5.laporan Revisi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 44

[ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN] TEKNIK SIPIL

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan. AMDAL ini dibuat saat perencanaan suatu proyek yang diperkirakan akan memberikan pengaruh terhadap lingkungan hidup di sekitarnya. Yang dimaksud lingkungan hidup di sini adalah aspek Abiotik, Biotik, dan Kultural. Untuk pengawasan suatu aktifitas manusia yang akan berpengaruh terhadap lingkungan, diperlukan peraturan-peraturan dan pengawasan agar aktifitas tersebut bisa tetap berjalan dan terus menghasilkan keuntungan tetapi tidak merusak atau merugikan lingkungan disekitarnya maka kita harus memahami tentang peraturan-peraturan AMDAL dan UKL-UPL agar nanti saat proyek suatu rencana/kegiatan dapat memahami apakah rencana/kegiatan tersebut memenuhi syarat peraturannya atau tidak.. Pemerintah mengatur pengawasan aktifitas masyarakat, baik dalam

pembangunan maupun pengoprasian suatu fasilitas yang dapat mempengaruhi kondisi lingkungan dalam ketentuan yang tertuang dalam AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) dan UKL (Upaya Pengelolaan Lingkungan) UPL (Upaya Pemantauan Lingkungan). 1.2 Tujuan Penulisan a. Agar dapat memahami peraturan dalam AMDAL. b. Agar dapat memahami peraturan dalam UKL-UPL.

KELOMPOK 3 | [Pemahaman Peraturan dalam AMDAL dan UKL-UPL]

[ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN] TEKNIK SIPIL

1.3 Sistematika Penulisan BAB I. PENDAHULUAN Membahas latar belakang, tujuan penulisan, dan sistematika penulisan. BAB II. KONSEP DASAR PERATURAN AMDAL dan UKL-UPL Membahas tentang pemahaman dan konsep dasar dari AMDAL BAB III. PEMAHAMAN PERATURAN AMDAL dan UKL-UPL Membahas tentang pemahaman Peraturan AMDAL dan UKL-UPL BAB IV. PENUTUP Membahas kesimpulan dan saran dari hasil pembahasan pemahaman dari peraturan AMDAL dan UKL-UPL

KELOMPOK 3 | [Pemahaman Peraturan dalam AMDAL dan UKL-UPL]

[ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN] TEKNIK SIPIL

BAB II PEMAHAMAN AMDAL 2.1 Pengertian AMDAL AMDAL adalah singkatan dari Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup disebutkan bahwa amdal merupakan kajian mengenai dampak besar dan penting untuk pengambilan keputusan suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan. Amdal sendiri merupakan suatu kajian mengenai dampak positif dan negatif dari suatu rencana kegiatan / proyek, yang dipakai pemerintah dalam memutuskan apakah suatu kegiatan/proyek layak atau tidak layak lingkungan. Kajian dampak positif dan negatif tersebut biasanya disusun dengan

mempertimbangkan aspek fisik, kimia, biologi, sosial-ekonomi, sosial-budaya, dan kesehatan masyarakat. Suatu rencana kegiatan dapat dinyatakan tidak layak lingkungan, jika berdasarkan hasil kajian amdal, dampak negatif yang timbulkannya tidak dapat ditanggulangi oleh teknologi yang tersedia. Demikian juga, jika biaya yang diperlukan untuk menanggulangi dampak negatif lebih besar daripada manfaat dari dampak positif yang akan ditimbulkan, maka rencana kegiatan tersebut dinyatakan tidak layak lingkungan. Suatu rencana kegiatan yang diputuskan tidak layak lingkungan tidak dapat dilanjutkan pembangunannya. Bentuk hasil kajian amdal berupa dokumen amdal yang terdiri dari 5 (lima) dokumen, yaitu: Dokumen Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup (KAAndal) Dokumen Analisis Dampak Lingkungan Hidup (Andal) Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) Dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) Dokumen Ringkasan Eksekutif

KELOMPOK 3 | [Pemahaman Peraturan dalam AMDAL dan UKL-UPL]

[ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN] TEKNIK SIPIL

a. Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup (KAAndal): KA-Andal adalah suatu dokumen yang berisi tentang ruang lingkup serta kedalaman kajian ANDAL. Ruang lingkup kajian ANDAL meliputi penentuan dampak-dampak penting yang akan dikaji secara lebih mendalam dalam Andal dan batas-batas studi Andal. Sedangkan kedalaman studi berkaitan dengan penentuan metodologi yang akan digunakan untuk mengkaji dampak. Penentuan ruang lingkup dan kedalaman kajian ini merupakan kesepakatan antara Pemrakarsa Kegiatan dan Komisi Penilai Amdal melalui proses yang disebut dengan proses pelingkupan. b. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (Andal): Andal adalah dokumen yang berisi telaahan secara cermat terhadap dampak penting dari suatu rencana kegiatan. Dampak-dampak penting yang telah diindetifi kasi di dalam dokumen KA-Andal kemudian ditelaah secara lebih cermat dengan menggunakan metodologi yang telah disepakati. Telaah ini bertujuan untuk menentukan besaran dampak. Setelah besaran dampak diketahui, selanjutnya dilakukan penentuan sifat penting dampak dengan cara membandingkan besaran dampak terhadap kriteria dampak penting yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Tahap kajian selanjutnya adalah evaluasi terhadap keterkaitan antara dampak yang satu dengan yang lainnya. Evaluasi dampak ini bertujuan untuk menentukan dasar-dasar pengelolaan dampak yang akan dilakukan untuk meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif. c. Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL): RKL adalah dokumen yang memuat upaya-upaya untuk mencegah, mengendalikan dan menanggulangi dampak penting lingkungan hidup yang bersifat negatif serta memaksimalkan dampak positif yang terjadi akibat rencana suatu kegiatan. Upaya-upaya tersebut dirumuskan berdasarkan hasil arahan dasar-dasar pengelolaan dampak yang dihasilkan dari kajian Andal.

KELOMPOK 3 | [Pemahaman Peraturan dalam AMDAL dan UKL-UPL]

[ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN] TEKNIK SIPIL

d. Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL): RPL adalah dokumen yang memuat program-program pemantauan untuk melihat perubahan lingkungan yang disebabkan oleh dampakdampak yang berasal dari rencana kegiatan. Hasil pemantauan ini digunakan untuk mengevaluasi efektifi tas upaya-upaya pengelolaan lingkungan yang telah dilakukan, ketaatan pemrakarsa terhadap peraturan lingkungan hidup dan dapat digunakan untuk mengevaluasi akurasi prediksi dampak yang digunakan dalam kajian ANDAL. e. Ringkasan Eksekutif: Ringkasan Eksekutif adalah dokumen yang meringkas secara singkat dan jelas hasil kajian ANDAL. Hal hal yang perlu disampaikan dalam ringkasan eksekutif biasanya adalah uraian secara singkat tentang besaran dampak dan sifat penting dampak yang dikaji di dalam ANDAL dan upayaupaya pengelolaan dan pemantuan lingkungan hidup yang akan dilakukan untuk mengelola dampak-dampak tersebut.

2.1.1 Manfaat AMDAL Amdal bermanfaat untuk menjamin suatu usaha atau kegiatan

pembangunan agar layak secara lingkungan. Dengan Amdal, suatu rencana usaha dan/atau kegiatan pembangunan diharapkan dapat meminimalkan kemungkinan dampak negatif terhadap lingkungan hidup, dan mengembangkan dampak positif, sehingga sumber daya alam dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan

(sustainable).

2.1.2 Pihak yang terlibat dalam AMDAL Pihak-pihak yang berkepentingan dalam proses amdal adalah Pemerintah, pemrakarsa, masyarakat yang berkepentingan. Peran masing-masing pemangku kepentingan tersebut secara lebih lengkap adalah sebagai berikut: a. Pemerintah: Pemerintah berkewajiban memberikan keputusan apakah suatu rencana kegiatan layak atau tidak layak lingkungan. Keputusan kelayakan lingkungan ini dimaksudkan untuk melindungi kepentingan rakyat dan

KELOMPOK 3 | [Pemahaman Peraturan dalam AMDAL dan UKL-UPL]

[ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN] TEKNIK SIPIL

kesesuaian

dengan

kebijakan

pembangunan

berkelanjutan.

Untuk

mengambil keputusan, pemerintah memerlukan informasi yang dapat dipertanggungjawabkan, baik yang berasal dari pemilik

kegiatan/pemrakarsa maupun dari pihak-pihak lain yang berkepentingan. Informasi tersebut disusun secara sistematis dalam dokumen AMDAL. Dokumen ini dinilai oleh Komisi Penilai AMDAL untuk menentukan apakah informasi yang terdapat didalamnya telah dapat digunakan untuk pengambilan keputusan dan untuk menilai apakah rencana kegiatan tersebut dapat dinyatakan layak atau tidak layak berdasarkan suatu kriteria kelayakan lingkungan yang telah ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah. b. Pemrakarsa: Orang atau badan hukum yang bertanggung jawab atas suatu rencana usaha dan atau kegiatan yang akan dilaksanakan. Pemrakarsa inilah yang berkewajiban melaksanakan kajian amdal. Meskipun pemrakarsa dapat menunjuk pihak lain (seperti konsultan lingkungan hidup) untuk membantu melaksanakan kajian amdal, namun tanggung jawab terhadap hasil kajian dan pelaksanaan ketentuan-ketentuan amdal tetap di tangan pemrakarsa kegiatan. c. Masyarakat yang berkepentingan: Masyarakat yang berkepentingan adalah masyarakat yang terpengaruh oleh segala bentuk keputusan dalam proses amdal. Masyarakat mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam amdal yang setara dengan kedudukan pihak-pihak lain yang terlibat dalam amdal. Di dalam kajian amdal, masyarakat bukan obyek kajian namun merupakan subyek yang ikut serta dalam proses pengambilan keputusan tentang hal-hal yang berkaitan dengan amdal. Dalam proses ini masyarakat menyampaikan aspirasi, kebutuhan, nilai-nilai yang dimiliki masyarakat dan usulan-usulan penyelesaian masalah untuk memperoleh keputusan terbaik. Dalam proses amdal masyarakat dibedakan menjadi dua kategori, yaitu; Masyarakat terkena dampak: masyarakat yang akan merasakan dampak dari adanya rencana kegiatan (orang atau kelompok yang diuntungkan

KELOMPOK 3 | [Pemahaman Peraturan dalam AMDAL dan UKL-UPL]

[ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN] TEKNIK SIPIL

(benefi ciary groups), dan orang atau kelompok yang dirugikan (at-risk groups). Masyarakat Pemerhati: masyarakat yang tidak terkena dampak dari suatu rencana kegiatan, tetapi mempunyai perhatian terhadap kegiatan maupun dampak-dampak lingkungan yang ditimbulkan.

2.1.3 Manfaat AMDAL bagi pemangku kepentingan Bagi pemerintah, amdal bermanfaat untuk: Mencegah terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan serta pemborosan sumber daya alam secara lebih luas. Menghindari timbulnya konfl ik dengan masyarakat dan kegiatan lain di sekitarnya. Menjaga agar pelaksanaan pembangunan tetap sesuai dengan prinsipprinsip pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Perwujudan tanggung jawab pemerintah dalam pengelolaan lingkungan hidup. Bahan bagi rencana pengembangan wilayah dan tata ruang.

Bagi pemrakarsa, amdal bermanfaat untuk: Menjamin keberlangsungan usaha dan/atau kegiatan karena adanya proporsi aspek ekonomis, teknis dan lingkungan. Menghemat dalam pemanfaatan sumber daya (modal, bahan baku, energi). Dapat menjadi referensi dalam proses kredit perbankan. Memberikan panduan untuk menjalin interaksi saling menguntungkan dengan masyarakat sekitar sehingga terhindar dari konfl ik sosial yang saling merugikan. Sebagai bukti ketaatan hukum, seperti perijinan.

Bagi masyarakat, amdal bermanfaat untuk: Mengetahui sejak dini dampak positif dan negatif akibat adanya suatu kegiatan sehingga dapat menghindari terjadinya dampak negatif dan dapat memperoleh dampak positif dari kegiatan tersebut.

KELOMPOK 3 | [Pemahaman Peraturan dalam AMDAL dan UKL-UPL]

[ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN] TEKNIK SIPIL

Melaksanakan kontrol terhadap pemanfaatan sumberdaya alam dan upaya pengelolaan lingkungan yang dilakukan pemrakarsa kegiatan, sehingga kepentingan kedua belah pihak saling dihormati dan dilindungi.

Terlibat

dalam

proses

pengambilan

keputusan

terhadap

rencana

pembangunan yang mempunyai pengaruh terhadap nasib dan kepentingan mereka.

2.1.4 Komisi penilaian AMDAL Komisi Penilai amdal adalah komisi yang bertugas untuk menilai dokumen amdal. Adapun aspekaspek yang dinilai adalah aspek kelengkapan dan kualitas kajian dalam dokumen AMDAL. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 24 Tahun 2010 Pedoman Penilaian Dokumen Amdal telah memberikan panduan tentang aspek-aspek penilaian dokumen amdal. Dalam melaksanakan tugasnya, komisi penilai mempunyai kewajiban untuk memberikan masukan dan pertimbangan-pertimbangan sebagai dasar pengambilan Keputusan Kesepakatan Kerangka Acuan ANDAL dan Kelayakan Lingkungan. Rekomendasi tersebut harus didasarkan atas pertimbangan kesesuaian dengan kebijakan pembangunan nasional, memperhatikan kepentingan pertahanan dan keamanan, kesesuaian dengan rencana pengembangan wilayah dan rencana tata ruang wilayah.

2.1.5 Anggota komisi AMDAL Yang duduk sebagai anggota Komisi penilai amdal adalah: Ketua Komisi Ketua Komisi dijabat oleh Deputi untuk Komisi penilai amdal Pusat, Kepala Instansi Lingkungan Hidup atau pejabat lain yang ditugasi mengendalikan dampak lingkungan hidup di tingkat propinsi untuk Komisi Penilai AMDAL Propinsi, Kepala Instansi Lingkungan Hidup atau pejabat lain yang ditugasi mengendalikan dampak lingkungan hidup di tingkat Kabupaten/Kota.

KELOMPOK 3 | [Pemahaman Peraturan dalam AMDAL dan UKL-UPL]

[ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN] TEKNIK SIPIL

Sekretaris Komisi. Sekretaris Komisi dijabat oleh seorang pejabat yang menangani

AMDAL baik di Pusat maupun Daerah (Propinsi dan Kabupaten/Kota). Anggota Komisi Anggota Komisi terdiri dari: wakil instansi/dinas teknis yang mewadahi kegiatan yang dikaji, wakil daerah, ahli di bidang lingkungan hidup, ahli di bidang yang berkaitan dengan rencana kegiatan yang dikaji, wakil masyarakat, wakil organisasi lingkungan, dan anggota lain yang dianggap perlu.

2.1.6 Tim teknis komisi penilai AMDAL Sebagaimana disebut dalam Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2008 Tentang Tata Kerja Komisi Penilai Amdal, Tim Teknis terdiri atas : a. ketua yang secara ex-offi cio dijabat oleh sekretaris komisi penilai; dan b. anggota yang terdiri atas: 1. 2. wakil dari instansi lingkungan hidup; wakil dari instansi teknis yang membidangi usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutan; 3. 4. ahli terkait usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutan; dan ahli terkait dampak lingkungan yang ditimbulkan dari usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutan.

Tim teknis bertugas untuk melakukan penilaian dokumen AMDAL dari aspek teknis yang meliputi : a. kesesuaian lokasi dengan rencana tata ruang wilayah; b. kesesuaian dengan pedoman umum dan/atau pedoman teknis di bidang AMDAL; c. kesesuaian dengan peraturan perundang-undangan di bidang teknis sektor bersangkutan; d. ketepatan dalam penerapan metoda penelitian/analisis; e. kesahihan data yang digunakan;

KELOMPOK 3 | [Pemahaman Peraturan dalam AMDAL dan UKL-UPL]

[ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN] TEKNIK SIPIL

f. kelayakan desain, teknologi dan proses produksi yang digunakan; dan g. kelayakan ekologis. Pembentukan Tim Teknis ini didasarkan atas pertimbangan efi siensi proses AMDAL. Masalah-masalah teknis diselesaikan oleh Tim Teknis secara tuntas, sehingga dalam rapat penilaian oleh Komisi AMDAL yang dibahas hanyalah masalah kebijakan dan diharapkan tidak ada lagi pembicaraan mengenai masalah teknis.

2.1.7 Kedudukan komisi penilai AMDAL a. Membidangi AMDAL di Kementerian Lingkungan Hidup untuk komisi penilai pusat; b. Instansi lingkungan hidup provinsi untuk komisi penilai provinsi; c. Instansi lingkungan hidup kabupaten/kota yang berbentuk badan atau kabupaten/kota bagi instansi lingkungan hidup kabupaten/kota yang berbentuk kantor untuk komisi penilai kabupaten/kota.

2.1.8 Tugas dan kewenangan komisi penilai AMDAL Tugas Komisi Penilai Amdal : a. menilai KA, ANDAL, RKL, dan RPL; dan b. memberikan masukan dan dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan KA dan kelayakan lingkungan hidup atas suatu rencana usaha dan/atau kegiatan kepada: 1. Menteri untuk komisi penilai pusat; 2. gubernur untuk komisi penilai provinsi; 3. bupati/walikota untuk komisi penilai kabupaten/kota. Kewenangan Komisi Penilai Amdal: 1. Komisi penilai pusat berwenang menilai dokumen AMDAL bagi rencana usaha dan/atau kegiatan yang memenuhi kriteria: a. jenis usaha dan/atau kegiatan yang bersifat strategis dan/atau menyangkut pertahanan dan keamanan negara yang penilaiannya dilakukan oleh komisi penilai pusat sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

KELOMPOK 3 | [Pemahaman Peraturan dalam AMDAL dan UKL-UPL]

10

[ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN] TEKNIK SIPIL

Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2008; dan/atau b. jenis usaha dan/atau kegiatan sebagaimana tercantum dalam Lampiran II, Lampiran III, dan Lampiran IV dari Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2008 yang berlokasi: 1) lebih dari satu wilayah provinsi; 2) di wilayah sengketa dengan negara lain; 3) di wilayah laut lebih dari 12 (dua belas) mil laut diukur dari garis pantai ke arah laut lepas; dan/atau 4) di lintas batas Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan negara lain. 2. Komisi penilai provinsi berwenang menilai dokumen AMDAL bagi rencana usaha dan/atau kegiatan yang memenuhi kriteria: a. jenis usaha dan/atau kegiatan yang bersifat strategis yang penilaiannya dilakukan oleh komisi penilai provinsi sebagaimana tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2008; dan/atau b. jenis usaha dan/atau kegiatan sebagaimana tercantum dalam Lampiran III dan Lampiran IV dari Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2008 yang berlokasi: 1) lebih dari satu wilayah kabupaten/kota; 2) di lintas kabupaten/kota; dan/atau 3) di wilayah laut paling jauh 12 (dua belas) mil laut dari garis pantai ke arah laut lepas dan/atau ke arah perairan kepulauan untuk provinsi dan 1/3 (sepertiga) dari wilayah kewenangan provinsi untuk kabupaten/kota. 3. Komisi penilai kabupaten/kota berwenang menilai dokumen AMDAL bagi rencana usaha dan/atau kegiatan yang berlokasi di wilayah kabupaten/kota dan memenuhi kriteria: a. jenis usaha dan/atau kegiatan bersifat strategis yang penilaiannya dilakukan oleh komisi penilai kabupaten/kota sebagaimana tercantum

KELOMPOK 3 | [Pemahaman Peraturan dalam AMDAL dan UKL-UPL]

11

[ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN] TEKNIK SIPIL

dalam Lampiran III dari dari Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2008; dan/atau b. jenis usaha dan/atau kegiatan yang penilaiannya dilakukan oleh komisi penilai kabupaten/kota sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2008. 4. Kewenangan penilaian AMDAL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya berlaku bagi komisi penilai kabupaten/kota yang memiliki lisensi sesuai dengan ketentuan dalam peraturan menteri yang mengatur mengenai tata laksana lisensi komisi penilai AMDAL kabupaten/kota.

2.1.9 Tata cara pembentukan komisi penilai AMDAL di daerah kabupaten / kota Dalam pembentukan Komisi Penilai AMDAL Kabupaten/Kota,

persyaratan yang harus dipenuhi: a. ketua komisi penilai dipimpin oleh pejabat minimal setingkat eselon II; b. memiliki sekretariat komisi penilai yang berkedudukan di instansi lingkungan hidup kabupaten/kota; c. memiliki tim teknis dengan sumber daya manusia yang telah lulus pelatihan penyusunan amdal paling sedikit 2 (dua) orang dan pelatihan penilaian amdal paling sedikit 3 (tiga) orang; d. keanggotaan komisi penilai minimal mencakup tenaga ahli di bidang biogeofi sik-kimia, ekonomi, sosial, budaya, kesehatan, perencanaan pembangunan wilayah, dan lingkungan hidup; e. adanya organisasi lingkungan hidup atau lembaga swadaya masyarakat sebagai salah satu anggota komisi penilai; dan f. adanya kerjasama dengan laboratorium yang terakreditasi atau yang mempunyai kemampuan menguji contoh uji kualitas lingkungan hidup, paling sedikit untuk parameter air dan udara. Dalam pendanaan, pemerintah Kabupaten / Kota harus menyediakan dana yang memadai dalam APBD untuk pelaksanaan tugas Komisi Penilai AMDAL. Perlu ditegaskan bahwa Komisi Penilai AMDAL dibentuk untuk

KELOMPOK 3 | [Pemahaman Peraturan dalam AMDAL dan UKL-UPL]

12

[ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN] TEKNIK SIPIL

memberikan pelayanan kepada publik, sehingga pendanaan untuk kegiatan komisi perlu disediakan oleh pemerintah. Komisi Penilai Kabupaten/Kota maupun Provinsi dan pusat dalam pelaksanaan penilaian amdal harus memiliki lisensi, untuk lebih jelasnya persyaratan dan tata cara lisensi dapat melihat Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 15 Tahun 2010 tentang Persyaratan dan Tata cara pembentukan komisi Penilai AMDAL.

2.1.10 Prosedur AMDAL Prosedur AMDAL terdiri dari: a. Proses penapisan (screening) wajib AMDAL b. Proses pengumuman c. Proses pelingkupan (scoping) d. Penyusunan dan penilaian KA-ANDAL e. Penyusunan dan penilaian ANDAL, RKL, dan RPL f. Persetujuan Kelayakan Lingkungan

a.

Proses Penapisan: Proses penapisan atau kerap juga disebut proses seleksi wajib AMDAL

adalah proses untuk menentukan apakah suatu rencana kegiatan wajib menyusun AMDAL atau tidak. Di Indonesia, proses penapisan dilakukan dengan sistem penapisan satu langkah. Ketentuan apakah suatu rencana kegiatan perlu menyusun dokumen AMDAL atau tidak dapat dilihat pada Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2006 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib dilengkapi dengan AMDAL. b. Proses Pengumuman Setiap rencana kegiatan yang diwajibkan untuk membuat AMDAL wajib mengumumkan rencana kegiatannya kepada masyarakat sebelum pemrakarsa melakukan penyusunan AMDAL. Pengumuman dilakukan oleh instansi yang bertanggung jawab dan pemrakarsa kegiatan. Tata cara dan bentuk pengumuman serta tata cara penyampaian saran, pendapat dan tanggapan diatur dalam

KELOMPOK 3 | [Pemahaman Peraturan dalam AMDAL dan UKL-UPL]

13

[ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN] TEKNIK SIPIL

Keputusan Kepala Bapedal Nomor 08 Tahun 2000 tentang Keterlibatan Masyarakat dan Keterbukaan Informasi dalam Proses AMDAL. c. Proses Pelingkupan Pelingkupan merupakan suatu proses awal (dini) untuk menentukan lingkup permasalahan dan mengidentifi kasi dampak penting (hipotetis) yang terkait dengan rencana kegiatan. Tujuan pelingkupan adalah untuk menetapkan batas wilayah studi, mengidentifi kasi dampak penting terhadap lingkungan, menetapkan tingkat kedalaman studi, menetapkan lingkup studi, menelaah kegiatan lain yang terkait dengan rencana kegiatan yang dikaji. Hasil akhir dari proses pelingkupan adalah dokumen KA-ANDAL. Saran dan masukan masyarakat harus menjadi bahan pertimbangan dalam proses pelingkupan. d. Proses penyusunan dan penilaian KA-ANDAL: Setelah KA-ANDAL selesai disusun, pemrakarsa dapat mengajukan dokumen kepada Komisi Penilai AMDAL untuk dinilai. Berdasarkan peraturan, lama waktu maksimal penilaian KA-ANDAL adalah 75 hari di luar waktu yang dibutuhkan dokumennya. e. Proses penyusunan dan penilaian ANDAL, RKL, dan RPL; Penyusunan ANDAL, RKL, dan RPL dilakukan dengan mengacu pada KA-ANDAL yang telah disepakati (hasil penilaian Komisi AMDAL). Setelah selesai disusun, pemrakarsa dapat mengajukan dokumen kepada Komisi Penilai AMDAL untuk dinilai. Berdasarkan peraturan, lama waktu maksimal penilaian ANDAL, RKL dan RPL adalah 75 hari di luar waktu yang dibutuhkan penyusun untuk memperbaiki/ menyempurnakan kembali dokumennya. f. Persetujuan kelayakan lingkungan 1. Keputusan kelayakan lingkungan hidup suatu rencana usaha dan/atau kegiatan diterbitkan oleh: a. Menteri, untuk dokumen yang dinilai oleh komisi penilai pusat; b. gubernur, untuk dokumen yang dinilai oleh komisi penilai provinsi; dan c. bupati/walikota, untuk dokumen yang dinilai oleh komisi penilai kabupaten/kota. penyusun untuk memperbaiki/menyempurnakan kembali

KELOMPOK 3 | [Pemahaman Peraturan dalam AMDAL dan UKL-UPL]

14

[ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN] TEKNIK SIPIL

2. Penerbitan keputusan wajib mencantumkan: a. dasar pertimbangan dikeluarkannya keputusan; dan b. pertimbangan terhadap saran, pendapat dan tanggapan yang diajukan oleh warga masyarakat.

Gambar 1. Diagram Rencana dari pemarkarsa

KELOMPOK 3 | [Pemahaman Peraturan dalam AMDAL dan UKL-UPL]

15

[ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN] TEKNIK SIPIL

2.1.11 Penyusun AMDAL Dokumen AMDAL harus disusun oleh pemrakarsa suatu rencana usaha dan/atau kegiatan. Dalam penyusunan studi AMDAL, pemrakarsa dapat meminta jasa konsultan untuk menyusunkan dokumen AMDAL. Penyusun dokumen AMDAL harus telah memiliki sertifi kat kompetnsi AMDAL dan ahli di bidangnya. Ketentuan untuk sertifi kasi kompetensi penyusun amdal diatur dalam Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 7 Tahun 2010.

2.1.12 Waktu yang di perlukan untuk proses AMDAL Waktu yang diperlukan untuk proses AMDAL hingga dikeluarkannya Surat Keputusan Kelayakan Lingkungan berdasarkan peraturan, maksimal penilaian ANDAL, RKL dan RPL adalah 75 hari di luar waktu yang dibutuhkan penyusun untuk memperbaiki/ menyempurnakan kembali dokumennya.

2.1.13 Biaya penyusunan AMDAL Tidak ada besaran biaya standar yang diperlukan untuk menyusun suatu dokumen AMDAL. Biaya tersebut umumnya ditentukan oleh konsultan AMDAL dan tergantung dari beberapa faktor seperti lingkup studi, kedalaman studi, lama studi, para ahli pelaksana studi, dsb.

2.1.14 Pembagian kewenangan penilaian AMDAL di pusat, provinsi dan kabupaten/kota Sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2008 tentang Pedoman Tata Kerja Komisi Penilai AMDAL kewenangan penilaian AMDAL ditentukan sebagai berikut : Kewenangan Komisi Penilai Amdal: 1. Komisi penilai pusat berwenang menilai dokumen AMDAL bagi rencana usaha dan/atau kegiatan yang memenuhi kriteria: a. jenis usaha dan/atau kegiatan yang bersifat strategis dan/atau menyangkut pertahanan dan keamanan negara; dan/atau

KELOMPOK 3 | [Pemahaman Peraturan dalam AMDAL dan UKL-UPL]

16

[ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN] TEKNIK SIPIL

b. jenis usaha dan/atau kegiatan yang merupakan kewenangan komisi penilai provinsi dan/atau komisi penilai kabupaten/kota yang berlokasi: lebih dari satu wilayah provinsi; di wilayah sengketa dengan negara lain; di wilayah laut lebih dari 12 (dua belas) mil laut diukur dari garis pantai ke arah laut lepas; dan/atau di lintas batas Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan negara lain 2. Komisi penilai provinsi berwenang menilai dokumen AMDAL bagi rencana usaha dan/atau kegiatan yang memenuhi kriteria: a. jenis usaha dan/atau kegiatan yang bersifat strategis yang penilaiannya dilakukan oleh komisi penilai provinsi; dan/atau b. jenis usaha dan/atau kegiatan yang merupakan kewenangan komisi penilai kabupaten/kota yang berlokasi: lebih dari satu wilayah kabupaten/kota; di lintas kabupaten/kota; dan/atau di wilayah laut paling jauh 12 (dua belas) mil laut dari garis pantai ke arah laut lepas dan/atau provinsi untuk kabupaten/kota 3. Komisi penilai kabupaten/kota berwenang menilai dokumen AMDAL bagi rencana usaha dan/atau kegiatan yang berlokasi di wilayah kabupaten/kota dan memenuhi kriteria: a. jenis usaha dan/atau kegiatan bersifat strategis yang penilaiannya dilakukan oleh komisi penilai kabupaten/kota; dan/atau b. jenis usaha dan/atau kegiatan bersifat non strategis yang penilaiannya dilakukan oleh komisi penilai kabupaten/kota Kewenangan penilaian AMDAL hanya berlaku bagi komisi penilai kabupaten/kota yang memiliki lisensi sesuai dengan ketentuan dalam peraturan menteri yang mengatur mengenai tata laksana lisensi komisi penilai AMDAL.

KELOMPOK 3 | [Pemahaman Peraturan dalam AMDAL dan UKL-UPL]

17

[ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN] TEKNIK SIPIL

2.1.15 Waktu Kadaluarsa bagi suatu dokumen AMDAL Pada dasarnya dokumen AMDAL berlaku sepanjang umur usaha atau kegiatan. Namun demikian, dokumen AMDAL dinyatakan kadaluarsa apabila kegiatan fi sik utama suatu rencana usaha atau kegiatan tidak dilaksanakan dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun sejak diterbitkannya keputusankelayakan

lingkungannya. Dalam hal dokumen AMDAL dinyatakan kadaluarsa, maka pemrakarsa dapat mengajukan dokumen AMDALnya kepada instansi lingkungan yang bertanggung jawab untuk dikaji kembali apakah harus menyusun AMDAL baru atau dapat dipergunakan kembali untuk rencana kegiatannya.

2.1.16 Perbedaan antara AMDAL, SEMDAL dan UKL-UPL Dokumen AMDAL, SEMDAL, dan UKL UPL merupakan dokumen pengelolaan lingkungan hidup. SEMDAL yaitu Studi Evaluasi Mengenai Dampak Lingkungan Hidup bertujuan untuk menentukan apakah suatu rencana usaha dan/atau kegiatan memiliki dampak penting sehingga harus menyusun dokumen SEL (Studi Evaluasi Lingkungan) atau tidak. Untuk setiap kegiatan yang telah ada dan dimulai sebelum berlakunya peraturan tersebut dan diperkirakan memiliki dampak penting, wajib melakukan SEMDAL; SEMDAL diberlakukan bagi kegiatan yang telah beroperasi sebelum diberlakukannya PP 29/1986 tentang AMDAL. Kewajiban SEMDAL diberlakukan hingga tahun 1993 pada saat diberlakukannya PP 51/1993, namun dokumen SEMDAL masih dapat dipergunakan sebagai dokumen pengelolaan lingkungan hidup selama kegiatan tidak mengalami perubahan (lokasi, kapasitas, proses, bahan baku, bahan penolong, desain, tetapi apabila ada perubahan kegiatan dari kegiatan yang telah melakukan SEMDAL, maka dikenakan kewajiban membuat AMDAL baru. AMDAL mulai dikenal secara formal sejak tahun 1986 dengan diberlakukannya PP 29/1986. PP 29/1986 tidak hanya mengatur kegiatan yang direncanakan melalui AMDAL melainkan juga mengatur kegiatan-kegiatan yang sudah beroperasi melalui SEMDAL dengan diterbitkan PP 51/1993 yang

KELOMPOK 3 | [Pemahaman Peraturan dalam AMDAL dan UKL-UPL]

18

[ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN] TEKNIK SIPIL

kemudian digantikan oleh PP 27/1999 Peraturan Pemerintah tersebut hanya mengatur kegiatan yang direncanakan saja melalui pelaksanaan AMDAL. UKL-UPL (Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya

Pemantauan Lingkungan Hidup) merupakan dokumen pengelolaan lingkungan hidup bagi rencana usaha dan atau kegiatan yang tidak wajib AMDAL. UKL-UPL diatur sejak diberlakukannya PP 51/1993 tentang AMDAL. UKL-UPL tidak sama dengan AMDAL yang harus dilakukan melalui proses penilaian dan presentasi, tetapi lebih sebagai arahan teknis untuk memenuhi standar-standar pengelolaan lingkungan hidup. Berdasarkan Kep-MENLH No 86 Tahun 2002 tentang UKLUPL, pemrakarsa diwajibkan mengisi formulir isian dan diajukan kepada instansi yang bertanggung jawab di bidang pengeloaan lingkungan hidup Kabupaten/Kota atau di propinsi.

2.1.17 Proyek-proyek pemerintah wajib dilengkapi dengan dokumen AMDAL Ketentuan peraturan di bidang AMDAL berlaku untuk semua pihak termasuk pemerintah. Oleh sebab itu proyek-proyek pemerintah yang termasuk kegiatan wajib AMDAL harus dilengkapi dengan dokumen AMDAL. Dalam perencanaan pembangunan setiap instansi pemerintah wajib mengalokasikan dana untuk menyusun dokumen AMDAL. Bagi proyek yang tidak dilengkapi dengan dokumen AMDAL dapat dikenakan tindakan hukum sesuai peraturan yang berlaku, termasuk peradilan tata usaha negara terhadap pejabat yang melakukan pelanggaran tersebut.

2.1.18 Peran masyarakat dalam AMDAL Dalam PP 27/1999 peran masyarakat sangat besar sekali, untuk itu perlu panduan agar tidak dijadikan alat untuk kepentingan pribadi oleh karena itu maka diperlukan adanya transparansi berdasarkan hubungan timbal balik antara pemrakarsa dan masyarakat. Pemrakarsa/Konsultan melakukan

interview/konsultasi pada mayarakat dan segala aspirasi masyarakat ditampung dalam AMDAL untuk dijadikan pertimbangan dalam pengambilan keputusan.

KELOMPOK 3 | [Pemahaman Peraturan dalam AMDAL dan UKL-UPL]

19

[ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN] TEKNIK SIPIL

2.1.19 Bentuk Partisipasi masyarakat dalam AMDAL Bentuk-bentuk partisipasi masyarakat adalah konsultasi masyarakat (public consultation), penyuluhan, pengumuman, dan lain-lain.

2.1.20 Penyampaian saran/masukan masyarakat Saran/masukan masyarakat ditujukan kepada instansi yang bertanggung jawab di bidang lingkungan baik pusat maupun daerah dan kepada pemrakarsa. Saran/masukan tersebut diberikan secara tertulis. Bila masyarakat memberi masukan tidak secara tertulis maka akan dibuat berita acara sehingga masukan tersebut dapat dijadikan bukti dalam penyusunan AMDAL.

2.2 Pengertian UKL-UPL dan SPPL UKL-UPL adalah serangkaian kegiatan pengelolaan dan pemantauan terhadap usaha dan/atau kegiatan yang tidak berdampak penting terhadap lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan. SPPL adalah pernyataan kesanggupan dari penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan untuk melakukan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup atas dampak lingkungan hidup dari usaha dan/atau kegiatannya di luar usaha dan/atau kegiatan yang wajib amdal atau UKL-UPL.

2.2.1 Fungsi UKL-UPL Sebagai acuan dalam mengelola dan memantau lingkungan suatu usaha dan atau kegiatan dan sebagai syarat untuk memperoleh izin lingkungan dan izin melakukan usaha dan atau kegiatan.

2.2.2 Penyusun atau pengisi formulir UKL-UPL dan SPPL Yang melakukan penyusunan/pengisian UKL-UPL adalah pemrakarsa/ penangungjawab/pemilik suatu rencana usaha dan atau kegiatan, dengan cara mengisi formulir UKL-UPL. Sedangkan yang terkena SPPL, pemrakarsa diminta untuk membuat surat pernyataan kesanggupan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup.

KELOMPOK 3 | [Pemahaman Peraturan dalam AMDAL dan UKL-UPL]

20

[ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN] TEKNIK SIPIL

2.2.3 Mekanisme UKL-UPL dan SPPL 1. Pemrakarsa mengisi formulir isian UKL-UPL dan SPPL. 2. Formulir yang telah diisi disampaikan kepada instansi yang bertanggung jawab di bidang pengelolaan lingkungan hidup kabupaten/kota atau propinsi atau instansi yang bertanggung jawab di bidang pengelolaan lingkungan hidup dan pengendalian dampak lingkungan (Kementerian Lingkungan Hidup). 3. Rekomendasi harus sudah diterbitkan selambat-lambatnya dalam 7 hari kerja. 4. Sebelum menerbitkan rekomendasi, instansi yang bertanggung jawab di bidang pengelolaan lingkungan hidup kabupaten/kota atau propinsi atau instansi yang bertanggung jawab di bidang pengelolaan lingkungan hidup dan pengendalian dampak lingkungan (Kementerian Lingkungan Hidup) berkoordinasi dengan instansi/dinas teknis yang membidangi untuk melakukan pemeriksaan bersama terhadap formulir yang telah diisi oleh pemrakarsa tersebut. Atas dasar pemeriksaan tersebut, bila ternyata masih memerlukan perbaikan/ penyempurnaan maka kepadanya wajib diberikan arahan dan masukan dalam rangka perbaikan dan penyempurnaan formulir isian tersebut. 5. Berdasarkan arahan dan masukan tersebut, pemrakarsa memperbaiki isian formulir kemudian jawab menyerahkan di bidang kembali kepada instansi yang hidup

bertanggung

pengelolaan

lingkungan

kabupaten/kota atau propinsi atau instansi yang bertanggung jawab di bidang pengelolaan lingkungan hidup dan pengendalian dampak lingkungan (Kementerian Lingkungan Hidup). Masa waktu perbaikan ini maksimal 14 hari kerja. 6. Apabila formulir isian tidak memerlukan perbaikan/penyempurnaan maka instansi yang bertanggung jawab di bidang pengelolaan lingkungan hidup kabupaten/kota atau propinsi atau instansi yang bertanggung jawab di bidang pengelolaan lingkungan hidup dan pengendalian dampak lingkungan (Kementerian Lingkungan Hidup) menerbitkan rekomendasi selambat-lambatnya 7 hari kerja.

KELOMPOK 3 | [Pemahaman Peraturan dalam AMDAL dan UKL-UPL]

21

[ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN] TEKNIK SIPIL

7. Rekomendasi ini, oleh pemrakarsa digunakan sebagai salah satu kelengkapan untuk mendapatkan izin tetap/operasional dan sejenisnya sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Gambar 2. Diagram Mekanisme UKL-UPL dan SPPL

KELOMPOK 3 | [Pemahaman Peraturan dalam AMDAL dan UKL-UPL]

22

[ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN] TEKNIK SIPIL

2.2.4 Koordinasi pelaksanaan UKL-UPL dan SPPL Untuk menjamin agar substansi formulir yang telah diisi oleh pemrakarsa telah memenuhi standarstandar teknis pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup, maka instansi yang bertanggung jawab di bidang pengelolaan lingkungan hidup kabupaten/kota atau propinsi atau pusat melakukan koordinasi dengan instansi yang membidangi/membina untuk memeriksa isian formulir tersebut. Pemeriksaan tidak dalam pengertian menilai tetapi lebih pada pembinaan dan bimbingan teknis agar pemrakarsa memahami maksud, tujuan, dan isi dari formulir UKL-UPL tersebut, dan oleh karena itu pemrakarsa akan menerapkannya dalam praktek pengelolaan dan pemantauan lingkungan ketika usaha dan/atau kegiatan itu dilaksanakan.

2.2.5 Sistem pelaporan pelaksanaan UKL-UPL dan SPPL Hasil pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan (berdasarkan formulir UKL-UPL) oleh pemrakarsa, wajib dilaporkan kepada instansi yang menangani lingkungan hidup tingkat kabupaten/ kota secara periodik (misal setiap 3 atau 6 bulan sekali) sebagaimana diatur di dalam surat rekomendasi UKL-UPL yang bersangkutan. Dalam SPPL memang tidak ada kewajiban untuk melaporkan pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan, namun terdapat komitmen pemrakarsa untuk bersedia dipantau dampak lingkungan dari kegiatannya oleh pejabat yang berwenang.

2.2.6 Kriteria wajib UKL-UPL dan SPPL Penentuan kriteria wajib UKL-UPL dan SPPL harus mempertimbangkan prinsip-prinsip: 1. Kesederhanaan dan kemudahan proses dan prosedur; 2. Efektifi tas hasil dari pengelolaan dan pemantauan lingkungan.

KELOMPOK 3 | [Pemahaman Peraturan dalam AMDAL dan UKL-UPL]

23

[ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN] TEKNIK SIPIL

2.2.7 Sanki terhadap kegiatan yang tidak melaksanakan UKL-UPL dan SPPL Sesuai ketentuan yang berlaku, sanksi administratif dapat dikenakan bagi usaha dan atau kegiatan yang tidak menyusun UKL-UPL dan SPPL, yaitu tidak akan diberikan izin lingkungan sebagai syarat ijinusaha. Sanksi pidana dapat diberlakukan bagi usaha dan atau kegiatan yang tidak menyusun UKL-UPL dan SPPL sesuai UU No. 32 tahun 2009.

2.3 Pelaksanaan RKL dan RPL Keputusan meteri Negara lingkungan hidup nomer 45 tahun 2005 tentang pedoman penyusunan laporan pelaksanaan RKL dan RPL Laporan pelaksanaan RKL dan RPL merupakan laporan yang disampaikan pemrakarsa usaha dan/atau kegiatan kepada instansi lingkungan hidup (pusat, provinsi, atau kabupaten/kota) sebagai pemenuhan kewajiban yang tertuang dalam SK Kelayakan Lingkungan dan dokumen RKL-RPL. Laporan pelaksanaan RKL-RPL merupakan penerapan komitmen yang disusun oleh pemrakarsa dengan mengunakan data pemantauan berdasarkan lokasi

pengambilan sample, frekuensi, dan metode yang telah disepakatipada dokumen RKL-RPL. Laporan pelaksanaan RKL-RPL disampaikan setiap semester/triwulan sesuai dengan komitmen dalam SK Kelayakan Lingkungan dan disampaikan kepada instansi lingkungan hidup yang sesuai dalam dokumen RKL-RPL.

2.3.1 Dasar hokum yang melandasi laporan Pelaksanaan RKL dan RPL Dasar hukum yang melandasi laporan pelaksanaan RKL dan RPL adalah Pasal 32 PP No. 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup, bahwa menjadi kewajiban bagi pemrakarsa untuk menyampaikan laporan pelaksanaan RKL-RPL kepada pemerintah dan pemerintah sendiri juga mempunyai kewajiban untuk menguji laporan yang disampaikan oleh pemrakarsa serta menyampaikan hasil laporan pengawasan beserta evaluasinya kepada Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai kewenangannya.

KELOMPOK 3 | [Pemahaman Peraturan dalam AMDAL dan UKL-UPL]

24

[ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN] TEKNIK SIPIL

2.3.2 Kegunaan Pelaporan pelaksanaan RKL-RPL untuk pemrakarsa 1. Verifi kasi atas kebenaran dampak hipotetik yang dikaji dalam studi amdal. 2. Pengawasan terhadap pelaksanaan ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam RKL-RPL dan SK Kelayakan Lingkungan Hidup. 3. Membantu pelaksanaan pengawasan kinerja pengelolaan lingkungan hidup suatu perusahaan terhadap baku mutu dan peraturan-peraturan lingkungan hidup melalui evaluasi dari laporan pemrakarsa. 4. Menilai efektifi tas pengelolaan lingkungan hidup yang telah dilaksanakan dan merekomendasikan perbaikan pengelolaan lingkungan hidup.

2.3.3 Pemantauan lingkungan Ada beberapa jenis pemantauan lingkungan yang dikenal, seperti: 1. Pemantauan rona awal (baseline monitoring), adalah pemantauan terhadap kondisi rona lingkungan awal sebelum proyek dilaksanakan. Kegiatan pemantauan ini biasanya dilakukan pada saat pembuatan dokumen amdal. 2. Pemantauan dampak lingkungan (pemantauan pelaksanaan RKL dan RPL), merupakan pemantauan yang dilakukan terhadap pelaksanaan RKL dan RPL yang dilakukan oleh pemrakarsa. 3. Pemantauan ketaatan, yaitu pemantauan yang dilaksanakan pemerintah terhadap ketaatan pemenuhan peraturan-peraturan yang berlaku seperti terhadap baku mutu lingkungan. 4. Pemantauan khusus, yaitu pemantauan yang dilaksanakan secara khusus apabila diduga terjadi kerusakan dan/atau pencemaran lingkungan.

2.3.4 Tim pemantauan pelaksanaan RKL dan RPL dan Syarat-syarat yang harus dimiliki Terdiri dari Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup (PPLH) pusat dan daerah, dan syarat yang harus dimiliki adalah: 1. Mempunyai kecakapan teknis dan ketahanan fisik. 2. Mempunyai kemampuan berkomunikasi dan menganalisis.

KELOMPOK 3 | [Pemahaman Peraturan dalam AMDAL dan UKL-UPL]

25

[ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN] TEKNIK SIPIL

3. Memahami peraturan-peraturan bidang amdal dan peraturan terkait lainnya.

KELOMPOK 3 | [Pemahaman Peraturan dalam AMDAL dan UKL-UPL]

26

[ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN] TEKNIK SIPIL

BAB III PEMAHAMAN PERATURAN AMDAL dan UKL-UPL

3,1 Perkembangan Peraturan Pelaksanaan AMDAL dan UKL-UPL 2012 1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan

2010 1. PerMen LH Nomor 07 Tahun 2010 tentang Sertifikasi Kompetensi Penyusun Dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup dan Persyaratan Lembaga Pelatihan Kompetensi Penyusun Dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup. 2. PerMen LH Nomor 13 Tahun 2010 tentang Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup dan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup. 3. PerMen LH Nomor 14 Tahun 2010 tentang Dokumen Lingkungan Hidup Bagi Usaha dan /Kegiatan Yang Telah Memiliki Ijin Usaha dan/atau Kegiatan Tetapi Belum Memiliki Dokumen Lingkungan Hidup. 4. PerMen LH Nomor 15 Tahun 2010 tentang Persyaratan dan Tata Cara Lisensi Komisi Penilai Analisis Mengenai Dampak Lingkungan 2009 1. PerMen LH Nomor 24 Tahun 2009 tentang Panduan Penilaian Dokumen AMDAL 2. PerMen LH Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pembinaan dan Pengawasan Terhadap Komisi Penilai AMDAL 3. Undang-undang No. 32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup 2008 1. PerMen LH Nomor 05 Tahun2008 tentang Tata Kerja Komisi Penilai Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (mencabut KepMen LH Nomor 40 Tahun 2000) 2. PerMen LH Nomor 06 Tahun 2008 tentang Tata Laksana Lisensi Komisi Penilai Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota (mencabut KepMen LH Nomor 41 Tahun 2000)

KELOMPOK 3 | [Pemahaman Peraturan dalam AMDAL dan UKL-UPL]

27

[ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN] TEKNIK SIPIL

3. PerMen LH Nomor 11 Tahun 2008 tentang Persyaratan Kompetensi Dalam Penyusunan Dokumen Amdal dan Persyaratan Lembaga Pelatihan Kompetensi Penyusun Dokumen Amdal 2007 1. PerMen LH Nomor 12 Tahun 2007 tentang Dokumen Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup Bagi Usaha Dan/Kegiatan Yang Tidak Memiliki Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup 2006 1. PerMen LH Nomor 08 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (Pengganti KepMenLH 09 Tahun 2000) 2. PerMen LH Nomor 11 Tahun 2006 tentang Jenis Usaha dan atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup 2005 1. KepMen LH Nomor 45 tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) (Pengganti KepMen LH nomor 105 tahun 1997) 2002 1. KepMen LH Nomor 86 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup 2001 1. KepMen LH Nomor 30 Tahun 2001 Tentang Pedoman Pelaksanaan Audit Lingkungan 2. KepMen LH Nomor 17 Tahun 2001 Tantang Jenis Rencana usaha/Atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi Dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup 2000 1. KepMen LH Nomor 02 Tahun 2000 tentang Panduan Penilaian Dokumen AMDAL (mencabut Kepmen KLH Nomor 29 Tahun 1992 Tentang Panduan Evaluasi Dokumen ANDAL)

KELOMPOK 3 | [Pemahaman Peraturan dalam AMDAL dan UKL-UPL]

28

[ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN] TEKNIK SIPIL

2. KepMen LH Nomor 04 Tahun 2000 tentang Panduan Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup Kegiatan Pembangunan Pemukiman Terpadu 3. KepMen LH Nomor 05 Tahun 2000 tentang Panduan Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup Kegiatan Pembangunan di Daerah Lahan Basah 4. KepMen LH Nomor 08 Tahun 2000 tentang Keterlibatan Masyarakat dan Keterbukaan Informasi Dalam Proses Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup 5. KepMen LH Nomor 40 Tahun 2000 tentang Tata Kerja Komisi Penilai Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (Pengganti KepMen LH Nomor 13 Tahun 1994) 6. KepMen LH Nomor 41 Tahun 2000 tentang Pedoman Pembentukan Komisi Penilai Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota (dicabut dengan PerMen LH Nomor 06 Tahun 2008) 7. KepMen LH Nomor 42 Tahun 2000 tentang Susunan Keanggotaan Komisi Penilai dan Tim Teknis Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup Pusat 1999 1. KepMen LH Nomor 30 Tahun 1999 tentang Panduan Penyusunan Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup 2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup 1997 1. KepKa Bapedal Nomor 124 Tahun 1997 tentang Panduan Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat dalam Penyusunan AMDAL 1996 1. KepKa Bapedal Nomor 299 tahun 1996 tentang Pedoman Teknis Kajian Aspek Sosial Dalam Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan 1994 1. KepMen LH Nomor 42 Tahun 1994 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Audit Lingkungan 2. KepKa Bapedal Nomor 56 Tahun 1994 tentang Pedoman Mengenai Ukuran Dampak Penting 1992 1. KepMen LH No 29 Tahun 1992 Tentang Analisis Dampak Lingkungan
KELOMPOK 3 | [Pemahaman Peraturan dalam AMDAL dan UKL-UPL] 29

[ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN] TEKNIK SIPIL

1982 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1982 Tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup.

3.2 Sistem Manajemen Lingkungan 1. Permen LH Nomor 31 Tahun 2009 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan, Ekolabel, Produksi Bersih, dan Teknologi Berwawasan Lingkungan di Daerah 2. Permen LH Nomor 32 Tahun 2009 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penerapan Standar Nasional Indonesia dan Standar Kompetensi Bidang Pengelolaan Lingkungan Hidup di Daerah Dalam Manajemen Lingkungan terdapat 3 peraturan pelaksanaan yang sebaiknya diketahui, yaitu sebagai berikut : 3.2.1 2010 1. PerMen LH Nomor 07 Tahun 2010 tentang Sertifikasi Kompetensi Penyusun Dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup dan Persyaratan Lembaga Pelatihan Kompetensi Penyusun Dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup 2. Permen LH Nomor 08 Tahun 2010 tentang Kriteria dan Sertifikasi Bangunan Ramah Lingkungan 3. KepMen LH No 308 Tahun 2010 tentang Penunjukan Lembaga Sertifikasi Kompetensi Untuk Pelaksanaan Uji Kompetensi dan Sertifikasi Standardisasi, Kompetensi dan Sertifikasi

Kompetensi Auditor Lingkungan Hidup 2009 1. Permen LH Nomor 03 Tahun 2009 tentang Sertifikasi Kompetensi dan Standar Kompetensi Manajer Pengendalian Pencemaran Air 2. Permen Nomor 06 Tahun 2009 tentang Laboratorium Lingkungan

KELOMPOK 3 | [Pemahaman Peraturan dalam AMDAL dan UKL-UPL]

30

[ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN] TEKNIK SIPIL

3. Permen LH Nomor 22 Tahun 2009 tentang Tata Laksana Regitrasi Kompetensi Bidang Lingkungan Hidup 2008 1. Permen LH Nomor 11 Tahun 2008 tentang Persyaratan Kompetensi Dalam Penyusunan Dokumen Amdal dan Persyaratan Lembaga Pelatihan Kompetensi Penyusun Dokumen Amdal ( dicabut dan dinyatakan tidak berlaku dengan PerMen LH Nomor 07 Tahun 2010) 2007 1. Permen LH Nomor 02 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis dan Persyaratan Kompetensi Pelaksanaan Retrofit dan Recycle Pada Sistem Refrigerasi

2006 1. Permen LH Nomor 06 Tahun 2006 tentang Pedoman Umum Standardisasi Kompetensi Personil dan Lembaga Jasa Lingkungan (lampiran)

3.2.2 Standar Nasional Indonesia (SNI) 1. Peraturan Pemerintah No. 102 Tahun 2000 Tentang : Standardisasi Nasional 2. SNI 19-14001 : 2005 Sistem Manajemen Lingkungan Persyaratan dan Panduan Penggunaan (ISO 14001 : 2004) 3. SNI 19-14004 : 2005 Sistem Manajemen Lingkungan Pedoman umum Tentang Prinsip,Sistem dan Teknik Pendukung (ISO 14004 : 2004) 4. SNI 19-19011 : 2005 Panduan Audit Sistem Manajemen Mutu dan/atau Lingkungan (ISO 19011 : 2002)

KELOMPOK 3 | [Pemahaman Peraturan dalam AMDAL dan UKL-UPL]

31

[ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN] TEKNIK SIPIL

3.2.3 Perbedaan Panduan Teknis Evaluator dan Industri Evaluator : 1. Panduan Teknis Bagi Evaluator Lembaga Sertifikasi Ekolabel untuk Evaluasi Pemenuhan Persyaratan "Kriteria Ekolabel Kertas Cetak Tanpa Salut " 2. Panduan Teknis bagi Evaluator Lembaga Sertifikasi Ekolabel untuk Evaluasi Pemenuhan Persyaratan "Kriteria Ekolabel Tekstil dan Produk Tekstil " Industri : 1. Panduan Teknis Bagi Industri Dalam Pemenuhan Persyaratan "Kriteria Ekolabel Kertas Cetak Tanpa Salut" 2. Panduan Teknis Bagi Industri Dalam Pemenuhan Persyaratan "Kriteria Ekolabel Tekstil dan Produk Tekstil"

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup disebutkan bahwa amdal merupakan kajian mengenai dampak besar dan penting untuk pengambilan keputusan suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.

Dalam PerMenLH No. 11 Tahun 2006 pasal 1 sampai 8 skala besaran dipakai sebagai ukuran. tidak semua kegiatan harus melakukan kajian amdal. Bila suatu kegiatan berskala kecil tetapi kegiatannya terus menerus dan lama kelamaan menjadi luas, selama kegiatan penambahan tersebut telah memiliki dokumen lingkungan (baik skala ukl upl) maka penambahan tersebut tidak perlu dibuat amdal baru. Namun upaya pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan harus dibuat menjadi satu kesatuan pelaporan.

Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2008

KELOMPOK 3 | [Pemahaman Peraturan dalam AMDAL dan UKL-UPL]

32

[ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN] TEKNIK SIPIL

Tentang Tata Kerja Komisi Penilai Amdal, Tim Teknis terdiri atas : a. ketua yang secara ex-offi cio dijabat oleh sekretaris komisi penilai; dan b. anggota yang terdiri atas: 1. wakil dari instansi lingkungan hidup; 2. wakil dari instansi teknis yang membidangi usaha dan/atau kegiatan yan bersangkutan; 3. ahli terkait usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutan; dan 4. ahli terkait dampak lingkungan yang ditimbulkan dari usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutan. Tim teknis bertugas untuk melakukan penilaian dokumen AMDAL dari aspek teknis yang meliputi : a. kesesuaian lokasi dengan rencana tata ruang wilayah; b. kesesuaian dengan pedoman umum dan/atau pedoman teknis di bidang AMDAL; c. kesesuaian dengan peraturan perundang-undangan di bidang teknis sektor bersangkutan; d. ketepatan dalam penerapan metoda penelitian/analisis; e. kesahihan data yang digunakan; f. kelayakan desain, teknologi dan proses produksi yang digunakan; dan g. kelayakan ekologis. Pembentukan Tim Teknis ini didasarkan atas pertimbangan efi siensi proses AMDAL. Masalah-masalah teknis diselesaikan oleh Tim Teknis secara tuntas, sehingga dalam rapat penilaian oleh Komisi AMDAL yang dibahas hanyalah masalah kebijakan dan diharapkan tidak ada lagi pembicaraan mengenai masalah teknis. UKL-UPL (Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya

Pemantauan Lingkungan Hidup) merupakan dokumen pengelolaan lingkungan hidup bagi rencana usaha dan atau kegiatan yang tidak wajib AMDAL. UKL-UPL diatur sejak diberlakukannya PP 51/1993 tentang AMDAL. UKL-UPL tidak sama dengan AMDAL yang harus dilakukan melalui proses penilaian dan presentasi, tetapi lebih sebagai arahan teknis untuk memenuhi standar-standar pengelolaan
KELOMPOK 3 | [Pemahaman Peraturan dalam AMDAL dan UKL-UPL] 33

[ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN] TEKNIK SIPIL

lingkungan hidup. Berdasarkan Kep-MENLH No 86 Tahun 2002 tentang UKLUPL, pemrakarsa diwajibkan mengisi formulir isian dan diajukan kepada instansi yang bertanggung jawab di bidang pengeloaan lingkungan hidup Kabupaten/Kota atau di propinsi. UKL-UPL dikenakan bagi kegiatan yang telah diketahui teknologinya dalam pengelolaan limbahnya. Fungsi dari UKL-UPL adalah sebagai acuan dalam mengelola dan memantau lingkungan suatu usaha dan atau kegiatan dan sebagai syarat untuk memperoleh izin lingkungan dan izin melakukan usaha dan atau kegiatan.

Laporan pelaksanaan RKL dan RPL menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 45 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan Laporan Pelaksanaan RKL dan RPLmerupakan laporan yang disampaikan pemrakarsa usaha dan/atau kegiatan kepada instansi lingkungan hidup (pusat, provinsi, atau kabupaten/kota) sebagai pemenuhan kewajiban yang tertuang dalam SK Kelayakan Lingkungan dan dokumen RKL-RPL. Laporan pelaksanaan RKL-RPL merupakan penerapan komitmen yang disusun oleh pemrakarsa dengan mengunakan data pemantauan berdasarkan lokasi pengambilan sample, frekuensi, dan metode yang telah disepakati pada doumen RKL-RPL. Laporan pelaksanaan RKL-RPL disampaikan setiap semester/triwulan sesuai dengan komitmen dalam SK Kelayakan Lingkungan dan disampaikan kepada instansi lingkungan hidup yang sesuai dalam dokumen RKL-RPL.

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 45 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan Laporan Pelaksanaan RKL dan RPL.

Laporan pelaksanaan RKL dan RPL merupakan laporan yang disampaikan pemrakarsa usaha dan/atau kegiatan kepada instansi lingkungan hidup (pusat, provinsi, atau kabupaten/kota) sebagai pemenuhan kewajiban yang tertuang dalam SK Kelayakan Lingkungan dan dokumen RKL-RPL. Laporan pelaksanaan RKLRPL merupakan penerapan komitmen yang disusun oleh pemrakarsa dengan mengunakan data pemantauan berdasarkan lokasi pengambilan sample, frekuensi, dan metode yang telah disepakati pada doumen RKL-RPL.

KELOMPOK 3 | [Pemahaman Peraturan dalam AMDAL dan UKL-UPL]

34

[ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN] TEKNIK SIPIL

Dalam pembuatan pelaporan pelaksanaan RKL-RPL pemrakarsa dapat mengacu pada Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 45 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan Laporan Pelaksanaan RKL dan RPL, dan

berkewajiban menyampaikan hasil laporannya kepada instansi pemerintah sesuai komitmen dalam dokumen RKL-RPL. Pada beberapa kegiatan pertambangan yang diminta untuk membuat laporan, maka pada laporan tersebut diminta tetap mengacu pada KepMenLH No. 45 Tahun 2005, terutama pada evaluasi dari pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan, namun untuk aspek teknis

pertambangan dapat mengacu pada pedoman sektoral. Intinya adalah acuan KepMenLH No. 45 Tahun 2005 merupakan acuan yang wajib untuk mengetahui evaluasi kecenderungan, tingkat kritis, dan penaatan dari hasil pengelolaan dan pemantauan kegiatannya.

Dalam pembuatan laporan pelaksanaan RKL-RPL juga agar mengacu KepMenLH No. 45 Tahun 2005, dimana esensi peraturan tersebut adalah pemrakarsa harus dapat mengevaluasi perubahan/trend dari setiap dampak yang dikelola dan dipantau. Evaluasi meliputi pola kecenderungan, tingkat kritis, dan penaatan dimana ketiga evaluasi tersebut harus dilakukan. a) Evaluasi terhadap pola kecenderungan. Evaluasi terhadap pola kecenderungan adalah evaluasi untuk melihat kecenderungan (trend) perubahan kualitas lingkungan. Untuk melakukan metode evaluasi ini dibutuhkan data hasil pemantauan dari waktu ke waktu (time series data).

b) Evaluasi tingkat kritis. Evaluasi tingkat kritis adalah langkah untuk menilai tingkat kekritisan (critical level) dari suatu dampak berdasarkan data hasil pemantauan dari waktu ke waktu maupun data dari pemantauan sesaat.

c) Evaluasi penataan.

KELOMPOK 3 | [Pemahaman Peraturan dalam AMDAL dan UKL-UPL]

35

[ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN] TEKNIK SIPIL

Evaluasi penataan adalah evaluasi terhadap tingkat kepatuhan untuk memenuhi berbagai ketentuan yang terdapat dalam izin atau pelaksanaan dalam dokumen RKL-RPL.

Dasar hukum yang melandasi laporan pelaksanaan RKL dan RPL adalah Pasal 32 PP No. 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup, bahwa menjadi kewajiban bagi pemrakarsa untuk menyampaikan laporan pelaksanaan RKL-RPL kepada pemerintah dan pemerintah sendiri juga mempunyai kewajiban untuk menguji laporan yang disampaikan oleh pemrakarsa serta menyampaikan hasil laporan pengawasan beserta evaluasinya kepada Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai kewenangannya.

Dasar pertimbangan suatu kegiatan menjadi wajib AMDAL dalam PermenLH No 11 Tahun 2006 adalah: Kep-BAPEDAL Nomor 056/1994 tentang Pedoman Dampak penting yang mengulas mengenai ukuran dampak penting suatu kegiatan Referensi internasional mengenai kegiatan wajib AMDAL yang diterapkan oleh beberapa negara Ketidakpastian kemampuan teknologi yang tersedia untuk menanggulangi dampak negative penting Beberapa studi yang dilakukan oleh perguruan tinggi dalam kaitannya dengan kegiatan wajib AMDAL Masukan dan usulan dari berbagai sektor teknis terkait Dasar hukum UKL / UPL adalah Peraturan Menteri Negara Lingkungan hHdup nomor 13 tahun 2010 tentang Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup dan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup. Sedangkan dasar hukum SPPL adalah Peraturan Menteri Negara Lingkungan hHdup nomor 13 tahun 2010 tentang Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup dan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup.

KELOMPOK 3 | [Pemahaman Peraturan dalam AMDAL dan UKL-UPL]

36

[ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN] TEKNIK SIPIL

Dalam penyusunan studi AMDAL, pemrakarsa dapat meminta jasa konsultan untuk menyusunkan dokumen AMDAL. Penyusun dokumen AMDAL harus telah memiliki sertifi kat kompetnsi AMDAL dan ahli di bidangnya. Ketentuan untuk sertifi kasi kompetensi penyusun amdal diatur dalam Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 7 Tahun 2010.

Hal-hal penting baru yang terkait dengan AMDAL yang termuat dalam UU No. 32 Tahun 2009, antara lain:

AMDAL dan UKL/UPL merupakan salah satu instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup;

Penyusun dokumen AMDAL wajib memiliki sertifikat kompetensi penyusun dokumen AMDAL;

Komisi penilai AMDAL Pusat, Propinsi, maupun kab/kota wajib memiliki lisensi AMDAL;

Amdal dan UKL/UPL merupakan persyaratan untuk penerbitan izin lingkungan;

Izin lingkungan diterbitkan oleh Menteri, gubernur, bupati/walikota sesuai kewenangannya.

Proyek-proyek pemerintah wajib dilengkapi dengan dokumen AMDAL, Ketentuan peraturan di bidang AMDAL berlaku untuk semua pihak termasuk pemerintah. Oleh sebab itu proyek-proyek pemerintah yang termasuk kegiatan wajib AMDAL harus dilengkapi dengan dokumen AMDAL. Dalam perencanaan pembangunan setiap instansi pemerintah wajib mengalokasikan dana untuk menyusun dokumen AMDAL. Bagi proyek yang tidak dilengkapi dengan dokumen AMDAL dapat dikenakan tindakan hukum sesuai peraturan yang berlaku, termasuk peradilan tata usaha negara terhadap pejabat yang melakukan pelanggaran tersebut.

KELOMPOK 3 | [Pemahaman Peraturan dalam AMDAL dan UKL-UPL]

37

[ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN] TEKNIK SIPIL

Kaitan UU No. 32 Tahun 2009 dengan Peraturan Menteri No. 06 Tahun 2008: Sama seperti Permen. LH No. 11 Tahun 2008, ada perbedaan pengaturan yang diamanatkan dalam UU No. 32 Tahun 2009 dengan Permen. LH No. 06 Tahun 2008 tentang Tata Laksana Lisensi Komisi Penilai AMDAL yang berlaku efektif pada tanggal 16 Juli 2009. Dalam peraturan ini persyaratan lisensi komisi penilai diberikan kepada komisi penilai AMDAL kabupaten atau kota dan yang menerbitkan lisensi tersebut adalah instansi lingkungan hidup propinsi. Sementara dalam UU No. 32 Tahun 2009, komisi penilai AMDAL yang harus dilisensi selain komisi penilai AMDAL kabupaten atau kota, tetapi juga terhadap komisi penilai AMDAL pusat dan propinsi yang bukti lisensinya diberikan oleh masing-masing pejabatnya (Menteri, gubernur, bupati dan walikota). Yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana bentuk pengawasan terhadap pemberian lisensi tersebut jika masing-masing pejabat berhak mengeluarkan bukti lisensi terhadap komisi penilainya. Maka dalam perubahan Permen No. 06 Tahun 2008, KLH harus mengetatkan persyaratan penerbitan lisensi untuk komisi penilai masing-masing daerah termasuk untuk komisi penilai penilai pusat.

Kaitan UU No. 32 Tahun 209 dengan Peraturan Menteri LH No. 11 Tahun 2008: Sebelum disahkannya UU No. 32 Tahun 2009, KLH sudah menerbitkan peraturan menteri yang mengatur tentang Persyaratan Kompetensi Penyusun Dokumen AMDAL (Permen. LH No. 11 Tahun 2008). Pada Pasal 4 Permen. LH No. 11 Tahun 2008 disebutkan bahwa persyaratan minimal untuk menyusun suatu dokumen AMDAL adalah 3 (tiga) orang dengan kualifikasi 1 orang Ketua Tim dan 2 orang Anggota Tim yang kesemuanya sudah memiliki sertifikat kompetensi. Sementara amanat dalam UU No. 32 Tahun 2009 yang tertuang dalam Pasal 28 adalah Penyusun dokumen sebagaimana wajib memiliki sertifikat penyusun dokumen AMDAL. Jika yang dimaksud penyusun dokumen AMDAL pada undang-undang lingkungan yang baru adalah seluruh tim yang ada dalam suatu proses penyusunan dokumen AMDAL, maka dengan demikian Permen. LH No. 11 Tahun 2008 Pasal 4 sudah tidak berlaku lagi. Implikasinya

KELOMPOK 3 | [Pemahaman Peraturan dalam AMDAL dan UKL-UPL]

38

[ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN] TEKNIK SIPIL

selanjutnya adalah masa berlakunya persyaratan tersebut harus mundur sampai ada peraturan menteri yang secara rinci mengatur tentang hal itu sesuai amanat dalam Pasal 28 Ayat (4) yang memberikan kewenangan kepada KLH untuk membuat peraturan yang mengatur lebih rinci hal tersebut.

Dalam PP 27/1999 peran masyarakat sangat besar sekali, untuk itu perlu panduan agar tidak dijadikan alat untuk kepentingan pribadi oleh karena itu maka diperlukan adanya transparansi berdasarkan hubungan timbal balik antara pemrakarsa dan masyarakat. Pemrakarsa/Konsultan melakukan

interview/konsultasi pada mayarakat dan segala aspirasi masyarakat ditampung dalam AMDAL untuk dijadikan pertimbangan dalam pengambilan keputusan.

Perbedaa Amdal, UKL-UPL, dan SPPL menurut Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 2010 tentang Pedoman Pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup Dan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan Dan Pemantauan Lingkungan Hidup adalah : Amdal adalah merupakan kajian mengenai dampak besar dan penting untuk pengambilan keputusan suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan. UKL-UPL adalah serangkaian kegiatan pengelolaan dan pemantauan terhadap usaha dan/atau kegiatan yang tidak berdampak penting terhadap lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan. SPPL adalah pernyataan kesanggupan dari penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan untuk melakukan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup atas dampak lingkungan hidup dari usaha dan/atau kegiatannya di luar usaha dan/atau kegiatan yang wajib amdal atau UKL-UPL.

Sanksi terhadap kegiatan yang tidak melaksanakan UKL-UPL dan SPPL

KELOMPOK 3 | [Pemahaman Peraturan dalam AMDAL dan UKL-UPL]

39

[ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN] TEKNIK SIPIL

Sesuai ketentuan yang berlaku, sanksi administratif dapat dikenakan bagi usaha dan atau kegiatan yang tidak menyusun UKL-UPL dan SPPL, yaitu tidak akan diberikan izin lingkungan sebagai syarat ijin usaha. Sanksi pidana dapat diberlakukan bagi usaha dan atau kegiatan yang tidak menyusun UKL-UPL dan SPPL sesuai UU No. 32 tahun 2009.

Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 14 Tahun 2010 tentang Dokumen Lingkungan Hidup bagi Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Memiliki Izin Usaha dan/atau Kegiatan tetapi Belum Memiliki Dokumen Lingkungan Hidup. Yang dimaksud kegiatan telah berjalan adalah kegiatan yang sudah melakukan kegiatan fi sik dan menimbulkan dampak lingkungan, terutama pada tahap konstruksi ataupun pada tahap operasi. Dalam konteks ini, dikatakan sudah berjalan namun belum melakukan kajian/studi lingkungan (seperti amdalatau UKL-UPL), sehingga menjadi subyek untuk melaksanakan DPPL/DELH/DPLH.

Acuan penilaian sepenuhnya tergantung pada kemampuan instansi lingkungan hidup di masing-masing tingkat pemerintahan. Penilaian selain memastikan kualitas kajian dan evaluasi terhadap kegiatan yang sudah berjalan, juga dimaksudkan untuk memberikan pembinaan dan penyelesaian kepada para pemilik kegiatan yang belum memiliki dokumen pengelolaan lingkungan hidup.

DPPL/DELH/DPLH merupakan salah satu solusi teknis dan administratif untuk memperbaiki kondisi dimana pemilik kegiatan yang tidak memiliki perencanaan pengelolaan lingkungan (tidak memiliki dokumen pengelolaan lingkungan).

KELOMPOK 3 | [Pemahaman Peraturan dalam AMDAL dan UKL-UPL]

40

[ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN] TEKNIK SIPIL

3.3 Bagan Peraturan AMDAL, UKL-UPL dan SPPL Undang-undang Peraturan Pemerintah AMDAL -UU No.32 tahun 2009 -UU No 4 tahun 1982 -PP No 27 tahun 1999 -PP No 27 tahun 2912 -PP No 51 tahun 1993 -PP No 29 tahun 1986 -PerMen LH No 11 tahun 2006 -PerMen LH No 7 tahun 2010 -PerMen LH No 13 tahun 2010 -PerMen LH No 14 tahun 2010 -PerMen LH No 15 tahun 2010 -PerMen LH no 24, 25 dan 32 tahun 2009 -PerMen LH No 5,6 dan 11 Tahun 2008 -PerMen LH No 12 tahun 2007 -PerMen LH No 8,11 tahun 2006 -KepMen LH No 45 tahun 2005 -KepMen LH No 86 tahun 2002 -KepMen LH No 17,30 tahun 2001 -KepMen LH No 2,4,5,6,8,40,41 Peraturan Mentri

KELOMPOK 3 | [Pemahaman Peraturan dalam AMDAL dan UKL-UPL]

41

[ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN] TEKNIK SIPIL

dan 42 tahun 2000 -KepKa Bapedal LH No 42 , 56 tahun 1994 UKL-UPL -UU No. 32 tahun 2009 -PP No 27 tahun 2012 -Peraturan Gubernur atau Bupati/Walikota (SK) -Permen LH No 13 tahun 2010 -PerMen LH No 14 tahun 2010 -PerMen LH No 32 tahun 2009 -PerMen LH No 12 tahun 2007 -KepMen LH No 86 tahun 2002 -KepKa Bapedal LH No 42 , 56 tahun 1994 -KepMen LH No 29 tahun 1992 SPPL -UU No 32 tahun 2009 -PP No 27 tahun 2012 -PerMen LH No 12 tahun 2007 -KepMen LH No 86 tahun 2002 -PerMen LH No 13 tahun 2010

KELOMPOK 3 | [Pemahaman Peraturan dalam AMDAL dan UKL-UPL]

42

[ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN] TEKNIK SIPIL

BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan AMDAL adalah singkatan dari Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup. Dalam peraturan pemerintah nomor 27 tahun 1999 tentang AMDAL disebutkan bahwa amdal merupakan kajian mengenai dampak besar dan penting untuk mengambil keputusan suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan. UKL-UPL merupakan perangkat pengelolaan lingkungan hidup untuk pengambilan keputusan dan dasar untuk menerbitkan ijin melakukan usaha dan/atau kegiatan Kewajiban UKL-UPL diberlakukan bagi kegiatan yang memiliki dampak kegiatan mudah dikelola dengan teknologi yang tersedia Dalam pembuatan AMDAL, sebaiknya dilakukan prosedur AMDAL sesuai dengan peraturan dan syarat-syarat yang harus dipenuhi sehingga lingkungan yang terganggu tidak menimbulkan kerusakan yang besar dan kerusakannya masih dalam lingkup yang dapat diperbaiki. 4.2 Saran Sebelum membuat AMDAL , kita harus memahami terlebih dahulu peraturan-peraturan yang berlaku pada saat permbuatan dokumen AMDAL tersebut karena peraturan AMDAL setiap tahun ada yang di tambahkan ataupun di ganti.

KELOMPOK 3 | [Pemahaman Peraturan dalam AMDAL dan UKL-UPL]

43

[ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN] TEKNIK SIPIL

DAFTAR PUSTAKA

Kementrian Negara Lingkungan Hidup, 2010. Sekilas Tentang AMDAL. Jakarta Progam Studi Teknik Lingkungan ITB, 2009. Bahan ajar TL 4002 Rekayasa Lingkungan. Bandung http://prolingkungan.blogspot.com/2011/04/refresing-pemahaman-tentang-amdalukl.html

KELOMPOK 3 | [Pemahaman Peraturan dalam AMDAL dan UKL-UPL]

44

Anda mungkin juga menyukai