Mengatasi Kesulitan Keterampilan Membaca

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 9

MENGATASI KESULITAN KETERAMPILAN MEMBACA PADA AWAL TAHUN PELAJARAN SISWA KELAS X

A. Pendahuluan Sudah barang tentu bahwa siswa baru pada satuan pendidikan SMA, akan mengalami kesulitankesulitan dalam belajar. Siswa dituntut untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan baru di sekolah, guru, temanteman yang baru pula. Penyesuaian diri pun berpengaruh pada kemampuan siswa dalam mengikuti pelajaran. Faktor-faktor luar dari diri siswa akan mulai mempengaruhi sikap dan tangkah laku dari sebelumnya.

Kenyataan yang ada, pada bulan-bulan pertama siswa mengikuti pelajaran bahasa Indonesia, juga mengalami banyak kesulitan. Kesulitan yang terjadi pada siswa di kelas adalah keterampilan membaca. Ternyata keterampilan membaca siswa kurang memuaskan. Yang menjadi tanda tanya bagi penulis adalah Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi dan bagaimana mengatasi kesulitan membaca pada awal tahun pelajaran siswa kelas X SMA yang notabene telah melewati pendidikan di SMP? Dengan mengetahui foktor-faktor penyebab kesulitan siswa kelas X dalam membaca. Hal ini membuktikan bahwa tidak semua siswa SMA kelas X dapat membaca dengan baik Tujuan dari makalah ini adalah untuk membantu bagaiaman mengatasi kesulitan-kesulitan dalam membaca siswa kelas X SMA pada awal tahun pelajaran. Kurikulum 2006 yang dikenal dengan nama Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), memberi peluang yang besar pada sekolah untuk membuat silabus yang sesuai dengan kondisi, kemampuan, lingkungan sekolah, sehingga kesulitan-kesulitan yang terjadi pada siswa akan mudah di atas. Hal ini juga tergantung kepada guru-guru di sekolah tersebut. Kesulitan belajar bahasa Indonesia pada aspek ketermpilan membaca merupakan tanggung jawab guru bahasa Indonesia. Guru harus mampu memberi dan mengubah pola siswa dalam membaca sebuah teks yang diberikan oleh guru. Kemampuan guru dituntut untuk dapat membantu siswanya agar terampil membaca dengan baik sesuai atur yang benar. B. Kesulitan Belajar Keterampilan Membaca Siswa 1. Kesu/itan Belajar Membaca Sebelum kita mengenal faktor-faktor penyebab kesulitan yang dihadapi siswa dalam belajar membaca, guru perlu mernahami konsep membaca dan aspek-aspek dalam membaca. Goodman (1988: 12) menjelaskan bahwa membaca merupakan proses reseptif. Proses tersebut merupakan proses psikolinguistik yang dimulai dari pengenalan struktur permukaan bahasa yang disandikan oleh penulis sampai pada konstruksi rnakna teks itu. Dengan dernikian, dalam kegiatan membaca terdapat interaksi yang esensial antara bahasa dan pikiran. Pembaca yang cakap dapat merekontruksi makna teks yang dibacanya. Dalam merekontruksi teks tersebut, pembaca yang efisien menggunakan waktu seminimal mungkin. Dalam kegiatan membaca terjadi proses pengolahan informasi masukan yang terdiri atas informasi visual dan informasi nonvisual. Informasi visual merupakan informasi yang dapat diperoleh melalui indra penglihatan, sedangkan informasi nonvisual merupakan informasi yang sudah ada dalam benak si pembaca. Karena pembaca memiliki pengalaman yang berbeda-beda dan mempergunakan pengalaman itu untuk menafsirkan

informasi visual yang ada dalam teks, makna teks akan berubah-ubah sesuai dengan pengalaman penafsirannya. Pembaca dalam membaca sebuah teks perIu memiliki berbagai macam keterampilan. Keterampilanketerampilan yang dimaksudkan adalah (a) keterampilan mengenal huruf dan tanda baca, (b) keterampilan menghubungkan huruf dan tanda baca dengan unsur-unsur Iinguistik, dan (e) keterampilan menghubungkan antara huruf dan tanda baca dengan unsur-unsur linguistik dan maknanya. Dalam membaca, pembaca perlu perlu menggunakan sistem simbol secara serentak, yaitu grafofonik, sintaktik, dan semantik. Melalui ketiga simbol itu, pembaca berusaha memperoleh makna teks yang dibacanya. Pembaca merupakan keterampilan yang sangat kompleks yang melibatkan keterampilan-keterampilan lain yang lebih kecil. Keterampilan-keterampilan itu meliputi (1) keterampilan mekanis, yang mencakup keterampilan mengenali huruf, unsur-unsur linguistik, hubungan pola ejaan, dan bunyi; (2) keterampilan pemahaman, yang mencakup memahami makna leksikal, gramatikal, dan retorikal, serta memahami maksud dan tujuan penulis; dan (3) mengevaluasi bentuk dan isi. Untuk mencapai keterampilan mekanis dapat digunakan jenis membaca nyaring, sedangkan untuk mencapai keterampilan pemahaman dapat digunakan jenis membaca pemahaman. Pemahaman teks merupakan proses aktif yang melibatkan integrasi pengetahuan pembaca dengan informasi dalam teks, dengan maksud agar memahami teks tersebut (Alexander, 1988). Pemahaman terhadap isi teks merentang dari tidak memahami sampai pada benar-benar memahami. Keberagaman tingkat pemahaman ini bukan hanya terjadi antara individu satu dan individu yang lain, tetapi juga pada individu itu sendiri. Hal ini terjadi, karena pemahaman itu dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah faktor karakteristik teks yang dibaca dan karakteristik pembacanya. Karakteristik materi bacaan meliputi konsep atau isi bacaan, kosakata teknik, makna kata-kata khusus, struktur sintaksis, dan sebagainya. Adapun karakteristik pembaca yang berpengaruh pad a pemahaman teks adalah pengetahuan pembaca, keterampilan memecahkan pesan, tujuan pembaca, minat pembaca, dan sebagainya. Dalam kegiatan membaca, ada dua hal pokok yang perIu dibedakan, yakni membaca sebagai produk dan membaca sebagai proses. Membaca sebagai produk merupakan kegiatan membaca yang menekankan pada hasil kegiatan itu. Produk membaca ini adalah komunikasi pikiran dan emosi oleh penulis dan pembaca. Produk tersebut merupakan konsekuensi dari pemanfaatan aspek-aspek proses tertentu dalam urutan yang sesuai. Yang dimaksudkan membaca sebagai suatu proses adalah proses kegiatan dalam membaca dengan menggunakan metode atau langkah-Iangkah tertentu. Sebagai suatu proses, membaca merupakan kegiatan yang sangat kompleks. Burns, dan kawan-kawan (1984) menjelaskan bahwa dalam proses membaca terlibat berbagai aspek, meliputi (I) aspek sensori, yakni aspek kemampuan untuk memahami simbol-simbol tertulis, (2) aspek perseptual, yakni aspek kemampuan menginterpretasi apa yang dilihatnya sebagai simbol atau kata, (3) aspek urutan, yakni aspek kemampuan mengikuti pola-pola urutan, logika, dan gramatikal teks, (4) aspek asosiasi, yakni aspek kemampuan mengenal hubungan antara simbol dan bunyi, dan an tara kata-kata dan yang dipresentasikan, (5) aspek eksperiensial, yakni aspek kemampuan menghubungkan kata-kata dengan pengalaman yang telah dimiliki untuk memberikan makna kata itu, (6) aspek belajar, yakni aspek kemampuan mengingat apa yang telah dipelajari dan menghubungkamiya dengan gagasan dan fakta yang baru dipelajarinya, (7) aspek berpikir, yakni aspek kemampuan membuat inferensi dan evaluasi dari materi yang dipelajari, dan (8) aspek afektif, yakni aspek yang berkenaan dengan minat pembaca yang berpengaruh terhadap kegiatan membaca. Goodman (1988) menjelaskan bahwa sebagai suatu proses, membaca melibatkan lima proses kegiatan. Kelima proses ini adalah (1) rekognisiasi, yaitu proses mengenai tulisan yang dipaparkan dalam teks, (2) prediksi, yaitu proses mengantisipasi dan memprediksi maksud atau makna tulisan, (3) konjirmasi, yaitu proses mencari dan memverifikasi hasil prediksi, (4) koreksi, yaitu proses untuk memproses kembali, jika menemukan ketidakajegan atau jika prediksinya tidak tepat, dan (5) terminasi, yakni proses menyelesaikan kegiatan membacanya, ketika makna yang -diserapnya telah lengkap. Smith (1979) membagi aspek pemahaman tersebut menjadi 4 kategori, yaitu (I) pemahaman literal, (2) interpretasi, (3) membaca kritis, dan (4) memabca secara kreatif. Pemahaman literal merupakan keterampilan pemahaman yang paling sederhana atau paling dasar dan hanya memerlukan sedikit kegiatan berpikir. Keterampilan ini sebagai keterampilan mendapatkan makna kata, gagasan, dan kalimat dalam konteks secara langsung. Kategori berikutnya adalah intepretasi. Interpretasi melibatkan keterampilan berpikir, yang diperlukan pembaca untuk mengidentifikasi gagasan dan makna yang tidak secara eksplisit dinyatakan dalam teks. Dalam kategori interpretasi ini, pembaca perlu memiliki kemampuan (a) membuat generalisasi, (b) menentukan hubungan sebab-akibat, (c) mengidentifikasi motif-motif, (d) menemukan hubungan antar bagian-bagian teks, (e) memprediksi kesimpulan, dan (f) membuat perbandingan.

Kategori ketiga dalam paradigma Smith di atas adalah membaca kritis. Dalam membaca kritis ini pembaca tidak hanya sekedar mampu memahami secara literal dan mampu menginterpretasi isi teks, tetapi lebih dari itu, yakni mampu menilai apa yang dibacanya. Pembaca mampu secara kritis menilai gagasan-gagasan yang disampaikan penulis dan menilai kesahihan apa yang dibacanya. Kategori pemahaman yang keempat adalah membaca kreatif. Dalam kategori terse but, pembaca mencoba menerapkan gagasan-gagasan yang ada dalam teks ke simasl yang baru, mengombinasikan gagasan yang telah dimiliki pembaca dengan gagasan ada dalam teks, dan mencoba memerluas konsep-konsep yang ada dalam teks yang dibacanya. Secara singkat, dapat dikatakan bahwa dalam membaca kreatif ini pembaca berusaha secara kreatif menciptakan sesuatu yang bam berdasarkan gagasan-gagasan yang ada dalam teks 2. Faktor-faktor penyebab kesulitan membaca Dalam pelaksanaan pembelajaran membaca, guru seringkali dihadapkan pada siswa yang mengalami kesulitan, baik yang berkenaan dengan hubungan bunyi huruf, suku kata, kata, kalimat sederhana, maupun ketidakmampuan siswa memahami isi bacaan. Berikut dikemukakan kesulitan-kesulitan yang umumnya dihadapi siswa dalam belajar membaca a. Kurang mengenali huruf Kesulitan yang berupa ketidakmampuan siswa mengenali huruf-huruf dalam alfebetis seringkali dijumpai oleh guru. Ketidakmampuan siswa membedakan huruf besar dan kecil termasuk dalam kategori kesulitan ini. Ketidakjelasan siswa dalam melafalkan sebuah huruf sering terjadi khususnya pada huruf seperti [p], [b], [d], [t], [c], [v]. Kata-kata yang mengandung huruf-huruf tersebut memungkinkan siswa kurang mengenali huruf sehingga terjadi salah ucap seperti kata: Sabtu sering diucapkan sa[p] tu Sebab sering diucapkan seba [p] Sapta sering diucapkan sa [b]ta Murid sering diucapkan muri [t] TV sering diucapkan [ti] [vi] yang benar [teve] Baterai ABC sering diucapkan baterai ab [se] yang benar ab[ce] Untuk memastikan apakah siswa mengalami kesulitan dalam mengenali huruf dapat dilakukan melalui pengujian secara informal atau pengujian secara formal dengan menggunakan tes pengenalan huruf. Upaya yang ditempuh guru dalam membantu siswa yang mengalami jenis kesulitan ini dapat berupa: huruf dijadikan bahan nyanyian menampilkan huruf dan mendiskusikan bentuk (karakteristiknya), khususnya huruf-huruf yang memiliki kemiripan bentuk b. Membaca Kata Demi Kata Siswa yang mengalami jenis kesulitan ini biasanya berhenti setelah membaca sebuah kata, tidak segera diikuti dengan kata berikutnya. Membaca kata demi kata seringkali disebabkan oleh: (a) gagaI menguasai keterampilan pemecahan kode (decoding), (b) gagal memahami makna kata, atau (c) kurang lancar membaca. Membaca kata demi kata memang merupakan tahap awal dari kegiatan membaca. Akan tetapi jika siswa tidak mengalami kemajuan dalam hal tersebut, maka dia termasuk kategori siswa yang menghadapi masalah. Untuk memastikan apakah seorang siswa mengalami kesulitan terse but dapat ditempuh melalui pengamatan. Cara yang dapat digunakan untuk mengatasi siswa yang mengalami jenis kesulitan ini adalah: Gunakan bacaan yang tingkat kesulitannya paling rendah suruh siswa menulis kalimat dan membacanya dengan keras. Jika kesulitan ini disebabkan oleh kurangnya penguasaan kosa kata, maka perlu pengayaan kosa kata jika siswa tidak menyadari bahwa dia membaca kata demi kata, rekamlah kegiatan siswa membaca dan putarlah hasil rekaman tersebut. c. Mmparafraskan yang Salah Dalam membaca, siswa seringkali melakukan pemenggalan (berhenti membaca) pada tempat yang tidak tepat atau tidak memperhatikan tanda baca, khususnya tanda koma. Jika kesulitan ini tidak di atasi, siswa akan mengalami banyak hambatan dalam proses membaca yang sebenarnya. Untuk mengatasi jenis kesulitan ini dapat digunakan beberapa cara berikut: Jika kesalahan disebabkan oleh ketidaktahuan siswa terhadap makna kelompok kata (frasa), sajikan sejumlah kelompok kata dan latihan cara membacanya.

Jika kesalahan disebabkan oleh ketidaktahuan siswa tentang tanda baca, perkenalkan fungsi tanda baca dan cara membacanya. Berikan paragraf tanpa tanda baca, suruhlah siswa untuk membacanya. Selanjutnya ajaklah siswa-siswa untuk menuliskan tanda baca pada paragraf tersebut. d. Penghilangan Huruf atau Kata Yang dimaksud dengan kesulitan penghilangan ini adalah siswa menghilangkan (tidak dibaca) satu huruf, kata dari teks yang dibacanya. Misalnya Majalah dibaca malaja Tujuh dibaca tujuh Mudah dibaca muda dll Penghilangan huruf, kata ini biasanya disebabkan oleh ketidakmampuan siswa mengucapkan huruf-huruf yang membentuk kata. Bahka ada kata yang sengaja tidak baca dikarenakan sulit membacanya. Untuk mengatasi hal ini dapat ditempuh beberapa upaya berikut. Lakukan koreksi secara tidak langsung (misalnya disuruh membaca ulang) terhadap siswa yang memiliki kebiasaan menghilangkan huruf atau kata dalam membaca. Kenali jenis huruf atau kata yang dihilangkan Berikan latihan membaca kata atau frasa e. Pengulangan Kata Kebiasaan siswa mengulangi kata atau frasa dalam membaca juga disebabkan oleh faktor tidak mengenali kata, kurang menguasai huruf-bunyi, atau rendah keterampilannya. Untuk mengatasi kesulitan ini dapat digunakan cara-cara berikut. Siswa perIu disadarkan bahwa mengulang akta dalam membaca merupakan kebiasaan buruk. Kenali jenis kata yang sering diulang Siapkan kata atau frasa sejenis untuk dilatihkan. f. Menggunakan Gerak Bibir, Jari Telunjuk, dan Menggerakan Kepala Kebiasaan siswa yang menggerakan bibir, menggunakan jari telunjuk, dan menggerakan kepala sewaktu dia membaca dalam hati dapat menghambat perkembangan siswa dalam membaca. Untuk mengubah kebiasaan siswa yang selalu menggerakkan bibir sewaktu membaca dalam hati dapat dilakukan cara: Suruh siswa menggumamkan suatu kalimat, selanjutnya suruh siswa untuk mengulangi membaca kalimat tersebut tanpa menggumam. Jelaskan pada siswa bahwa membaca dengan cara menggumam dapat menghambat keefektifan membaca. Menghadapi siswa yang menggunakan jari telunjuk dalam membaca, lakukan kegiatan berikut: Perhatikan apakah siswa mengalami gangguan mata Gunakan bacaan yang cetakannya besar dan jelas Latihkan teknik membaca frasa Peringatkan siswa untuk tidak menggunakan jari telunjuknya dalam membaca. g. Kesulitan Vokal Dalam bahasa Indonesia, beberapa vokal dilambangkan dalam satu huruf, mi~alnya huruf [i] selain melambangkan bunyi [i] juga melambangkan bunyi [e] (dalam kata titik, kancil, dinding, dan sebagainya). Huruf [e] dapat melambangkan bunyi [e] (dalam kata sering, lebih, setengah dan sebagainya), juga melambangkan [e] (dalam kata kota Serang, selera, belerang, lentera, dan sebagainya), dan melamhangkan bunyi [e] (dalam kata deret, mobil derek, melek, cewek, dan sebagainya). Huruf-huruf yang melambangkan beberapa bunyi seringkali merupakan sumber kesulitan bagi siswa dalam membaca.

Cara-cara berikut dapat digunakan untuk mengatasi kesulitan siswa dalam memahami dan mengucapkan bunyi vokal. Tanamkan pengertian dalam diri siswa bahwa huruf-huruf tertentu dalam melambangkan lebih dari satu bunyi, misalnya huruf [i] dapat melambangkan bunyi [i] dan [e], huruf [e] dapat melambangkan bunyi [e], [e], dan [e]. Berikan contoh huruf {i] yang melambangkan bunyi [i] dan [e], huruf [e] yang melambangkan bunyi [e], [e], dan [e] dalam kata-kata. Ajaklah siswa mengumpulkan kata yang di dalamnya terkandung huruf [i] yang melambangkan bunyi [i] dan [e], huruf [e] yang melambangkan bunyi [e], [e], dan [e]. h. Kesulitan Menganalisis Struktur Kata Siswa seringkali mengalami kesulitan dalam mengenali suku kata yang membangun suatu kata. Sebagai akibatnya, dia tidak dapat mengucapkan kata yang dibacanya. Kesulitan ini seringkali disebabkan oleh ketidaktahuan siswa terhadap kata dasar suatu kata, pemenggalan kata ke dalam suku kata (khususnya kata yang dipungut dari bahasa asing), serta imbuhan yang terdapat dalam kata tersebut. Cara-cara berikut dapat dimanfaatkan untuk mengatasi kesulitan dalam menganalisis struktur kata. Catatlah kata-kata yang seringkali dipandang sulit untuk diucapkan oleh siswa. Perkenalkan kata-kata terse but kepada siswa dengan memanfaatkan metode SAS. Suruhlah siswa mencari kata-kata lain yang sejenis dan membacanya. i. Tidak Mengenali Makna Kata dalam Kalimat dan Cara Mengucapkannya Ketidakmampuan siswa mengenali makna kata dalam kalimat dan pengucapannya disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya, kurangnya penguasaan kosakata, kurangnya penguasaan struktur kata, dan kurangnya penguasaan unsur konteks (kalimat dan hubungan antarkalimat). Dalam beberapa kasus, siswa memahami makna kata baca, akan tetapi setelah kata tersebut digunakan dalam kalimat (misalnya Toni membacakan cerita untuk adiknya). Beberapa cara berikut dapat dipertimbangkan untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan mengenali makna kata dalam kalimat. Ambil satu kata dan daftarlah kata turunannya (misalnya kata baca: membaca, membacakan, dibaca, dibacakan, bacaan, dan terbaca). Ambil suatu bacaan (dari buku pelajaran atau sumber yang lain). Ajaklah siswa mengenali kata baca dan turunannya yang terdapat dalam bacaan tersebut. Ajaklah siswa untuk memaknai kata baca dan turunannya yang terdapat dalam bacaan terse but. Alihkan pada kata lain (misalnya kata tulis, gambar, makan, lari, dan sebagainya) dan lakukan kegiatan seperti yang dikemukakan di atas. j. Tidak mengenali ide pokok dan ide penjelasan, hubungan antaride, menari inferensi, dan menggeneralisasi. Ketidakmampuan siswa memahami isi bacaan disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya, kurangnya penguasaan kosakata, struktur, dan kurang mapannya penguasaan dasar-dasar berpikir. Dalam banyak kasus, siswa kebingungan mengidentifikasi isi pokok bacaan dan ide penjelas dalam bacaan, tidak tabu mana yang menjadi sebab dan mana yang menjadi akibat. Secara umum, kemampuan siswa menarik inferensi dan menggeneralisasikan isi bacaan juga sangat memprihatinkan. Guru seringkali merasa frustasi msiswaala menyuruh siswa membuat rangkuman tentang

suatu bacaan. HasH rangkuman yang dibuat oleh siswa tidak menggambarkan isi bacaan yang dirangkumnya. Langkah berikut dapat dipertimbangkan oleh guru dalam membantu siswa yang mengatami kesulitan dalam memahami isi bacaan. Jelaskan ciri penanda kalirnat yang rnewadahi ide pokok dalam suatu paragraf. Petakan hubungan antaride yang terdapat dalarn suatu bacaan dengan rnernanfaatkan diagram, bagan, atau gambar. Jelaskan langkah-Iangkah rnenarik inferensi dan generalisasi dengan penekanan pada penggunaan proses berpikir secara kritis-krcatif. C. Penutup Sebagai simpulan dari uraian di atas bahwa membaca merupakan suatu prosos resesif yang tidak produktif. Sehingga keterampilan membaca harus dapat menghasil sebuah pemahaman bagi siswa setelah membaca. Kegagalan dalam memahami sebuah teks bacaan disebabkan adanya beberapa faktor seperti kurang mengenal huruf, membaca kata demi kata, memparafrasekan yang salah, penghilangan huruf atau kata, pengulangan kata, Menggunakan Gerak Bibir, Jari Telunjuk, dan Menggerakan Kepala, kesulitan vokal, Kesulitan Menganalisis Struktur Kata, Tidak Mengenali Makna Kata dalam Kalimat dan Cara Mengucapkannya, Tidak mengenali ide pokok dan ide penjelasan, hubungan antaride, menari inferensi, dan menggeneralisasi. Dengan kesulitan-kesulitan siswa dalam membaca maka tugas guru adalah membantu dan melatih agar kemampuan membaca siswa meningkat. Daftar Pustaka Alexander. J. Estill. (Ed). 1988. Teeaching Reading. Scott, Feresman, and Company Burns, Paul dan James Mashall. 1984. Teaching Literature in The Scondary School. San Deigo: Harcourt Brace Jovanovich , Publisher Depdikbud. 2006. Kurikulum 2006 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Jakarta: Depdikbud. Goodman, Kenneth S. 1988. The Reading Process. Dalam Carrell, Devine, dan Eskey (Ed). 1988. Interactive Approache to Second Language Reading. New York: Cambridge. University Press. Khusnin, M dkk. 2006. Modul Bahasa Indonesia Kompetensi Membaca dan Menyimak untuk SMA/SMK. Jakarta : PPPG Bahasa Parowisastro, K dan Hadisuparto, A. 1984. Diagnosa dan Pemecahan Kesulitan Belajar. Jakarta: Erlangga. Sadikin, Asep Suganda dkk. 2000. Mari Mengangkat Martabat Bahasa Kita Bahasa Indonesia. Jakarta: Garfindo. Smith, Frank. 1978. Psycolinguistic and Reading. New York: Rinehart dan Winston Inc

Link : http://khusnin.wordpress.com/2008/09/03/mengatasi-kesulitan-keterampilan-membaca-padaawal-tahun-pelajaran-siswa-kelas-x/

Oleh : Abd. Rouf, S.S (Guru MA Ihyaul Ulum Dukun Gresik & SMPN 41 Surabaya)

A. Pendahuluan Membaca merupakan kegiatan yang sangat penting dan vital dalam kehidupan umat manusia. Sungguh tepat kiranya, nabi Muhammad sebagai rasul terakhir menerima wahyu yang pertama dari Allah SWT. Adalah perintah untuk membaca.(Q.S:96:1) Saat ini, pemerintah kita telah berusaha meningkatkan mutu dan kompetensi membaca peserta didik sejak usia sekolah dasar. Sebab itu, komponen dasar yang harus dikuasai siswa usia sekolah dasar selama bersekolah di SD adalah kemampuan membaca, menulis, dan berhitung. Artinya, pemerintah sadar bahwa tanpa penguasaan ketiga kemampuan dasar tersebut, mustahil bangsa Indonesia menjadi maju guna mengejar ketertinggalan dengan negara lain yang sangat pesat kemajuan teknologinya dewasa ini.

B. Definisi Membaca Beberapa ahli mencoba memberi definisi Membaca, antara lain :

Farris (1993:304) mendefinisikan membaca sebagai pemrosesan kata-kata, konsep, informasi, dan gagasan-gagasan yang dikemukakan oleh pengarang yang berhubungan dengan pengetahuan dan pengalaman awal pembaca. Dengan demikian, pemehaman diperoleh apabila pembaca mempunyai pengetahuan atau pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya dengan apa yang terdapat di dalam bacaan. Syafii (1999:7) menyatakan bahwa membaca adalah suatu proses yang bersifat fisik atau yang disebut proses mekanis, berupa kegiatan mengamati tulisan secara visual, sedangkan proses psikologis berupa kegiatan berpikir dalam mengolah informasi. Dalam KBBI (2000:62) membaca didefinisikan sebagai melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis, yang dibaca secara lisan atau dalam hati.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat dirangkum bahwa membaca merupakan proses pemahaman atau penikmatan terhadap teks bacaan dengan memanfaatkan kemampuan melihat (mata) yang dimiliki oleh pembaca, sesuai dengan tujuannya yang dilakukan secara nyaring atau dalam hati.

C. Tujuan Membaca Perlu disepakati bahwa membaca harus mempunyai tujuan. Apabila membaca tidak bertujuan, maka proses dan kegiatan membaca yang dilakukan tidak memiliki arti sama sekali. Tujuan membaca dapat ditetapkan secara eksplisit ataupun implisit. Berdasarkan pengalaman yang dialami, ada beberapa tujuan membaca yang dapat dikemukakan, di antaranya untuk: - Memahami aspek kebahasaan (kata, frasa, kalimat, paragraf, dan wacana) dalam teks

- Memahami pesan yang ada dalam teks - Mencari informasi penting dari teks - Mendapatkan petunjuk melakukan sesuatu pekerjaan atau tugas - Menikmati bacaan, baik secara tekstual maupun kontekstual

D. Metode Pengajaran Membaca Keterampilan membaca sangat perlu dikuasai oleh setiap siswa. Dalam penyelesaian studi bagi setiap siswa, keterampilan membaca sangat diperlukan dalam mempelajari setiap mata pelajaran. Setiap mata pelajaran pasti disajikan dalam buku teks yang harus dicerna oleh siswa. Dalam kehidupan bermasyarakat di luar sekolah pun, keterampilan membaca tetap sangat diperlukan. Misalnya membaca koran, majalah, buku buku ilmu pengetahuan, internet, dan sebagainya. Terdapat beberapa metode pengajaran membaca yang dikemukakan oleh para ahli, antara lain : 1. Metode Reseptif Metode ini mengarah ke proses penerimaan isi bacaan maupun simakan baik tersurat maupun tersirat. Metode tersebut sangat cocok diterapkan kepada siswa yang dianggap telah banyak menguasai kosakata, frase, maupun kalimat. Yang dipentingkan bagi siswa dalam suasana reseptif adalah bagaimana isi bacaan atau simakan diserap dengan bagus. 2. Metode Komunikatif Desain yang bermuatan komunikatif harus mencakup semua keterampilan berbahasa. Setiap tujuan diorganisasikan ke dalam pembelajaran. Setiap pembelajaran dispesifikkan ke dalam tujuan konkret yang merupakan produk akhir. Sebuah produk di sini dimaksudkan sebagai sebuah informasi yang dapat dipahami, ditulis, diutarakan, atau disajikan ke dalam nonlinguistis 3. Metode Integratif Integratif berarti menyatukan beberapa aspek ke dalam satu proses. Artinya beberapa aspek dalam satu bidang studi diintegrasikan. Misalnya, mendengarkan diintegrasikan dengan berbicara dan menulis. Menulis diintegrasikan dengan berbicara dan membaca. 4. Metode Partisipatori Metode ini lebih menekankan keterlibatan siswa secara penuh. Siswa penentu keberhasilan belajar. Siswa didudukkan sebagai subjek berpartisipasi aktif, siswa dapat menemukan hasil belajar. Guru hanya pemandu atau fasilitator. Guru berperan sebagai pemandu yang penuh pandai berperan sebagai moderator yang kreatif. dianggap sebagai belajar. Dengan bertindak sebagai dengan motivasi,

Link : http://www.mtsppiu.sch.id/bahasa-indonesia/metode-pengajaran-membaca

Anda mungkin juga menyukai