Teori Kognitif

Télécharger au format docx, pdf ou txt
Télécharger au format docx, pdf ou txt
Vous êtes sur la page 1sur 7

Nama : Deril Novanto Setiadi

NIM : 231134125
Kelas : I PGSD 3 K
Dosen : Wahono,S.Sn.,M.Hum.

Rangkuman Materi Mapel Seni Rupa pertemuan pertama Tanggal 31/09/2023

pada sesi awal Menjelaskan tentang Punctum Remotum dan Punctum Proximum, Adapun
pengertianya sebagai berikut.

a. Punctum Remotum
Adalah penyederhanaan object karena titik jauh jarak pengelihatan, pengaruh, visual dan
warna secara tangkap mata.

b. Punctum Proximum
Adalah titik terdekat pengelihatan mata, efek yang dihasilkan object yang dilihat akan
semakin detail, jelas dari bentuk, ukuran, maupun warna.

Kita juga mempelajari perbedaan antara melukis dan juga menggambar, Melukis artinya kita
mengimajinasikan suatu object tanpa object dan menuangkanya di dalam sebuah media
yang dinamakan kavas atau media lukis lain.
sedangkan mengambar adalah menuangkan hasil karya berdasarkan object nyata dan
menghasilakan bentuk, ukuran, warna yang serupa,presisi dan teratur dengan object yang
menjadi bahan karya tersebut.

Dalam sesi berikutnya kita juga mempelajari teori Kognitif, Afektif, Psikomotorik,latar
belakang seorang Jean Piaget dan teori perkembangan kognitif yang dikemukakannya.
a. Teori Kognitif, Afektif, Psikomotorik
1. Teori Kognitif :
menurut Piaget teori kognitif adalah bagaimana anak beradaptasi dan
mengintepresentasikan suatu object atau kejadian di sekitarnya menggunakan
penalaranya.
2. Teori Afektif :
adalah kemampuan seseorang yang berkaitan erat dengan emosi, perasaan di
dalam dirinya.
3. Teori Psikomotorik:
merupakan kemampuan seseorang untuk melakukan sesuatu, menggunakan alat
atau memanipulasi Gerakan tubuh.

b. Latar belakang Jean Piaget


Menurut Wikipedia, Jean Piaget [ʒɑ̃ pjaˈʒɛ] (9 Agustus 1896 – 16 September 1980) adalah
seorang filsuf, dan seorang pisikolog berkebangsaan Swiss yang terkenal karena hasil
penelitiannya tentang anak-anak dan teori perkembangan kognitif. Jean Piaget juga adalah
seorang perintis besar dalam teori konstruktif tentang pengetahuan. Karya Piaget pun
banyak dikutip dalam pembahasan mengenai pisikologi kognitif.

c. Teori Perkembangan kognitif Jean Piaget


Teori perkembangan kognitif Jean Piaget atau teori Piaget menunjukkan bahwa kecerdasan
berubah seiring dengan pertumbuhan anak. Perkembangan kognitif seorang anak bukan
hanya tentang memperoleh pengetahuan, anak juga harus mengembangkan atau
membangun mental.
Adapun tahapanya sebagai berikut:
1. Tahap Sensorimotor (Usia 18-24 bulan)
Tahap sensorimotor adalah yang pertama dari empat tahap dalam teori Piaget mengenai
perkembangan kognitif anak Piaget. Selama periode ini, bayi mengembangkan pemahaman
tentang dunia melalui koordinasi pengalaman sensorik (melihat, mendengar) dengan
tindakan motorik (menggapai, menyentuh).

2. Tahap Pra Operasional (Usia 2-7 Tahun)


Tahap ini dimulai sekitar 2 tahun dan berlangsung hingga kira-kira 7 tahun. Selama periode
ini, anak berpikir pada tingkat simbolik tapi belum menggunakan operasi kognitif. Artinya,
anak tidak bisa menggunakan logika atau mengubah, menggabungkan, atau memisahkan
ide atau pikiran.

3. Tahap Operasional Konkret (Usia 7-11 Tahun)


Perkembangan kognitif anak di tahap ini berlangsung sekitar usia 7 hingga 11 tahun, dan
ditandai dengan perkembangan pemikiran yang terorganisir dan rasional. Piaget
menganggap tahap konkret sebagai titik balik utama dalam perkembangan kognitif anak,
karena menandai awal pemikiran logis.

4. Tahap Operasional Formal (Usia 12 tahun ke atas)


Perkembangan kognitif anak menurut tahap terakhir menurut Piaget dimulai sekitar usia 12
tahun dan berlangsung hingga dewasa.

Saat remaja memasuki tahap ini, mereka memperoleh kemampuan untuk berpikir secara
abstrak dengan memanipulasi ide di kepalanya, tanpa ketergantungan pada manipulasi
konkret.

Dan Materi terakhir yang diberikan adalah materi teori taksonomi B. Bloom

Latar Belakang

Benjamin Samuel Bloom, 21 Februari 1913 – 13 September 1999, adalah seorang


psikolog pendidikan dari Amerika Serikat, dengan kontribusi utamanya adalah dalam
penyusunan taksonomi tujuan pendidikan dan pembuatan teori belajar tuntas.
Sejarah taksonomi bloom bermula ketika awal tahun 1950-an, dalam Konferensi Asosiasi
Psikolog Amerika, Bloom dan kawan-kawan mengemukakan bahwa dari evaluasi hasil
belajar yang banyak disusun di sekolah, ternyata persentase terbanyak butir soal yang
diajukan hanya meminta siswa untuk mengutarakan hapalan mereka.
Konferensi tersebut merupakan lanjutan dari konferensi yang dilakukan pada tahun 1948.
Menurut Bloom, hapalan sebenarnya merupakan tingkat terendah dalam kemampuan
berpikir (thinking behaviors).

Masih banyak level lain yang lebih tinggi yang harus dicapai agar proses pembelajaran
dapat menghasilkan siswa yang kompeten di bidangnya. Akhirnya pada tahun 1956, Bloom,
Englehart, Furst, Hill dan Krathwohl berhasil mengenalkan kerangka konsep kemampuan
berpikir yang dinamakan Taxonomy Bloom.
Taksonomi Bloom adalah struktur hierarkhi yang mengidentifikasikan skills mulai dari tingkat
yang rendah hingga yang tinggi.
Tentunya untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi, level yang rendah harus dipenuhi lebih
dulu.

Dalam kerangka konsep ini, tujuan pendidikan ini oleh Bloom dibagi menjadi tiga
domain/ranah kemampuan intelektual (intellectual behaviors) yaitu kognitif, afektif dan
psikomotorik.
Taksonomi Bloom mengalami dua kali perubahan perubahan yaitu Taksonomi yang
dikemukakan oleh Bloom sendiri dan Taksonomi yang telah direvisi oleh Andreson dan
KartWohl.

1) Ranah Kognitif

Tujuan kognitif atau Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak).
Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktifitas otak adalah termasuk dalam ranah
kognitif.
Dalam ranah kognitif itu terdapat enam jenjang proses berfikir, mulai dari jenjang terendah
sampai jenjang yang tertinggi yang meliputi 6 tingkatan antara lain :

a) Pengetahuan (Knowledge) – C1

Pada level atau tingkatan terendah ini dimaksudkan sebagai kemampuan mengingat
kembali materi yang telah dipelajari, misalnya.
(a) pengetahuan tentang istilah.
(b) pengetahuan tentang fakta khusus.
(c) pengetahuan tentang konvensi.
(d) pengetahuan tentang kecendrungan dan urutan.
(e) pengetahuan tentangklasifikasi dan kategori.
(f) pengetahuan tentang kriteria.
(g) pengetahuan tentang metodologi.

b) Pemahaman (Comprehension) – C2

Pada level atau tingkatan kedua ini, pemahaman diartikan sebagai kemampuan
memahami materi tertentu, dapat dalam bentuk:
(a) translasi (mengubah dari satu bentuk ke bentuk lain).
(b) interpretasi (menjelaskan atau merangkum materi).
(c) ekstrapolasi (memperpanjang/memperluas arti/memaknai data).

Contoh : Menuliskan kembali atau merangkum materi Pelajaran

c) Penerapan (Application) – C3

Pada level atau tingkatan ketiga ini, aplikasi dimaksudkan sebagai kemampuan untuk
menerapkan informasi dalam situasi nyata atau kemampuan menggunakan konsep dalam
praktek atau situasi yang baru.
Contoh: Menggunakan pedoman/ aturan dalam menghitung gaji pegawai.

d) Analisa (Analysis) – C4

Analisis adalah kategori atau tingkatan ke-4 dalam taksonomi Bloom tentang ranah
(domain) kognitif. Analisis merupakan kemampuan menguraikan suatu materi menjadi
bagian-bagiannya.
Kemampuan menganalisis dapat berupa:
(a) analisis elemen (mengidentifikasi bagian-bagian materi).
(b) analisis hubungan (mengidentifikasi hubungan).
(c) analisis pengorganisasian prinsip (mengidentifikasi pengorganisasian/organisasi).

Contoh: Menganalisa penyebab meningkatnya Harga pokok penjualan dalam laporan


keuangan dengan memisahkan komponen- komponennya.

e) Sintesis(Synthesis)-C5
Level kelima adalah sintesis yang dimaknai sebagai kemampuan untuk memproduksi.
Tingkatan kognitif kelima ini dapat berupa:
(a) memproduksi komunikasi yang unik;
(b) memproduksi rencana atau kegiatan yang utuh; dan
(c) menghasilkan/memproduksi seperangkat hubungan abstrak.
Contoh: Menyusun kurikulum dengan mengintegrasikan pendapat dan materi dari
beberapa sumber.

f) Evaluasi (Evaluation) – C6

Level ke-6 dari taksonomi Bloom pada ranah kognitif adalah evaluasi. Kemampuan
melakukan evaluasi diartikan sebagai kemampuan menilai ‘manfaat’ suatu benda/hal untuk
tujuan tertentu berdasarkan kriteria yang jelas.
Paling tidak ada dua bentuk tingkat (level) evaluasi menurut Bloom, yaitu:
(a) penilaian atau evaluasi berdasarkan bukti internal; dan
(b) evaluasi berdasarkan bukti eksternal.
Contoh: Membandingkan hasil ujian siswa dengan kunci jawaban.

2)Ranah.Afektif

Ranah Afektif mencakup segala sesuatu yang terkait dengan emosi, misalnya perasaan,
nilai, penghargaan, semangat,minat, motivasi, dan sikap.
Lima kategori ranah ini diurutkan mulai dari perilaku yang sederhana hingga yang paling
kompleks :

a) Penerimaan (Receiving) – A1

Mengacu kepada kemampuan memperhatikan dan memberikan respon terhadap sitimulasi


yang tepat.
Penerimaan merupakan tingkat hasil belajar terendah dalam domain afektif. Dan
kemampuan untuk menunjukkan atensi dan penghargaan terhadap orang lain.
Contoh: mendengar pendapat orang lain, mengingat nama seseorang.

b) Responsive (Responding) – A2

Satu tingkat di atas penerimaan. Dalam hal ini siswa menjadi terlibat secara afektif,
menjadi peserta dan tertarik.
Kemampuan berpartisipasi aktif dalam pembelajaran dan selalu termotivasi untuk segera
bereaksi dan mengambil tindakan atas suatu kejadian. Contoh: berpartisipasi dalam
diskusi kelas.

c) Nilai yang dianut (Value) – A3

Mengacu kepada nilai atau pentingnya kita menterikatkan diri pada objek atau kejadian
tertentu dengan reaksi-reaksi seperti menerima, menolak atau tidak menghiraukan.
Tujuan-tujuan tersebut dapat diklasifikasikan menjadi “sikap dan opresiasi”.
Serta Kemampuan menunjukkan nilai yang dianut untuk membedakan mana yang baik
dan kurang baik terhadap suatu kejadian/obyek, dan nilai tersebut diekspresikan dalam
perilaku.
Contoh: Mengusulkan kegiatanCorporate Social Responsibility sesuai dengan nilai yang
berlaku dan komitmen perusahaan.

d) Organisasi (Organization) – A4
Mengacu kepada penyatuan nilai, sikap-sikap yang berbeda yang membuat lebih
konsisten dapat menimbulkan konflik-konflik internal dan membentuk suatu sistem nilai
internal, mencakup tingkah laku yang tercermin dalam suatu filsafat hidup.
Kemampuan membentuk system nilai dan budaya organisasi dengan
mengharmonisasikan perbedaan nilai.
Contoh: Menyepakati dan mentaati etika profesi, mengakui perlunya keseimbangan antara
kebebasan dan tanggung jawab.

e) Karakterisasi (characterization) – A5
Mengacu kepada karakter dan daya hidup sesorang. Nilai-nilai sangat berkembang nilai
teratur sehingga tingkah laku menjadi lebih konsisten dan lebih mudah diperkirakan.
Tujuan dalam kategori ini ada hubungannya dengan keteraturan pribadi, sosial dan emosi
jiwa.
Dan Kemampuan mengendalikan perilaku berdasarkan nilai yang dianut dan memperbaiki
hubungan intrapersonal, interpersonal dan social.
Contoh: Menunjukkan rasa percaya diri ketika bekerja sendiri, kooperatif dalam aktivitas
kelompok

3) Ranah Psikomotorik

Ranah Psikomotorik meliputi gerakan dan koordinasi jasmani, keterampilan motorik dan
kemampuan fisik.
Ketrampilan ini dapat diasah jika sering melakukannya. Perkembangan tersebut dapat
diukur sudut kecepatan, ketepatan, jarak, cara/teknik pelaksanaan. Ada tujuh kategori dalam
ranah psikomotorik mulai dari tingkat yang sederhana hingga tingkat yang rumit.

a) Peniruan – P1
Terjadi ketika siswa mengamati suatu gerakan. Mulai memberi respons serupa dengan
yang diamati. Mengurangi koordinasi dan kontrol otot-otot saraf.
Peniruan ini pada umumnya dalam bentuk global dan tidak sempurna.

b) Manipulasi – P2
Menekankan perkembangan kemampuan mengikuti pengarahan, penampilan, gerakan-
gerakan pilihan yang menetapkan suatu penampilan melalui latihan.
Pada tingkat ini siswa menampilkan sesuatu menurut petunjuk-petunjuk tidak hanya
meniru tingkah laku saja.

c) Ketetapan – P3
Memerlukan kecermatan, proporsi dan kepastian yang lebih tinggi dalam penampilan.
Respon-respon lebih terkoreksi dan kesalahan-kesalahan dibatasi sampai pada tingkat
minimum.

d) Artikulasi – P4
Menekankan koordinasi suatu rangkaian gerakan dengan membuat urutan yang tepat dan
mencapai yang diharapkan atau konsistensi internal di natara gerakan-gerakan yang
berbeda.

e) Pengalamiahan – P5
Menurut tingkah laku yang ditampilkan dengan paling sedikit mengeluarkan energi fisik
maupun psikis.
Gerakannya dilakukan secara rutin. Pengalamiahan merupakan tingkat kemampuan
tertinggi dalam domain psikomotorik.

C. Revisi Taksonomi Bloom


Pada tahun 1994, salah seorang murid Bloom, Lorin Anderson Krathwohl dan para ahli
psikologi. aliran kognitivisme memperbaiki taksonomi Bloom agar sesuai dengan kemajuan
zaman.
Hasil perbaikan tersebut baru dipublikasikan pada tahun 2001 dengan nama Revisi
Taksonomi Bloom.
Revisi hanya dilakukan pada ranah kognitif. Revisi tersebut meliputi:

1). Perubahan kata kunci dari kata benda menjadi kata kerja untuk setiap level taksonomi.
2). Perubahan hampir terjadi pada semua level hierarkhis, namun urutan level masih sama
yaitu dari urutan terendah hingga tertinggi.

Perubahan mendasar terletak pada level 5 dan 6. Perubahan perubahan tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut:
• Pada level 1, knowledge diubah menjadi remembering (mengingat).
• Pada level 2, comprehension dipertegas menjadi understanding (memahami).
• Pada level 3, application diubah menjadi applying (menerapkan).
• Pada level 4, analysis menjadi analyzing (menganalisis).
• Pada level 5, synthesis dinaikkan levelnya menjadi level 6 tetapi den perubahan
mendasar,yaitu creating (mencipta).
• Pada level 6, Evaluation turun posisisinya menjadi level 5, dengan sebutan evaluating
(menilai).

Jadi, Taksonomi Bloom baru versi Kreathwohl pada ranah kognitif terdiri dari enam level:
remembering (mengingat), understanding (memahami), applying (menerapkan), analyzing
(menganalisis, mengurai), evaluating (menilai) dan creating (mencipta).

Revisi Krathwohl ini sering digunakan dalam merumuskan tujuan belajar yang sering kita
kenal dengan istilah C1 sampai dengan C6,
Sama dengan sebelum revisi, tiga level pertama (terbawah) merupakan Lower Order
Thinking Skills, sedangkan tiga level berikutnya Higher Order Thinking Skill.
Jadi, dalam menginterpretasikan data di atas, secara logika adalah sebagai berikut:

1). Sebelum kita memahami sebuah konsep maka kita harus mengingatnya terlebih dahulu
2). Sebelum kita menerapkan maka kita harus memahaminya terlebih dahulu
3). Sebelum kita menganalisa maka kita harus menerapkannya dulu
4). Sebelum kita mengevaluasi maka kita harus menganalisa dulu
5). Sebelum kita berkreasi atau menciptakan sesuatu, maka kita harus mengingat,
memahami, mengaplikasikan, menganalisis dan mengevaluasi.

Beberapa kritik dilemparkan kepada penggambaran piramida ini. Ada yang beranggapan
bahwa semua kegiatan tidak selalu harus melewati tahap yang berurutan.
Proses pembelajaran dapat dimulaidari tahap mana saja tergantung kreasi tiap orang,
namun demikian, memang diakui bahwa pentahapan itu sebenarnya cocok untuk proses
pembelajaran yang terintegrasi.
Hingga saat ini ranah afektif dan psikomotorik belum mendapat perhatian. Skill menekankan
aspek psikomotorik yang membutuhkan koordinasi jasmani sehingga lebih tepat
dipraktekkan bukan dipelajari.
Attitude juga merupakan faktor yang sulit diubah selama proses pembelajaran karena
attitude terbentuk sejak lahir,mungkin itulah alasan mengapa revisi baru dilakukan pada
ranah kognitif yang difokuskan pada knowledge.

sumber : https://bengkelnarasi.com/2021/08/30/merawat-ingatan-teori-taksonomi-bloom-benjamin-samuel-
bloom/

Vous aimerez peut-être aussi