Klebsiella adalah genus bakteri berbentuk batang gram-negatif dengan kapsul yang terbuat dari polisakarida.[3]

Klebsiella Edit nilai pada Wikidata
Pewarnaan GramGram-negatif Edit nilai pada Wikidata
Taksonomi
KerajaanPseudomonadati
FilumPseudomonadota
KelasGammaproteobacteria
OrdoEnterobacterales
FamiliEnterobacteriaceae
GenusKlebsiella Edit nilai pada Wikidata
Trevis., 1885
Tipe taksonomiKlebsiella pneumoniae Edit nilai pada Wikidata
Tata nama
Dinamakan berdasarkanEdwin Klebs Edit nilai pada Wikidata
Sinonim taksonRaoultella (mul) Terjemahkan Edit nilai pada Wikidata
Spesies[1]

Nama genus ini berasal dari pakar mikrobiologi Jerman-Swiss Edwin Klebs (1834–1913).

Karakteristik

sunting

Klebsiella sp. tidak memiliki spora, non-motil, dan tidak memiliki flagela. Kapsul Klebsiella sp. terdiri dari antigen O yang merupakan liposakarida yang terdiri atas unit polisakarida yang berulang. Materi kapsul membentuk bundel tebal berstruktur fibril yang menutupi permukaan bakteri. Polisakarida O-spesifik menganduk gula yang unik. Antigen O tahan terhadap panas dan alkohol, bisa dideteksi dengan aglutinasi bakteri. Antibodi terhadap antigen O terutama IgM. Antigen K, antigen ini berada di luar antigen O dan merupakan kapsul polisakarida, antigen K dapat mengganggu aglutinasi melalui antiserum O dan berhubungan dengan virulensi. Kedua antigen ini meningkatkan patogenitas Klebsiella sp.

Berdasarkan kebutuhannya akan oksigen, Klebsiella sp. merupakan bakteri anaerob fakultatif.[4]

Klebsiella terdiri dari tiga spesies yaitu Klebsiella pneumoniae, Klebsiella ozaenae, dan Klebsiella rhinoschleromatis. Spesies anggota Klebsiella sp. banyak ditemukan di alam. Diperkirakan hal ini disebabkan oleh beragamnya garis-garis keturunan yang mengembangkan adaptasi-adaptasi khusus untuk lingkungannya, menggunakan adaptasi biokimia yang membuatnya cocok dengan lingkungan sekitar. Organisme ini dapat ditemukan di air, tanah, tumbuhan, serangga, dan hewan-hewan lain, termasuk manusia.[5][6] Bakteri ini juga merupakan bakteri coli fecal yang sering dijumpai pada kotoran, air, udara, dan tanah.[7] Klebsiella sp. dapat tumbuh pada kisaran temperatur 12º-43 °C, dengan suhu optimal 37 °C dengan pH 7,0.

Identifikasi

sunting

Agar darah

sunting

Media agar darah merupakan media enrichment (diperkaya) dan media diferensial yang berfungsi membedakan bakteri berdasarkan kemampuan bakteri melisiskan sel darah merah. Standar media agar darah yang digunakan dalam menumbuhkan bakteri adalah darah domba dan kuda (Mudatsir, 2010). Agar darah diperkaya +5% darah kuda atau domba. Media agar darah dapat digunakan untuk kultur primer. Beberapa bakteri dapat memproduksi enzim ekstraseluler yang dapat melisiskan sel darah merah secara sempurna (beta hemolisis), atau menghasilkan warna kehijauan di sekitar koloni (alpha hemolisis), atau tidak terdapat perubahan di sekitar koloni (gamma hemolisis). Klebsiella sp. memiliki sifat gamma hemolisis, namun dalam media agar darah koloni bakteri Klebsiella sp. belum dapat dibedakan dengan bakteri Enterobacteriaceae yang lain.

Mac Conkey Agar

sunting

Media Mac Conkey agar merupakan medium selektif dam diferensial yang mengandung zat warna khusus dan karbohidrat untuk membedakan koloni yang memfermentasikan laktosa (berwarna merah jambu) dengan yang tidak memfermentasikan laktosa (tidak berwarna), ukuran dan bentuk koloni bervariasi berdasarkan spesies. Mac Conkey mengandung laktosa dan mengandung neutral red yang merupakan indikator pH sehingga media Mac Conkey dapat digunakan untuk membedakan bakteri koliform laktosa fermenter dan non-laktosa fermenter.

Pewarnaan Kapsul (Pewarnaan negatif)

sunting

Pewarnaan kapsul menggunakan teknik Gins-Burri, teknik ini adalah suatu kombinasi pewarnaan negatif dengan pewarnaan sederhana. Kapsul bakteri mudah ditembus zat warna namun sulit untuk mengikat zat warna. Pada teknik ini hasil akan terlihat dengan bakteri berwarna terang jernih apabila menggunakan latar belakang gelap.

Biokimia

sunting

Triple Sugar Iron Agar (TSIA)

sunting

TSIA merupakan media yang dapat mengidentifikasi bakteri sesuai dengan karakter spesifik yang ditunjukkan oleh bakteri. TSIA mengandung glukosa (0,1%), sukrosa (1%), laktosa (1%), ferosulfat (untuk mendeteksi produksi H2S), ekstrak jaringan (substrat pertumbuhan protein), dan indikator pH (fenol merah). Teknik ini menggunakan prinsip fermentasi karbohidrat dan produksi H2S.

Media yang digunakan memiliki dua bagian yaitu slant (miring) dan butt (tusuk/pangkal). Zat dimasukkan ke dalam tabung reaksi sehingga menghasilkan agar miring dengan bagian pangkal yang dalam dan diinokulasi dengan menusukkan pertumbuhan bakteri ke dalam bagian pangkal. Apabila karbohidrat difermentasi dengan atau tanpa produksi gas, pH akan turun yang mengakibatkan medium akan berubah warna yang semula berwarna merah menjadi kuning. Organisme yang tidak memfermentasi karbohidrat akan memproduksi alkalinasi karena pengeluaran amin dari degenerasi asam amino, pH akan meningkat dan medium tetap atau berwarna merah. Sodium tiosulfat yang terdapat dalam medium direduksi oleh beberapa bakteri menjadi hidrogen sulfida (gas yang tidak berwarna). Hidrogen sulfida akan bereaksi dengan ion ferri memproduksi iron sulfida, presipitat hitam yang tidak larut. Reaksi bakteri Klebsiella sp. pada TSIA yaitu asam/asam berwarna kuning pada bagian pangkal dan miring, dapat terdeteksi gas, dan tidak menghasilkan H2S.

Tes Motilitas

sunting

Tujuan tes ini untuk mengetahui pergerakan bakteri. Bakteri diinokulasikan dengan menggunakan suatu kawat lurus melalui pusat medium. Klebsiella sp. termasuk dalam bakteri non-motil, hanya tumbuh pada garis inokulum. Sedangkan bakteri motil tumbuh keluar dari medium sehingga menyebabkan kekeruhan.

Tes Indol

sunting

Tujuan tes ini untuk mengetahui apakah bakteri memiliki enzim triptophanase sehingga bakteri tersebut mampu mengoksidasi asam amino triptofan dan membentuk indol. Adanya indol dapat diketahui dengan penambahan reagen Ehrlich/Kovac’s yang berisi paradimetil amino bensaldehid. Hasil uji indol dapat diketahui negatif (-) yang ditandai dengan tidak adanya bentukan berwarna merah seperti lapisan cincin di permukaan biakan. Sedangkan hasil positif (+) ditandai dengan adanya bentukan berwarna merah seperti lapisan cincin di permukaan biakan bakteri, dapat diartikan bahwa sumber karbon berasal dari triptofan yang membentuk indol.[8] Klebsiella sp. memberikan hasil negatif atau tidak berwarna merah pada tes ini.

Tes Metil Merah dan Voges-Prokauer (VP)

sunting

Tujuan tes ini untuk mendeteksi produksi asam kuat selama proses fermentasi glukosa. Pembentukan asam pada fermentasi glukosa memberikan warna merah dengan indikator metil merah. Klebsiella sp. memberikan hasil negatif pada tes metil merah.

Voges-Prokauker (VP) bertujuan untuk menentukan organisme yang memproduksi dan mengelola asam dan fermentasi glukosa, memperlihatkan kemampuan sistem buffer dan menentukan bakteri yang menghasilkan produk netral (asetil metal karbinol atau aseton) dari hasil fermentasi glukosa. Klebsiella sp. memberikan hasil positif pada tes ini.

Tes Sitrat

sunting

Tujuan tes ini untuk mengetahui kemampuan organisme menggunakan sitrat sebagai sumber dasar karbon untuk pertumbuhan dan garam amonium sebagai sumber nitrogen. Klebsiella sp. memberikan reaksi positif terhadap penggunaan sitrat.

Tes Urease

sunting

Tujuan tes ini untuk mengetahui kandungan enzim urease pada bakteri. Reaksi positif ditandai dengan perubahan medium menjadi merah muda (sangat merah muda). Perubahan warna terjadi saat enzim urease memutus ikatan karbon dan nitrogen untuk membentuk amoniak. Adanya amoniak menyebabkan suasana medium menjadi alkali/basa sehingga indikator phenol red akan berubah menjadi merah muda pada medium.[9] Klebsiella sp. memberikan hasil positif pada tes ini.

Referensi

sunting
  1. ^ "Klebsiella". NCBI taxonomy (dalam bahasa English). Bethesda, MD: National Center for Biotechnology Information. Diakses tanggal 24 April 2019. 
  2. ^ Trevisan, V. "Caratteri di alcuni nuovi generi di Batteriaceae [Characteristics of some new genera of Bacteriaceae]." Atti. Accad. Fis.-Med.-Stat. Milano (Ser 4) (1885) 3:92-106.
  3. ^ Ryan KJ; Ray CG (editors) (2004). Sherris Medical Microbiology (edisi ke-4th). McGraw Hill. hlm. 370. ISBN 978-0-8385-8529-0. 
  4. ^ Kusuma, D. A., Farida, H., & Firmanti, S. C. (2013). PERBEDAAN POLA KEPEKAAN TERHADAP ANTIBIOTIK PADA Klebsiella sp. YANG MENGKOLONISASI NASOFARING BALITA:(Penelitian belah lintang pada balita yang tinggal di daerah tengah dan pinggiran kota Semarang) (Doctoral dissertation, Diponegoro University).
  5. ^ Bagley S (1985). "Habitat association of Klebsiella species". Infect Control. 6 (2): 52–8. doi:10.1017/S0195941700062603. PMID 3882590. 
  6. ^ Brisse S, Grimont F, Grimont PD (2006). Prokaryotes . New York, NY: Springer New York. hlm. 159–196. 
  7. ^ Mardiyantoro, F., Munika, K., Sutanti, V., Cahyati, M., & Pratiwi, A. R. (2018). Penyembuhan luka rongga mulut. Universitas Brawijaya Press.
  8. ^ Lumantouw, S. F. (2013). Febby EF Kandou. Sendy B Rondonuwu. Marina FO Singkoh. Isolasi dan Identifikasi Bakteri yang Toleran terhadap Fungisida Mankozeb pada Lahan Pertanian Tomat di Desa Tempok, Kecamatan Tompaso, Sulawesi Utara.
  9. ^ Antriana, N. (2014). Isolasi bakteri asal saluran pencernaan rayap pekerja (Macrotermes spp.). Saintifika, 16(1).

DAMAYANTI, N. E. R. Morfologi dan Patogenitas Bakteri Penyebab Snfeksi Saluran Pernapasan Kleibsella penumoniae.

Fauziah, S. (2016). Kemampuan Isolat Bakteri C1F (Klebsiella sp.) dalam Menurunkan Kadar Fenol pada Limbah Laboratorium Kimia UIN Alauddin Makassar (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar).

FAUZIAH, S. R. (2019). IDENTIFIKASI Klebsiella sp PADA ES CAMPUR YANG DIJUAL DI JALAN WILLIAM ISKANDAR MEDAN.

Fithriyah, N. L. (2015). Isolasi dan identifikasi bakteri endofit dari rumput kebar (Biophytum Sp.) sebagai penghasil senyawa antibakteri terhadap bakteri Eschericia coli dan Staphylococcus aureus (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim).

Hatmaningtyas, L. L. A., Farida, H., & Chandra F, S. (2013). Faktor risiko kolonisasi Klebsiella sp. pada nasofaring balita (Doctoral dissertation, Faculty of Medicine Diponegoro University).

Isnaeni, D., & Rahmawati, R. (2016). ISOLASI DAN KARAKTERISASI MIKROSIMBION DARI SPONS Callyspongia Vaginalis dan UJI DAYA HAMBAT TERHADAP Staphylococcus aureus dan Salmonella thypi. Majalah Farmasi Nasional, 13(2), 8-19.

Nasution, M. Y., Pulungan, A. S. S., Chairani, F., & Wulandari, W. ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BIOKIMIA BAKTERI ASAL SUNGAI BATANG GADIS SUMATERA UTARA. JURNAL BIOSAINS, 6(3), 109-114.

Sari, N., Erina, E., & Abrar, M. (2018). ISOLASI DAN IDENTIFIKASI Salmonella sp DAN Shigella sp PADA FESES KUDA BENDI DI BUKITTINGGI SUMATERA BARAT (Isolation and Identification of Salmonella sp and Shigella sp on Feces of Bendi’s Horse in Bukittinggi West Sumatera). Jurnal Ilmiah Mahasiswa Veteriner, 2(3), 402-410.