Simpai (Presbytis melalophos) adalah spesies primata di family Cercopithecidae. Memiliki beberapa sebutan lokal lainnya seperti Chi-cha dan Kera Putih (Lampung).[1] Hewan ini merupakan satwa endemik di pulau Sumatra, Indonesia. Habitat alaminya adalah hutan tropis kering atau subtropis. Hewan ini terancam punah akibat hilangnya habitat.[2] Simpai atau Presbytis melalophos dari genus Presbytis ditemukan di hutan hujan Semenanjung Malaysia, kepulauan Sumatra mulai dari bagian selatan sampai utara serta Kalimantan bagian Barat (Oates et al., 1994). Berat badan Simpai mencapai 6 kg, memiliki ekor yang panjang dan jantan sedikit lebih berat dibandingkan betina.[3]

Simpai
Presbytis melalophos Edit nilai pada Wikidata

Edit nilai pada Wikidata
Status konservasi
Taksonomi
KelasMammalia
OrdoPrimates
SuperfamiliCercopithecoidea
FamiliCercopithecidae
GenusPresbytis
SpesiesPresbytis melalophos Edit nilai pada Wikidata
(Raffles, 1821)
Tata nama
ProtonimSimia melalophos Edit nilai pada Wikidata
Distribusi

Edit nilai pada Wikidata
EndemikSumatra Edit nilai pada Wikidata
Lutung Simpai Tangan Kuning (Presbytis melalophos melalophos), subspesies dari Simpai, di Bukit Tapan, Taman Nasional Kerinci Seblat, Sumatra, Indonesia.

Primata ini memiliki 4 sub spesies dengan pola warna yang berbeda mulai dari jingga hingga kelabu gelap. Beraktivitas dalam kawanan kecil dan besar dengan suara khasnya yang melengking dalam berkomunikasi dan merespon ancaman. Menyukai pohon-pohon dengan tajuk yang tinggi untuk mencari makan, makanannya sendiri berupa pucuk daun, buah-buahan, bunga dan biji. Terkadang terlihat dipinggir hutan hingga perkebunan dan segera menghindar jika merasa terancam dengan kehadiran manusia. Merupakan jenis satwa yang dilindungi undang-undang dan berstatus Endangered oleh IUCN.[4]

Ciri-ciri

sunting

Secara umum mempunyai ciri khas jambul pada kepalanya yang menyerupai mahkota. Panjang tubuh Simpai jantan dan betina hampir sama, yakni antara 45–49 cm. Berat tubuhnya berkisar antara 5–6 kg. Ciri khas lainnya adalah ukuran ekornya yang panjangnya hingga satu setengah kali panjang tubuh atau sekitar 71 cm. Surili Sumatera ini memiliki keragaman warna bulu antar subspesies. Ada yang berwarna abu-abu, hitam, hingga kecoklatan.[1]

Habitat

sunting

Daerah sebaran terbatas di pulau Sumatera. Subspesies P. m melalophos mendiami daerah barat daya Sumatera, mulai sekitar Sungai Rokan bagian selatan hingga Sungai Batanghari, sepanjang Bukit Barisan hingga Lampung. Subspesies P. m mitrata mendiami Sumatera bagian tenggara, mulai dari Lampung bagian utara hingga Sungai Musi, Palembang sebelah barat, dan utara Sungai Batanghari. P. m bicolor mendiami Sumatera barat-tengah. P. m sumatrana mendiami Sumatera Barat, Gunung Talamau, dan Pulau Pini (Kepulauan Batu).[1]

Referensi

sunting
  1. ^ a b c alamendah (2015-01-17). "Simpai atau Surili Sumatera (Presbytis melalophos)". Alamendah's Blog. Diakses tanggal 2021-06-05. 
  2. ^ Supriatna, Jatna (2008). Melestarikan alam Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. hlm. 24. ISBN 9789794616963. Diakses tanggal (diakses – 7 Feb 2021). 
  3. ^ Wirdateti -; Dahruddin, Hadi (2011). "Perilaku Harian Simpai (Presbytis melalophos) dalam Kandang Penangkaran". Jurnal Veteriner (dalam bahasa Inggris): 136–141. ISSN 2477-5665. 
  4. ^ KSDAE, Datin. "Presbytis melalophos | Sumatran surili | Simpai - Ditjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem". ksdae.menlhk.go.id. Diakses tanggal 2021-06-05. 

Pranala luar

sunting