. 9. Kecuali ada penyetopan/pemotongan oleh hubungan/joints, semua penuangan beton harus selalu kira-kira berlapis-lapis horizontal dan umumnya tebalnya tidak lebih dari 50 cm. 92
RENCANA KERJA DAN SYARAT- SYARAT ( RKS)
Direksi mempunyai hak untuk mengurangi tebal tersebut apabila pengecoran dengan tebal lapisanlapisan 50 cm tidak dapat memenuhi spesifikasi-spesifikasi ini. 10. Pengecoran beton tidak diperkenankan selama hujan deras atau lama sedemikian sehingga spesi/ mortar terpisah dari agregat kasar. Selama hujan air semen atau spesi tidak boleh dihamparkan pada construction joints dan air semen atau spesi yang hanyut dan terhampar harus dibuang dan diganti sebelum pekerjaan dilanjutkan. Suatu pengecoran tersebut tidak boleh terputus sebelum bagian tersebut selesai. 11. Ember-ember/bocket beton yang dipakai harus sanggup menuang dengan tepat pada slump yang rendah dan memenuhi syarat-syarat campuran pada mana mekanisme pembuangan harus dibuat dengan kapasitas sedikitnya 0,35 m3 sekali tuang. Ember beton harus mudah untuk diangkat/ diletakkan dengan alat-alat lainnya dimana diperlukan terutama bagi lokasi-lokasi yang terbatas. 12. Keadaan construction joints harus mendekati horizontal jika tidak ada ketentuan lain dari yang ditunjukkan pada gambar atau diperintahkan oleh Direksi. 13. Setiap lapisan beton harus dipadatkan sampai kepadatan maksimum yang mungkin, sehingga ia bebas dari kantong-kantong kerikil, dan menutup rapat-rapat pada semua permukaanpermukaan dari cetakan dan material yang dilekatkan. Dalam pemadatan setiap lapisan dari beton, kepala, alat penggetar (vibrator) harus dapat menenmbus dan menggetarkan kembali beton pada bagian atas dari lapisan yang terletak dibawah. Semua beton harus dipadatkan dengan alat penggetar type immersion beroperasi dengan kecepatan paling sedikit 7000 putaran per menit ketika dbenamkan dalam beton.
Pembukaan Cetakan dan Pemeliharaan. Waktu dan Cara-cara Pembukaan Cetakan 1. Waktu dan cara pembukaan dan pemindahan cetakan harus dikerjakan dengan hati-hati untuk menghindarkan kerusakan pada beton. Beton yang masih muda tidak diijinkan untuk dibenahi. Beton yang baru dibuka cetakannya diperlihatkan kepada Direksi untuk dinilai kualitas pengecorannya, beton yang hasilnya banyak keropos sampai tulangan terlihat, maka harus mendapatkan penanganan tersendiri atas petunjuk Direksi. 2. Umumnya, diperlukan waktu minimum dua hari sebelum cetakan dibuka untuk dinding- dinding yang tidak bermuatan dan cetakan-cetakan samping lainnya; tujuh hari untuk dinding-dinding pemikul dan saluran-saluran, 14 hari untuk dek-dek jembatan atau gorong-gorong jalan.
Perawatan 1. Semua beton harus dirawat (cured) dengan air seperti ditentukan disini. Direksi berhak menentukan cara perawatan bagaimana yang harus digunakan pada bagian-bagian pekerjaan. 2. Beton harus tetap basah paling sedikit 14 hari terus menerus (segera setelah beton cukup keras untuk mencegah kerusakan) dengan cara menutupnya dengan bahan yang dibasahi air atau cara-cara yang disetujui yang akan menjaga agar permukaan selalu basah. 3. Air yang digunakan dalam perawatan (curing) harus memenuhi maksud-maksud spesifikasispesifikasi air untuk campuran beton.
Perlindungan (Protection) Kontraktor harus melindungi semua beton terhadap kerusakan-kerusakan sebelum penerimaan terakhir oleh Direksi. Permukaan beton yang terbuka harus dilindungi terhadap sinar-sinar matahari yang langsung paling sedikit 3 hari sesudah pengecoran. Perlindungan semacam itu dibuat efektif dan secepatnya dilaksanakan sesudah pengecoran beton atau sesudah pembukaan cetakancetakan.
Penyelesaian-penyelesaian dan Penyempurnaan 1. Penyempurnaan permukaan-permukaan beton harus dilaksanakan oleh tukang yang ahli dan disaksikan oleh Direksi. Permukaan-permukaan beton akan diuji/ ditest oleh Direksi dimana perlu untuk menentukan apakah ketidakteraturan permukaan berada dalam batas- batas yang ditentukan disini. Ketidakteraturan digolongkan sebagai sekonyong-konyong (abrupt) atau lambat laun (gradual). 93
RENCANA KERJA DAN SYARAT- SYARAT ( RKS)
2. Offset yang disebabkan oleh pemindahan atau penempatan cetakan yang salah yang membentuk garis-garis, yang disebabkan mata kayu lepas pada cetakan atau kerusakan lain dari kayu, akan dianggap sebagai ketidakteraturan yang sekonyong-sekonyong (abrupt) dan akan diuji dengan menggunakan pengukuran langsung. Semua ketidakteraturan lainnya dapat dianggap sebagai ketidakteraturan yang gradual dan akan diperiksa dengan teliti oleh Direksi, kalau perlu dengan menggunakan peralatan pengetesan beton. Sebelum menerima pekerjaannya, Kontraktor harus membersihkan semua permukaan yang terbuka dari kerak- kerak dan kotoran yang lainnya.
Perbaikan Permukaan Beton 1. Bila sesudah pembukaan cetakan ada beton yang tidak tercetak menurut gambar atau diluar garis atau permukaan tidak rata atau keropos, ternyata ada permukaan yang rusak atau keluar dari garis, hal itu dianggap sebagai tidak sesuai dengan spesifikasi ini. Ketidaksesuaiannya akan mendapat penilaian tersendiri yang akan diberikan oleh Direksi dan kalau Direksi memerintahkan untuk dibongkar maka beton harus dibuang dan diganti oleh Kontraktor atas bebannya sendiri kecuali bila Direksi memberikan ijinnya untuk menambal tempat yang rusak, dalam hal mana penambalan harus dikerjakan seperti yang telah tercantum dalam pasal-pasal berikut. 2. Kerusakan yang memerlukan pembongkaran dan perbaikan ialah yang terdiri dari sarang kerikil, kerusakan karena cetakan, lobang-lobang karena keropos, lubang-lubang baut, ketidakrataan oleh pengaruh sambungan-sambungan cetakan, dan bergeraknya cetakan. Ketidakrataan dan bengkok harus dibuang dengan pemahat atau dengan alat lain dan seterusnya digosok dengan batu gerinda. Semua lubang harus terus menerus dibasahi selama 24 jam sebelum dicor dan seterusnya disempurnakan. 3. Jika menurut pendapat Direksi Hal-hal yang tidak sempurna pada bagian bangunan- bangunan yang akan terlihat sedemikian, sehingga dengan penambalan saja tidak akan menghasilkan sebuah dinding yang tidak memuaskan kelihatannya, Kontraktor diwajibkan untuk menutupi seluruh dinding (dengan spesi plester), sesuai dengan instruksi dari Direksi. 4. Cacat lubang-lubang tempat cukilan dari sarang kerikil atau keropos kecil yang akan diperbaiki, harus diisi dengan spesi/ mortel tambalan yang kering yang disusun dari satu bagian semen Portland dengan dua bagian pasir beton bersama dengan bahan pengisi yang tidak susut, yang disetujui oleh Direksi, dalam jumlah yang diperinci oleh pabrik dan dengan air yang cukup sehingga sesudah bahanbahan spesi dicampur akan melekat satu sama lain dan apabila diremas-remas menjadi bola dan ditekan dengan tangan tidak akan mengeluarkan air. Spesi penambal harus dikerjakan dengan lapisan-lapisan yang tipis dan selalu dipadatkan dengan alat yang cocok.
94
RENCANA KERJA DAN SYARAT- SYARAT ( RKS)
a. BOX CULVERT Menggunakan mutu Beton K 400 dengan ukuran sesuai gambar (SHOP DRAWING)
95
RENCANA KERJA DAN SYARAT- SYARAT ( RKS)
a) PEMBERSIHAN LOKASI Yang termasuk dalam pekerjaan ini adalah pembersihan lingkungan area kerja selama proyek berlangsung termasuk material yang harus dibuang dari areal lokasi pekerjaan sesuai dengan petunjuk Direksi pekerjaan.Setelah pelaksanaan pekerjaan selesai semua, lokasi areal pekerjaan juga harus dibersihkan dari sisa-sisa semua material yang tidak terpakai, serta areal diratakan dan dirapikan kembali. Semua biaya yang timbul akibat pekerjaan sepenuhnya menjadi tanggung jawab dan beban Kontraktor, serta sudah harus diperhitungkan termasuk Overhead pada analisa harga satuan pekerjaan b) QUALITY CONTROL Yang termasuk dalam pekerjaan ini adalah : 1. Kontraktor melakukan tes tarik besi 2. Kontraktor melakukan uji CBR (tes daya dukung tanah) minimal 40% 3. Kontraktor melakukan uji tekan beton K 350 / 400 di laboratorium yang ditunjuk oleh instansi terkait c) PEMELIHARAAN BANGUNAN SEBELUM PENYERAHAN KEDUA Masa pemeliharaan yang masih menjadi tanggung jawab Kontraktor sepenuhnya antara lain: 1. Keamanan dan penjagaan 2. Penyempurnaan dan pemeliharaan. 3. Pembersihan 4. Penyerahan kedua dapat dilaksanakan apabila kontraktor telah melaksanakan kewajiban pada masa pemeliharaan 5. Selama masa pemeliharaan, kontraktor pelaksana diwajibkan membuat laporan berkala yang berisi kondisi bangunan / saluran (yang selesai dibangun ) serta laporan pekerjaan perbaikan bila ada bangunan yang rusak. Laporan tersebut dibuat dengan persetujuan / diketahui pihak pengawas lapangan / direksi dan konsultan pengawas.