Mengasuh itu Asyik (Enjoy Parenting)
Oleh Dian Noviyanti
()
Tentang eBuku ini
Dian Noviyanti, ibu rumah tangga yang gemar membaca dan belajar. Hasil belajarnya ia dokumentasikan melalui menulis, sebagaimana yang diteladankan oleh Nabi dan wali Allah. Sabda Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam, "Ikatlah ilmu dengan dengan menulisnya."
"Tulislah. Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya. Tidaklah keluar darinya melainkan kebenaran."
Imam Asy Syafi'i rahimahullah berkata, "Ilmu adalah buruan dan tulisan adalah ikatannya. Ikatlah buruanmu dengan tali yang kuat. Termasuk kebodohan kalau engkau memburu kijang, setelah itu kamu tinggalkan terlepas begitu saja." Sampai-sampai Asy-Sya'bi rahimahullah berkata, "Apabila engkau mendengar sesuatu ilmu, maka tulislah meskipun pada dinding"
Terkait dengan Mengasuh itu Asyik (Enjoy Parenting)
E-book terkait
Kumpulan Artikel Pendidikan Keluarga Penilaian: 4 dari 5 bintang4/5Mitos No Contact Penilaian: 0 dari 5 bintang0 penilaianPSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK DAN DISTURBILITAS PADA USIA EVOLUTIF: Apa itu dan bagaimana cara kerjanya Penilaian: 0 dari 5 bintang0 penilaianMy Monster Sight Words (Kata-kata yang Sering Ditemukan) Penilaian: 0 dari 5 bintang0 penilaianKumpulan Artikel Motivasi dan Spiritualitas Penilaian: 2 dari 5 bintang2/5Mumpung gedé rumbulané, mumpung jembar kalangané Penilaian: 5 dari 5 bintang5/5Depresi: Lebih Dari Sekedar Kesedihan... Penilaian: 0 dari 5 bintang0 penilaianBelajar Bahasa Indonesia - Pantas / Mudah / Cekap: 2000 Perbendaharaan Kata Utama Penilaian: 0 dari 5 bintang0 penilaianI Am Brave Penilaian: 0 dari 5 bintang0 penilaianCara Cepat Memikat Penilaian: 0 dari 5 bintang0 penilaianPergi ke Jalan yang Seharusnya Anda Tempuh: Seri Kehidupan Kristen, #6 Penilaian: 5 dari 5 bintang5/5Sharing Food Penilaian: 0 dari 5 bintang0 penilaianMenuai Apa yang Kami Tabur 1: Menuai Apa yang Kami Tabur, #1 Penilaian: 5 dari 5 bintang5/5Amsal untuk anak-anak Penilaian: 0 dari 5 bintang0 penilaianCara Mendapatkan Seorang Suami Penilaian: 0 dari 5 bintang0 penilaianYerry Pattinasarany: Pesan Restorasi Penilaian: 4 dari 5 bintang4/5E-Book Kamu: Cara Mudah Membuat & Menerbitkan E-Book Sendiri (Updated) Penilaian: 5 dari 5 bintang5/5Hukum Mengadopsi Anak Berdasarkan Ajaran Islam Penilaian: 0 dari 5 bintang0 penilaianHunja yang Misterius: Bagaimana Wanita Hamil di Usia 80 di Negeri Misteri Ini? Penilaian: 0 dari 5 bintang0 penilaianPabrik Ebook: Strategi, ide, dan petunjuk operasional untuk menciptakan aliran pendapatan melalui penulisan dan penerbitan ebook Penilaian: 0 dari 5 bintang0 penilaianA Street Dream: The Evergreen Architecture Penilaian: 4 dari 5 bintang4/5100 KISAH NYATA TENTANG KEMATIAN YANG TIDAK BIASA Penilaian: 0 dari 5 bintang0 penilaianPenulis 2.0: Cara mendapatkan uang dengan menulis buku untuk dijual secara online Penilaian: 0 dari 5 bintang0 penilaianInilah Cara Pikir Penjualan Yang Cerdas: Teka-Teki & Kata-Kata Bijak Penilaian: 0 dari 5 bintang0 penilaianThe Number Story 1 KISAH SANG ANGKA: Small Book One English-Indonesian Penilaian: 0 dari 5 bintang0 penilaianTerjemahan Dan Makna Surat 95 At-Tin (Buah Tin) The Fig Edisi Bilingual Penilaian: 0 dari 5 bintang0 penilaian
Hubungan untuk Anda
50 Cara Membuat Si Dia Rindu Padamu: Bagaimana Membuatnya Menginginkanmu Penilaian: 0 dari 5 bintang0 penilaianGaya Kepemimpinan Yesus Penilaian: 4 dari 5 bintang4/5Kumpulan Artikel Motivasi dan Spiritualitas Penilaian: 2 dari 5 bintang2/5Hukum Bunuh Diri & Eutanasia Dalam Syariah Islam Penilaian: 5 dari 5 bintang5/5Manajemen Kemarahan: Mengendalikan Kemarahan Dan Putus Asa Penilaian: 0 dari 5 bintang0 penilaianCara Mendapatkan Seorang Suami Penilaian: 0 dari 5 bintang0 penilaianCara Cepat Memikat Penilaian: 0 dari 5 bintang0 penilaianMembaca Sinyal Cinta dan 30 Tulisan tentang Cinta, Pergaulan dan Pacaran Penilaian: 0 dari 5 bintang0 penilaianHukum Mengadopsi Anak Berdasarkan Ajaran Islam Penilaian: 0 dari 5 bintang0 penilaian
Ulasan untuk Mengasuh itu Asyik (Enjoy Parenting)
0 rating0 ulasan
Pratinjau buku
Mengasuh itu Asyik (Enjoy Parenting) - Dian Noviyanti
Kata Pengantar
Alhamdulillah. Segala puji syukur atas segala nikmat pengaturan Allah. Pada setiap tetes inspirasi yang lembut dan menyegarkan, pada setiap kata yang tersusun menjadi kalimat, pada setiap hati yang membacanya, maupun yang mewartakannya.
Bismillah, memperkenalkan buku ke delapan saya yang masih bergenre parenting. Buku ini merupakan kumpulan tulisan di laman FB saya dari tahun 2019-2021, yang kemudian diinisiasi untuk dikompilasi dan diwartakan oleh Penerbit Pimedia.
Buku yang didesain agar ringan dibaca, handy untuk digenggam, muat dalam tas kecil untuk dibawa-bawa.
Materi tulisannya berisi reminder keseharian dalam berinteraksi dengan anak, karena parenting atau pengasuhan hakikatnya merupakan cara kita berinteraksi dengan anak. Bagaimana agar kita bisa menjalaninya dengan santai dan nyaman? Bagaimana agar interaksi ini membuat kita tumbuh bersama? Bagaimana agar kita tidak melulu fokus pada kendali perilaku yang tampak, melainkan berefleksi lebih dalam. Bahwa segala hal yang terjadi ada dalam pengaturan Allah, bahwa segala hal yang kita alami adalah panggilan-panggilan halus agar kita memohon pertolongan-Nya.
Kita adalah Bunda Hajar yang berlari-lari antara Shafa Marwa dalam rangka ikhtiar mencari air pengetahuan hingga Allah berkenan merahmati melalui air pengetahuan hakiki.
Kita adalah Bunda Maryam yang sabar menanti waktu yang tepat sampai bayi kecil itu menjadi pembela ibunya dengan penguasaan rahmat Allah.
Kita adalah Bunda Aisyah yang melindungi anak-anak kita dari ke-Fir’aun-an yang menyesatkan.
Kita adalah Bunda Halimah yang mengalirkan air susu demi masa depan seorang manusia, demi keberlangsungan umat manusia, demi pemikul panji keagungan syiar agama Muhammad Shollallahu ‘Alayhi Wassalam.
Harapannya saat membaca tulisan ini dapat menguatkan kembali pundak yang lelah, membangkitkan semangat tang tadinya memudar. Dan mengorientasikan kembali peran diri kita sebagai hamba Allah.
Maka tiap tulisan selalu saya mulai dengan ‘bismillah’, karena ada doa yang saya sertakan bagi yang membacanya. Semoga keberkahan mengalir pada kita semua, baik yang menulis, membaca dan yang mewartakannya.
Amin Ya Robbal ‘Alamin
So, Mommies.
Enjoy Parenting.
Dian Noviyanti
Daftar Isi
Kata Pengantar
Daftar Isi
Membangun Emosi Positif
3R
Mengenali Emosi Anak
Depresi? Tafakur
Kesepakatan
Kalimat Efektif
Frozen
Takdir
The Little Stranger
Sebelum Membawa Buah Hati Terapi
Saat Anak Berkata Kasar
Hormon dan Storytelling
Siapa Bilang Parenting Baru Ada di Zaman Now?
Pelecehan Anak
Mengenal Kombinasi Gaya Belajar
Mengenal Gangguan Psikis Pasca Melahirkan
Potensi dan Talenta
Crying for Help
Planet Berlian
Cermin
Agresif
Ketika Anak Mager
Pengakuan Dunia
Ilham untuk Bunda
Penyapihan
Manusia itu Makhluk Sensorik
Bersyukur
Saat Tidur
Menghadapi Musibah
Kegiatan Sensorik
Menjawab Pertanyaan
Perlukah Menghukum Anak?
Sibling
Membangun Koneksi dengan Anak
Anak Saya
Saputangan
Ilmu Kebal Emosi
Konsep Waktu
Perempuan Sulung
Gangguan Koneksi
Anak dan Mainan
Tentang Luka Pengasuhan
Mengenal Kepribadian
Mendongeng
Disiplin Sesuai Usia
Parenting Masa Kecil Rasulullah
Saat Remaja Menjadi Teman
Fitrah
Lapar Otak
Akidah
Kontak Mata
Imajinasi
Agresi di Sekolah
Emosi dan Reaksi
Malin Kundang
Fabel
Agresi Bermain
Kata Jangan
Menyusui = Mengalirkan Pengetahuan
Cinderella Complex
Neurosains
Tentang Penulis
Membangun Emosi Positif
Dear Mommies,
Kegiatan kognitif yang didapat anak melalui belajar (akademis) hanya menstimulasi otak bagian lobus temporal saja. Sedangkan fungsi otak yang membedakan manusia dengan hewan, yaitu pada pre-frontal cortex (PFC), distimulasi melalui interaksi yang lekat. Interaksi ini sangat dipengaruhi oleh emosi.
Interaksi positif berasal dari emosi positif kedua belah pihak (orang tua dan anak).
Persoalannya, bagaimana membangun emosi positif yang timbal balik?
Pertama, dengan berempati pada perasaan anak.
Jika anak mengalami kesulitan atau hal menyakitkan, dukung dengan turut merasakan apa yang ia rasakan. Tidak mesti melulu dengan kata-kata, bisa melalui ekspresi atau sentuhan. Misal, jika anak jatuh, bantu ia meredakan sakitnya. Bukan malah mengatakan, Nah kaaan ... Mama bilang juga apa!
Tunjukkan sikap tulus, bukan dilandasi keinginan ‘menguasai’ atau ‘mengendalikan’ anak.
Kedua, komunikasi.
Komunikasi. Komunikasi. Perhatikan nada bicara.
Intonasi tinggi cenderung merangsang anak menjadi ‘hi-arrousal’ (meningkatkan emosi negatif sehingga anak jadi gelisah, cemas, uring-uringan). Pun hindarkan kalimat berulang-ulang, interogatif dan penuh kecurigaan, karena bisa menyuburkan perilaku kompulsi pada anak.
Hindari menyela anak yang sedang asyik bercerita, jangan lekas-lekas ingin ‘meluruskan’ anak dengan mendakwahi dan sejenisnya. Tugas kita bukan mendakwahi, melainkan menyuburkan potensi Illahiyyah dalam dirinya. Setiap anak memiliki nurani. Kuatkan nuraninya (fu’ad) melalui kisah-kisah inspiratif.
Interaksi yang baik adalah kunci untuk mengembangkan fungsi korteks agar anak lebih mudah ‘diatur’, lebih dialogis dengan orang-orang di sekitar, bisa memahami aturan/norma sosial, kendali diri juga baik, yang dapat memagari anak dari perilaku adiksi.
Mommies,
Sebelum bicara kepada anak, kita juga harus sering berdialog dengan diri, melakukan refleksi diri. Kadang kita tak sadar, perilaku anak adalah buah dari interaksi kita dengannya.
Selamat memeluk buah hati, Mommies.
3R
Ibu, anak ini hanya butuh motivasi aja, kok, bu.
Nah, kan, saya sudah motivasi anak ini habis-habisan. Waktu dia tidak mau ambil kelas eksak saya bilang ke dia, ‘Ayo Kak, coba dulu. Kakak pasti bisa asalkan lebih giat. Jangan putus asa duluan, Kak.
Hening.
"Oh, iya, Bu. Maaf, saya lupa menjelaskan. Yang saya maksud memotivasi itu adalah memberikan dukungan sesuai kebutuhan anak. Sedangkan yang Ibu lakukan tadi bukan memotivasi, justru menegasi, meng-counter anak. Anak justru merasa tidak nyaman karena perbedaan sudut pandangnya makin tercuat antara keinginannya dan keinginan Ibu. Lalu, bagaimana reaksi anak saat itu, Bu?"
"Tetep enggak mau. Emang anaknya susah, enggak percaya diri."
***
Dr. Bruce Perry menggunakan pendekatan ‘3R’ saat menghadapi masalah anak, yaitu: regulate, relate dan reason. Ini sinergi dengan aktivitas otak dari batang otak, melewati limbik menuju ke cortex.
Saat anak sedang dikuasai emosi negatif seperti: marah, kesal, sedih, minder, dan sebagainya, hal pertama yang kita lakukan adalah terkait pemenuhan fisiknya. Misal: kalau ngamuk, ya, dipeluk. Kalau sedih, diusap-usap punggung atau kepalanya. Kalau lagi sotoy ingin ini-itu, dengarkan saja dulu dengan menggunakan bahasa tubuh yang membuatnya nyaman. Ajak makan dulu atau berikan minuman. Intinya, ekspresikan AFEKSI.
Ekspresi afeksi ada 5, yaitu: kalimat positif (pujian, kalimat dukungan, dsb), sentuhan fisik (mengusap, memeluk, membelai, dsb), pelayanan (memberi makan/minum, membantu), hadiah/ materi, dan waktu yang kita sediakan. Sesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi emosi anak saat itu.
Fase berikutnya, ‘relate’. Berikan kalimat-kalimat empati yang menenangkan. Tunjukkan bahwa kita mengerti betapa tidak enak dalam kondisi seperti itu. Ibu ngerti kenapa kamu sampai kesal begitu. Intinya, kita berusaha menyamakan ‘frekuensi’ rasa dengan anak.
Setelah keadaan lebih stabil. Baru deh, kita bisa bertanya atau memberikan masukan untuk masalah yang anak hadapi.
Selama melakukan ‘3R’ hindarkan kata-kata seperti ‘Mestinya kamu ...’, ‘Kamu jangan ...’, ‘Akan tetapi ...’, ‘Kenapa/ mengapa?’
Contoh kalimat terlarang, sebagai berikut:
Bu, aku tadi jatuh.
Kenapa?
"Sakit ndak, nak? Mau Ibu obatin?" (benar)
Bu, aku mau ikut demo, mau bela negara.
"Halah! Salat aja belang bonteng, sok-sokan mau bela negara." (salah)
Duh Mom,
Jangan playing god, ah. Jangan men-setting masa depan anak-anak kita melalui ucapan-ucapan buruk.
Nah, Momski,
Silakan berefleksi atas komunikasi dengan anak selama ini. Anak-anak akan memberikan feedback yang baik pada interaksi tersebut. Sikap kita akan mewarnai takdir anak di masa depan. Perbaiki dari sekarang.
Bismillah.
Mengenali Emosi Anak
Anak-anak mengalami konflik itu hal biasa. Dalam situasi konflik, anak belajar mengendalikan emosi selain menguatkan kemampuan sosial, komunikasi dan coping. Anak-anak sedang dalam masa perkembangan, demikian pula ego mereka. Karena itu anak-anak perlu bantuan dalam melatih kemampuan tersebut oleh orang dewasa di sekitarnya (orang tua, guru) di tempat konflik tersebut terjadi.
Beberapa kali saya lihat, konflik antar anak hanya diselesaikan melalui bersalaman sambil minta maaf.
Saling bermaafan tentu kebiasaan baik, tetapi ada baiknya sebelum jump to ‘maaf-maafan’, anak-anak diajak untuk mengenali perasannya, mengakui perasaannya, bagaimana konsekuensi tindakannya, baru terakhir saling bermaafan.
Jika kita menemukan situasi konflik memanas sampai ada anak yang menangis, ada ‘korban’, maka langkah pertama yang harus kita lakukan adalah:
Sesi pertama: regulasi
Bantu anak meregulasi emosinya melalui afeksi. Peluk anak. Usap kepalanya. Tanyakan apakah ada yang luka. Jika luka obati dulu. Pisahkan dulu anak. Beri minum. Setelah emosi yang mengharu biru reda. Baru sesi lanjutan bisa dilakukan.
Redanya emosi kadang harus menunggu sejam bahkan setengah hari. Minta bantuan ke teman-temannya untuk menenangkannya juga.
Setelah beres, lanjut ke sesi reason.
Mengekspresikan emosi dan mengenalinya adalah suatu kemampuan dasar yang perlu dilatih. Marah itu tidak apa-apa. Menangis juga boleh. Yang tak boleh adalah saat marah disertai mengamuk, memukul, berkata kotor/memaki, mengejek, mencibir.
Ajak anak berefleksi bagaimana baiknya bertindak saat sedang emosi. Bantu anak mengomunikasikan ‘Aku marah karena ...’, ‘Aku nangis karena ....’
Saat menghadapi konflik tersebut
Teruslah melakukan probing sampai anak mendapatkan insight bagaimana tindakan yang harus ia lakukan jika situasi tersebut berulang lagi.
Berikan beberapa alternatif. Langkah-langkah apa yang dapat ia tempuh untuk menolongnya dalam situasi tersebut.
Setelah itu, apa kewajiban yang dapat ia lakukan? Sebagai konsekuensi dari perilaku yang tak diterima tadi (memukul, menghina/mencibir/mengejek/menghasut, dsb) setelah berjanji melakukan kewajiban, barulah masuk dalam sesi terakhir, yaitu....
Bersalaman dan meminta maaf
Nah. Jika demikian maaf memaafkan jadi lebih bermakna, bukan sekadar lip service atau karena suruhan guru saja. Dalam tradisi Islam pun, kita menggunakan momen Idul Fitri untuk maaf-maafan setelah ditempa sebulan berpuasa. Ada proses yang dilalui sebelum mencapai maaf-maafan.
Jadi, bapak ibu di rumah, bapak ibu guru ... mari singsingkan lengan baju. Bantu anak-anak kita mengatasi masalah-masalah emosinya, mengenali perasaannya, agar mereka tercegah dari masalah-masalah psikis kelak di kemudian hari.
Selamat berjuang.
Bismillah.
Depresi? Tafakur
Kenapa pengidap depresi umumnya tidak bagus relasi dengan sesama? Ucapannya tajam, mudah tersinggung, cenderung menarik diri, tidak betah berlama-lama dalam bersosialisasi, ditambah perilaku lain yang justru menjauhkan dari rasa simpati.
Jawabnya, karena dalam depresi terdapat kemarahan.
Sikap ketus, mudah tersinggung, cemburu tingkat dewa, kejulidan itu, sebenarnya merupakan ‘cry for help’. Tangisan minta tolong. Tolong aku dengan kondisi ini. Jangan pergi dari aku. Cintaiku apa adanya.
Sayangnya, dengan karakter ‘sulit’ begitu, justru membuat orang sekitar makin pergi menjauh.
Makinlah dia merasa mendapat pembenaran bahwa dirinya tak layak dicintai. Dia marah karena tak mampu mengendalikan dirinya agar menjadi orang yang layak dicintai. Dia marah sekaligus merasa tak berdaya.
Kemarahan ini berasal dari rasa ‘tidak dicintai’ dan ‘tidak berdaya’, tentu berkaitan dengan relasi terhadap