100% fanden dieses Dokument nützlich (11 Abstimmungen)
6K Ansichten

Modul 2

oke

Hochgeladen von

kartikasetiorini66
Copyright
© © All Rights Reserved
Verfügbare Formate
Als DOCX, PDF, TXT herunterladen oder online auf Scribd lesen
100% fanden dieses Dokument nützlich (11 Abstimmungen)
6K Ansichten

Modul 2

oke

Hochgeladen von

kartikasetiorini66
Copyright
© © All Rights Reserved
Verfügbare Formate
Als DOCX, PDF, TXT herunterladen oder online auf Scribd lesen
Sie sind auf Seite 1/ 148

MODUL 1 PENGERJAAN LEMBAR KERJA

Disusun oleh :

NAMA : KARTIKA SETIORINI, S.Pd.Si


NO UKG: 201800337254
INSTANSI: SMA N 2 LAIS
LPTK:UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH SUMATERA
UTARA

PENDIDIKAN PROFESI GURU GURU TERTENTU GELOMBANG 1


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA SELATAN
2024
MODUL 2 PENGERJAAN LEMBAR KERJA

Disusun oleh :

NAMA : KARTIKA SETIORINI, S.Pd.Si


NO UKG: 201800337254
INSTANSI: SMA N 2 LAIS
LPTK:UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH SUMATERA
UTARA

PENDIDIKAN PROFESI GURU GURU TERTENTU GELOMBANG 1


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA SELATAN
2024
1 | Pembelajaran Sosial Emosional
2 | Pembelajaran Sosial Emosional
BUKU AJAR MATA KULIAH
PEMBELAJARAN SOSIAL EMOSIONAL

Penulis:
1. Prof. Dr. Yerimadesi, S.Pd., M.Si.
2. Oscarina Dewi Kusuma, S.Pd., M.Pd.

3 | Pembelajaran Sosial
Emosional
Mata Kuliah
PEMBELAJARAN SOSIAL EMOSIONAL

Cetakan 1

Penulis:
1. Prof. Dr. Yerimadesi, S. Pd., M.Si.
2. Oscarina Dewi Kusuma, S.Pd., M.Pd.

Penelaah:
Dr. Sukmawati, S.Pd., M.Pd.
Dr. Dian Artha K, M.Pd.Si.

Penyunting:
Yuanita Novikasari, S.Pd.

Desain Grafis & Ilustrasi :


M.F.A. Bima Sakti, S.Pd.

Copyright © 2024
Direktorat Pendidikan Profesi Guru
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang


Dilarang mengcopy sebagian atau keseluruhan isi buku ini untuk kepentingan
komersial tanpa izin tertulis dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset,
dan Teknologi.

4 | Pembelajaran Sosial Emosional


Kata Pengantar
Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas terbitnya
modul ini. Modul ini disusun untuk memberikan panduan yang bermanfaat
untuk mempersiapkan guru profesional yang kompeten sesuai dengan
semangat Merdeka Belajar mengamalkan nilai-nilai Pancasila, semangat
gotong royong, dan mampu menggunakan teknologi digital, serta melahirkan
hal-hal yang inovatif dan kreatif. Selain itu, PPG tengah bertransformasi untuk
menekankan pembelajaran berpusat kepada peserta didik, menghasilkan
guru yang berkomitmen menjadi teladan dan pembelajar sepanjang hayat
serta memiliki dasar-dasar kepemimpinan.

Untuk mencapai tujuan tersebut, Program PPG mengedepankan penguatan


kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan
kompetensi profesional melalui penguatan teori dan refleksi pengalaman
mengajar yang terintegrasi melalui pembelajaran secara mandiri. Sebagai
guru, pengalaman mengajar yang telah dimiliki diharapkan dapat dijadikan
pengalaman pembelajaran yang bermakna yang dapat terus diasah dan
diperbaiki sehingga dapat memenuhi kebutuhan belajar peserta didik.

Pelaksanaan sertifikasi pendidik diharapkan dapat mengasah self-regulated


learning sebagai modal utama seorang pengajar menjadi pembelajar
sepanjang hayat. Untuk itu, guru yang mengikuti sertifikasi pendidik ini
diharapkan dapat belajar lebih mandiri dengan mengakses modul belajar
pada platform pendukung pembelajaran. Guru juga diharapkan dapat lebih
kreatif dan percaya diri serta memperkaya pengalaman kolaborasi belajar
bersama rekan sejawat dan komunitas belajar lain yang ada dengan modul-
modul pembelajaran mandiri yang terdiri dari modul Prinsip Pengajaran dan
Asesmen (bidang studi Mata Pelajaran Umum/Bimbingan
Konseling/Pendidikan Anak Usia Dini/Pendidikan Luar Biasa/Sekolah
Menengah Kejuruan), modul Pembelajaran Sosial Emosional, dan modul
Pengantar Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus.

5 | Pembelajaran Sosial
Emosional
Kami ucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada
tim penyusun dan berbagai pihak yang telah bekerja keras dan berkontribusi
positif mewujudkan penyelesaian modul ini. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa
senantiasa memberkati upaya yang kita lakukan demi pendidikan Indonesia.
Amin.

Jakarta, Januari 2024


Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan,

Prof. Dr. Nunuk Suryani, M.Pd


NIP 196611081990032001

6 | Pembelajaran Sosial
Emosional
Kata Pengantar
Direktur Pendidikan Profesi Guru

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi mengambil


kebijakan untuk secara bertahap melaksanakan pendidikan bagi guru yang
belum memiliki sertifikat pendidik dengan skema pembelajaran mandiri.
Kebijakan tersebut memungkinkan Direktorat Pendidikan Profesi Guru
menyelenggarakan PPG bagi guru tertentu dengan jumlah peserta yang lebih
masif.

Untuk menjamin kualitas penyelenggaraan PPG bagi guru tertentu, Direktorat


PPG menyusun modul pembelajaran mandiri yang dapat digunakan bagi
Bapak/Ibu guru untuk memperoleh sertifikat pendidik. Modul ini memuat
materi belajar yang disusun secara sistematis dengan konteks tugas guru
sehari-hari.

Besar harapan kami, dengan modul ini, percepatan jumlah guru bersertifikat
pendidik dapat dilakukan dan menghasilkan guru yang memiliki profil dan
kompetensi sesuai kebutuhan perkembangan dunia pendidikan secara global.

Kami ucapkan terima kasih kepada tim penyusun, tim pengembang


kurikulum, dan berbagai pihak yang telah berkontribusi dalam mewujudkan
penyusunan modul ini. Tak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada
Lembaga Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (LTPK) yang terlibat dalam
sertifikasi pendidik atas dukungan dan kerjasama dalam menyelenggarakan
amanat Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

Jakarta, Januari 2024


Plt. Direktur Pendidikan Profesi Guru,

Adhika Ganendra, S.Si., M.M.


NIP 198111182006041003

7 | Pembelajaran Sosial
Emosional
Prakata Penulis

Modul ini disusun untuk para guru yang sedang belajar pada Program
Pendidikan Profesi Guru (PPG) dengan tujuan agar mereka dapat memahami
tentang pembelajaran sosial emosional. Melalui modul ini, selain belajar
tentang mengapa, apa dan bagaimana pembelajaran sosial emosional dan
aplikasinya untuk peserta didik, guru juga diharapkan dapat belajar untuk
mengaplikasikan langsung pembelajaran sosial emosional bagi dirinya sendiri
dalam upaya untuk menciptakan lingkungan sekolah yang aman, nyaman,
dan berpusat pada peserta didik.

Modul pembelajaran sosial emosional (PSE) ini terdiri dari tiga topik, topik
pertama membahas tentang pembelajaran sosial emosional: mengapa
penting?; topik kedua membahas bagaimana menerapkan PSE? dan topik
ketiga membahas bagaimana mewujudkan kesejahteraan psikologis warga
sekolah? Modul ini disusun dengan alur MERDEKA, yaitu Mulai dari diri,
Eksplorasi konsep, Ruang kolaborasi, Demonstrasi kontekstual, Elaborasi
pemahaman, Koneksi antar materi, dan Aksi nyata. Pada setiap alur
Bapak/Ibu dipandu dengan pertanyaan esensial dan disetiap akhir topik
diberikan latihan pemahaman.

Setelah mempelajari modul ini, diharapkan guru dapat menyadari pentingnya


pembelajaran sosial dan emosional bagi diri sendiri dan bagi peserta
didiknya. Lebih lanjut, diharapkan guru memahami cara sederhana
penerapan dan mengajarkan pembelajaran sosial emosional, dan memiliki
keterampilan sosial emosional yang membantu profesinya sebagai guru
profesional.

Semoga modul ini dapat berguna bagi calon guru profesional, terutama
peserta PPG, sehingga dapat membantu meningkatkan kualitas personal dan
profesional guru, dan pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas pendidikan
di Indonesia.

Tim Penulis

8 | Pembelajaran Sosial
Emosional
Daftar Isi

Kata Pengantar Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan...................5


Kata Pengantar Direktur Pendidikan Profesi Guru.............................................7
Prakata Penulis................................................................................................. 8
Daftar Isi........................................................................................................... 9
Daftar Tabel.................................................................................................... 11
Daftar Gambar................................................................................................ 12
Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK)....................................................13
TOPIK 1 Pembelajaran Sosial Emosional: Mengapa Penting?..........................14
Mulai dari Diri.............................................................................................. 14
Eksplorasi Konsep........................................................................................ 17
Ruang Kolaborasi......................................................................................... 25
Demonstrasi Kontekstual............................................................................. 29
Elaborasi Pemahaman................................................................................. 30
Koneksi Antar Materi................................................................................... 30
Aksi Nyata................................................................................................... 32
Latihan Pemahaman.................................................................................... 33
Cerita Reflektif............................................................................................. 38
TOPIK 2 Pembelajaran Sosial Emosional: Apa dan Bagaimana Menerapkannya? 39
Mulai dari Diri.............................................................................................. 39
Eksplorasi Konsep........................................................................................ 40
Ruang Kolaborasi......................................................................................... 56
Demonstrasi Kontekstual............................................................................. 58
Elaborasi Pemahaman................................................................................. 58
Koneksi Antar Materi................................................................................... 60
Aksi Nyata................................................................................................... 61
Latihan Pemahaman.................................................................................... 63
Cerita Reflektif............................................................................................. 67
TOPIK 3 Pembelajaran Sosial Emosional: Bagaimana Mewujudkan
Kesejahteraan Psikologis Warga Sekolah?
........................................................................................................................
68
Mulai dari Diri.............................................................................................. 68
Eksplorasi Konsep........................................................................................ 70
Ruang Kolaborasi......................................................................................... 86
Demonstrasi Kontekstual............................................................................. 87
Elaborasi Pemahaman................................................................................. 88
Koneksi Antar Materi................................................................................... 89

9 | Pembelajaran Sosial
Emosional
Aksi Nyata................................................................................................... 90

10 | Pembelajaran Sosial
Emosional
Latihan Pemahaman.................................................................................... 91
Daftar Isi
Cerita Reflektif............................................................................................ 95
Daftar Pustaka................................................................................................ 96
Biodata Penulis Modul..................................................................................... 99
Kunci Jawaban Soal Latihan Pemahaman.....................................................101

11 | Pembelajaran Sosial
Emosional
Daftar Tabel

Tabel 2.1 Kompetensi Sosial dan Emosional........................................................43


Tabel 2.2 Tiga Lingkup Area Penerapan Pembelajaran Sosial dan Emosional......49
Tabel 2.3 Langkah-Langkah Aktivitas Melatih Keterampilan Sosial Emosional.....57
Tabel 3.1 Refleksi Pribadi..................................................................................... 69
Tabel 3.2 Pertanyaan Frequently Asked Questions – FAQs.............................................88

11 | Pembelajaran Sosial
Emosional
Daftar Gambar

Gambar 1.1 Video Surat Instruktur Pembelajaran...............................................18


Gambar 1.2 Video Social-Emotional Learning: What Is SEL and Why SEL Matters........18
Gambar 1.3 Profil Pelajar Pancasila.....................................................................24
Gambar 3.1 School Well-being Konu & Rimpela.....................................................73

12 | Pembelajaran Sosial
Emosional
Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK)

1. Guru mampu menganalisis pentingnya pembelajaran sosial emosional


dan implikasinya pada peserta didik dan lingkungan pembelajaran (P1,
P2, KU1, KU2, KK2)
2. Guru mampu menerapkan pembelajaran sosial emosional berdasarkan
kerangka CASEL (S1, P1, P2)
3. Guru mampu mengembangkan sikap menjunjung tinggi etika profesi,
bertanggung jawab, mandiri dalam mengimplementasikan
pengetahuan dan keterampilan sosial emosional (S1, KU7, KK2, KK4)

13 | Pembelajaran Sosial
Emosional
TOPIK 1
PEMBELAJARAN SOSIAL EMOSIONAL: MENGAPA PENTING?

Durasi 3 hari
Setelah mempelajari topik ini, guru dapat:

Capaian Menunjukkan pemahaman tentang pentingnya


Pembelajaran keterampilan sosial emosional dalam pengembangan diri
dan profesionalnya, serta dalam upaya menguatkan
karakter profil pelajar pancasila melalui proses
pembelajaran.

Mulai dari Diri: Bagaimana Anda Memandang Pentingnya Kecerdasan Emosional


dalam Kehidupan Sehari-Hari?

Bapak/Ibu guru yang berbahagia,


Selamat datang di topik pertama yaitu Pembelajaran Sosial Emosional:
Mengapa Penting? Sebelum memulai proses pembelajaran untuk topik yang
pertama ini, mari kita lihat tujuan pembelajaran yang diharapkan. Setelah
mempelajari topik ini, Bapak/Ibu diharapkan mampu:
1. Menunjukkan pemahaman tentang pentingnya keterampilan sosial-
emosional terhadap pengembangan diri dan profesional seorang guru.
2. Menunjukkan pemahaman tentang pentingnya pembelajaran sosial-
emosional (PSE) dalam proses pembelajaran.
3. Mendeskripsikan hubungan antara pembelajaran sosial emosional dengan
penguatan karakter profil pelajar Pancasila

Setelah melihat tujuan pembelajaran di atas, mari kita mulai tahapan


pertama dari alur Merdeka pembelajaran untuk topik 1 ini yaitu Mulai dari
Diri.

14 | Pembelajaran Sosial
Emosional
Bapak/Ibu guru yang berbahagia,
Beberapa waktu lalu, mungkin ada dari Bapak/Ibu yang membaca
sebuah artikel daring berjudul “Seorang Peserta didik Bunuh Diri Diduga
Karena Stres Tugas Sekolah”. Berita yang ditampilkan di tvonenews.com
pada hari Senin, 4 Oktober 2021 pukul 19:47 WIB tersebut menyoroti seorang
peserta didik yang meninggal dunia setelah bunuh diri dan diduga stres
karena beban dan tugas sekolah. Sebenarnya ini bukan berita pertama yang
membuat kita terhenyak. Sebelum dan sesudahnya pun sangat mudah kita
dapatkan berita dengan topik yang serupa. Peserta didik yang loncat dari
gedung sekolah, peserta didik yang melawan guru, peserta didik yang
menyakiti diri sendiri, belum lagi tawuran antar sekolah, kasus pelajar yang
merokok, terpapar narkoba, ataupun kasus-kasus perundungan yang seakan
tidak pernah berhenti di berbagai tempat di Indonesia. Yang mengenaskan
lagi, ternyata berita-berita negatif seperti ini juga tidak hanya tentang
peserta didik. Di sisi yang lain, kita juga beberapa kali mendengar atau
membaca berita tentang guru atau orang tua yang juga diduga stress lalu
bunuh diri, guru atau orang tua yang memukul peserta didik atau anak-
anaknya, guru yang melakukan pelecehan kepada peserta didik atau
anaknya sendiri, dan beragam kisah menyedihkan lainnya. Semua hal ini
membuat kita bertanya dalam hati, apa sebenarnya yang terjadi? Mengapa
sekolah, yang seharusnya menjadi institusi moral, tempat dimana karakter
dibangun dan dibina, tempat dimana peserta didik dan guru menjadi
pembelajar yang diharapkan mampu menghadapi tantangan bahkan di masa
depan, justru menjadi medan pertempuran bagi kesejahteraan mental baik
peserta didik dan guru? Sungguh sebuah ironi yang sangat menyedihkan
bukan?
Beberapa kejadian ekstrim seperti yang digambarkan di atas,
sebenarnya bukan untuk menakut-nakuti atau menggeneralisasi dan
mengatakan bahwa hal tersebut terjadi di semua sekolah. Hal tersebut lebih
kepada keinginan untuk memaparkan, bahwa ternyata banyak perjuangan
mental dan psikologis yang secara diam-diam harus dilakukan oleh banyak
orang di dalam sistem pendidikan kita dan juga menggambarkan bahwa
ternyata ada banyak orang, yang memilih menyerah atau melakukan
tindakan- tindakan yang salah, saat menghadapi tantangan di dalam
kehidupannya. Tren yang menyedihkan ini tentunya mendorong kita untuk
segera melakukan refleksi terhadap kondisi sistem pendidikan kita ini.
Di tengah kondisi yang seperti ini, konsep pembelajaran sosial-
15 | Pembelajaran Sosial Emosional
emosional (PSE) muncul sebagai secercah harapan. Dalam artikel yang ditulis
oleh Roger Weissberg yang dipublikasikan melalui Edutopia, disampaikan
bahwa riset yang dilakukan oleh Durlak et.al. (2011) menunjukkan bahwa
pembelajaran sosial emosional tidak hanya meningkatkan prestasi rata-rata
sebesar 11 poin persentil, namun juga meningkatkan

16 | Pembelajaran Sosial
Emosional
perilaku prososial (seperti kebaikan, berbagi, dan empati), meningkatkan
sikap peserta didik terhadap sekolah, dan mengurangi depresi dan stres di
kalangan peserta didik. Pembelajaran sosial emosional membekali individu
dengan alat untuk menavigasi kompleksitas emosi mereka, mengembangkan
empati, dan membangun hubungan interpersonal yang kuat. Dengan
mengintegrasikan pembelajaran sosial emosional ke dalam kerangka
pendidikan di sekolah, diharapkan upaya untuk meningkatkan pencapaian
akademik juga dapat diimbangi dengan upaya memelihara kesejahteraan
emosional peserta didik dan para pendidik. Tumbuhnya kesadaran diri dan
keterampilan regulasi emosi yang diajarkan lewat pembelajaran sosial
emosional diharapkan dapat mengatasi akar penyebab stres dan
keputusasaan peserta didik dan guru saat menghadapi tantangan di dalam
kehidupannya.
Penerapan pembelajaran sosial emosional bukan lagi sekedar strategi
pendidikan; namun menjadi pendekatan transformatif untuk mendapatkan
kembali esensi pendidikan sebagai pengalaman holistik. Dengan
memprioritaskan kesehatan emosional peserta didik dan guru, sekolah
diharapkan dapat menciptakan lingkungan di mana setiap orang dapat
berkembang secara emosional, akademis, dan pribadi. Sehingga,
pembelajaran sosial-emosional diharapkan bukan hanya sekedar respon
terhadap krisis yang terjadi saat ini namun merupakan langkah proaktif
menuju masa depan yang lebih resilien.
Setelah membaca tulisan di atas, kami ingin Bapak/Ibu menjawab
pertanyaan- pertanyaan berikut ini, namun Bapak/Ibu tidak perlu menuliskan
jawabannya. Cukup Bapak/Ibu pikirkan saja jawabannya.
1. Apa pandangan Bapak/Ibu terkait dengan tulisan di atas? Setujukah
dengan apa yang disampaikan artikel tersebut? jelaskan jawaban Anda.

Pembelajaran emosional adalah bagian penting dalam pendidikan dan dalam relasi sosial
manusia. menjelaskan bahwa pembelajaran sosial-emosional adalah proses untuk
membantu individu (anak dan dewasa) mengembangkan kemampuan dasar untuk hidup
dengan baik. Dalam hal ini individu tidak hanya fokus pada diri sendiri ataupun hanya pada
keterampilan, kompetensi, tetapi juga pada relasi yang baik dengan orang lain dan
lingkungan.
bahwa proses belajar sosial-emosional (Social-emotional Learning) adalah proses belajar
mengenali dan mengelola emosi, menyelesaikan masalah, mengembangkan relasi sosial
yang baik, dapat berempati, membuat keputusan yang tepat, dan bertanggung jawab.
Pembelajaran sosial- emosional, merupakan pengembangan dari teori-teori kecerdasan
emosi
Tujuan dari pembelajaran ini adalah untuk program preventif dan promotif (peningkatan).
Preventif artinya mencegah masalah perilaku dengan meningkatkan kompetensi sosial-
emosional.

17 | Pembelajaran Sosial Emosional


2. Menurut Anda, apa yang dimaksud dengan keterampilan sosial emosional?

Keterampilan Sosial dan Emosional (KSE) di SMA N 2 Lais


meliputi kemampuan untuk mengenali dan mengelola emosi,
membangun hubungan yang sehat, menunjukkan empati, serta
membuat keputusan yang bertanggung jawab. Keterampilan ini
menjadi semakin penting dalam dunia yang menuntut kemampuan
beradaptasi dan kolaborasi yang tinggi.

18 | Pembelajaran Sosial
Emosional
3. Dapatkah Bapak/Ibu mengingat saat ketika Bapak/Ibu menghadapi situasi
yang menantang (misalnya saat Bapak/Ibu menghadapi kemunduran atau
kegagalan dalam hidup) bagaimana Bapak/Ibu bangkit dari situasi
tersebut? Apa yang Bapak/Ibu pelajari dari pengalaman itu?

Tahun lalu, saya memilih kandidat yang terlihat tekun dan memiliki potensi yang besar.

Setelah melihat akun media sosialnya, sebetulnya saya memiliki beberapa keraguan tapi akhirnya tetap memilih dia.

Tak lama setelahnya, saya menyadari bahwa itu adalah keputusan yang salah karena akun media sosialnya benar-benar mencerminkan

perilakunya di tempat kerja.

4. Menurut Bapak/Ibu apakah hubungan kita dengan keluarga, rekan


sejawat, peserta didik dan orangtuanya dipengaruhi oleh keterampilan
sosial dan emosional? Jelaskan jawaban Bapak/Ibu.
Ya, hubungan kita dengan keluarga, rekan sejawat, peserta didik, dan
orangtuanya sangat dipengaruhi oleh keterampilan sosial dan
emosional. Keterampilan ini memastikan interaksi yang efektif dan
hubungan yang kuat dan bermakna

Eksplorasi Konsep: Mengapa Guru dan Peserta Didik Perlu Mengembangkan


Keterampilan Sosial Emosional?

Mengapa Pembelajaran Sosial dan Emosional harus dilakukan?


Mari kita simak video berikut ini (Bapak/Ibu silakan klik gambar
videonya). Video ini sebenarnya merupakan video pengantar yang digunakan
dalam Program Pendidikan Guru Penggerak. Namun, kami memutuskan
menggunakannya karena kami anggap video tersebut relevan untuk
pembelajaran Bapak/Ibu di bagian ini.

19 | Pembelajaran Sosial Emosional


Gambar 1.1 Video Surat Instruktur Pembelajaran

Setelah menonton video tersebut, Bapak/Ibu kami persilakan untuk


mengakses sebuah video lagi di youtube. Bapak/Ibu dapat mengaksesnya
secara melalui link berikut ini: https://youtu.be/ikehX9o1JbI?
si=9m0vMXOGEfN0Z1pM. Video tersebut dalam bahasa Inggris, sehingga
Bapak/Ibu diharapkan dapat melakukan auto translate ke dalam bahasa
Indonesia jika merasa kesulitan. Menonton video kedua ini sifatnya opsional,
namun jika Bapak/Ibu melakukannya, tentunya akan dapat memperkaya
pemahaman Bapak/Ibu tentang Pembelajaran sosial emosional.

Gambar 1.2 Video Social-Emotional Learning: What Is SEL and Why SEL Matters

20 | Pembelajaran Sosial
Emosional
Setelah menyaksikan video tersebut, silakan tuliskan wawasan baru
apa yang Bapak/Ibu dapatkan.
Dengan demikian para siswa mampu mendapatkan informasi tambahan yang
lebih luas untuk dapat lebih memahami bahasan tersebut. Selain juga
memperluas wawasan dan menjadi sarana berlatih untuk belajar.

Dengan latihan seperti ini, para peserta didik akan terlatih serta siap saat
menghadapi uji kompetensi. Bahkan juga kala materi pertanyaannya bertambah
waktu menghadapi ujian tengah dan akhir semester.

Dengan demikian para peserta didik mampu mendapatkan hasil yang lebih tinggi
sesuai harapan. Karena telah lebih percaya diri dengan penyerapan materi yang
lebih luas juga telah rutin berlatih .

Keterampilan Sosial Emosional Dalam Kehidupan Sehari-hari

Bapak/Ibu guru, sekarang kami ingin Bapak/Ibu mencermati sebuah


video lagu yang terdapat di youtube. Silakan saksikan secara mandiri melalui
tautan berikut ini: https://www.youtube.com/watch?v=1l0GIBI56kM. Saat
menyaksikan video tersebut, mohon perhatikan salah satu tokoh anak
perempuan yang digambarkan disana. Amati apa yang terjadi dengan tokoh
tersebut dan bagaimana sikap yang ditunjukkannya saat merespon situasi
yang digambarkan dalam video. Setelah menyaksikan video tersebut,
Bapak/Ibu kami persilakan membaca Kisah Steve Jobs berikut ini.

7 Jalan Hidup Steve Jobs Bisa Jadi Inspirasi Menuju Sukses

Merdeka.com - Steve Jobs memang telah tiada, namun dia dianggap sebagai
salah seorang maestro yang berhasil mengangkat pamor Apple sampai
seperti sekarang ini. Inovasi Steve Jobs diakui telah mengubah dunia, mulai
dari orang tua hingga anak- anak menikmati karyanya. Smartphone dengan
layar touchscreen hingga film-film animasi terbaik turut membawa nama
besar pendiri Apple tersebut. Tidak banyak diketahui memang, tetapi Steve
Jobs tercatat sebagai salah satu pendiri studio film Pixar. Pixar kini telah
berubah menjadi produsen film-film animasi terbaik dengan masterpiece
seperti 'Toy Story', 'Monster, Inc.', dan 'Cars'.

Ketangguhan Jobs dalam menjalankan bisnisnya patut diacungi jempol.


Bahkan, orang terkaya di dunia Bill Gates mengakui kalau Steve Jobs lebih
baik dari dirinya. Gates menyatakan bahwa sebagai rival, Jobs memiliki
21 | Pembelajaran Sosial Emosional
dia kejar, sampai akhirnya sang maestro Apple tersebut meninggal dunia
pada tahun 2011 silam. Dikutip dari Cnet, Gates menjelaskan, "Jobs adalah
seorang yang hebat. Sense of design-nya dapat diwujudkan dengan
sempurna. Walaupun dia hanya memiliki pengetahuan akan mesin dan
elektronik yang terbatas, dibantu dengan tim- nya, Jobs berhasil wujudkan
desain, gagasan, ide dan segalanya menjadi suatu produk yang
menakjubkan." Gates juga mengatakan bahwa Jobs sangat mengerti
bagaimana alur pemasaran akan suatu produk dan memiliki intuisi yang
kuat. Steve Jobs tidak diragukan lagi sebagai seorang pengusaha yang
sangat sukses. Meski sudah tiada, banyak pelajaran yang bisa diambil dari
pengalaman Steve Jobs ketika hidup. Dilansir dari lifehack.org, merdeka.com
mencoba merangkum beberapa prinsip dan jalan hidup Steve Jobs yang
membawanya kepada kesuksesan. Berikut ulasannya:

Antisipasi masa depan


Semasa hidupnya, Steve Jobs telah berhasil mengantisipasi masa depan. Hal
ini dapat dilihat produk yang diciptakannya yaitu Apple yang berhasil
mengantisipasi tren masa depan. Selain itu, Iphone berhasil merevolusi
industri ponsel dengan memperkenalkan ponsel layar sentuh canggih.
Terbukti, ponsel layar sentuh kini menjadi kebutuhan orang banyak.
Kemampuan mengantisipasi masa depan sangat penting jika ingin mencapai
kesuksesan. Sebagai contoh, dalam hidup kita harus mempunyai visi apa
yang kita ingin capai dalam satu tahun, atau lima tahun ataupun sepuluh
tahun mendatang. Dengan memiliki visi, kita dapat mengantisipasi
hambatan masa depan dan mempersiapkan diri untuk mengatasinya.
Sebagai contoh, jika Anda sekarang adalah karyawan dan untuk beberapa
tahun mendatang Anda ingin menjadi pengusaha, maka Anda harus mulai
belajar keterampilan yang mungkin bermanfaat untuk masa depan Anda.

Fokus pada hal positif


Steve Jobs adalah anak angkat yang diadopsi. Melihat kenyataan ini, dia
sebenarnya sangat mudah untuk membenci hidupnya dan memulai hal
negatif semasa remaja. Namun, Steve Jobs muda terus berpikir positif. Dia
tetap bersyukur dengan hidupnya dan mencintai kedua orang tua
angkatnya. Energi positif yang ada dalam hidupnya ini kemudian disalurkan
dalam teknologi dan komputer. Pada akhirnya dia sukses dengan apa yang
dicapai seperti yang terlihat saat ini. Anda juga bisa mendapatkan
22 | Pembelajaran Sosial
Emosional
keuntungan dan kekuatan jika berpikiran positif. Jika Anda adalah tipe orang
yang sering melihat gelas setengah kosong, cobalah untuk memulai pada
hal hal yang positif dan melihat gelas sebagai setengah isi. Anda pasti akan
menuai banyak manfaat dari

23 | Pembelajaran Sosial Emosional


pemikiran seperti ini.

Tetap maju walau pernah gagal


Hampir semua orang di dunia ini pernah mengalami kegagalan. Bahkan,
Steve Jobs sendiri pernah mengalami kegagalan dan kepahitan dalam
hidupnya. Pada 1984, Steve Jobs dipecat dari Apple karena perselisihan
kepemimpinan. Perselisihan tersebut disebabkan oleh sikap Steve Jobs yang
direksi rasa terlalu ambisius. Namun demikian, setelah lepas dari Apple,
Steve Jobs tidak terpuruk dan tenggelam. Dia kemudian mendirikan
perusahaan IT lagi bernama NeXT Computer. Perusahaan itu bergerak
mengembangkan perangkat komputer dan sistem operasi. NeXT bisa
dikatakan cukup sukses, dari NeXT Steve Jobs mengembangkan bisnis
dengan membeli studio animasi Pixar. Setelah dibeli oleh NeXT, Pixar meraih
sukses yang luar biasa. Pixar meraih sukses di mancanegara dengan film
animasi Toy Story."Ternyata dipecat dari Apple adalah hal terbaik yang
pernah terjadi pada saya. Beban berat sebagai orang sukses tergantikan
oleh keleluasaan sebagai seorang pemula. Hal itu mengantarkan saya untuk
memasuki salah satu periode yang paling kreatif dalam hidup saya," ucap
Steve Jobs kala itu. Pelajaran yang bisa diambil dari kisah hidup Steve Jobs
adalah tidak boleh takut gagal. Kegagalan bukanlah akhir kehidupan. Kita
harus mengambil kegagalan sebagai kesempatan untuk belajar
memperbaiki diri hingga keberhasilan tidak bisa dihindari.

Jalan-jalan
Beberapa tahun sebelum menemukan Apple, Steve Jobs pernah travelling
atau jalan- jalan ke India. Jalan-jalan ke daerah lain menurut Steve Jobs akan
memperluas perspektif dan sense seseorang. Kedua hal ini sangat
dibutuhkan seorang pengusaha. Perjalanan tidak perlu biaya mahal atau
memakan banyak waktu. Liburan akhir pekan yang sederhana ke kota lain
terdekat juga cukup bagi Anda untuk mengalami hal baru dan memperluas
cakrawala And

Pilih teman yang tepat


Steve Jobs tidak sendirian dalam membuat Apple. Dia memiliki mitra atau
teman yaitu Steve Wozniak yang mempunyai skill atau keahlian yang sangat
baik. Apa yang terjadi dan dialami Steve Jobs bisa dijadikan dicontoh. Anda
perlu memilih mitra atau teman yang tepat dalam hidup Anda sehingga
24 | Pembelajaran Sosial
Emosional
Anda bisa sukses. Orang yang mengelilingi Anda bisa membuat Anda
hancur atau sukses. Jadi pilihlah dengan bijak teman yang

25 | Pembelajaran Sosial Emosional


akan membantu Anda dalam kesuksesan.

Jadikan hambatan sebagai peluang


Usaha Steve Jobs dan Steve Wozniak tidak berjalan mulus. Jobs dan Wozniak
pernah kehabisan uang ketika mengembangkan komputer Apple pertama
mereka. Alih-alih menyerah, Jobs malah menjual mobil van-nya dan Wozniak
menjual kalkulator grafik miliknya. Ketika ada kemauan, di situ ada jalan.
Dari pengalaman hidup Steve Jobs ini, belajarlah untuk melihat hambatan
sebagai peluang. Setelah Anda melakukannya, akan selalu ada jalan dan
cara untuk mengatasi segala hambatan.

(sumber: Merdeka.com)

Setelah melakukan dua kegiatan di atas, kami mohon Bapak/Ibu


menjawab beberapa pertanyaan berikut ini. Sekali lagi, pertanyaan ini tidak
perlu ditulis jawabannya (kecuali kalau Bapak/Ibu ingin menuliskannya
sebagai dokumen pribadi).
1. Apa tantangan yang dihadapi oleh orang-orang yang dikisahkan tersebut?

Tantangan-tantangan yang dihadapi oleh orang-orang dalam buku “7 Jalan Hidup Steve Jobs”
termasuk kegagalan, kesulitan finansial, dan konflik personal. Pelajaran-pelajaran dari tantangan
ini meliputi pentingnya ketekunan, adaptabilitas, dan pemahaman diri.

2. Apakah menurut Bapak/Ibu orang-orang yang dikisahkan tersebut


memiliki keterampilan sosial emosional? Mengapa Bapak/Ibu
berpendapat demikian?

Menurut Saya kesadasaran dir, pengaturan diri, motivasi , empati dan keterampilan
social dan kecerdasan emosional n merupakan keterampilan emosional.

26 | Pembelajaran Sosial
Emosional
3. Apa yang mungkin bisa terjadi jika mereka tidak memiliki keterampilan tersebut?
Menurut saya yang mungkin akan terjadi jka mereka tdak memiliki
keterampilan tersebut maka terjadi ketidakselarasan antara peserta didik
menjadikan pembelajaran tidak berlangsung dengan baik

4. Menurut Bapak/Ibu, apakah keterampilan sosial emosional tersebut


penting untuk ditumbuhkan juga pada diri peserta didik Bapak/Ibu?
Menurut saya keterampilan social emosional tersebut yang penting
ditumbuhkan juga pada diri peserta didi adalah Kesadaran Diri, Manajemen
Diri, Kesadaran Sosial, Keterampilan berelasi, Kesadaran Penuh untuk peserta
didik.

Mengapa?

5. Jika dikaitkan dengan konteks pendidik, apakah penting seorang guru


memiliki keterampilan sosial emosional? Mengapa?

Jika dikaitkan dengan konteks pendidik, apakah penting seorang guru memiliki
keterampilan sosial emosional sangat penting dalam kehidupan kita ini setiap
manusia berhak mendapatkan pendidkan yang layak Pendidikan sejatinya adalah
sesuatu yang memiliki peran sebagai pondasi dalam kehidupan manusia. Oleh
karena itu, penyelenggaraan pendidikan harus dilakukan dengan sebaik mungkin
dan berorientasi kepada masa depan. Pendidikan sendiri memiliki tujuan utama
untuk menjadi media dalam melakukan pengembangan potensi dan mencerdaskan
manusia agar siap menghadapi kehidupan di masa yang akan datang.

Pendidikan dalam sebuah negara dapat dikatakan sebagai salah satu hal yang
sangat penting untuk diperhatikan dan ditingkatkan. Alasanya adalah peningkatan
sistem pendidikan yang berjalan dengan baik, secara langsung merupakan
keberhasilan dari sebuah negara dalam melakukan pembangunan sumber daya
manusia yang kelak akan memegang tanggung jawab suatu negara.

Pembelajaran Sosial Emosional dan Penguatan Profil Pelajar Pancasila

Bapak/Ibu guru yang berbahagia, hingga di titik ini, kami berharap


27 | Pembelajaran Sosial Emosional
Anda mulai yakin akan pentingnya mengajarkan keterampilan sosial
emosional. Untuk selanjutnya, kami ingin Bapak/Ibu melihat gambaran yang
lebih besar tentang peran dari pembelajaran sosial emosional dalam
membantu mencapai tujuan pendidikan.
Seperti Bapak/Ibu telah ketahui, pemerintah Indonesia telah
menetapkan bahwa Profil Pelajar Pancasila sesungguhnya adalah visi
pendidikan bangsa Indonesia. Profil Pelajar Pancasila merupakan bentuk
penerjemahan tujuan pendidikan nasional. Oleh karenanya, seluruh elemen
pendidikan di Indonesia seyogianya haruslah berupaya dengan sekuat tenaga
mewujudkannya. Ditetapkannya Profil Pelajar Pancasila sebagai

28 | Pembelajaran Sosial
Emosional
visi pendidikan bangsa Indonesia ini seharusnya juga menyadarkan kita
semua akan pentingnya pembangunan karakter.
Jika Bapak/Ibu cermati, profil pelajar pancasila adalah serangkaian
atribut yang ingin dikembangkan oleh sistem pendidikan di Indonesia, yang
mensyaratkan adanya penekanan pada pendidikan yang holistik dan
melampaui dari hanya sekedar fokus pada pencapaian akademik. Silakan
Bapak/Ibu perhatikan gambar di bawah ini (gambar 1). Ada 6 dimensi Profil
Pelajar Pancasila. Keenam dimensi tersebut merepresentasikan ciri karakter
dan kompetensi yang diharapkan dapat ditunjukkan oleh peserta didik di
Indonesia. Dimensi Profil Pelajar Pancasila ini juga telah diuraikan secara rinci
dan spesifik ke dalam elemen, sub element, dan capaiannya dalam setiap
fase sesuai alur perkembangan sesuai usia (Fase PAUD, Fase A 6-8 tahun,
Fase B 8-10 tahun, Fase C 10–12 tahun, Fase D 13-15 tahun, Fase E 16-18
tahun). Bapak Ibu bisa melihat rinciannya dalam dokumen yang ada dalam
tautan berikut ini: Dimensi, Elemen, dan Sub-elemen Profil Pelajar Pancasila
(https://bit.ly/DESProfilPelajarPancasila).

Gambar 1.3 Profil Pelajar Pancasila

Sekarang, mari kita ambil contoh salah satu dimensi yang ada dalam
profil tersebut, misalnya Profil Beriman, Bertakwa kepada Tuhan YME dan
Berakhlak Mulia. Jika Bapak/Ibu melihat salah satu elemen dari dimensi ini,
misalnya elemen “akhlak kepada manusia”, terdapat sub-element “berempati
kepada orang lain”. Berempati kepada orang lain sesungguhnya adalah salah
satu bentuk kesadaran sosial, yang merupakan salah satu keterampilan sosial
dan emosional.
Masih di dalam dimensi yang sama: Beriman, Bertakwa kepada Tuhan
YME dan Berakhlak Mulia, mari kita ambil contoh elemen yang lain, yaitu:
‘akhlak pribadi”, sub elemen “integritas”. Jika kita melihat capaian menurut alur
29 | Pembelajaran Sosial Emosional
perkembangan Fase E untuk anak usia 16-18 tahun, untuk sub elemen ini
diharapkan peserta didik dapat: “menyadari bahwa aturan agama dan sosial
merupakan aturan yang baik dan menjadi bagian dari

30 | Pembelajaran Sosial
Emosional
diri sehingga bisa menerapkannya secara bijak dan kontekstual”. Jika kita perhatikan,
kalimat yang digunakan tersebut menggambarkan harapan atas perilaku agar
anak di akhir usia 16-18 tahun telah dapat membawa diri secara sadar dan
berinteraksi secara bijaksana dengan lingkungannya. Nah, selain merupakan
kesadaran sosial, perilaku ini juga menunjukkan sebuah bentuk dari
kesadaran diri, yang juga merupakan salah satu keterampilan sosial dan
emosional.
Jika Bapak/Ibu cermati, semua sub-elemen yang ada di dalam profil
pelajar pancasila sesungguhnya dapat dikuatkan oleh pembelajaran sosial
emosional. Mengapa? Pembelajaran sosial-emosional ternyata dapat
menguatkan pengembangan keterampilan pribadi dan interpersonal yang
penting bagi praktik pendidikan holistik yang diharapkan oleh profil pelajar
pancasila. Pembelajaran sosial emosional memastikan bahwa peserta didik
tidak hanya unggul secara akademis tetapi juga dapat tumbuh menjadi
individu yang utuh atau well-rounded.
Setelah membaca uraian di atas, kami berharap Bapak/Ibu dapat
semakin meyakini pentingnya pembelajaran sosial emosional dalam praktik
pendidikan. Sekarang, kami ingin mengajak Bapak/Ibu untuk melangkah ke
tahapan belajar selanjutnya, yaitu Ruang Kolaborasi.

Ruang Kolaborasi: Apa yang Ditunjukkan Hasil Riset tentang Pembelajaran Sosial
Emosional?

Bapak/Ibu guru yang berbahagia,


Di tahapan belajar ini, Bapak/Ibu akan kami minta untuk melakukan
kolaborasi dengan rekan sejawat Bapak/Ibu di sekolah atau dengan kepala
sekolah Anda. Kolaborasi yang dilakukan adalah dalam bentuk melakukan
diskusi terkait dengan beberapa hasil riset berikut ini. Silakan Bapak/Ibu
membaca dulu teks berikut ini, sebelum melakukan diskusi tersebut.

31 | Pembelajaran Sosial Emosional


Apa yang Ditunjukkan Hasil Riset tentang Pembelajaran Sosial Emosional?

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran sosial emosional


terbukti memberikan dampak yang positif. Berikut ini adalah beberapa
kesimpulan dari artikel yang memaparkan hasil riset tentang pembelajaran
sosial dan emosional.

Artikel berjudul: “Pembelajaran sosial dan emosional untuk kebaikan yang lebih
besar: Memperluas lingkaran kepedulian manusia - Social and emotional learning

32 | Pembelajaran Sosial
Emosional
for the greater good: Expanding the circle of human concern” (Chowkase, 2023)

Artikel ini menyimpulkan bahwa ketika generasi muda menghadapi


tantangan global, penting bagi sekolah untuk memberi mereka lebih dari
sekedar alat kognitif. Alat-alat Sosial dan emosional juga diperlukan untuk
membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik. Terlepas dari afiliasi politik
atau status sosial ekonomi, kita harus mengakui dampak tindakan kita
terhadap orang lain di dunia yang saling terhubung saat ini. Dengan
menanamkan sikap kepedulian yang tulus terhadap orang lain, generasi
muda dapat membuat keputusan yang bertanggung jawab dan penuh kasih
sayang yang berdampak positif pada diri mereka sendiri, orang lain, dan
dunia di sekitar mereka. Memperluas wawasan pembelajaran sosial dan
emosional ke arah ini akan membekali jutaan generasi muda dengan
keterampilan agar dapat berkontribusi secara lebih efektif kepada
masyarakat yang lebih luas. Penting untuk fokus tidak hanya pada manfaat
pembelajaran sosial emosional bagi individu, namun juga pada perluasan
lingkaran kepedulian generasi muda. Dengan melakukan hal ini, para
pendidik dapat membantu generasi muda membangun kemampuan untuk
peduli terhadap orang lain dan berkontribusi demi kebaikan yang lebih
besar.

Artikel berjudul: “Bukti Pembelajaran Sosial dan Emosional: Analisis Meta


Kontemporer Intervensi Pembelajaran Sosial Emosional Universal Berbasis
Sekolah - The State of Evidence for Social and Emotional Learning: A
Contemporary Meta-Analysis of Universal School-Based SEL Intervention”
(Cipriano C., et.al 2023)

Artikel ini memberikan tinjauan sistematis dari bukti terkini intervensi


pembelajaran sosial dan emosional (PSE) universal berbasis sekolah untuk
peserta didik di taman kanak-kanak hingga kelas 12 dari tahun 2008 hingga
2020. Sampelnya mencakup 424 penelitian dari 53 negara, yang
mencerminkan 252 intervensi PSE universal berbasis sekolah, yang
melibatkan 575,361 peserta didik. Hasilnya menunjukkan bahwa,
dibandingkan dengan kondisi kontrol, peserta didik yang berpartisipasi
dalam intervensi USB PSE mengalami peningkatan yang signifikan dalam
keterampilan, sikap, perilaku, iklim dan keamanan sekolah, hubungan teman

33 | Pembelajaran Sosial Emosional


sebaya, fungsi sekolah, dan prestasi akademik.

34 | Pembelajaran Sosial
Emosional
Artikel berjudul: Pembelajaran Sosial Emosional Sebagai Dasar Pendidikan
Karakter Anak Usia Dini (Hadi S, 2013)

Artikel ini menyimpulkan bahwa Pendidikan karakter adalah penanaman


nilai-nilai karakter kepada peserta didik yang meliputi komponen
pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan
nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama,
lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia yang
sempurna.

Pembelajaran sosial dan emosional pada anak merupakan dasar dalam


penerapan pendidikan karakter bagi anak usia dini. Aspek sosial emosional
anak akan berkembang secara berkelanjutan sejalan dengan proses
pengembangan dan stimulasi yang diberikan kepada mereka. Pembelajaran
sosial dan emosional pada anak akan melahirkan kemampuan adaptasi secara
kognitif maupun sosial. Kompetensi-kompetensi sosial seperti kesadaran diri,
manajemen diri, kesadaran sosial, kemampuan berelasi dan pembuatan
keputusan yang bertanggungjawab yang menjadi fokus pengembangan
dalam proses pembelajaran juga berimplikasi pada tertanamnya karakter-
karakter unggul dalam konteks sosial maupun konteks lainnya. Dengan
metode bermain, modeling, story telling, drama dan lainnya dapat
digunakan untuk mengembangkan aspek sosial emosional anak. Yang pada
akhirnya akan tumbuh rasa percaya diri, penghargaan pada diri sendiri dan
orang lain, berempati pada orang lain dan mampu mengkomunikasikan
perasaannya secara tepat. Dan berimplikasi pada tertanam dan
terbentuknya karakter-karakter unggul seperti mengenal diri, jujur, disiplin,
tanggung jawab, peduli, berkepribadian menarik, mengikuti perubahan,
mengambil risiko, mengendalikan diri, bersemangat, kerjasama, adil dan lain
sebagainya.

Artikel berjudul: Penularan Stres Mungkin Terjadi di Antara Guru dan Peserta
didik (https://neurosciencenews.com/education-stress-contagion-4580/)

Artikel yang dipublikasikan secara daring oleh neurosciencenews.com ini


menjelaskan tentang kesimpulan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Universitas British Columbia tentang hubungan antara kelelahan guru dan
stres peserta didik.

Berikut ini adalah terjemahan bebas dari tulisan tersebut.


35 | Pembelajaran Sosial Emosional
Penelitian ini adalah untuk menguji hubungan antara kelelahan guru dan
tingkat kortisol peserta didik, yang merupakan indikator biologis
dari stres. Para peneliti

36 | Pembelajaran Sosial
Emosional
mengumpulkan sampel air liur dari lebih 400 anak sekolah dasar dan
menguji kadar kortisol mereka. Mereka menemukan bahwa di ruang kelas di
mana guru mengalami lebih banyak kelelahan, atau perasaan kelelahan
emosional, tingkat kortisol peserta didik meningkat. Tingkat kortisol yang
lebih tinggi pada anak-anak sekolah dasar selama ini telah dikaitkan dengan
kesulitan belajar serta masalah kesehatan mental.

“Hal ini menunjukkan bahwa penularan stres mungkin terjadi di kelas di antara peserta
didik dan guru mereka,” kata Eva Oberle, penulis utama studi dan asisten
profesor yang baru ditunjuk di Human Early Learning Partnership (HELP) di
sekolah kependudukan dan kesehatan masyarakat UBC.

“Tidak diketahui apa yang terjadi pertama kali – peningkatan kortisol atau kelelahan
guru. Kami menganggap hubungan antara stres peserta didik dan guru sebagai
masalah siklus di kelas.” Oberle mengatakan iklim kelas yang penuh tekanan
dapat disebabkan oleh kurangnya dukungan terhadap guru, yang dapat
berdampak pada kemampuan guru dalam mengelola peserta didiknya
secara efektif. Ruang kelas yang dikelola dengan buruk dapat menyebabkan
tidak terpenuhinya kebutuhan peserta didik dan meningkatkan stres. Hal ini
dapat tercermin pada peningkatan kadar kortisol pada peserta didik.
Alternatifnya, stres dapat berasal dari peserta didik, yang mungkin merasa
lebih sulit untuk diajar karena meningkatnya kecemasan, masalah perilaku,
atau kebutuhan khusus. Dalam skenario ini, guru mungkin merasa
kewalahan dan melaporkan tingkat kelelahan yang lebih tinggi. “Studi kami
mengingatkan kita akan masalah sistemik yang dihadapi guru seiring dengan
bertambahnya ukuran kelas dan berkurangnya dukungan terhadap guru,” kata
Oberle.

“Jelas dari sejumlah penelitian baru-baru ini bahwa mengajar adalah salah satu profesi
yang paling menimbulkan stres, dan guru memerlukan sumber daya dan dukungan
yang memadai dalam pekerjaannya untuk melawan kelelahan dan mengurangi stres di
kelas,” kata profesor pendidikan UBC, Kimberly. Schonert-Reichl, rekan
penulis studi dan direktur HELP. “Jika kita tidak mendukung guru, kita berisiko
mengalami kerugian tambahan bagi peserta didik’. (diterjemahkan secara bebas)

Setelah membaca kesimpulan dari beberapa artikel di atas, kami


berharap Bapak/Ibu dapat mendiskusikan hasil-hasil riset tersebut dengan
rekan sejawat atau kepala sekolah untuk membangun pemahaman yang
37 | Pembelajaran Sosial Emosional
lebih dalam. Untuk membantu proses diskusi, Bapak/Ibu dapat menggunakan
pertanyaan pemandu berikut ini:

38 | Pembelajaran Sosial
Emosional
1. Apa hal menarik yang Bapak/Ibu temukan dari berbagai hasil-hasil
penelitian yang dipaparkan oleh artikel tersebut? Bagaimana rekan
sejawat Bapak/Ibu memandang hasil-hasil penelitian tersebut?
2. Bagaimana hasil-hasil penelitian tersebut membantu Bapak/Ibu
memahami pentingnya pembelajaran sosial dan emosional di sekolah -
baik untuk peserta didik maupun untuk pendidik dan tenaga
kependidikan? Bagaimana pula tanggapan rekan sejawat Bapak/Ibu?

Demonstrasi Kontekstual: Bagaimana Saya dapat Menunjukkan Pemahaman


Terkait Pentingnya Pembelajaran Sosial Emosional dengan Cara yang Paling
Efektif?

Bapak/Ibu guru yang berbahagia, kami yakin Bapak/Ibu telah


mendapatkan semakin banyak wawasan terkait dengan pentingnya
pembelajaran sosial dan emosional. Kami menyadari bahwa belajar sifatnya
adalah personal. Setiap orang akan mengambil makna terhadap pengalaman,
perspektif, dan interpretasi masing-masing. Mengapa? karena belajar
merupakan proses yang sangat subyektif dan dinamis yang dipengaruhi oleh
berbagai faktor seperti pengetahuan sebelumnya, latar belakang budaya,
minat pribadi, dan kemampuan kognitif. Saat Bapak/Ibu terlibat dengan
informasi baru, pikiran Bapak/Ibu akan menyaring dan memprosesnya melalui
lensa pemahaman sendiri, membentuk refleksi dan wawasan unik Bapak/Ibu.
Oleh karena itu, sekarang kami ingin Bapak/Ibu untuk mendemonstrasikan
pemahaman sesuai dengan pemaknaan Bapak/Ibu masing-masing.
Di tahapan ini, kami akan meminta Bapak/Ibu menyimpulkan pentingnya
Pembelajaran Sosial-Emosional dalam pengembangan diri dan profesional, serta
dalam upaya menguatkan karakter profil pelajar pancasila melalui proses
pembelajaran.
Silakan pilih sendiri format yang ingin Bapak/Ibu gunakan untuk
menyampaikan kesimpulan tersebut. Boleh dalam bentuk ppt, gambar,
tulisan, poster, dsb. Tugas ini berbentuk individu. Silakan upload tugas
masing-masing di dalam drive personal Bapak/Ibu. Pastikan bahwa
pengaturan telah di atur ke anyone with the link can view, sebelum
menyematkan tautan tersebut.

39 | Pembelajaran Sosial Emosional


Elaborasi Pemahaman: Bagaimana Umpan Balik dari Orang Lain Membantu Saya
Memperkuat Pemahaman?

Bapak/Ibu yang berbahagia, selamat datang di tahapan elaborasi


pemahaman! Dalam tahapan ini, Bapak/Ibu akan berbagi hasil kerja dari
tahapan sebelumnya kepada rekan sejawat atau kepala sekolah untuk
mendapatkan umpan balik yang akan membantu Bapak/Ibu mengelaborasi
pemahaman.
Karena ini adalah tahapan elaborasi pemahaman, maka penting untuk
Bapak/Ibu menyadari bahwa tujuan dari tahapan ini adalah untuk
memastikan pemahaman Bapak/Ibu akan semakin terkuatkan lewat diskusi
atas umpan balik yang berjalan. Jika dalam proses diskusi Bapak/Ibu
menyadari bahwa Anda masih memiliki miskonsepsi, maka diharapkan
miskonsepsi tersebut dapat terklasifikasi.

Silakan atur waktu untuk bertemu dengan rekan sejawat atau kepala sekolah
Bapak/Ibu kemudian mintalah kesempatan untuk menjelaskan kepada
mereka pemahaman Anda. Lalu dengarkan tanggapan dan umpan balik dari
mereka. Cermati, apakah masih ada pemahaman Anda yang keliru atau
perlu penguatan lebih lanjut berdasarkan pertanyaan atau umpan balik yang
diberikan.
Di tahapan belajar berikutnya, yaitu koneksi antar materi, Bapak/Ibu akan
diminta untuk melakukan refleksi atas pengalaman ini.

Koneksi Antar Materi: Bagaimana Proses Refleksi Membantu Saya Belajar dengan
Lebih Baik dan Memperluas Perspektif Saya tentang Pentingnya Pembelajaran
Sosial Emosional?

Bapak/Ibu guru hebat! Luar biasa. Saat ini Bapak/Ibu telah memasuki
tahapan koneksi antar materi. Inilah saatnya Bapak/Ibu meluangkan waktu
berefleksi untuk membangun pemahaman tentang diri dan memahami
bagaimana pertumbuhan pemahaman Bapak/Ibu sebagai seorang
'pembelajar'. Dengan menggunakan beberapa pertanyaan berikut ini,
Bapak/Ibu diharapkan dapat merenungkan bagaimana pengetahuan tentang
pentingnya pembelajaran sosial emosional mempengaruhi perspektif dan
pertumbuhan pribadi Bapak/Ibu.

Setelah mempelajari topik tentang pentingnya pembelajaran sosial dan


40 | Pembelajaran Sosial
Emosional maka:
emosional,
1. Tadinya saya berpikir bahwa pembelajaran sosial emosional
Menurut saya Pembelajaran sosial emosional adalah proses
mengembangkan keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang
diperlukan untuk memperoleh kompetensi sosial dan emosional,
sosial dan emosional adalah sebagai modal anak dalam
berinteraksi dengan dirinya sendiri, orang lain dan lingkungan
sekitar, dan tentunya Pembelajaran Sosial

2. Setelah mempelajari topik 1 ini, ternyata


Pembelajaran emosional adalah bagian penting dalam pendidikan dan
dalam relasi sosial manusia. menjelaskan bahwa pembelajaran sosial-
emosional adalah proses untuk membantu individu (anak dan dewasa)
mengembangkan kemampuan dasar untuk hidup dengan baik. Dalam hal
ini individu tidak hanya fokus pada diri sendiri ataupun hanya pada
keterampilan, kompetensi, tetapi juga pada relasi yang baik dengan
orang lain dan lingkungan.

3. Hal ini membuat saya berpikir bahwa

mendefinisikan bahwa proses belajar sosial-emosional (Social-


emotional Learning) adalah proses belajar mengenali dan mengelola
emosi, menyelesaikan masalah, mengembangkan relasi sosial yang
baik, dapat berempati, membuat keputusan yang tepat, dan
bertanggung jawab. Pembelajaran sosial- emosional, merupakan
pengembangan dari teori-teori kecerdasan emosi dari Goleman.
Goleman dan multiple intelligence (kecerdasan majemuk)

41 | Pembelajaran Sosial Emosional


Aksi Nyata: Setelah Memahami Pentingnya PSE, Apa yang dapat Saya Lakukan
untuk Membuat Perubahan dalam Kehidupan Pribadi dan Praktik-Praktik
Profesional Saya sebagai Guru?

Bapak/Ibu guru, akhirnya Anda telah sampai di bagian akhir dari


pembelajaran untuk topik 1 ini. Dalam tahapan ini, Bapak/Ibu guru akan
diharapkan untuk akan membuat rencana aksi untuk menerapkan
pemahaman.

Silakan deskripsikan rencana aksi Bapak/Ibu dalam bentuk paragraf


sederhana. Untuk membantu menulis paragraf aksi tersebut, Bapak/Ibu
dapat menggunakan kalimat pembuka berikut ini:

Karena kini saya memahami dan percaya akan pentingnya pembelajaran


sosial emosional untuk peserta didik dan diri saya, maka ke depannya,
sebagai guru saya akan…

42 | Pembelajaran Sosial
Emosional
Latihan Pemahaman

Setelah mempelajari topik 1, silakan mengerjakan latihan pemahaman berikut ini:


1. Apa tujuan dari pembelajaran sosial emosional di sekolah?
a. Untuk membantu meningkatkan keterampilan literasi peserta didik
b. Untuk membangun keterampilan sosial dan emosional peserta
didik, pendidik, dan tenaga kependidikan.
c. Untuk membangun keterampilan sosial dan emosional pendidik
d. Untuk membangun keterampilan berhubungan sosial peserta didik
e. Untuk membangun keterampilan memecahkan masalah peserta didik.

2. Dalam konteks sekolah, siapa yang perlu mempelajari


keterampilan sosial emosional?
a. Pendidik dan tenaga kependidikan
b. Peserta didik dan orang tua
c. Peserta didik dan semua orang dewasa yang ada di sekolah
(pendidik, dan tenaga kependidikan)
d. Orang tua dan tenaga kependidikan
e. Pendidik dan orangtua

3. Mengapa guru dan orang dewasa lainnya di sekolah harus


mempelajari keterampilan sosial emosional?
a. Agar mereka dapat mengawasi peserta didik lebih ketat.
b. Agar meningkatkan hubungan antar guru.
c. Agar mereka dapat memberikan contoh positif dan mendukung
pembelajaran peserta didik secara optimal dan holistik.
d. Agar mereka dapat memenuhi persyaratan pekerjaan mereka.
e. Agar mereka dapat menjalankan tugas mengajarnya.

43 | Pembelajaran Sosial Emosional


4. Bagaimana pengembangan kecerdasan emosional melalui
pembelajaran sosial dan emosional berkontribusi terhadap kemampuan
seseorang dalam menavigasi situasi sosial yang kompleks?
a. Kecerdasan emosional membantu meningkatkan kesehatan fisik
seseorang sehingga ia tidak mudah sakit.
b. Kecerdasan emosional membantu meningkatkan keterampilan
seseorang untuk memahami dan mengelola emosi.
c. Kecerdasan emosional sangat berguna dalam mengatasi situasi
yang sulit dalam keluarga.
d. Kecerdasan emosional membantu menurunkan keterampilan
interpersonal dan meningkatkan keterampilan interpersonal
seseorang.
e. Kecerdasan emosional membantu meningkatkan kesabaran seseorang.

5. Mengapa penting bagi sekolah untuk mengembangkan


keterampilan sosial emosional peserta didik?
a. Karena keterampilan sosial emosional berdampak pada
meningkatnya citra sekolah.
b. Karena keterampilan sosial emosional berdampak pada
berkurangnya kasus bunuh diri.
c. Karena keterampilan sosial emosional berdampak bagi turunnya
tingkat stres dan kesejahteraan guru.
d. Karena keterampilan sosial emosional berdampak pada tingginya
kepuasan peserta didik terhadap pendidik.
e. Karena keterampilan sosial emosional berdampak pada
keberhasilan akademis.

44 | Pembelajaran Sosial
Emosional
6. Dari pernyataan berikut ini, manakah yang tidak merefleksikan
hubungan antara keterampilan sosial dan emosional peserta didik dan
proses pembelajaran?
a. Keterampilan sosial dan emosional peserta didik membantu
mendukung kesejahteraan emosional guru.
b. Keterampilan sosial-emosional dapat memperkuat hubungan sosial,
mengurangi konflik, dan menciptakan lingkungan belajar yang
positif.
c. Keterampilan sosial dan emosional membantu meningkatkan
keterlibatan positif peserta didik dalam proses pembelajaran.
d. Keterampilan sosial dan emosional membantu peserta didik
meningkatan kinerja akademis karena mereka dapat lebih fokus
dalam belajar sehingga cenderung mencapai hasil yang lebih baik
di sekolah.
e. Keterampilan sosial dan emosional membantu peserta didik
mengelola stres, meningkatkan daya tahan, dan merespon tekanan
belajar dengan lebih efektif

7. Bagaimana kaitan antara pembelajaran sosial dan emosional dengan


penguatan profil pelajar pancasila?
a. Pembelajaran sosial emosional membantu menguatkan
pengembangan karakter profil pelajar Pancasila.
b. Pembelajaran sosial emosional membantu menguatkan keterlibatan
peserta didik dalam pembelajaran.
c. Pembelajaran sosial emosional membantu menguatkan
keterampilan pendidik dalam mengajarkan profil
pelajar Pancasila.
d. Pembelajaran sosial emosional membantu mengidentifikasinilai-
nilai Pancasila yang harus dipelajari oleh peserta didik.
e. Pembelajaran sosial emosional membantu peserta didik untuk
mempelajari apa yang dimaksud dengan profil pelajar Pancasila.

45 | Pembelajaran Sosial Emosional


8. Bagaimana keterampilan sosial emosional dapat membantu seseorang
menjadi lebih resilien atau berdaya lenting tinggi?
a. Keterampilan sosial emosional membantu meningkatkan
keterampilan komunikasi peserta didik sehingga mereka dapat
mencari bantuan jika memerlukan.
b. Keterampilan sosial emosional membantu meningkatkan
kemampuan peserta didik untuk memahami kelemahan dirinya.
c. Keterampilan sosial emosional membantu meningkatkan taraf
kesehatan peserta didik sehingga mereka tidak mudah sakit.
d. Keterampilan sosial emosional membantu guru mengenali dengan
segera jika ada peserta didiknya yang mengalami stress.
e. Keterampilan sosial emosional membantu meningkatkan
kemampuan peserta didik untuk pulih dari kesulitan dan stres
karena mereka mampu mengelola emosi mereka dengan baik.

9. Dari contoh-contoh di bawah ini, menurut Bapak/Ibu, mana yang bukan


merupakan alasan tepat bagi pentingnya meningkatkan keterampilan
sosial dan emosional orang dewasa di sekolah?
a. Keterampilan sosial dan emosional membantu pendidik
memodelkan karakter positif untuk peserta didiknya sehingga
dapat menciptakan lingkungan belajar yang positif.
b. Keterampilan sosial dan emosional membantu meningkatkan
keterampilan pendidik dalam menangani konflik, kegagalan, dan
frustasi yang dihadapi dirinya, sehingga dapat mengurangi risiko
masalah kesehatan mental.
c. Keterampilan sosial dan emosional membantu peserta didik untuk
memahami dan berinteraksi dengan pendidik secara efektif.
d. Keterampilan sosial dan emosional membantu pendidik
meningkatkan kemampuan untuk bekerja dan berkolaborasi dalam
tim.
e. Keterampilan sosial emosional membantu pendidik dan tenaga
kependidikan mengelola stres dan tekanan sehari-hari.

46 | Pembelajaran Sosial
Emosional
10.Jika ditarik ke dalam lingkup yang lebih luas dan lebih besar,
pengembangan keterampilan sosial emosional membantu menciptakan
kesejahteraan masyarakat. Mana dari pernyataan di bawah ini yang
menurut Bapak/Ibu tidak mencerminkan hal tersebut?
a. Pembelajaran sosial emosional membantu meningkatkan tingkat
kesehatan fisik masyarakat sehingga individu di masyarakat lebih
sehat.
b. Pembelajaran sosial emosional membantu Individu membentuk
hubungan interpersonal yang lebih positif dan sehat. Hal ini dapat
mengurangi konflik antarindividu dan menciptakan lingkungan
masyarakat yang lebih harmonis.
c. Pembelajaran sosial emosional membantu individu dalam
mengelola emosi dan konflik dengan cara yang konstruktif. Dengan
demikian, dapat berkontribusi pada penurunan tingkat kekerasan
dan konflik dalam masyarakat.
d. Pembelajaran sosial emosional membantu mengembangkan
keterampilan berempati, sehingga meningkatkan pemahaman
terhadap keanekaragaman masyarakat, dan mendorong
penerimaan terhadap perbedaan. Ini dapat menciptakan
masyarakat yang lebih inklusif dan ramah.
e. Pembelajaran sosial emosional membantu membantu individu
dalam mengelola stres, kecemasan, dan depresi. Dengan begitu,
tingkat kesejahteraan mental individu meningkat, yang pada
gilirannya dapat membantu menciptakan masyarakat yang lebih
sehat secara keseluruhan

47 | Pembelajaran Sosial Emosional


Cerita Reflektif

Pikirkan tentang materi, pengalaman atau momen menarik dalam proses


mempelajari topik 1 yang baru saja Bapak/Ibu pelajari. Renungkan konsep-
konsep kunci, wawasan, atau keterampilan yang Anda peroleh selama
belajar topik tersebut, lalu ceritakan bagaimana pembelajaran ini
mempengaruhi perspektif atau pemahaman Anda!
Tujuan dari pembelajaran ini adalah untuk program preventif dan promotif
(peningkatan). Preventif artinya mencegah masalah perilaku dengan
meningkatkan kompetensi sosial-emosional. "Collaborative for Academic,
Social and Emotional Leaming" (CASEL) mengelompokkan komponen
pembelajaran sosial-emosional menjadi 5 komponen yaitu:

1. Self-awareness (Kesadaran diri)

Kemampuan untuk memahami emosi, pemikiran, dan nilai-nilai yang


mempengaruhi perilaku dalam berbagai situasi.

2. Self-management (Manajemen diri)

Kemampuan untuk mengatur emosi, pemikiran dan perilaku secara efektif


pada situasi yang berbeda.

3. Responsible decision making (Pengambilan keputusan yang bertanggung


jawab)

Membuat pilihan yang tepat dan konstruktif pada situasi tertentu

4. Social awareness (kesadaran sosial)

Kemampuan memahami perspektif yang berbeda termasuk berempati


terhadap kondisi individu dengan latar belakang yang berbeda.

5. Relationship skills (keterampilan sosial)

Kemampuan menjalin dan mempertahankan hubungan/relasi yang sehat dan


efektif dengan individu dari latar belakang yang berbeda.

48 | Pembelajaran Sosial
Emosional
TOPIK 2
PEMBELAJARAN SOSIAL EMOSIONAL: APA DAN BAGAIMANA
MENERAPKANNYA?

Durasi 4 hari
Guru mampu membangun pengetahuan, keterampilan,
Capaian dan sikap
Pembelajaran terkait kompetensi sosial dan emosional. berdasarkan
kerangka CASEL

Mulai dari Diri: Apa yang Saya Telah Ketahui tentang Pembelajaran dan
Keterampilan Sosial Emosional?

Bapak/Ibu guru yang berbahagia,


Selamat datang di topik yang kedua yaitu “Pembelajaran Sosial
Emosional: Apa dan Bagaimana Menerapkannya?” Setelah mempelajari topik
ini, Bapak/Ibu diharapkan mampu:
1. Menunjukkan pemahaman tentang lima keterampilan sosial emosional
berdasarkan kerangka CASEL.
2. Menggunakan berbagai strategi dan pendekatan untuk menerapkan
kompetensi sosial emosional dalam pengembangan diri sendiri dan
peserta didik.
3. Merancang pembelajaran dengan menggunakan kerangka 3 Signature
practices (3 praktik khas) pembelajaran sosial dan emosional yaitu
pembukaan yang hangat dan inklusif, kegiatan yang menantang serta
melibatkan peserta didik, dan penutupan yang optimis.
Bapak/Ibu telah mempelajari alasan pentingnya pembelajaran sosial
dan emosional, sekarang Bapak/Ibu akan diberi kesempatan untuk
mempelajari lebih jauh tentang apa sesungguhnya yang dimaksud dengan
pembelajaran sosial emosional dalam konteks sekolah dan bagaimana
penerapannya.
Di tahapan mulai dari ini, Bapak/Ibu diminta untuk mengaktivasi prior
knowledge (konsep pengetahuan awal) dengan melakukan refleksi diri.
Bapak/Ibu akan menjawab beberapa pertanyaan reflektif terkait dengan lima
kompetensi sosial emosional. Pertanyaan-pertanyaan ini tidak perlu dijawab
secara tertulis, tetapi cukup dipikirkan. Pertanyaan-pertanyaan berikut ini

49 | Pembelajaran Sosial Emosional


diharapkan dapat membantu memprovokasi pemikiran Bapak/Ibu guru
terkait keterampilan sosial dan emosional.

50 | Pembelajaran Sosial
Emosional
1. Dapatkah Anda mengingat situasi spesifik di mana Anda merasa sangat
sadar akan emosi dan pikiran Anda? Bagaimana kesadaran ini berdampak
pada tindakan Anda?
2. Merefleksikan pengalaman masa lalu, bagaimana Bapak/Ibu menavigasi
dan mengatur emosi Bapak/Ibu dalam situasi marah?
3. Saat memikirkan orang-orang di sekitar Bapak/Ibu, gambarkan momen
saat Bapak/Ibu memahami sudut pandang atau emosi orang lain.
Bagaimana pemahaman ini mempengaruhi tindakan atau interaksi
Bapak/Ibu?
4. Dapatkah Bapak/Ibu mengingat kejadian spesifik dimana Bapak/Ibu
berhasil menavigasi interaksi sosial atau menyelesaikan konflik dengan
seseorang yang dekat dengan Bapak/Ibu?
5. Renungkan keputusan yang Bapak/Ibu buat baru-baru ini. Faktor apa
saja, termasuk kesejahteraan diri sendiri dan orang lain, yang Bapak/Ibu
pertimbangkan sebelum mengambil keputusan?

Selanjutnya, mari kita melangkah ke tahapan pembelajaran berikutnya.

Eksplorasi Konsep: Apa yang Dimaksud dengan Pembelajaran Sosial Emosional


dan Bagaimana Cara Menerapkannya?

Sekarang, kita akan mempelajari apa yang dimaksud dengan


pembelajaran sosial emosional.

2.1 Apa yang dimaksud dengan Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE)?
Collaborative for Academic, Social, and Emotional Learning - CASEL
(https://casel.org/), yang didirikan tahun 1995 oleh sekelompok pendidik,
psikolog, diantaranya Daniel Goleman (perintis konsep Kecerdasan
Emosional) dengan tujuan untuk mengupayakan pembelajaran 5 (Lima)
Kompetensi Sosial Emosional di pendidikan K-12 (taman kanak-kanak
hingga SMA kelas 12), mendefinisikan Pembelajaran Sosial dan
Emosional (PSE) sebagai berikut:
“PSE adalah proses dimana anak dan orang dewasa memperoleh dan
menerapkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap untuk mengembangkan
identitas yang sehat, mengelola emosi dan mencapai tujuan pribadi dan kolektif,
merasakan dan menunjukkan empati terhadap orang lain, membangun dan
memelihara hubungan yang mendukung, dan membuat keputusan yang
51 | Pembelajaran Sosial Emosional
bertanggung jawab dan penuh rasa kepedulian.”

52 | Pembelajaran Sosial
Emosional
Jika kita kaitkan dengan konteks sekolah, dari definisi di atas, kita
bisa melihat bahwa pembelajaran sosial emosional sebenarnya adalah
pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif oleh seluruh komunitas
sekolah. Proses kolaborasi ini memungkinkan bukan hanya peserta didik,
namun juga pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah memperoleh dan
menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif mengenai
aspek sosial dan emosional. Lalu, apa saja sebenarnya aspek sosial
emosional yang dimaksud oleh CASEL tersebut?

2.2 Lima kompetensi sosial emosional menurut CASEL


Bapak/Ibu guru hebat, berikut ini merupakan lima kompetensi
sosial emosional menurut CASEL.
a. Self-awareness (Kesadaran diri), yaitu kemampuan untuk memahami
emosi, pemikiran, dan nilai-nilai yang mempengaruhi perilaku dalam
berbagai konteks situasi.
b. Self-management (Manajemen diri), yaitu kemampuan untuk mengelola
emosi, pikiran, dan perilaku secara efektif dalam berbagai situasi dan
untuk mencapai tujuan dan aspirasi.
c. Social awareness (kesadaran sosial), yaitu kemampuan untuk memahami
perspektif dan berempati dengan orang lain, termasuk mereka yang
berasal dari latar belakang, budaya, dan konteks yang berbeda
d. Relationship skills (keterampilan sosial), yaitu kemampuan untuk
membangun dan memelihara hubungan yang sehat dan mendukung
serta menavigasi situasi dengan individu dan kelompok yang beragam
secara efektif.
e. Responsible decision making (Pengambilan keputusan yang
bertanggung jawab), yaitu kemampuan membuat pilihan yang tepat
dan konstruktif tentang perilaku pribadi dan interaksi sosial dalam
berbagai situasi.

Kelima keterampilan sosial emosional di atas, dapat diajarkan dan


diterapkan pada berbagai tahap perkembangan dari masa kanak-kanak
hingga dewasa dan dalam beragam konteks budaya. Dengan demikian,
pembelajaran harus mempertimbangkan bagaimana kompetensi sosial
dan emosional tersebut dapat diekspresikan dan ditingkatkan pada
berbagai usia mulai dari prasekolah hingga dewasa. Tanpa menggunakan
perspektif tahapan perkembangan ini, akan sulit bagi kita untuk untuk
53 | Pembelajaran Sosial Emosional
merumuskan standar yang dapat diterjemahkan ke dalam praktik dan
penilaian yang sesuai dengan usia dan tugas perkembangan peserta
didik. Sebagai contoh, untuk keterampilan dalam pengambilan
keputusan yang

54 | Pembelajaran Sosial
Emosional
bertanggung jawab, maka tentunya keterampilan tersebut akan
ditunjukkan dengan cara yang berbeda antara peserta didik di taman
Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP),
dan Sekolah Menengah Atas (SMA), atau yang sederajat.
Pada tingkat taman kanak-kanak (TK) pengembangan keterampilan
pengambilan keputusan yang bertanggung jawab mungkin lebih terfokus
pada situasi sehari-hari, seperti memilih mainan atau berbagi dengan
teman. Di tingkat SD, peserta didik mungkin akan mulai menyadari bahwa
mereka memiliki pilihan dalam cara merespons situasi. Di kelas-kelas SD
tingkat awal, mereka mulai dapat belajar untuk menerapkan strategi
“berhenti, berpikir, dan bertindak” dalam memecahkan masalah.
Sementara saat mereka berada di kelas-kelas SD yang lebih tinggi,
mereka akan mulai dapat belajar untuk menghasilkan solusi alternatif
terhadap masalah dan memprediksi kemungkinan hasil. Di tingkat SMP,
peserta didik sudah dapat belajar mulai mengidentifikasi dan menerapkan
langkah-langkah pengambilan keputusan yang sistematis dan
mengevaluasi strategi mereka untuk menghindari perilaku berisiko.
Sedangkan di SMA, peserta didik dapat meningkatkan keterampilan
mereka untuk mampu menerapkan keterampilan pengambilan keputusan
untuk membina hubungan sosial dan kerja yang bertanggung jawab dan
untuk membuat pilihan seumur hidup yang sehat. Menggunakan
perspektif berdasarkan tugas perkembangan juga akan membantu kita
sebagai guru untuk mengetahui apa yang harus dinilai dan
memungkinkan kita melihat adanya variasi dalam apa yang harus dicapai
untuk keberhasilan Pembelajaran Sosial Emosional (PSE) di seluruh
periode usia.

2.3 Melatih Kompetensi Sosial Emosional


Masing-masing keterampilan sosial emosional di atas, tentunya
perlu diajarkan dan dilatih. Seperti juga keterampilan yang lainnya,
latihan yang dilakukan secara rutin tentunya akan membuat siapapun
yang melakukannya menjadi lebih mahir. Demikian pula halnya dengan
keterampilan sosial emosional. Untuk dapat mencapai tujuan yaitu agar
peserta didik dan orang dewasa di sekolah memiliki keterampilan sosial
emosional yang baik, maka peserta didik dan tenaga pendidik juga perlu
berlatih. Beberapa kegiatan berikut ini bisa membantu guru melatih
peserta didiknya dan dirinya sendiri untuk mengembangkan keterampilan

55 | Pembelajaran Sosial Emosional


sosial emosional mereka.

56 | Pembelajaran Sosial
Emosional
Tabel 2.1. Kompetensi Sosial dan Emosional

Kompetensi Sosial dan Emosional

Kesadaran Diri: kemampuan untuk memahami perasaan, emosi, dan nilai-nilai


diri sendiri, dan bagaimana pengaruhnya pada perilaku diri dalam berbagai
situasi dan konteks kehidupan.
Contoh aktivitas pembelajaran yang dapat
Contoh perilaku
dilakukan
1. Belajar mengidentifikasi 6 emosi dasar
(terkejut, takut, marah, senang, jijik, dan
sedih.)
Mengidentifika emosi-emosi 2. Bermain dengan kartu emosi: Buat kartu
si dalam diri emosi dengan gambar berbagai ekspresi
wajah dan situasi emosional. Minta peserta
didik untuk memilih kartu yang
mencerminkan perasaan mereka pada
suatu waktu dan berikan mereka
kesempatan untuk berbagi alasannya.
1. Melakukan aktivitas refleksi diri
2. Membuat puisi akronim nama sendiri dan
Mengidentifikasi kekuatan/aset
meminta peserta didik mengidentifikasi
diri dan budaya
satu kata positif tentang diri mereka yang
di awali huruf
dalam akronim tersebut.
Berbagi pengalaman terkait identitas pribadi
Dapat menggabungkan dan sosial dan dapat memberikan perspektif
identitas pribadi dan identitas yang beragam untuk memperkaya
sosial pemahaman tentang
identitas yang berbeda
Aktivitas menggunakan studi kasus atau contoh
Menunjukkan integritas dan kehidupan nyata yang menyoroti konsekuensi
kejujuran ketidakjujuran dan manfaat bertindak
dengan
integritas.
1. Membuat jurnal emosi
Dapat menghubungkan
2. Aktivitas mewarnai perasaan dan
perasaan, pikiran, dan nilai-
menjelaskan alasannya.
nilai
Memupuk efikasi diri Merayakan keberhasilan-keberhasilan kecil.
1. Selalu menggunakan bahasa yang positif.
Memiliki pola pikir bertumbuh
2. Penekanan pada proses daripada hasil
Manajemen Diri: kemampuan untuk mengelola emosi, pikiran, dan perilaku diri
57 | Pembelajaran Sosial Emosional
secara
efektif dalam berbagai situasi dan untuk mencapai tujuan dan aspirasi
Mengajarkan teknik STOP, Teknik
Mengelola emosi diri Menghitung
sampai 10

58 | Pembelajaran Sosial
Emosional
1. Mengajarkan berbagai teknik pernafasan
Mengidentifikasi dan relaksasi. Misalnya STOP, Mindful
Walking, dsb
dan menggunakan strategi- 2. Latihan mengelola waktu dengan baik,
strategi pengelolaan stress membuat jadwal yang realistis, dan
mengidentifikasi
prioritas
1. Mengajak peserta didik membuat tujuan
belajar mereka
2. Mengembangkan rutinitas harian atau
Menunjukkan disiplin dan
mingguan yang konsisten. Rutinitas dapat
motivasi diri
membantu membentuk kebiasaan positif
dan memberikan struktur yang
mendukung disiplin dan motivasi
diri.
Merancang tujuan pribadi 1. Melakukan pembelajaran berbasis proyek.
dan
2. Berlatih membuat SMART goal.
bersama
1. Pembelajaran kolaboratif.
Menggunakan 2. Melakukan simulasi untuk menciptakan
pengalaman realistis yang memerlukan
keterampilan merancang dan perencanaan dan organisasi.
mengorganisir
Melakukan permainan yang mengharuskan
Memperlihatkan keberanian
peserta didik untuk menghadapi tantangan
untuk mengambil inisiatif
dan mengambil
inisiatif.
Mendemonstrasikan kendali 1. Proyek kelompok
diri
2. Permainan kelompok
dan dalam kelompok
Kesadaran Sosial: kemampuan untuk memahami sudut pandang dan dapat
berempati dengan orang lain termasuk mereka yang berasal dari latar
belakang, budaya, dan
konteks yang berbeda-beda.
1. Menggunakan strategi Think - Ink-Pair -
Mempertimbangkan Share
pandangan/pemikiran orang (https://bit.ly/strategiTIPS)
lain 2. Permainan peran
Mengakui Aktivitas mengenali dan mengapresiasi
kekuatan
kemampuan/kekuatan
orang lain
orang lain
1. Storytelling/mendongeng untuk
Mendemonstrasikan empati mendiskusikan
dan rasa welas kasih perasaan karakter dalam cerita
59 | Pembelajaran Sosial Emosional
2. Mengajak peserta didik melakukan
kunjungan ke
masyarakat
1. Kegiatan "Empati Walk" di mana individu
Menunjukkan kepedulian harus mencoba melihat situasi dari
atas perasaan perspektif orang lain.
orang lain 2. Menggunakan cerita atau skenario
untuk menunjukkan situasi di
mana kepedulian terhadap
perasaan orang lain diperlukan.

60 | Pembelajaran Sosial
Emosional
3. Mengajarkan 3 pertanyaan empatik:
(https://bit.ly/pertanyaan-empatik)
1. Membuat Gratitude Notes (menulis ucapan
Memahami dan terimakasih) kepada orang yang telah
mengekspresikan rasa syukur berjasa pada mereka.
2. Mengidentifikasi setidaknya tiga hal
yang
membuat peserta didik bersyukur setiap
hari.
Mengidentifikasi ragam 1. Mempelajari studi kasus yang mencakup
norma sosial, termasuk situasi- situasi di mana norma sosial
dengan norma- norma menunjukkan ketidak adilan dan kemudian
yang menunjukkan mendiskusikannya.
ketidakadilan 2. Melakukan proyek sosial
Keterampilan Berelasi: kemampuan untuk membangun dan
mempertahankan
hubungan- hubungan yang sehat dan suportif
Berlatih untuk berbicara 3C
Berkomunikasi dengan efektif (Clear/jelas, Confident/percaya
diri, Calm/tenang).
Melakukan permainan peran
1. Mengajarkan “I Mesage” , yaitu teknik untuk
berbicara dengan seseorang dan
Mengembangkan menyampaikan maksud Anda dengan fokus
relasi/hubungan positif pada perasaan (gunakan kosakata emosi)
atau pikiran diri Anda dan mengenai suatu
situasi
2. Memberikan sapaan hangat di pagi hari
1. Melakukan kegiatan simulasi budaya
2. Bekerja dalam kelompok dengan teman
Memperlihatkan dari berbagai latar belakang.
3. Mendongeng atau bercerita dengan cerita
kompetensi kebudayaan yang mengandung pengetahuan budaya
atau nilai
4. Bermain peran
1. Melakukan rapat kelas rutin untuk
Mempraktikkan kerjasama tim
membahas berbagai masalah yang
dan pemecahan masalah
dihadapi peserta didik
secara kolaboratif
2. Membaca kolaboratif dengan strategi jigsaw
3. Studi kasus
1. Bermain peran menggunakan skenario
Dapat melawan tekanan
tertentu yang dapat dibuat sendiri oleh
sosial yang negatif
peserta didik.
2. Menganalisis kasus nyata
61 | Pembelajaran Sosial Emosional
1. Proyek kolaboratif
Menunjukkan 2. Simulasi kepemimpinan
3. Menunjuk Class Leader secara bergantian
sikap kepemimpinan dalam 4. Memberikan peran-peran kepemimpinan lain
kelompok

62 | Pembelajaran Sosial
Emosional
pada peserta didik.

1. Diskusi kelompok
Mencari dan 2. Pembelajaran kolaboratif
menawarkan 3. Pembelajaran berbasis Proyek
bantuan apabila 4. Proyek kepemimpinan
membutuhkan
1. Proyek Advokasi sosial – peserta didik
memilih isu hak asasi manusia yang
relevan, melakukan riset tentang isu
tersebut, termasuk penyebab, dampak, dan
Turut membela hak-hak orang solusi yang mungkin. Mereka lalu
lain
merancang dan melaksanakan proyek
advokasi sosial, seperti membuat
kampanye kesadaran, menyusun petisi,
atau mengadakan acara pendidikan
masyarakat.
2. Diskusi kelas
Pengambilan Keputusan yang Bertanggung Jawab: kemampuan untuk
mengambil pilihan-pilihan membangun yang berdasar atas kepedulian,
kapasitas dalam mempertimbangkan standar standar etis dan rasa aman, dan
untuk mengevaluasi manfaat dan konsekuensi dari bermacam-macam
tindakan dan perilaku untuk
kesejahteraan psikologis (wellbeing) diri sendiri, masyarakat, dan kelompok
Diskusi topik atau cerita pendek yang
merangsang pemikiran filosofis dan
Menunjukkan rasa ingin tahu
mengundang pertanyaan yang
dan keterbukaan pikiran
kompleks.dengan menekankan pentingnya
mengajukan pertanyaan, merenungkan,
dan
mempertimbangkan sudut pandang berbeda.
1. Studi kasus
2. Rapat kelas mingguan
Mengidentifikasi/mengenal 3. Kotak suara - Memberikan peserta didik
solusi dari masalah pribadi dan ruang menyampaikan permasalahan
sosial dengan menuliskan permasalahan dan
memasukkannya ke dalam kotak
suara untuk kemudian
didiskusikan bersama.
Belajar membuat keputusan 1. Menggunakan Strategi POOCH
beralasan/masuk diakal, (https://bit.ly/POOCH)
setelah menganalisis 2. Melakukan simulasi membuat keputusan
informasi, data, dan yang interaktif
63 | Pembelajaran Sosial Emosional
fakta 3. Analisis skenario
Mengantisipasi dan
4. Bermain peran membuat keputusan
mengevaluasi konsekuensi-
5. Melakukan debat etika
konsekuensi

dari
tindakannya
Menyadari bahwa 1. Membaca dan menganalisis teks dan
keterampilan

64 | Pembelajaran Sosial
Emosional
berpikir kritis sangat berguna mengajarkan peserta didik untuk
baik di dalam maupun di luar mengidentifikasi argumen, memahami
lingkungan sekolah sudut pandang penulis, dan mengevaluasi
bukti yang mendukung klaim.
2. Aktivitas lingkaran literasi
Merefleksikan peran Membuat jurnal pribadi tentang kesejahteraan
seseorang dalam psikologis mereka. Ajak mereka merenungkan
pengalaman, perasaan, dan tindakan yang
memperkenalkan berkontribusi pada kesejahteraan mereka
kesejahteraan psikologis (well- sendiri,
being) diri sendiri, keluarga, keluarga, dan komunitas
dan
komunitas
1. Pilih studi kasus yang melibatkan individu,
hubungan interpersonal, komunitas, atau
kelembagaan tertentu. Minta peserta didik
Mengevaluasi
menganalisis dampak dari keputusan atau
dampak/pengaruh dari
tindakan yang diambil oleh pihak terkait,
seseorang, hubungan
serta bagaimana dampak tersebut
interpersonal, komunitas, dan
memengaruhi orang, hubungan,
kelembagaan
komunitas, atau kelembagaan tersebut.
2. Bermain peran atau simulasi

Di dalam penerapan pembelajaran sosial emosional di sekolah,


Bapak/Ibu guru dapat menggunakan Pendekatan Peserta Didik Seutuhnya
(Whole Child), Sepanjang Hari (Whole Day), Segenap Anggota Komunitas
Sekolah (Whole School). Berikut ini adalah penjelasannya.

Pendekatan Peserta Didik Seutuhnya: Saat kita menerapkan pembelajaran


sosial emosional, kita perlu mengingat bahwa sesungguhnya seorang
anak adalah pribadi yang ‘utuh’. Dengan pandangan ini, kita akan selalu
menyadari bahwa pengembangan seorang anak bukan hanya soal
mengembangkan kemampuan akademik saja, atau fisik saja, atau
spiritual saja. Seperti yang disampaikan oleh KH Dewantara,
sesungguhnya kita harus mendidik anak-anak kita dengan mengolah cipta
(akal), rasa (emosi), karsa (motivasi, niat), hingga dapat menimbulkan
kemauan untuk mengolah raga (dalam bentuk aksi, tindakan, bakti).
Dengan senantiasa mengingat ini, maka sebagai guru kita akan selalu
menyadari bahwa fokus pembelajaran bukan hanya soal akademik, tetapi

65 | Pembelajaran Sosial Emosional


juga penting mengembangkan aspek-aspek lainnya, termasuk
keterampilan sosial emosional peserta didik. Dengan demikian kita akan
memastikan bahwa setiap anak dapat berkembang secara utuh dan
mencapai potensi penuh mereka.

66 | Pembelajaran Sosial
Emosional
Pendekatan Sepanjang Hari: Saat kita menerapkan pembelajaran sosial
emosional, maka kita perlu berupaya untuk melakukan praktik
pembelajaran sosial emosional yang terintegrasi sepanjang hari, dan
dalam semua area kurikuler. Semua orang di sekolah akan menggunakan
kesempatan untuk mencontohkan, mengajarkan, dan memperkuat
pengembangan keterampilan sosial emosional. Kata kuncinya adalah
‘selalu’ dan ‘berkelanjutan;.

Pendekatan Seluruh Anggota Komunitas Sekolah: Saat kita menerapkan


pembelajaran sosial emosional, ini akan mensyaratkan kita sebagai
anggota komunitas sekolah untuk senantiasa menciptakan lingkungan
belajar yang aman, nyaman, saling menghormati, yang diatur dengan
baik, suportif, dan melibatkan. Di dalam pendekatan ini mencakup juga
fokus yang kuat terhadap pengembangan sosial emosional orang dewasa
dan proses refleksi. Konsistensi, keteladanan, berlaku “SAMA” pada
semua anggota komunitas sekolah.

2.4 Strategi Implementasi Pembelajaran Sosial Emosional


Jika tadi kita sudah membahas pendekatan yang dapat digunakan
untuk mengimplementasikan pembelajaran sosial emosional, sekarang,
mari kita bahas strategi yang dapat digunakan untuk
mengimplementasikan pembelajaran sosial emosional di sekolah.
Untuk mempelajari bagaimana strategi implementasi pembelajaran
sosial dan emosional, maka kita dapat mengacu pada indikator-indikator
yang dibuat oleh CASEL. Menurut CASEL, sebuah sekolah yang telah
menerapkan secara penuh pembelajaran sosial emosional sebenarnya
memiliki beberapa indikator. Indikator tersebut dapat kita gunakan
sebagai acuan untuk strategi implementasi pembelajaran sosial
emosional di sekolah.
Seperti kita pelajari sebelumnya, pembelajaran sosial dan
emosional adalah pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif oleh
seluruh komunitas sekolah yang memungkinkan peserta didik, pendidik
dan tenaga kependidikan di sekolah memperoleh dan menerapkan
pengetahuan, keterampilan dan sikap positif mengenai 5 Kompetensi
Sosial dan Emosional. Oleh karena itu terdapat 3 lingkup area penerapan
pembelajaran sosial dan emosional yaitu kelas, sekolah, keluarga dan
masyarakat.
67 | Pembelajaran Sosial Emosional
Tabel 2.2. Tiga Lingkup Area Penerapan Pembelajaran Sosial dan Emosional

Lingkup Indikator

Pengajaran eksplisit: Peserta didik memiliki kesempatan yang


konsisten untuk menumbuhkan, melatih, dan merefleksikan
kompetensi sosial dan emosional dengan cara yang sesuai dan
responsif dengan perkembangan budaya.
Pembelajaran akademik yang terintegrasi KSE: Tujuan
Kompetensi Sosial dan Emosional diintegrasikan ke dalam
Kelas
konten pembelajaran dan strategi pembelajaran pada materi
akademik, musik, seni, dan pendidikan jasmani, dll..
Pelibatan dan Suara peserta didik: Seluruh warga sekolah
menghormati dan meningkatkan berbagai perspektif dan
pengalaman peserta didik, dengan melibatkan peserta didik
sebagai pemimpin,
pemecah masalah, dan pembuat keputusan

Iklim kelas dan sekolah yang mendukung: Lingkungan


belajar di seluruh sekolah dan kelas mendukung
pengembangan kompetensi sosial dan emosional,
responsif secara budaya, dan berfokus pada upaya
membangun hubungan dan komunitas.
Fokus terhadap KSE pendidik dan tenaga kependidikan (PTK):
Pendidik dan tenaga kependidikan memiliki kesempatan secara
reguler untuk mengembangkan kompetensi sosial dan
Sekolah
emosional mereka sendiri, berkolaborasi satu sama lain,
membangun hubungan saling percaya, dan memelihara
komunitas yang erat.
Kebijakan yang mendukung: Kebijakan dan praktik pendisiplinan
dilakukan dengan instruksi yang jelas, bersifat restoratif, sesuai
dengan perkembangan anak dan diterapkan secara adil.
Dukungan terintegrasi yang berkelanjutan: Pembelajaran sosial
dan emosional terintegrasi dengan baik ke dalam rangkaian
dukungan akademik dan perilaku dengan menyediakan
kesempatan untuk memastikan semua kebutuhan peserta didik
terpenuhi.

68 | Pembelajaran Sosial
Emosional
Lingkup Indikator

Pelibatan kemitraan dengan orangtua: Keluarga, pendidik, dan


tenaga kependidikan sekolah memiliki kesempatan yang
regular dan bermakna untuk membangun hubungan dan
berkolaborasi untuk mendukung perkembangan sosial,
emosional dan akademik, peserta didik.
Kemitraan dengan komunitas: Pendidik, tenaga kependidikan
Keluarga dan dan mitra masyarakat menyelaraskan istilah, strategi, dan
Masyarakat komunikasi yang sama seputar pengupayaan dan inisiatif
terkait KSE, termasuk kegiatan di luar sekolah.
Terbentuk sistem dalam upaya perbaikan yang berkelanjutan
(continuous improvement): Data implementasi dan artefak
dikumpulkan dan digunakan untuk memantau progress menuju
tujuan dan terus meningkatkan semua sistem, praktik baik, dan
kebijakan terkait PSE dengan fokus pada kesetaraan

Dalam sekolah yang mengimplementasikan secara penuh PSE di


seluruh sekolah, Bapak/Ibu akan dapat melihat bukti-bukti dari semua
indikator yang ada dalam tabel di atas, dimana semua elemen (kelas,
sekolah, keluarga dan komunitas) akan bekerja sama untuk menciptakan
lingkungan belajar yang aman dan mendukung di mana semua peserta
didik memiliki kesempatan untuk belajar dan mempraktikkan kompetensi
sosial dan emosional. Karena keterbatasan waktu pembelajaran dalam
modul ini kami tidak akan membahas semua indikator tersebut, namun
kami akan mencoba membahas beberapa indikator yang secara khusus
berkaitan dengan praktik pembelajaran sosial emosional di kelas dan
sekolah, yaitu:
1. Pengajaran PSE secara eksplisit
2. Integrasi PSE dalam praktik mengajar guru dan kurikulum akademik.
3. Pelibatan suara peserta didik.
4. Penciptaan iklim kelas dan budaya sekolah.
5. Penguatan KSE pendidik dan tenaga kependidikan (PTK) di sekolah.

2.4.1 Pengajaran Secara Eksplisit


Implementasi PSE yang eksplisit mengacu pada tersedianya
peluang yang konsisten bagi peserta didik untuk mengembangkan,

69 | Pembelajaran Sosial Emosional


mempraktikkan, dan merefleksikan kompetensi sosial dan
emosional sesuai dengan tahapan perkembangan peserta didik
dan dengan cara yang responsif terhadap

70 | Pembelajaran Sosial
Emosional
budaya. Ini dilakukan dengan memberikan waktu khusus untuk
mengajarkan secara fokus kompetensi sosial dan emosional
tertentu. Misalnya dengan mengajarkan topik-topik tertentu yang
relevansinya disesuaikan dengan usia peserta didik, yang berkaitan
dengan kompetensi sosial emosional. Topik- topik spesifik itu
misalnya topik mengenai mengenal perasaan, bagaimana
mengatasi stres, bagaimana menetapkan dan mencapai tujuan,
bagaimana mengembangkan empati, berkomunikasi secara efektif,
menyelesaikan konflik, bersikap tegas, dan membuat keputusan
yang bertanggung jawab, dan sebagainya.

2.4.2 Integrasi dalam Praktik Mengajar Guru dan Kurikulum Akademik


Untuk mengintegrasikan KSE dalam praktik mengajar guru
dan kurikulum akademik, tujuan Kompetensi Sosial Emosional
dapat diintegrasikan ke dalam konten pembelajaran dan strategi
pembelajaran pada materi akademik, Kesenian, Musik, dan
sebagainya. Meskipun mungkin kita adalah guru matematika, kita
dapat mengintegrasikan pembelajaran sosial emosional di dalam
pembelajaran kita. Misalnya, untuk mengembangkan keterampilan
kesadaran sosial, guru matematika dapat memfasilitasinya dengan
memberikan tantangan soal-soal matematika (problem solving)
untuk dikerjakan secara berkolaborasi dalam kelompok. Kita juga
dapat mengajarkan peserta didik cara mengatasi frustrasi ketika
mereka menghadapi kesulitan dalam memahami konsep
matematika. Kita dapat ajarkan mereka tentang strategi
penyelesaian masalah dan cara mengelola emosi ketika
menghadapi tantangan. Jika Bapak/Ibu adalah guru bahasa
Indonesia, Bapak/Ibu dapat menggunakan pilihan teks, cerita,
drama, dan sebagainya untuk mengajarkan berbagai aspek sosial
emosional. Pembelajaran kesenian juga dapat menguatkan
keterampilan sosial dan emosional, karena dapat merangsang
tumbuhnya kreativitas, ekspresi diri, serta memperdalam
pemahaman tentang budaya dan emosi. Bagaimana dengan
pembelajaran lain? Dapatkah Bapak/Ibu menyebutkan contoh
bagaimana pembelajaran sosial emosional dapat diajarkan di
pelajaran lain?

71 | Pembelajaran Sosial Emosional


2.4.3 Pelibatan dan suara peserta didik
Para pendidik yang berupaya menghormati dan
meningkatkan berbagai perspektif dan pengalaman peserta
didik dengan melibatkan

72 | Pembelajaran Sosial
Emosional
mereka sebagai pemimpin, pemecah masalah, dan pengambil
keputusan di dalam proses pembelajaran di sekolah tentunya akan
sangat membantu menguatkan keterampilan sosial emosional
peserta didiknya. Oleh karenanya, pendidik perlu berupaya untuk
memperbesar ruang bagi keterlibatan dan suara peserta didik ini.
Misalnya, saat akan merencanakan sebuah kegiatan belajar,
undanglah peserta didik untuk memberikan saran bagaimana
pembelajaran tersebut sebaiknya dilakukan. Beri pilihan kepada
peserta didik untuk menyelesaikan tugas dengan cara yang paling
efektif untuk mereka. Hal ini akan membuat mereka bukan hanya
merasa dihargai, namun juga memberikan sense of ownership (rasa
memiliki) terhadap proses pembelajaran tersebut. Saat ada
masalah di kelas, ajak mereka berdiskusi dan mencari solusi secara
bersama-sama. Ini membantu mereka untuk melatih keterampilan
sosial dan mengambil keputusan.

2.4.4 Penciptaan Iklim Kelas dan Budaya Sekolah


Salah satu upaya yang dapat mengubah kualitas lingkungan
sekolah (iklim kelas dan sekolah), adalah melalui praktik-praktik
yang dilakukan guru dan gaya interaksi mereka dengan peserta
didik, atau dengan mengubah peraturan dan harapan sekolah.
Lingkungan yang memprioritaskan kualitas relasi antara guru dan
peserta didik adalah salah satu indikator utama dalam penciptaan
iklim kelas dan budaya sekolah yang baik. Kualitas relasi guru dan
peserta didik yang tercermin dalam sikap saling percaya akan
berdampak pada ketertarikan dan keterlibatan peserta didik dalam
pembelajaran. Sikap saling percaya itu sendiri akan menumbuhkan
perasaan aman dan nyaman bagi peserta didik dalam
mengekspresikan dirinya. Peserta didik akan lebih berani bertanya,
mau mencari tahu, berpendapat, mencoba, dan berkolaborasi,
sehingga mereka memiliki kesempatan untuk mengembangkan
kompetensi dirinya secara lebih optimal. Selain kualitas relasi guru
dan peserta didik, lingkungan kelas yang aman dan positif juga
dapat diciptakan melalui berbagai kegiatan pembelajaran yang
dapat merangkul keberagaman dan perbedaan, melibatkan peserta
didik, dan menumbuhkan optimisme.

73 | Pembelajaran Sosial Emosional


2.4.5 Penguatan KSE pendidik dan tenaga kependidikan (PTK) di sekolah
Selain dari interaksi antar-peserta didik, hubungan antara
peserta didik dengan pendidik dan tenaga kependidikan juga
memiliki dampak besar terhadap proses pembelajaran. Oleh
karena itu, pendidik dan tenaga

74 | Pembelajaran Sosial
Emosional
kependidikan di sekolah harus memiliki kesempatan rutin untuk
mengembangkan kompetensi sosial, emosional, dan budaya
mereka sendiri, berkolaborasi satu sama lain, membangun
hubungan saling percaya, dan memelihara sense of community yang
kuat. Jika hal tersebut dapat dilakukan, maka hal ini akan
membantu mereka untuk menjadi pemimpin yang lebih efektif
dalam lingkungan pendidikan. Kolaborasi, membangun hubungan
saling percaya, dan memelihara komunitas yang erat juga menjadi
kunci untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang
mendukung perkembangan keseluruhan peserta didik. Dengan
demikian, penguatan kompetensi sosial dan emosional PTK tidak
hanya berpengaruh pada kualitas interaksi antar-PTK, tetapi juga
memberikan dampak positif pada pembentukan karakter dan
kesejahteraan psikososial peserta didik di lingkungan sekolah.

2.5 Penerapan 3 Praktik Khas (3 Signature Practices) Pembelajaran Sosial dan


Emosional dalam pembelajaran di kelas
Sampai di tahapan ini, kami yakin Bapak/Ibu telah memahami
bahwa pembelajaran sosial dan emosional di dalam kelas menempati
peran yang semakin krusial dalam membangun lingkungan pendidikan
yang inklusif dan membentuk individu yang seimbang secara emosional.
Namun, mungkin banyak dari Bapak/Ibu yang masih bertanya atau
mencari kejelasan tentang praktiknya, “Jadi, seperti apa PSE itu terlihat?”
dan “Bagaimana kita bisa mulai melakukan PSE sekarang?”
Tiga praktik baik PSE di bawah ini adalah salah satu alat untuk
mengembangkan lingkungan yang mendukung dan mempromosikan
pembelajaran sosial emosional. Praktik ini secara sengaja dan eksplisit
membantu membangun kebiasaan dimana peserta didik dan pendidik
dapat meningkatkan keterampilan sosial emosional mereka. Meskipun
bukan merupakan kurikulum, praktik-praktik ini adalah salah satu contoh
nyata cara untuk membantu komunitas memahami dan mempraktikkan
tujuan dari rencana penerapan pembelajaran sosial emosional yang
sistemik secara keseluruhan.
Tiga Praktik Khas (3 Signature Practices) dalam pembelajaran
tersebut adalah sebagai berikut:
Pertama, melakukan pembukaan hangat dan inklusif, di mana setiap sesi
pembelajaran atau kegiatan di kelas (termasuk juga dalam sesi-sesi
75 | Pembelajaran Sosial Emosional
pelatihan atau pengalaman belajar profesional untuk guru) sebaiknya
dibuka dengan kegiatan selamat datang yang bersifat inklusif, dengan
kegiatan rutin atau ritual yang membangun keterhubungan komunitas
dan terkoneksi dengan pembelajaran yang

76 | Pembelajaran Sosial
Emosional
akan dilakukan. Pembukaan hangat dan inklusif ini dapat dilakukan
misalnya dengan memberikan sapaan hangat, menyapa setiap orang
dengan nama mereka, menanyakan perasaan mereka saat itu dan
meminta peserta didik menjelaskan alasannya, dsb.
Melakukan pembukaan yang hangat dan inklusif akan membantu
membangun komunitas, perasaan diterima dan didengar, membawa
suara setiap peserta ke dalam ruangan, membuat koneksi satu sama lain
dan/atau dengan pelajaran yang akan dipelajari. Semakin kita merasa
dapat berbagi diri sepenuhnya dan diterima serta dipahami sepenuhnya
oleh orang lain, semakin kuat dan aman lingkungan belajar kita.

Kedua, melakukan kegiatan pembelajaran yang menantang dan melibatkan, ini


dilakukan dengan menggunakan strategi pembelajaran yang menarik dan
mengaktifkan pemikiran dan proses belajar. Kegiatan yang menantang
dan melibatkan ini juga mencakup kegiatan yang dapat membangun
keseimbangan antara pengalaman interaktif dan reflektif, untuk
memenuhi kebutuhan semua peserta. Contoh kegiatan yang melibatkan
misalnya:
1. Melakukan aktivitas "Think, Ink, Pair, Share" yang melibatkan refleksi,
menulis, diskusi berpasangan, dan berbagi secara kelompok.
2. Menggunakan strategi Jigsaw saat membaca. Strategi ini melibatkan
belajar secara individual dan kolektif sekaligus.
3. Dsb.

Ketiga, praktik penutupan yang optimistik, di mana setiap pengalaman


pembelajaran diakhiri dengan cara yang ‘disengaja dan direncanakan’.
Penutupan yang optimis tidak selalu merupakan "akhir yang ceria," tetapi
lebih menyoroti pemahaman individu dan pemahaman bersama tentang
pentingnya apa yang telah dipelajari, sehingga dapat memberikan rasa
pencapaian dan mendukung pemikiran ke depan. Contohnya adalah
dengan melakukan refleksi tentang hal-hal yang dipelajari hari itu dan
apa yang perlu diantisipasi untuk hari berikutnya.
1. Sesuatu yang saya pelajari hari ini…
2. Saya ingin tahu lebih lanjut tentang…
3. Saya menantikan hari esok karena...
4. Sesuatu yang masih saya pertanyakan...
5. Sesuatu yang masih menjadi perhatian saya...

77 | Pembelajaran Sosial Emosional


Dengan menerapkan tiga Praktik Baik ini, pembelajaran sosial dan
emosional menjadi lebih terintegrasi dalam setiap aspek pembelajaran
dan menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan holistik
anak-anak. (Bryson, n.d.).
Tiga Praktik baik di atas sesungguhnya bukan sekadar metode
pembelajaran, melainkan suatu filosofi yang menekankan pentingnya
hubungan antar peserta didik dan pengembangan kecerdasan emosional.
Dengan menerapkan ketiga praktik ini secara rutin, kita bukan hanya
membantu peserta didik meraih pencapaian akademis, tetapi juga
membentuk pribadi yang memiliki pemahaman diri yang mendalam,
mampu berinteraksi secara positif dengan lingkungan sekitarnya, dan
memiliki kesiapan menghadapi berbagai tantangan kehidupan.

Refleksi

1. Bagaimana praktik sederhana ‘menanyakan kabar’ di awal


pembelajaran dapat mendorong peserta didik untuk
mengekspresikan emosi mereka dan berbagi pengalaman?

Contohnnya adalah Bagaimana kabarnya pagi ini anak anakku?


Jawab: alhamdullah luar biasa pag yang cerah allah hu akbar
sehat sehat

2. Dapatkah Bapak/Ibu memberikan contoh strategi yang digunakan


untuk menyambut peserta didik secara positif dan menciptakan
iklim kelas yang inklusif?
Contohnya strategi saya adalah Kesetaraan , berpartisi aktif
dukungan individual kemudian keragaman diterima kurikulum
yang disesuaikan penggunaan sumber daya yang tersedia dengan
cara menguranngi keterampilan social meningkatkan empati
penghargaan terhadap penghargaan dan peningkatan kreativitas
mendorong keberagaman ide dan sudut pandang contoh inklusif
di kelas kelompok Kegiatan kelompok campuran, Penggunaan
Teknologi Pembelajaran, Penggunaan mater ajar yang di
sesuaikan Dukungan Khusus untuk siswa kebutuhan khusus,
Pendekatan pengajaran yang beragam.

78 | Pembelajaran Sosial
Emosional
3. Bagaimana praktik pembelajaran yang ‘menantang dan melibatkan’
dapat meningkatkan partisipasi dan kolaborasi peserta didik dalam
proses pembelajaran? Jelaskan alasannya!
Partisipasi dan keterlibatan siswa dalam pembelajaran memiliki peran penting dalam
meningkatkan pemahaman, keterampilan kognitif, motivasi belajar, keterampilan
sosial, retensi, dan transfer pembelajaran. Melibatkan siswa secara aktif dalam proses
belajar membantu mereka membangun pemahaman yang mendalam, mengembangkan
keterampilan kognitif. dan meningkatkan motivasi intrinsik mereka. Selain itu,
partisipasi aktif juga membantu siswa mengembangkan keterampilan sosial dan
kolaboratif yang penting dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pembelajaran aktif, siswa
menjadi subjek aktif yang terlibat dalam membangun pengetahuan, berpikir kritis,
berdiskusi, berkolaborasi, dan mengaplikasikan pengetahuan dalam situasi nyata.
Untuk mencapai manfaat ini, pendidik perlu menciptakan lingkungan pembelajaran
yang mendorong partisipasi dan keterlibatan siswa.

4. Mengapa penutupan pembelajaran yang optimistis perlu dilakukan?

Penutup pembelajaran yang optimis sangat penting karena menciptakan


atmosfer yang mendukung belajar. Ketika siswa merasa baik tentang
pengalaman belajar mereka, mereka lebih mungkin untuk terlibat dalam
pembelajaran di masa depan.

Ruang Kolaborasi: Bagaimana Saya dapat Mempraktikkan Keterampilan Sosial


dan Emosional Secara Kolaboratif?

Setelah melalui proses belajar di tahapan Eksplorasi Konsep, kami


berharap Bapak/Ibu mulai dapat memahami apa dan bagaimana cara
menerapkan pembelajaran sosial emosional. Sekarang, kami akan meminta
Bapak/Ibu untuk melakukan Latihan Keterampilan Sosial dan Emosional
bersama dengan rekan sejawat Bapak/Ibu di sekolah. Kegiatan ini
dimaksudkan untuk memperkuat pemahaman Bapak/Ibu terhadap materi
yang telah dipaparkan sebelumnya sekaligus melatih penerapan beberapa
keterampilan sosial dan emosional tersebut. Berikut ini adalah langkah-
langkahnya.

79 | Pembelajaran Sosial Emosional


Tabel 2.3. Langkah-Langkah Aktivitas Melatih Keterampilan Sosial Emosional

Langkah-langkah
Contoh dan Keterangan
Aktivitas
1. Pilihlah Bapak/Ibu guru dapat memilih salah satu atau beberapa teknik
sebuah melatih keterampilan sosial-emosional yang telah dipelajari
teknik dalam tahapan eksplorasi konsep. Misalnya: Teknik STOP atau
untuk MINDFUL BREATHING sederhana (untuk latihan pengelolaan diri)
melatih atau POOCH ( untuk latihan pengambilan keputusan yang
keterampilan bertanggung jawab) atau latihan menggunakan ‘i-message’
sosial- (untuk latihan keterampilan berelasi) atau latihan membuat
emosional gratitude notes (ungkapan rasa syukur) untuk melatih
seperti kesadaran sosial.
yang
telah

dijelaskan
di atas
2. Pimpinlah
peserta
Bapak/Ibu guru dapat memimpin sesi latihan singkat
berdasarkan teknik yang Bapak/Ibu pilih sendiri di atas dengan
didik
mengajak peserta didik atau rekan sejawat Bapak/Ibu.
atau

teman sejawat
melakukan
sesi
latihan singkat
Setelah berlatih bersama, Bapak/Ibu guru dapat berefleksi
bersama dengan peserta didik dan rekan sejawat. Bapak/Ibu
3. Lakukan
dapat saling berbagi pengalaman, tantangan, dan wawasan
Refleksi
terkait teknik yang telah dipraktikkan, serta bagaimana
Bersama
setiap teknik berkontribusi terhadap
pengembangan keterampilan sosial-emosional yang dipilih
Bapak/Ibu guru dapat mendiskusikan atau menjelaskan kepada
peserta didik atau rekan sejawat bagaimana setiap teknik
4.
berkontribusi terhadap pengembangan keterampilan sosial-
Pengembanga
emosional yang dipilih. Misalnya, jika teknik yang dipilih adalah
n Keterampilan
keterampilan mengelola emosi, guru dapat membantu peserta
Sosial-
didik memahami bagaimana teknik tersebut dapat
Emosional
membantu mereka mengelola emosi dengan baik.

80 | Pembelajaran Sosial
Emosional
Demonstrasi Kontekstual: Bagaimana Saya dapat Mengintegrasikan Pembelajaran
Sosial Emosional dalam Rencana Pembelajaran?

Bapak/Ibu guru hebat, setelah mendapatkan semakin banyak wawasan


terkait dengan apa dan bagaimana menerapkan pembelajaran sosial
emosional, kini saatnya Bapak/Ibu mendemonstrasikan pemahaman tersebut
dalam konteks yang relevan, yaitu di kelas Bapak/Ibu. Dalam hal ini, kami
akan meminta Bapak/Ibu untuk merancang sebuah modul ajar atau rencana
pembelajaran.

Tugas: Merancang sebuah modul ajar

1. Buatlah sebuah modul ajar atau rencana pembelajaran sesuai dengan


bidang studi yang Bapak/Ibu ampu, dan integrasikan pembelajaran
sosial emosional dalam modul ajar atau rencana pembelajaran
tersebut..
2. Rencana pembelajaran yang dibuat menggambarkan penerapan 3
signature practices dan mengajarkan salah satu dari keterampilan sosial
emosional melalui salah satu pendekatan, strategi, dan teknik yang
telah dipelajari.

Silakan upload tugas masing-masing di dalam drive personal Bapak/Ibu.


Pastikan bahwa pengaturan telah di atur ke anyone with the link can view,
sebelum menyematkan tautan tersebut. Bapak/Ibu nantinya mungkin ingin

Elaborasi Pemahaman: Bagaimana Mendiskusikan Rencana Pembelajaran Saya


dengan Orang Lain Memberikan Dampak pada Pemahaman yang Lebih Baik
tentang Pembelajaran Sosial Emosional?

Selamat datang di tahapan elaborasi pemahaman! Dalam tahapan ini,


Bapak/Ibu akan berbagi hasil kerja dari tahapan sebelumnya dengan rekan
sejawat untuk mendapatkan umpan balik yang akan membantu Bapak/Ibu
mengelaborasi pemahaman.

81 | Pembelajaran Sosial Emosional


1. Presentasikan Modul Ajar atau Rencana Pembelajaran yang telah
Bapak/Ibu susun kepada rekan sejawat atau kepada guru sebidang atau
kepala sekolah.
2. Jelaskan kepada mereka bagaimana Bapak/Ibu mengintegrasikan
pembelajaran sosial emosional dalam modul ajar atau Rencana
Pembelajaran tersebut.
3. Diskusikan dan mintalah umpan balik dari rekan sejawat atau kepala
sekolah Bapak/Ibu.
4. Karena ini adalah tahapan elaborasi pemahaman, maka penting bagi
Bapak/Ibu untuk menyadari bahwa tujuan dari tahapan ini adalah untuk
memastikan pemahaman Bapak/Ibu akan semakin dikuatkan melalui
diskusi tersebut.
5. Undanglah rekan kerja atau kepala sekolah Anda untuk hadir di kelas
Anda, saat Anda mengimplementasikan rencana tersebut nanti (sebagai
Aksi Nyata di akhir Topik 2 ini).

82 | Pembelajaran Sosial
Emosional
Koneksi Antar Materi: Bagaimana Saya dapat Memperdalam Pengetahuan dan
Keterampilan Saya dalam Menerapkan Pembelajaran Sosial dan Emosional?

Halo Bapak/Ibu guru hebat! Saat ini Anda telah memasuki tahapan
koneksi antar materi. Inilah saatnya Bapak/Ibu meluangkan waktu berefleksi
untuk mengaitkan materi yang telah dipelajari sebelumnya dengan materi
yang baru saja Bapak/Ibu pelajari. Bapak/Ibu akan diberikan beberapa
pertanyaan. Jawablah pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan
mengkoneksikannya dengan topik-topik yang telah dipelajari sebelumnya.

Kerjakan tugas di bawah ini dengan menggunakan pemahaman Bapak/Ibu terkait


pembelajaran sosial emosional

1. Bukalah dokumen Dimensi Profil Pelajar Pancasila berikut


ini
https://drive.google.com/file/d/1s7uV9977rK7VGjuJ1bU92RSX5QOY8yQ-
/view?usp=drive_link . Pilihlah satu dimensi dan satu elemen, dari
profil pelajar Pancasila tersebut. Kemudian jelaskan bagaimana salah

Tabel 4. Dimensi Profil Pelajar


Pancasila
Jelaskan
Keterampil
bagaimana
Sub- an sosial
Dimensi Elemen keterampilan
Eleme emosional
sosial emosional
n terkait
membantu
menguatkan profil
pelajar Pancasila
Beriman Beriman,ber Beriman,bert Beriman,bertaqwa Menerapkan
bertakwa taqwa,berak aqwa,berakh ,berakhalak pemahamannya tentang
halak alak mulia,ahlkak kualitas atau sifat-sifat
kepada Tuhan
mulia,ahlka mulia,ahlkak beragama,aklhak Tuhan dalam ritual
YME
k beragama beragama kepada alam ibadahnya baik Ibadah yang
bersifat personal maupun
sosial.
Bergoton Kolaborasi, Kolaborasi, Kolaborasi, Akhlak pribadinya
kepeduluan, kepeduluan, kepeduluan, mendorong Pelajar
g
berbagi, berbagi, berbagi, Pancasila untuk peduli dan
Royong
membantu sesama, untuk
bergotong-royong. la juga
mengutamakan
musyawarah dalam
mengambil keputusan untuk
kepentingan bersama,
sebagai dampak dari akhlak
pribadinya dan juga
akhlaknya terhadap sesama
Berkebinekaan Menghargai Menghargai Menghargai Pelajar Indonesia
Budaya Budaya Budaya mempertahankan budaya
Global
luhur,lokalit luhur,lokalit luhur,lokalitas,beri luhur, lokalitas dan
60 | Pembelajaran Sosial
Emosional
as as nteraksi antar identitasnya, dan tetap
sesama berpikiran terbuka dalam
komunikasi antar berinteraksi dengan budaya
budaya refleksi lain, sehingga
dan tanggung menumbuhkan rasa saling
jawab terhadap menghargai dan
kebhnekaan kemungkinan terbentuknya
budaya baru yang positif
dan tidak bertentangan
dengan budaya luhur
bangsa
Bernalar Kritis Informasi Memproses Merefleksi Memproses informasi dan
baik informasi pemikiiran dan gagasan menganalsis dan
dan gagasan proses berfikir mengevaluasi penalaran
mengevaluas dalam mengambil mengevaluasi pemkran
i penalaran keputusan sendiri
Mandiri Bertanggun Kesadaran Pemahaman diri Melakukan refleksi
g jawab akan diri dan dan situasi yang terhadap kondisi diirnya
situasi yang dihadapi situasiyang dhadapi
dihadapi mencakup refleksi terhadap
kondisi dr dan Regulasii
diri
Kreatif Memodifkas Bermakna,be Menghasilkan Menghasilkan gagasan
i dan rmanfaat , karya dan yang orisnl
menghasilka menghasilka tindakan yang Menghasilkan karya dan
n sesuatu n gagasan orizinil tndakan yang orizinil
memliki keluwesan
berpikir dalam mencari
alternatif solusi
permasalahan

61 | Pembelajaran Sosial
Emosional
2. Bagaimana kaitan antara Bapak/Ibu meningkatkan keterampilan sosial
emosional pada diri sendiri dan peningkatan kualitas pembelajaran
peserta
Kaitan antaradidik?
meningkatkan keterampilan sosial emosional pribadi dan
peningkatan kualitas pembelajaran peserta didik adalah bahwa dengan memiliki
keterampilan sosial emosional yang baik, Bapak/Ibu dapat menciptakan
lingkungan pembelajaran yang mendukung dan efektif, yang secara langsung
mempengaruhi kualitas

Aksi Nyata: Bagaimana Saya dapat Menerapkan Apa yang Telah Saya Rancang
dalam Praktik Pembelajaran Secara Efektif?

Selamat datang di tahap belajar akhir untuk Topik yang kedua. Di


dalam tahapan Aksi Nyata ini, sesuai namanya, Bapak/Ibu akan diminta untuk
menerapkan rencana pembelajaran atau modul ajar yang telah dibuat
minggu lalu dan telah diberikan umpan balik oleh rekan sejawat atau kepala
sekolah, di dalam kelas Bapak/Ibu sendiri. Untuk lebih jelasnya, silakan
cermati tugas berikut ini:

62 | Pembelajaran Sosial
Emosional
Tugas: Melakukan Aksi Nyata

● Lihatlah Rencana Pembelajaran atau Modul Ajar yang telah dibuat dan
diberikan umpan balik. Perbaiki Rencana Pembelajaran atau Modul
Ajar tersebut sesuai dengan umpan balik yang diberikan.
● Terapkan Rencana Pembelajaran atau Modul Ajar tersebut di kelas
Bapak/Ibu masing-masing.
● Mintalah rekan sejawat atau kepala sekolah Bapak/Ibu untuk
mengobservasi kelas Bapak/Ibu dan kemudian mintalah umpan balik
dari mereka atas pembelajaran tersebut.
● Setelah selesai implementasi, buatlah refleksi atas penerapan
rencana pembelajaran tersebut dengan menggunakan kerangka
refleksi dari Driscoll (2007) berikut ini:

Tabel 5. Kerangka Refleksi

What/Apa? (Deskripsi So What/ Lalu


Now What/ Sekarang Apa?
dan kesadaran-diri) Apa?

Apa tindakan yang akan


Apa yang Anda Anda ambil sebagai hasil
Deskripsikan situasi Pelajari sebagai refleksi tersebut. Akankah
atau pengalaman hasil Anda mengubah suatu
yang terjadi perilaku, mencoba sesuatu
dari yang baru, atau terus
pengalam melanjutkan apa adanya?
an
tersebut?

63 | Pembelajaran Sosial
Emosional
Latihan Pemahaman

Bapak/Ibu guru hebat, setelah mempelajari topik 2, silakan mengerjakan


latihan pemahaman berikut ini:

1. Berikut ini adalah kompetensi sosial emosional menurut CASEL, kecuali:


a. Kesadaran diri
b. Manajemen proses pembelajaran
c. Manajemen diri
d. Pengambilan keputusan yang bertanggung jawab
e. Kesadaran sosial

2. Apabila seorang guru telah mampu menjalin dan mempertahankan


hubungan/relasi yang sehat dan efektif dengan individu dari latar
belakang yang berbeda, seperti dengan peserta didik, orang tua,
masyarakat, dan lainnya, artinya guru tersebut telah memiliki
kompetensi sosial emosional, yaitu kompetensi ….
a. Relationship skills
b. Self-management
c. Sosial awareness
d. Responsible decision making
e. Self-awareness

3. Dalam konteks pembelajaran sosial emosional, mengapa penting untuk


memahami perspektif perkembangan peserta didik dari waktu ke waktu?
a. Agar peserta didik dapat lebih fokus pada keunggulan akademik.
b. Untuk mengevaluasi kinerja administratif sekolah.
c. Agar dapat merumuskan standar yang sesuai dengan usia dan
tugas perkembangan peserta didik.
d. Untuk menunjukkan empati terhadap kondisi individu dengan latar
belakang yang berbeda.
e. Agar peserta didik dapat membuat keputusan yang bertanggung jawab.

64 | Pembelajaran Sosial
Emosional
4. Ada beberapa teknik untuk melatih keterampilan sosial emosional (KSE),
diantaranya teknik STOP. Teknik ini diterapkan untuk melatih
keterampilan sosial emosional berikut ini ….
a. Kesadaran sosial
b. Kesadaran diri
c. Manajemen diri
d. Keterampilan sosial
e. Pengambilan keputusan yang bertanggung jawab

5. Bagaimana penerapan teknik "Empati Walk" secara efektif dapat


berkontribusi pada pengembangan kompetensi sosial emosional peserta
didik dengan menggabungkan elemen kegiatan lapangan dan refleksi?
a. Memahami variasi budaya di lingkungan sekitar dan meresapi
pengalaman tersebut
b. Menilai dampak positif pada kesejahteraan mental peserta didik
c. Mendorong peserta didik membuat keputusan yang bertanggung jawab
d. Agar peserta didik dapat lebih fokus pada keunggulan akademik
e. Menyortir pilihan-pilihan yang diberikan dan menggambarkan
pengalaman pribadi.

6. Seorang guru berkomitmen untuk menciptakan atmosfer yang


mendukung keberagaman dan melibatkan setiap peserta didik dalam
pembelajaran. Dari pilihan di bawah ini, pilihlah pernyataan yang paling
efektif.
a. Memberikan salam umum kepada seluruh kelas.
b. Mengidentifikasi keberagaman hanya dalam pengumuman kelas.
c. Memulai dengan cerita inspiratif yang terkait dengan
keberagaman dan memberikan ruang untuk berbagi pengalaman
peserta didik.
d. Menyebutkan sejumlah fakta keberagaman di dunia.
e. Menghindari topik keberagaman untuk menghindari ketidaknyamanan.

65 | Pembelajaran Sosial
Emosional
7. Suatu sekolah memutuskan untuk menerapkan strategi pengambilan
keputusan yang dikenal dengan singkatan POOCH (Problem, Options,
Outcomes, Choice, How). Strategi ini diintegrasikan dalam pembelajaran
sosial emosional untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam
membuat keputusan yang bertanggung jawab. Berikut adalah pernyataan
yang benar terkait pengembangan kemampuan tersebut adalah ….
a. Penggunaan strategi POOCH tidak relevan dengan pembelajaran
sosial emosional.
b. Pengambilan keputusan yang beralasan hanya melibatkan analisis
fakta tanpa mempertimbangkan dampak sosial.
c. Keterampilan berpikir kritis tidak berkontribusi pada pengambilan
keputusan yang bertanggung jawab.
d. Penggunaan strategi POOCH membantu peserta didik membuat
keputusan beralasan setelah menganalisis informasi.
e. Memahami konsekuensi tindakan tidak diperlukan dalam pengambilan
keputusan yang bertanggung jawab.

8. Di sekolah, Adam seringkali merasa stres karena tekanan tugas-tugas


akademis yang menumpuk. Salah seorang guru memberikan saran
kepada Adam untuk mencoba teknik "Menghitung sampai 10" ketika
merasa tertekan. Adam mencoba teknik tersebut dan menyadari bahwa
itu membantunya untuk lebih tenang dan fokus. Berdasarkan contoh ini,
manajemen diri dan motivasi apa yang sedang Adam kembangkan?
a. Merancang tujuan belajar secara konsisten
b. Mempertimbangkan pandangan orang lain melalui Think-Pair-Share
c. Melibatkan diri dalam permainan kelompok
d. Mengidentifikasi kekuatan dan budaya diri melalui aktivitas refleksi
e. Mengelola emosi diri melalui teknik menghitung sampai 10

66 | Pembelajaran Sosial
Emosional
9. Seorang guru harus mampu merancang pembelajaran dengan
menggunakan kerangka 3 signature practices yaitu pembukaan yang
hangat dan inklusif, kegiatan yang menantang serta melibatkan peserta
didik, dan penutupan yang optimis, dengan alasan ….
a. Pembukaan yang hangat perlu untuk membangun keterhubungan
komunitas dan terkoneksi dengan pembelajaran yang akan dilakukan
b. Pembukaan yang hangat perlu untuk membangun keterhubungan
komunitas dan terkoneksi dengan pembelajaran yang telah dilakukan
c. Kegiatan pembelajaran yang menantang dan melibatkan perlu untuk
membangun keseimbangan antara pengalaman interaktif dan reflektif,
untuk memenuhi kebutuhan guru
d. Penutupan yang optimistik perlu untuk menyoroti pemahaman guru
dan tentang pentingnya apa yang telah dipelajari, sehingga dapat
memberikan rasa pencapaian dan mendukung pemikiran ke depan
e. a, b, dan c benar, karena kerangka 3 Signature practices merupakan
strategi yang perlu diterapkan untuk pembelajaran orang dewasa

10. Guru ingin mengakhiri sesi pembelajaran dengan Penutupan yang Optimis
sesuai dengan kerangka 3 signature practices. Sebelum penutupan, guru
merencanakan sebuah refleksi bersama tentang pembelajaran hari itu.
Namun, beberapa peserta didik terlihat masih belum sepenuhnya
memahami konsep yang diajarkan. Sebaliknya, beberapa peserta didik
lainnya tampak antusias dan siap untuk belajar lebih lanjut. Bagaimana
guru dapat mengelola situasi ini dengan menciptakan penutupan yang
tetap optimis sambil memastikan bahwa setiap peserta didik merasa
diakui dan didukung?
a. Memberikan apresiasi umum untuk partisipasi seluruh kelas dan
mengabaikan perbedaan pemahaman individu.
b. Mengajukan pertanyaan terbuka kepada seluruh kelas untuk
memotivasi peserta didik yang masih membutuhkan pemahaman
tambahan.
c. Mengajak peserta didik yang telah memahami konsep untuk berbagi
pemahaman mereka, sementara memberikan waktu tambahan untuk
peserta didik yang masih kesulitan.
d. Mengalihkan perhatian dari pemahaman individu ke rencana
pembelajaran mendatang agar suasana tetap positif.

67 | Pembelajaran Sosial
Emosional
e. Menyimpan refleksi bersama untuk sesi pembelajaran berikutnya
ketika semua peserta didik diharapkan dapat memahami konsep
secara menyeluruh.

68 | Pembelajaran Sosial
Emosional
Cerita Reflektif

Sekarang, kami ingin Bapak/Ibu menceritakan pengalaman saat berlatih


salah satu keterampilan sosial emosional. Apa yang Bapak/Ibu rasakan saat
melakukan latihan tersebut? Apakah ada perbedaan antara melatih untuk
diri sendiri dan mengajarkan keterampilan sosial emosional tersebut kepada
orang lain? Ceritakanlah pengalaman Bapak/Ibu.

Jawab: Pemahaman baru yang saya dapatkan setelah mempelajari konsep


SEL yakni seorang guru perlu mengasah empat kompetensi agar proses
pembelajaran dpat herlangsung dengan baik. Empat kompetensi tersebut
diantaranya adalah EMC2 atau Empathy, Compassion, Mindfulness, dan
Critical Inquiry. Pentingnya peranan guru dalam mengelola dan mengatur
perasaan dan rasa emosionalnya serta perasaan dan rasa emosional peserta
didiknya. Gur juga berperan dalam meningkatkan keterampilan sosial dan
emosional peserta didiknya dengan menciptakan lingkungan yang positif
dan mengarahkan peserta. didiknya pada tujuan yang positif.√

69 | Pembelajaran Sosial
Emosional
TOPIK 3
PEMBELAJARAN SOSIAL EMOSIONAL: BAGAIMANA
MEWUJUDKAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS WARGA
SEKOLAH?

Durasi 3 hari
Guru mampu menunjukkan pemahaman tentang
Capaian pentingnya memberikan keteladanan, terus belajar, dan
Pembelajaran berkolaborasi dalam memperkuat praktik-praktik
pembelajaran sosial emosional untuk
mewujudkan wellbeing warga sekolah.

Mulai dari Diri: Bagaimana Refleksi Saya atas Praktik Keteladanan, Proses
Pembelajaran, dan Upaya Kolaboratif Berkontribusi Terhadap Penerapan
Kompetensi Sosial-Emosional?

Bapak/Ibu guru yang berbahagia,


Selamat datang di pembelajaran Topik 3, yang merupakan topik
terakhir dalam Modul ini. Namun sebelum kita masuk ke tahapan Mulai dari
Diri, mari kita reviu terlebih dahulu Tujuan Pembelajaran untuk topik 3 ini.

Setelah mempelajari topik ini, Bapak/Ibu diharapkan mampu:


1. merefleksikan keteladanan, proses belajar dan kolaborasi yang telah
dilakukan dalam penerapan kompetensi sosial emosional di konteks
pembelajaran sehari-hari.
2. mengevaluasi dampak dari penerapan keteladanan, proses belajar dan
kolaborasi yang telah dilakukan terhadap terciptanya lingkungan belajar
yang menguatkan kesejahteraan psikologis (wellbeing) warga sekolah.

Sekarang, mari kita mulai tahapan belajar Mulai dari Diri. Sebagai
langkah awal, mari lakukan refleksi diri terhadap beberapa pertanyaan
berikut. Bapak/Ibu akan merenungkan dan mengevaluasi keteladanan, proses
belajar, serta kolaborasi yang telah Bapak/Ibu terapkan untuk meningkatkan
kapasitas diri dalam menerapkan pembelajaran sosial emosional di kelas.
Bapak/Ibu bisa memberi tanda ceklis (√) pada kolom kanan sesuai
dengan refleksi pribadi Bapak/Ibu semuanya. Adapun keterangannya sebagai

70 | Pembelajaran Sosial
Emosional
berikut: (1). Sangat tidak setuju, (2). Tidak setuju, (3). Setuju, (4). Sangat
setuju

71 | Pembelajaran Sosial
Emosional
Tabel 3.1 Refleksi Pribadi

No Aspek yang Dinilai 1 2 3 4


Keteladanan

Saya sudah memberikan contoh perilaku positif dan
nilai- nilai yang ingin saya tanamkan kepada peserta
didik.
1. √
Saya memiliki konsistensi dalam menunjukkan
keteladanan dalam berbagai situasi di kelas.

Saya memastikan bahwa tindakan saya sejalan
dengan nilai-nilai sosial emosional yang ingin saya
tanamkan.
Proses Belajar

Saya terlibat dalam pengembangan kurikulum dan
strategi pembelajaran yang mendukung aspek sosial
2. emosional.
Saya memastikan adanya kesempatan bagi peserta √
didik
untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran
sosial emosional.

Saya melibatkan peserta didik dalam refleksi diri
terkait proses belajar sosial emosional.
Kolaborasi
Saya sudah bekerja sama dengan rekan guru √
untuk mengintegrasikan aspek sosial emosional
dalam berbagai
3. mata pelajaran.
Saya telah melibatkan orang tua peserta didik √
dalam mendukung dan memahami pentingnya
pembelajaran sosial
emosional.
Saya aktif berpartisipasi dalam kegiatan kolaboratif √
dengan pihak sekolah dan komunitas untuk
memperkuat implementasi pembelajaran sosial
emosional.
Pengaruh pada Lingkungan Belajar
Saya merefleksikan bagaimana keteladanan, proses √
belajar, dan kolaborasi yang saya terapkan telah
mempengaruhi
4.
suasana kelas.

Saya mengevaluasi perubahan positif atau perbaikan
yang terjadi dalam kesejahteraan psikologis peserta
didik.

Saya mendengarkan umpan balik dari peserta didik,
rekan guru, dan orang tua untuk terus meningkatkan
praktik- praktik sosial emosional.

72 | Pembelajaran Sosial
Emosional
Setelah melakukan refleksi diri di atas, kami ingin Bapak/Ibu memperhatikan
jawaban- jawaban Bapak/Ibu. Apa yang dapat Bapak/Ibu simpulkan tentang
hasil refleksi tersebut?

Setelah mempelajari modul ini, saya merasa sangat bersyukur mendapatkan ilmu baru
yang sangat berpengaruh terhadap profesi saya sebagai guru. Modul ini memberikan
banyak wawasan tentang bagaimana mengelola emosi negatif seperti marah dan
khawatir.

Forum diskusi selama sesi ruang kolaborasi memperdalam pemahaman saya tentang
penguasaan emosi. Saya berharap dapat mengontrol emosi saya dengan lebih baik,
memberikan dampak positif kepada orang lain, dan menjadi contoh bagi rekan sejawat.

Eksplorasi Konsep: Bagaimana Saya dapat Memberikan Keteladanan yang Baik,


Terus Belajar dan Berkolaborasi untuk Meningkatkan Kapasitas, dalam
Menerapkan Keterampilan Sosial Emosional?

3.1 Definisi Well-being dan Wellbeing Peserta Didik


Bapak/Ibu guru yang berbahagia,
Sebelum membahas bagaimana meningkatkan well-being warga
sekolah, maka kita perlu memahami dulu apa yang dimaksud dengan well-
being atau yang di modul ini diterjemahkan dalam bahasa Indonesia
sebagai kesejahteraan psikologis.
Menurut kamus Merriam Webster, well-being didefinisikan sebagai
keadaan bahagia, sehat, atau sejahtera. sementara itu UNESCO,
mendefinisikan well-being sebagai keadaan positif yang dialami oleh
individu dan masyarakat. Well-being mencakup kualitas hidup dan
kemampuan manusia dan masyarakat untuk berkontribusi pada dunia
dengan makna dan tujuan.
Definisi di atas adalah definisi well-being secara umum. Sementara
itu jika kita bicara dalam konteks well-being peserta didik, ternyata tidak
terlalu banyak terdapat definisi tersebut. Dalam penelusuran literatur
yang dilakukan oleh Noble & McGrath (2016), hanya terdapat 3 sumber
yang menyebutkan istilah student well- being atau kesejahteraan psikologis
peserta didik.
Sumber yang pertama mendefinisikan wellbeing peserta didik

73 | Pembelajaran Sosial
Emosional
sebagai: “keadaan emosi positif yang merupakan hasil keselarasan antara jumlah
faktor konteks tertentu di satu sisi dan kebutuhan serta harapan pribadi terhadap
sekolah di sisi lain” (Engels et al. 2004, p. 128)
Sumber kedua mendefinisikan wellbeing peserta didik sebagai:
“Sejauh mana seorang peserta didik merasa nyaman di lingkungan sekolah” (De
Fraine et al. 2005)

74 | Pembelajaran Sosial
Emosional
Sedangkan sumber ketiga mendefinisikan wellbeing peserta didik
sebagai: “Sejauh mana seorang peserta didik berfungsi secara efektif dalam
komunitas sekolah” (Fraillon 2004).
Noble & McGrath (2016) sendiri kemudian mendefinisikan wellbeing
peserta didik sebagai:
“Kesejahteraan peserta didik yang optimal adalah keadaan emosi berkelanjutan
yang ditandai dengan suasana hati dan sikap positif, hubungan positif dengan
peserta didik dan guru lain, ketahanan, optimalisasi diri, dan tingkat kepuasan
yang tinggi terhadap pengalaman belajar mereka di sekolah.” (Noble et al. 2008;
NSSF 2011)
Noble & McGrath lebih lanjut mengatakan bahwa dalam program-
program yang ditujukan untuk meningkatkan wellbeing peserta didik, maka
keterampilan sosial emosional akan menjadi salah satu komponen
utamanya. Dengan merujuk pada apa yang dikatakan oleh Noble &
McGrath di atas, maka kita dapat melihat dengan jelas mengapa kita
perlu mengupayakan agar pembelajaran sosial emosional di sekolah
dapat dilakukan.
Lebih lanjut, kami juga ingin mengajak Bapak/Ibu untuk melihat
maksud dari pendidikan seperti yang dikemukakan oleh Ki Hajar
Dewantara. Beliau mengatakan bahwa: “Maksud pendidikan itu adalah
menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka
dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya
baik sebagai manusia maupun anggota masyarakat”.
Jika merujuk pada maksud pendidikan di atas, maka kita dapat
melihat bahwa sesungguhnya tujuan pendidikan itu adalah agar peserta
didik dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Keselamatan dan
kebahagiaan sesungguhnya sangat erat kaitannya dengan emosi. Karena
berbicara tentang keselamatan, tidak hanya terkait dengan menciptakan
lingkungan di mana peserta didik merasa aman secara fisik saja, namun
juga tentunya aman secara emosional. Ini mencakup pembelajaran
tentang perilaku aman, pemahaman tentang hak dan tanggung jawab,
serta penanaman norma dan nilai-nilai yang mendukung keamanan.
Terkait dengan kebahagiaan kita dapat memaknainya dari sudut pandang
bahwa ketika peserta didik dapat memahami dan mengelola emosi
mereka, maka mereka cenderung lebih mampu menciptakan hubungan
yang positif, memiliki motivasi yang tinggi, dan mengalami kebahagiaan
dalam proses pembelajaran. Dari sini kita bisa melihat bahwa praktik
75 | Pembelajaran Sosial
Emosional
pendidikan yang mendukung keterampilan sosial dan emosional
sesungguhnya dapat berkontribusi pada kebahagiaan dan kesejahteraan
psikologis (well-being) peserta didik.

76 | Pembelajaran Sosial
Emosional
3.2 Meninjau Pengertian Wellbeing Sekolah
Secara umum, setiap orang berusaha mencari kebahagiaan dan
keseimbangan dalam hidupnya. Diener (1984) menjelaskan bahwa well-
being atau kesejahteraan kita akan berdampak pada sikap dan emosi. Bila
individu merasa bahagia, sejahtera dalam kondisinya, maka ia dapat
menunjukkan sikap dan emosi yang positif. Demikian pula sebaliknya, bila
individu tidak merasa bahagia dengan kondisinya maka yang
bersangkutan akan merasa cemas, dapat memiliki sikap dan emosi
negatif.
Istilah sejahtera atau bahagia dalam ruang lingkup sekolah
memang kurang mendapat perhatian. Istilah yang lebih umum digunakan
adalah kesehatan mental peserta didik, padahal sekolah tidak hanya
terdiri dari peserta didik saja. Guru atau pendidik juga harus sehat secara
mental supaya bisa menciptakan lingkungan pembelajaran yang
menyenangkan. School well-being merujuk pada konsep yang dikemukakan
Allardt (sebagaimana dikutip Konu & Rimpela, 2002). Dalam konteks ini,
well-being adalah terpenuhinya kebutuhan tertentu dalam diri manusia.
Terdapat tiga dimensi well-being yaitu having, loving dan being. Konsep well-
being ini kemudian dikonstruksi oleh Konu dan Rimpela (2002) dalam
konteks sekolah (school well-being). School well-being adalah kondisi dimana
individu dapat memenuhi kebutuhan dasarnya baik materi maupun non-
materi di sekolah yang terdiri atas empat dimensi yaitu (1) having
(kondisi/situasi sekolah), (2) loving (mengarah pada hubungan sosial), (3)
being (pemenuhan diri), dan (4) health (kesehatan peserta didik/guru
secara umum).

3.3 Dimensi School well-being


Ada beberapa dimensi yang dapat menggambarkan kondisi sekolah
yang sehat/sejahtera. Konu dan Rimpela (2002) menjelaskan ada empat
dimensi school well-being, seperti berikut ini.
1. Having yaitu bagaimana persepsi dan perasaan individu terhadap
kondisi sekolah. Dimensi ini meliputi lingkungan fisik sekolah, termasuk
kenyamanan, rasa aman, kebisingan, pertukaran udara, ruang terbuka,
dan lain sebagainya. Aspek lain dari kondisi sekolah berhubungan
dengan kondisi pembelajaran, seperti kurikulum, jumlah peserta kelas.
Aspek lain adalah bagaimana peserta didik merasa mendapatkan
dukungan atau pelayanan selama bersekolah, seperti kantin, ruang

77 | Pembelajaran Sosial
Emosional
kesehatan, wali kelas, guru bimbingan konseling.
2. Loving mengacu pada lingkungan sosial saat pembelajaran, meliputi
hubungan dengan guru, dengan teman sekelas, interaksi dalam
kelompok. Dimensi ini pada dasarnya mengacu pada iklim atau
suasana di sekolah. Relasi yang baik antara

78 | Pembelajaran Sosial
Emosional
peserta didik, guru dan peserta didik, dan guru dengan sesama guru
menciptakan iklim sekolah yang baik; harmonis.
3. Being mengacu pada bagaimana individu di sekolah menghargai
keberadaan mereka. Dalam hal ini guru dapat bekerja dengan baik dan
menghargai perannya. Peserta didik atau peserta didik juga merasa
percaya diri, bahagia mendapatkan pendidikan. Being juga mengacu
sampai seberapa besar sekolah melibatkan peserta didik, mendorong
kreativitas peserta didik.
4. Health (status kesehatan) mengacu pada kesehatan fisik dan mental
peserta didik/peserta didik dan guru.
Dalam hal ini, kebahagiaan/kesejahteraan peserta didik sangat
dipengaruhi oleh kondisi sekolah, seperti rencana pembelajaran, budaya
sekolah, orientasi pendidikan, infrastruktur, fasilitas, kondisi kelas, dan
dukungan dari guru maupun pihak manajemen sekolah.

Gambar 3.1. School Well-being Konu & Rimpela

3.4 Faktor yang mempengaruhi School well-being


Ada berbagai faktor yang dapat mempengaruhi school well-being.
Ramberg, dkk. (2019) menjelaskan bahwa stress pada guru dapat
mempengaruhi kesejahteraan sekolah, khususnya peserta didik. Beban
kerja dan kewajiban guru membuat guru rentan terhadap stres. Stres
pada guru membuat komunikasi antar peserta didik dan guru menjadi
79 | Pembelajaran Sosial
Emosional
kurang lancar. Guru juga tidak dapat memberikan

80 | Pembelajaran Sosial
Emosional
dukungan penuh pada peserta didik. Dalam hal ini, guru adalah agen
penting untuk menciptakan lingkungan sekolah yang sejahtera. Hal lain
yang dapat mempengaruhi school well-being adalah kemampuan memahami
orang lain dalam hal ini, kemampuan sosial emosional.
Roffey (2008) menjelaskan kemampuan sosial emosional sebagai
emotional literacy. Kemampuan ini dapat mendukung peserta didik
beradaptasi dengan budaya sekolah dan meningkatkan proses belajar
peserta didik. Selain faktor guru dan sekolah, pada dasarnya peserta didik
juga berperan dalam menciptakan school well-being. Kepribadian peserta
didik, motivasi belajar, kemampuan berkomunikasi, disiplin dan
kemampuan bekerjasama juga sangat mempengaruhi school well-being.
Dalam hal ini semua warga sekolah berperan dalam menciptakan school
well-being.

3.5 Upaya Meningkatkan Kesejahteraan Psikologis Warga Sekolah


Di atas telah dijelaskan bahwa meningkatkan kesejahteraan
psikologis warga sekolah, dapat diwujudkan salah satunya melalui
komitmen kita sebagai seorang pendidik untuk melakukan berbagai
upaya untuk meningkatkan keterampilan sosial emosional kita. CASEL
menjelaskan bahwa pengembangan keterampilan sosial emosional oleh
orang dewasa di sekolah dapat dilakukan melalui 3 upaya yaitu:
1. Belajar
2. Berkolaborasi
3. Menjadi teladan dengan memodelkan keterampilan sosial dan
emosional yang baik.

Sekarang, mari kita bahas satu per satu bagaimana kita dapat
melakukan masing-masing upaya tersebut.

3.6 Meningkatkan Keterampilan Sosial dan Emosional Pendidik Melalui Belajar


Dalam upaya mengimplementasi keterampilan sosial emosional
secara penuh di sekolah, selain berupaya mengembangkan keterampilan
sosial peserta didiknya, guru tentunya juga perlu mengembangkan
keterampilan sosial emosional dirinya sendiri. Dengan mengalami sendiri
proses pembelajaran sosial dan emosional, guru akan menjadi lebih kuat
dan menjadi praktisi, advokat, dan teladan yang lebih efektif (CASEL,
2021).
Proses belajar yang dilakukan guru dapat dilakukan melalui beberapa
81 | Pembelajaran Sosial
Emosional
upaya
yaitu:

82 | Pembelajaran Sosial
Emosional
3.6.1 Dengan melakukan refleksi terhadap keterampilan sosial dan emosional
pribadi/dirinya sendiri.
Pendidik, termasuk juga pemimpin di sekolah sebaiknya
terus menerus merefleksikan dan mempraktikkan kompetensi
sosial dan emosional mereka. Proses refleksi ini dapat dilakukan
secara individu maupun bersama-sama. Dengan senantiasa
berefleksi, Bapak/Ibu guru diharapkan dapat secara terus menerus
memperbaiki diri dalam keterampilan sosial emosionalnya, dan hal
ini tentunya akan secara langsung dapat meningkatkan kualitas
praktik pembelajaran dan interaksi kita dengan peserta didik kita.
Untuk melakukan refleksi diri, Bapak/Ibu dapat menanyakan
kepada diri sendiri secara jujur apakah Bapak/Ibu telah
menunjukkan contoh-contoh perilaku yang diharapkan untuk setiap
keterampilan sosial emosional. Misalnya Bapak/Ibu dapat
menanyakan kepada diri sendiri, apakah Bapak/Ibu:
1) Mampu mengidentifikasi emosi yang dirasakan?
2) Mampu mengelola emosi dengan menerapkan beberapa strategi
regulasi emosi?
3) Telah menunjukkan kemampuan berempati?
4) Dan sebagainya.

Saat Bapak/Ibu terlibat dalam proses refleksi pribadi,


diharapkan Bapak/Ibu dapat memprioritaskan rasa ingin tahu dan
rasa sayang pada diri sendiri. Sama halnya dengan peserta didik,
tujuan bagi pendidik adalah pertumbuhan, bukan kesempurnaan.
Sikap baik terhadap diri sendiri meningkatkan motivasi dan
kesejahteraan serta membantu kita peduli terhadap orang lain

3.6.2 Dengan berupaya mengembangkan kapasitas untuk memiliki dan


menerapkan kompetensi sosial emosional
Upaya untuk mengembangkan kapasitas ini dapat dilakukan
dengan berbagai cara, misalnya:
- Dengan melatih keterampilan sosial emosional diri sendiri.
Kita dapat belajar untuk:
1. Menerapkan berbagai teknik relaksasi atau teknik
pernafasan (misalnya teknik STOP) untuk
mengelola emosi.
83 | Pembelajaran Sosial
Emosional
2. Berkomunikasi lebih baik dengan menerapkan 3C: Clear,
Confident, Calm (lebih jelas, lebih percaya diri, dan lebih
tenang) atau menerapkan ‘i-message ‘saat berkomunikasi
dengan orang lain.
3. Terus mengembangkan empati, misalnya dengan terlibat
dalam berbagai kegiatan dimana kita dapat berinteraksi
dengan berbagai kelompok masyarakat.
- Dengan mempelajari tahapan tumbuh kembang anak.
Mempelajari tahapan tumbuh kembang anak akan memberikan
kita wawasan tentang apa sebenarnya keterampilan sosial
emosional yang diharapkan dari peserta didik kita tunjukkan di
tahapan usia tertentu.
- Dengan terlibat secara aktif dalam berbagai kesempatan belajar
profesional terkait dengan keterampilan sosial emosional, baik yang
disediakan oleh sekolah tempat Bapak/Ibu bekerja, maupun yang
diupayakan sendiri oleh Bapak/Ibu. Lewat keterlibatan ini,
Bapak/Ibu guru bukan hanya dapat mempelajari keterampilan
sosial emosional tertentu, namun juga akan mendapatkan
kesempatan yang baik untuk menggunakan keterampilan sosial
dan emosional tersebut selama proses pembelajaran.
- Dengan terus belajar meningkatkan kompetensi budaya.
Mendalami kompetensi budaya dapat membantu pendidik untuk
bekerja secara lebih kolaboratif, mengajar secara lebih efektif,
dan membuat keputusan yang bertanggung jawab dan etis.
Menurut Irlandia & Scrubb (2012), proses pembelajaran
kompetensi budaya ini mencakup beberapa langkah, yakni:
1. membangun kesadaran akan identitas budaya pribadi,
termasuk mengakui pengalaman inklusi dan eksklusi;
2. memperluas pengetahuan tentang budaya orang lain serta
mengenali bagaimana tindakan seseorang mencerminkan
norma budaya dan pengalaman hidup yang berbeda;
3. berkomitmen untuk menciptakan lingkungan dan peluang
pendidikan yang lebih adil.

3.7 Meningkatkan Keterampilan Sosial dan Emosional Pendidik melalui Upaya


untuk Berkolaborasi

84 | Pembelajaran Sosial
Emosional
Komunitas yang kolaboratif merupakan elemen penting dari
kesuksesan proses pembelajaran sosial dan emosional di sekolah. Oleh
karenanya, pendidik

85 | Pembelajaran Sosial
Emosional
dan sekolah harus bersama-sama berupaya menyediakan waktu untuk
memperkuat hubungan dan berkolaborasi guna melaksanakan dan
meningkatkan implementasi pembelajaran sosial dan emosional di
sekolah. Upaya untuk terhubung dan berkolaborasi ini dapat dilakukan
dengan:
a. sesama pendidik;
b. peserta didik;
c. keluarga.
Berikut ini adalah beberapa gagasan terkait dengan upaya-upaya
tersebut, seperti yang dikemukakan oleh CASEL.

3.7.1 Berkolaborasi dengan Sesama Pendidik


Memupuk koneksi dan kolaborasi adalah sebuah proses yang
berkesinambungan. Untuk memupuk koneksi dan kolaborasi
dengan pendidik, di sekolah, Bapak/Ibu dapat memulainya dengan:
- Mendiskusikan dan membuat kesepakatan bersama tentang
pentingnya pembelajaran sosial emosional.
- Memperkuat koneksi dan komunikasi dengan mempraktikkan 3
praktik baik PSE (pembukaan yang hangat, proses yang
melibatkan, penutupan yang optimistik) dalam berbagai
kesempatan interaksi antar pendidik. Misalnya saat rapat rutin
pendidik, workshop atau pelatihan, dsb. Praktik- praktik ini
merupakan cara nyata untuk membangun kapasitas kolaborasi
dan juga memberikan kesempatan untuk melatih keterampilan
sosial dan emosional
- Memasukkan praktik-praktik membangun koneksi ke dalam
pertemuan rutin sepanjang tahun ajaran. Saat sesama pendidik
sudah merasa nyaman satu sama lain, maka praktik
membangun koneksi ini dapat secara integral dimasukkan dalam
cara pendidik berinteraksi. Misalnya dengan saling berbagi dan
mendiskusikan berbagai aspek pembelajaran sosial emosional.
- Memecahkan permasalahan secara kolaboratif dalam rapat
pendidik, Pendidik menyediakan waktu untuk mendiskusikan
permasalahan terkait implementasi pembelajaran sosial
emosional di kelas dalam rapat pendidik.
- Mereviu data tentang pembelajaran sosial emosional bersama-
sama, misalnya data hasil survei lingkungan belajar dan survey
86 | Pembelajaran Sosial
Emosional
karakter.

87 | Pembelajaran Sosial
Emosional
3.7.2 Berkolaborasi dengan Peserta Didik
Membangun hubungan positif dengan peserta didik
merupakan keterampilan utama bagi pendidik dan merupakan
komponen penting dari lingkungan pembelajaran dan tempat kerja
yang sehat. Untuk memupuk koneksi dan kolaborasi dengan
peserta didik, Bapak/Ibu dapat melakukannya dengan:
- Mencoba mengenal peserta didik dengan lebih baik sebagai
individu, berupaya tanggap terhadap kebutuhan mereka, belajar
dari mereka untuk kepentingan sekolah, dan membangun
kepercayaan relasional.
- Menunjukkan upaya untuk membuat peserta didik merasa
dihargai dan diperhatikan apa adanya. Ini dapat dimulai dengan
mencoba mendengarkan mereka. Anak- anak biasanya akan
mau berbagi tentang minat, nilai, dan aset budaya mereka jika
mereka merasa aman dan dihargai.
- Memastikan bahwa setiap peserta didik memiliki setidaknya satu
orang dewasa yang dapat membuat mereka terkoneksi dan
dapat mereka hubungi sepanjang hari.
- Membangun hubungan dalam jadwal sehari-hari. Hal ini dapat
dilakukan misalnya dengan membuat struktur pendukung seperti
prosedur penyambutan peserta didik di depan pintu, check-in,
konsultasi, dsb.
- Mengumpulkan data tentang persepsi peserta didik mengenai
pengalaman dan hubungan mereka dengan tenaga pendidik,
bekerja dengan peserta didik untuk menafsirkan dan
mengembangkan rekomendasi berdasarkan data, dan
menggunakan rekomendasi peserta didik untuk membantu
semua staf bertindak dengan cara yang responsif terhadap
kebutuhan dan perspektif peserta didik.
- Mengevaluasi praktik disiplin untuk memastikan praktik tersebut
bersifat restoratif dan adil serta berfungsi untuk memperkuat
hubungan antara staf dan peserta didik dari waktu ke waktu.
- Melibatkan peserta didik dalam dalam menentukan tujuan
penerapan pembelajaran sosial dan emosional sehingga
terbangun visi bersama.
- Melibatkan peserta didik dalam proses penilaian kebutuhan dan
sumber daya terkait dengan implementasi pembelajaran sosial

88 | Pembelajaran Sosial
Emosional
emosional. Tanyakan kepada peserta didik program apa yang
menurut mereka berguna dan berjalan dengan baik? apakah
mereka merasa aman dan didukung di sekolah? Apa yang
membuat mereka merasa tidak aman (jika ada), dsb. Melibatkan
peserta didik dalam memberikan umpan balik akan

89 | Pembelajaran Sosial
Emosional
memberikan pendidik banyak gagasan tentang apa yang harus
dilakukan selanjutnya dan apa yang dibutuhkan.
- Melibatkan peserta didik dalam tim pengembangan
pembelajaran sosial dan emosional.

3.7.3 Berkolaborasi dengan Keluarga


Melibatkan keluarga dalam proses pengembangan
keterampilan sosial emosional menjadi sebuah perwujudan tri
sentra pendidikan seperti yang diharapkan oleh Ki hajar Dewantara.
Pendidik dan keluarga menjadi mitra. Dengan bermitra, pendidik
akan memperoleh wawasan untuk memberikan dukungan yang
lebih baik kepada peserta didiknya, sementara di sini lain, keluarga
akan mendapatkan teman dalam mendukung pengembangan
keterampilan sosial dan emosional yang tentunya juga sudah
mereka lakukan dengan anak-anak mereka di rumah. Untuk
memupuk koneksi dan kolaborasi dengan keluarga, Bapak/Ibu
dapat melakukannya dengan:
- Mulai mencoba mendengarkan keluarga, terkait dengan prioritas,
minat, pengetahuan, kekhawatiran mereka. Hal ini dapat
membantu membangun hubungan yang positif.
- Membangun komunikasi dua arah dengan keluarga.
- Mengundang keluarga untuk berkontribusi dan berkolaborasi
dengan pendidik dengan cara yang bermakna dan relevan serta
selaras dengan nilai dan perspektif mereka. Ini dapat dilakukan
misalnya dengan:
1. Melibatkan keluarga untuk membangun visi bersama tentang
pembelajaran sosial emosional. tanyakan pada mereka
tentang komunitas kelas dan sekolah seperti apa yang mereka
inginkan untuk anak-anak mereka dan keterampilan yang
mereka ingin mereka kembangkan;
2. Melibatkan keluarga dalam pertemuan yang membahas
tentang tujuan prioritas pembelajaran sosial emosional. Ajak
mereka untuk mereviu tujuan dan memberikan umpan balik;
3. Meninjau program-program potensial dan menawarkan cara-
cara bagi mereka untuk memiliki keterwakilan dalam
pengambilan keputusan mengenai program mana yang akan
diadopsi dan bagaimana program tersebut akan dilaksanakan.
90 | Pembelajaran Sosial
Emosional
4. Memberikan masukan terkait materi, kedalaman, dsb saat
pendidik atau sekolah mempersiapkan sesi informasi atau sesi
pelatihan orang tua tentang pembelajaran sosial emosional.
5. Mendiskusikan data terkait pembelajaran sosial dan emosional.

3.8 Meningkatkan Keterampilan Sosial dan Emosional Pendidik melalui Upaya


untuk Menjadi Teladan
CASEL, mengutip Jones et al., (2013) mengatakan bahwa disengaja
atau tidak, orang dewasa sebenarnya terus-menerus mencontohkan
kompetensi sosial dan emosional mereka. Sementara peserta didik akan
mengamati dan belajar ketika orang dewasa menavigasi emosi, berupaya
mencapai tujuan, merespons orang lain, mengambil perspektif berbeda,
memecahkan masalah, dan membuat keputusan. Ketika orang dewasa
dengan sengaja mencontohkan keterampilan sosial dan emosional yang
kuat, maka peserta didik akan dapat melihat bagaimana menerapkan
keterampilan sosial dan emosional dalam kehidupan mereka. Dengan
premis ini, maka sudah seharusnyalah kita para pendidik harus berupaya
untuk selalu menjadi teladan dalam mengimplementasikan pembelajaran
sosial dan emosional ini. Dalam modul ini, kita akan membahas
bagaimana pendidik bisa menunjukkan keteladanan di antara 1) teman-
teman sejawat; 2) di antara peserta didik dan keluarga.

3.8.1 Meneladankan Keterampilan Sosial dan Emosional di Antara Teman


Sejawat
Memodelkan keterampilan sosial dan emosional di antara
teman sejawat bisa dilakukan dengan:
● Berkomitmen menerapkan apa yang telah disepakati bersama
(shared agreement) terkait pembelajaran sosial emosional.
Misalnya terkait dengan bagaimana satu sama lain akan
berkomunikasi dan berinteraksi. Jika sudah sepakat untuk saling
menghargai, maka sebagai pribadi kita harus berkomitmen
untuk juga saling menghargai.
● Berupaya menerapkan praktik-praktik baik pembelajaran sosial
emosional di dalam setiap interaksi, dalam pertemuan,
pembelajaran profesional, dan praktik-praktik coaching yang
terjadi di sekolah.
● Saling menghargai upaya dan proses pertumbuhan dan

91 | Pembelajaran Sosial
Emosional
perkembangan satu sama lain. Hal ini bisa dilakukan misalnya
dengan mengapresiasi mereka yang telah menghormati
kesepakatan bersama; menghargai mereka yang berupaya
untuk mengimplementasikan

92 | Pembelajaran Sosial
Emosional
keterampilan sosial emosional dan mendukung
implementasinya; mencari dan menggunakan umpan balik untuk
menunjukkan kepada rekan sejawat bahwa Bapak/Ibu
menghargai perspektif mereka; meningkatkan pentingnya
diskusi, pemecahan masalah, dan pertumbuhan yang
berkelanjutan.

3.8.2 Meneladankan Keterampilan Sosial dan Emosional di Antara Peserta


Didik dan Keluarga
CASEL menyatakan bahwa meneladankan kompetensi sosial
dan emosional dalam interaksi mereka dengan peserta didik dan
keluarga mereka sesungguhnya akan membantu menyiapkan
landasan untuk hubungan saling percaya yang akan mengkatalisis
pembelajaran dan kemitraan.
Berikut ini adalah beberapa contoh cara Bapak/Ibu dapat
meneladankan keterampilan sosial emosional kepada peserta didik
dan keluarga mereka:
1) Menanggapi pertanyaan dan kekhawatiran yang diekspresikan
oleh peserta didik atau keluarga mereka dengan cara yang
tepat, yaitu dengan menunjukkan rasa ingin tahu dan
mengupayakan proses pemecahan masalah secara kolaboratif.
Hal ini akan menghasilkan interaksi yang lebih positif, karena
mereka akan merasa nyaman dan merasa di dengar.
2) Menciptakan kesadaran seputar keterampilan sosial emosional
dan bagaimana keterampilan tersebut membantu kita sebagai
pendidik dalam kehidupan sehari-hari, yaitu dengan menjelaskan
dan mengartikulasikan strategi yang kita gunakan kepada
mereka. Misalnya saat pendidik merasa marah atau frustasi
terhadap sebuah situasi, pendidik bisa mencontohkan
bagaimana ia berupaya untuk bersikap tenang dan tidak
bereaksi negatif dengan mencoba menarik nafas dalam-dalam.
Pendidik dapat menjelaskan kepada peserta didik atau keluarga
mereka bagaimana strategi tersebut membantu mereka menjadi
lebih tenang dan mengurangi kemarahan.
3) Saat menelepon orang tua untuk mendiskusikan perilaku peserta
didik yang kurang sesuai, Bapak/Ibu dapat menjelaskan kejadian
tersebut tanpa menyalahkan dan meminta informasi latar
93 | Pembelajaran Sosial
Emosional
belakang tambahan dari orang tua untuk mendapatkan
gambaran yang lebih jelas tentang situasi tersebut.

94 | Pembelajaran Sosial
Emosional
4) Menggunakan pertemuan orang tua untuk membangun
hubungan dengan keluarga dan lebih memahami harapan dan
kekhawatiran mereka terhadap peserta didik. Bapak/Ibu dapat
memposisikan keluarga sebagai ahli tentang anak-anak mereka
ketika berbagi pengalaman dan pengamatan mereka terhadap
peserta didik.
5) dan sebagainya.

3.9 Pembelajaran Sosial Emosional Berbasis Kesadaran Penuh


Pembelajaran Sosial Emosional Berbasis Kesadaran Penuh adalah
pendekatan yang memadukan praktik kesadaran penuh sebagai landasan
untuk membiasakan pengembangan keterampilan sosial dan emosional.
Tujuannya adalah membantu diri kita (guru/pendidik) dan peserta didik
untuk memahami dan mengelola dunia di dalam diri (emosi) dan
merespon dunia di luar diri (berempati, berelasi, beradab, berperilaku)
dengan lebih bijaksana. Dalam konteks ini, kita diajak untuk lebih sadar
terhadap pikiran, perasaan, dan pengalaman kita sendiri, sehingga dapat
mengembangkan ketangguhan dari tekanan dalam diri dan dunia luar.
Praktik kesadaran penuh membantu kita meningkatkan fokus dan
konsentrasi, serta menumbuhkan kepedulian terhadap diri sendiri, orang
lain, dan lingkungan di sekeliling kita. Praktik ini melibatkan latihan
bernapas secara sadar, menyimak apa yang ada di dalam diri dan di
sekeliling atau di hadapan kita. Sebagai pendidik, praktik ini memacu
kesadaran untuk melakukan refleksi diri sehingga mampu menciptakan
lingkungan belajar yang mendukung perkembangan peserta didik secara
holistik, yang prosesnya secara umum digambarkan oleh Ki Hadjar
Dewantara sebagai proses: olah-cipta (pikiran, intelektualitas), olah-rasa
(perasaan, emosi), olah-karsa (kehendak, semangat, niat-niat), dan olah-
raga (tindakan, tenaga, bakti, karya).

Untuk lebih jelasnya, silakan saksikan video berikut ini.

Simaklah video dalam tautan di bawah ini!

Pembelajaran Sosial dan Emosional Berbasis Kesadaran Penuh


(https://bit.ly/videokesadaranpenuh)

Buatlah kesimpulan berdasarkan video tersebut

95 | Pembelajaran Sosial
Emosional
Dokumen ini membahas tentang video inspiratif untuk pembelajaran sosial dan emosional
berdasarkan kesadaran penuh. Dokumen ini membahas pentingnya pembelajaran sosial dan
emosional dan bagaimana kesadaran penuh dapat digunakan untuk mengajarkannya.
Dokumen ini juga menyediakan 10 video terakhir tentang topik tersebut. Beberapa poin
penting dari dokumen ini adalah: pentingnya pembelajaran sosial dan emosional,
bagaimana kesadaran penuh dapat digunakan untuk mengajarkannya, dan 10 video terakhir
tentang topik tersebut.

 Pentingnya pembelajaran sosial dan emosional


 Bagaimana kesadaran penuh dapat digunakan untuk mengajarkan pembelajaran
sosial dan emosional
 10 video terakhir tentang topik pembelajaran sosial dan emosional dan kesadaran
penuh

Belajar dari kisah inspiratif


Sekarang, kami ingin Bapak/Ibu untuk membaca sebuah cerita tentang
seorang guru di bawah ini. Analisislah cerita tersebut dan identifikasilah
bagaimana guru tersebut berupaya meningkatkan keterampilan sosial
emosionalnya melalui proses belajar, berkolaborasi, dan menjadi teladan
dalam keterampilan sosial emosional.

Kisah Ibu Umbi

Bu Umbi adalah seorang guru SD yang mengajar di kelas 6. Bu Umbi melihat


banyak sekali berita di televisi yang menyatakan tentang banyaknya anak-anak
yang tawuran, anak-anak yang mengalami stres, perundingan yang terjadi di
berbagai tempat, dan sebagainya. Semua hal tersebut membuatnya sangat
prihatin. Meskipun sejauh ini, di kelasnya belum sampai ada peserta didik yang
mengalami atau melakukan hal-hal di atas, namun beliau menyadari bahwa
pembelajaran di sekolah sesungguhnya tidak boleh hanya soal pembelajaran
akademik. Sangat penting bagi guru untuk mengajarkan keterampilan sosial-
emosional kepada peserta didiknya. Itulah sebabnya Bu Umbi memutuskan untuk
mencari tahu lebih banyak tentang bagaimana dia dapat mengajarkan dan
mengembangkan keterampilan sosial-emosional ini.

Bu Umbi kemudian membaca buku-buku yang berhubungan dengan keterampilan


sosial emosional ini secara mandiri. Ia juga mengakses video-video di Platform

96 | Pembelajaran Sosial
Emosional
pembelajaran yang dilakukannya, ia menemukan bahwa pembelajaran sosial-
emosional sesungguhnya adalah pembelajaran yang harus dilakukan oleh semua
pihak yang terlibat di sekolah dan dalam kehidupan anak. Pembelajaran sosial
emosional bukan hanya guru yang mengajarkan keterampilan sosial-emosional
kepada peserta didiknya saja, namun guru juga harus belajar mengembangkan
keterampilan sosial-emosionalnya sendiri agar dapat mencontohkan keterampilan
sosial-emosionalnya kepada peserta didiknya. Dengan pemahaman itu, Bu Umbi
memutuskan untuk mencoba menerapkan dan melatih keterampilan sosial
emosional dengan memulai dari dirinya sendiri terlebih dahulu. Bu Umbi berusaha
mempelajari dan mencoba berbagai teknik-teknik sederhana yang dapat
diaplikasikan dalam kehidupannya sehari-hari. Misalnya, Bu Umbi belajar
bagaimana melakukan teknik STOP untuk mengelola perasaannya agar ia bisa
menavigasi rasa kecewa ketika dia mengetahui bahwa apa yang direncanakan
tidak sesuai dengan harapannya, atau rasa marah saat dia mengetahui peserta
didiknya tidak melakukan apa yang dia instruksikan.

Bu Umbi sadar bahwa ternyata ada banyak hal yang perlu ia pelajari dan lakukan
untuk mengintegrasikan keterampilan sosial emosional dalam kehidupan sehari-
harinya. Maka, ia memulai untuk meluangkan waktu di tengah hari untuk sekedar
membiasakan diri mengambil nafas, mengambil jeda, sehingga memudahkannya
berpikir dengan lebih jernih. Ia bahkan berusaha memilih kata yang akan
digunakannya saat merespon orang lain sehingga memberikan dampak yang lebih
baik. Ia terus berusaha menjalin hubungan lebih dekat dengan peserta didiknya
dengan berusaha mencari tahu dan memahami keadaan peserta didiknya. Melalui
proses ini, Bu Umbi menjadi semakin baik dalam memperhatikan kebutuhan
peserta didiknya. Bu Umi juga belajar untuk lebih empati terhadap lingkungan
sekitarnya. Ia berlatih menggunakan 3 pertanyaan empatik saat berinteraksi
dengan orang lain. Ketika berinteraksi dengan koleganya, Bu Umbi juga berusaha
untuk mengaplikasikan keterampilan sosial- emosional yang dipelajarinya. Ia
belajar agar saat menghadapi situasi yang tidak nyaman dalam interaksi bersama
rekan kerjanya, ia dapat tetap tenang dan memilih respon yang lebih positif
dengan mereka. Misalnya, pada suatu kesempatan, ia menerapkan strategi, i-
message, untuk mengungkapkan ketidaksetujuannya terhadap suatu hal yang
dikatakan rekan kerjanya.

Dari pengalaman tersebut, Bu Umbi pun sampai pada pemikiran bahwa ia perlu
juga membangun kesadaran teman-temannya akan pentingnya mengaplikasikan
keterampilan sosial-emosional baik sebagai individu maupun sebagai pendidik. Ia
ingin rekan-rekan sejawatnya juga menyadari pentingnya keterampilan sosial
emosional. Oleh karena itu mencoba bertemu Kepala Sekolah untuk
menyampaikan keresahannya ini. Bu Umbi meminta izin untuk membicarakan
97 | Pembelajaran Sosial
Emosional
perihal pentingnya keterampilan sosial-emosional ini. Ia lalu memohon sedikit
waktu agar dirinya diperkenankan memimpin sesi latihan atau praktik mindfulness
sederhana yang dapat membantu guru-guru lebih fokus dalam sesi rapat kerja
besok. Dari obrolan informal yang dibawakan Bu Umbi, Kepala Sekolah dapat
memahami

98 | Pembelajaran Sosial
Emosional
pentingnya keterampilan untuk fokus dalam era modern yang serba cepat ini.
Kepala Sekolah pun merasakan ketulusan Bu Umbi dan akhirnya memberikan izin.

Pada keesokan harinya, saat rapat Bu Umbi pun menjalankan rencananya. Ia


mengajak rekan- rekannya melakukan teknik STOP (salah satu teknik jeda untuk
melatih fokus) sebelum rapat dimulai dan kemudian menjelaskan bagaimana teknik
tersebut bekerja mempengaruhi sistem fisiologis yang alami terjadi dalam diri
manusia. Bu Umbi pun menjelaskan bahwa latihan fokus tersebut adalah salah satu
cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan salah satu keterampilan sosial
emosional, yaitu pengelolaan diri. Bu Umbi berbagi bagaimana latihan ini
membantu bu Umbi dalam melatih fokusnya selama ini.

Rekan-rekan Bu Umbi menunjukkan respon yang berbeda-beda. Ada yang tertarik


dan bertanya lebih lanjut, namun ada pula yang kurang tertarik dan menganggap
kegiatan tersebut hanya akan membuang waktu. Namun demikian, Bu Umbi tidak
patah semangat. Ia terus menyuarakan pentingnya mengembangkan keterampilan
sosial emosional ini. Bu Umbi berbagi berbagai bacaan yang ia dapat kepada
rekan-rekannya melalui grup Whatsapp. Ia juga mengajak rekan-rekannya yang
tertarik untuk mempelajari lebih lanjut soal pembelajaran sosial emosional ini
untuk bergabung dalam kelompok diskusi yang bertemu secara rutin untuk belajar
bersama-sama.

Karena Bu Umbi juga secara berkesadaran mencoba mempraktikkan keterampilan


sosial emosional ini dalam kehidupannya sehari-hari, rekan-rekan kerja Bu Umbi
juga merasakan bahwa Bu Umbi juga adalah orang yang sangat menyenangkan,
tulus, dan positif. Karena hubungan sosial Bu Umbi cukup bagus, sehingga ketika
Bu Umbi mengajak rekan-rekannya, banyak yang akhirnya bersedia belajar
bersama. Makin lama makin banyak rekan-rekan guru di sekolah Bu Umbi yang
tertarik untuk belajar lebih lanjut. (ODK)

99 | Pembelajaran Sosial
Emosional
Ruang Kolaborasi: Bagaimana Saya dapat Berkolaborasi dengan Rekan Sejawat
untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Emosional Orang Dewasa yang Ada di
Sekolah?

Bapak/Ibu guru yang berbahagia,


Sekarang kami ingin Bapak/Ibu mengidentifikasi sebuah upaya untuk
meningkatkan keterampilan sosial dan emosional melalui kolaborasi, yang
dapat Bapak/Ibu implementasikan di sekolah Bapak/Ibu masing-masing.
Pilihlah sebuah upaya (bisa upaya untuk berkolaborasi dengan rekan sesama
pendidik, peserta didik, atau dengan keluarga peserta didik) yang dapat
langsung Bapak/Ibu terapkan dalam waktu dekat. Setelah menerapkannya,
Bapak/Ibu kami harapkan dapat menuliskan refleksi terkait pengalaman
tersebut di lembar refleksi berikut ini.

Lembar Refleksi

Rangkumlah keseluruhan pemikiran dan perasaan Anda tentang strategi


kolaborasi yang diterapkan dalam sebuah paragraf yang singkat namun
jelas.
Kolaborasi adalah kemampuan untuk bekerja sama dengan teman lainnya agar
dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Untuk menghindari egoisme dan
kurangnya kasih sayang terhadap orang lain, peserta didik menerima petunjuk
tentang cara berkolaborasi secara efektif dalam kelompok. Cara di mana
peserta didik dimintai pertanggungjawaban atas tugas yang mereka kerjakan
kepada kelompok mereka, cara menghargai mereka terhadap ide dan
perspektif teman sekelas mereka, dan kesadaran mereka akan fakta bahwa
semua anggota kelompok memiliki ketergantingan dengan anggota kelompok
lainnya, semua berkontribusi pada pengembangan keterampilan kolaborasi

100 | Pembelajaran Sosial


Emosional
Demonstrasi Kontekstual: Bagaimana Saya dapat Menunjukkan Pemahaman Saya
terkait Dampak dari Penerapan Keteladanan, Proses Belajar dan Kolaborasi yang
Telah Dilakukan terhadap Terciptanya Lingkungan Belajar yang Menguatkan
Kesejahteraan Psikologis (Wellbeing) Warga Sekolah?

Bapak/Ibu guru yang berbahagia,


Selamat datang di tahapan Demonstrasi Kontekstual. Setelah
sebelumnya melakukan upaya untuk berkolaborasi dengan rekan sesama
pendidik dan melakukan refleksi terhadap pengalaman tersebut, kami
percaya kini Bapak/Ibu semakin yakin akan peranan yang dapat Bapak/Ibu
ambil dalam meningkatkan keterampilan sosial dan emosional peserta didik,
yang pada gilirannya nanti membuahkan hasil pada menguatnya well-being
warga sekolah.
Sekarang, kami meminta Bapak/Ibu untuk membuat sebuah peta konsep.
Peta konsep tersebut harus dapat menunjukkan secara visual, bagaimana
keteladanan, terus belajar, dan berkolaborasi membawa dampak konkret
dalam memperkuat praktik-praktik pembelajaran sosial emosional. Gunakan
aspek-aspek dalam tabel ceklis di bawah ini untuk membantu Bapak/Ibu
membuat peta konsepnya.

Menjadi teladan

Deskripsi Perilaku: Peta konsep memberikan deskripsi yang jelas tentang


perilaku guru yang menunjukkan keteladanan dalam pembelajaran sosial
emosional.

Terus Belajar

Peta konsep mencakup strategi konkret yang menunjukkan bagaimana


seorang guru dapat terus belajar dan berkembang dalam domain sosial
emosional?

Berkolaborasi

Peta konsep mencerminkan pendekatan kolaboratif guru dengan sesama


pendidik dan tenaga kependidikan, peserta didik, dan keluarga/orang tua
dalam konteks pembelajaran sosial emosional.

Dampak

Peta konsep menggambarkan bagaimana 3 upaya guru (menjadi teladan,


terus belajar, dan berkolaborasi) membawa dampak positif pada
lingkungan kelas dan sekolah dalam konteks pembelajaran sosial

101 | Pembelajaran Sosial


Emosional
emosional.

102 | Pembelajaran Sosial


Emosional
Elaborasi Pemahaman: Apa Saja Tindak Keteladanan, Proses Belajar dan
Kolaborasi yang dapat Saya Lakukan untuk Menerapkan Kompetensi Sosial
Emosional Sesuai Konteks Pembelajaran Kelas/Sekolah Saya Sehari-Hari?

Untuk memperdalam pemahaman Anda tentang topik ini, buatlah


serangkaian pertanyaan-pertanyaan (beserta jawabannya) yang sering dan
umum ditanyakan (Frequently Asked Questions - FAQs) oleh mereka yang baru
mulai dan sedang belajar Pembelajaran Sosial Emosional. Bayangkan
rangkaian pertanyaan dan jawaban tersebut akan dibaca oleh rekan
Bapak/Ibu. Gunakan kesempatan ini untuk merumuskan pertanyaan dengan
menggali informasi dari rekan sejawat, kepala sekolah Bapak/Ibu, dan ahli
(jika ada), baik secara langsung maupun lewat tulisan dan/atau riset mereka.
Di bawah ini ada serangkaian contoh pertanyaan-pertanyaan, yang belum
diberikan jawabannya. Lengkapi dan lanjutkanlah daftar ini.

Tabel 3.2 Pertanyaan Frequently Asked Questions – FAQs

No Pertanyaan (FAQs) Jawaban

Mengapa penting bagi guru untuk tidak hanya Pengembangan Holistik:


fokus pada aspek akademis, tetapi juga pada
1. * Pendidikan tidak hanya tentang nilai
keterampilan sosial emosional untuk akademis, tetapi juga tentang
mempersiapkan siswa untuk menjadi
mewujudkan wellbeing peserta
individu yang utuh dan berfungsi baik
didik? dalam masyarakat.

* Keterampilan sosial emosional seperti


empati, komunikasi, dan pemecahan
masalah sangat penting dalam kehidupan
sehari-hari.

2. Wellbeing Siswa:

* Siswa yang merasa baik secara


emosional cenderung lebih fokus, lebih
termotivasi, dan lebih sukses dalam
belajar.
Apa saja praktik belajar yang dapat Pertimbangkan konteksnya: Pikirkan
konteks spesifik siswa dan guru yang
diimplementasikan oleh guru untuk
2. terlibat, karena ini akan memengaruhi
meningkatkan keterampilan sosial emosional praktik yang paling tepat.
peserta didik, dan bagaimana hal itu dapat
Menganalisis dan mengevaluasi:
mempengaruhi perkembangan holistik peserta Memeriksa bukti secara kritis dan
didik? memilih praktik yang paling mungkin
efektif dan layak.
. Kembangkan rencana: Buat rencana
untuk menerapkan praktik yang dipilih,
termasuk bagaimana praktik tersebut akan
dinilai dan dievaluasi.
Bagaimana guru dapat berkolaborasi dengan Melibatkan siswa dalam proses
pembelajaran: Memberikan kesempatan
peserta didik, rekan kerja, dan orang tua dalam
3. kepada siswa untuk ikut serta dalam
88 | Pembelajaran Sosial Emosional
menciptakan lingkungan belajar yang perencanaan kegiatan, pengambilan
keputusan, dan evaluasi pembelajaran.
mendukung pengembangan
keterampilan sosial emosional? * Menciptakan kelas yang inklusif:

Membangun suasana kelas yang saling


menghormati, menghargai perbedaan, dan
mendorong kerja sama.

* Menggunakan metode pembelajaran


yang aktif: Melalui diskusi kelompok,
proyek kolaboratif, dan permainan, siswa
dapat belajar berinteraksi, berkomunikasi,
dan menyelesaikan masalah bersama.
4.

5.

dst

89 | Pembelajaran Sosial
Emosional
Koneksi Antar Materi: Bagaimana Saya dapat Menggunakan Wawasan dan
Keterampilan yang Telah Saya Peroleh untuk Membantu Saya Mengatasi
Tantangan dalam Kehidupan Pribadi Maupun Profesional?

Selamat datang di tahapan belajar Koneksi Antar Materi!


Di tahapan ini, Bapak/Ibu akan diminta untuk mengidentifikasi satu
tantangan/masalah yang saat ini sedang dihadapi oleh Bapak/Ibu di kelas
maupun dalam kehidupan pribadi atau profesional. Dengan menggunakan
wawasan dari topik- topik yang telah dipelajari sebelumnya, Bapak/Ibu dapat
menjelaskan bagaimana keterampilan sosial emosional dapat membantu
Bapak/Ibu menghadapi tantangan tersebut, sehingga berdampak pada
meningkatnya kesejahteraan psikologis (well-being) Bapak/Ibu.

Tantangan yang saya hadapi adalah kesulitan berkomunikasi dengan orang lain

Keterampilan sosial dan emosional yang saya gunakan yaitu mendengarkan aktif

membantu saya untuk memahami perspektif orang lain

90 | Pembelajaran Sosial Emosional


Aksi Nyata: Bagaimana Dampak dari Proses Belajar, Kolaborasi, dan Keteladanan
terhadap Upaya Mewujudkan Wellbeing Warga Sekolah?

1. Penerapan satu contoh keteladanan baru, satu proses belajar pribadi, dan
satu proses kolaborasi yang dilakukan untuk menguatkan penerapan
pembelajaran sosial emosional di kelas atau sekolah masing-masing.

1.Keteladanan baru: Tindakan atau perilaku yang dapat menjadi contoh bagi
siswa dalam mengembangkan keterampilan sosial emosional.

2. Proses belajar pribadi: Kegiatan individu yang dapat dilakukan siswa untuk
meningkatkan kesadaran dan pengelolaan emosi, serta keterampilan sosial
mereka.

3. Proses kolaborasi: Kegiatan kelompok yang dapat mendorong siswa untuk


bekerja sama, berkomunikasi, dan saling mendukung.

2. Tulisan yang merefleksikan bagaimana dampak atas penerapan yang


telah dilakukan tersebut terhadap wellbeing warga sekolah.

Penerapan satu contoh keteladanan baru, satu proses belajar pribadi, dan satu
proses kolaborasi yang dilakukan untuk menguatkan penerapan pembelajaran
sosial emosional di kelas atau sekolah masing-masing.

3. Silakan unggah refleksi Anda di dalam drive personal masing-masing,


Bapak/Ibu mungkin dapat menggunakan refleksi ini sebagai bagian dari
Jurnal Pembelajaranku Bapak/Ibu nanti.

Refleksi Jurnal PSE

91 | Pembelajaran Sosial
Emosional
Latihan Pemahaman

1. “Keadaan emosi berkelanjutan yang ditandai dengan suasana hati dan


sikap positif, hubungan positif dengan peserta didik dan guru lain,
ketahanan, optimalisasi diri, dan tingkat kepuasan yang tinggi terhadap
pengalaman belajar mereka di sekolah.” Definisi yang disampaikan di
atas merupakan definisi dari:
a. Kesejahteraan psikologis peserta didik (student wellbeing)
b. Pembelajaran sosial dan emosional
c. Kesadaran diri
d. Kesadaran sosial
e. Pengelolaan diri

2. Meningkatkan kesejahteraan psikologis warga sekolah dapat diwujudkan


melalui komitmen kita sebagai seorang pendidik untuk meningkatkan
keterampilan sosial emosional diri kita sendiri sebagai orang dewasa.
CASEL menjelaskan bahwa pengembangan keterampilan sosial emosional
oleh orang dewasa di sekolah dapat dilakukan melalui 3 upaya yaitu:
a. Menjadi teladan, refleksi berkelanjutan, dan berbagi
b. Belajar, berkolaborasi, dan berbagi
c. Berkolaborasi, belajar, dan menjadi teladan
d. Menjadi teladan, belajar, dan refleksi
e. Refleksi, berkolaborasi dan berdiskusi

3. Guru dapat melakukan upaya belajar untuk meningkatkan keterampilan


sosial emosional dirinya sendiri. Salah satu upaya belajar yang dapat
dilakukan oleh guru diantaranya adalah:
a. Dengan melakukan refleksi terhadap keterampilan sosial dan
emosional pribadi/dirinya sendiri.
b. Dengan berupaya mengembangkan kapasitas orang lain untuk
memiliki dan menerapkan kompetensi sosial emosional.
c. Dengan berkolaborasi dengan Sesama Pendidik.
d. Dengan meneladankan Keterampilan Sosial dan Emosional di Antara
Teman Sejawat
e. Dengan terkoneksi dengan Peserta Didik.

92 | Pembelajaran Sosial Emosional


4. Guru dapat melakukan upaya berkolaborasi untuk meningkatkan
keterampilan sosial emosional dirinya sendiri. Berikut ini, mana yang
bukan termasuk contoh upaya berkolaborasi tersebut:
a. Membangun komunikasi dua arah dengan keluarga.
b. Mencoba mengenal peserta didik dengan lebih baik sebagai individu,
berupaya tanggap terhadap kebutuhan mereka, belajar dari mereka
untuk kepentingan sekolah, dan membangun kepercayaan relasional.
c. Memecahkan permasalahan secara kolaboratif dalam rapat pendidik.
d. Melakukan refleksi terhadap keterampilan sosial dan emosional
pribadi/dirinya sendiri.
e. Memperkuat koneksi dan komunikasi dengan mempraktikkan 3 praktik
baik PSE (pembukaan yang hangat, proses yang melibatkan,
penutupan yang optimistik) dalam berbagai kesempatan interaksi antar
pendidik.

5. Mengapa praktik pendidikan yang mendukung keterampilan sosial dan


emosional dianggap dapat berkontribusi pada kebahagiaan dan
kesejahteraan psikologis (wellbeing) peserta didik?
a. Membantu peserta didik untuk dapat memahami bahwa tujuan hidup
mereka adalah mencapai kebahagiaan yang setingginya baik sebagai
individu maupun sebagai anggota masyarakat
b. Membantu peserta didik untuk dapat memahami dan mengelola emosi
mereka, sehingga mereka cenderung lebih mampu menciptakan
hubungan yang positif, memiliki motivasi yang tinggi, dan mengalami
kebahagiaan dalam proses pembelajaran.
c. Peserta didik untuk dapat memahami bahwa kebahagiaan dan
kesejahteraan psikologis akan dapat dicapai jika mereka mengalami
kebahagiaan dalam proses pembelajaran.
d. Peserta didik untuk dapat memahami bahwa hubungan yang positif
dengan orang lain berpengaruh terhadap kebahagiaan mereka.
e. Peserta didik untuk dapat memahami bahwa keadaan sosial emosional
yang tidak baik akan menghalangi mereka mencapai kebahagiaan.

6. Salah satu contoh tindakan yang dapat dilakukan pendidik untuk menjadi
teladan bagi peserta didik dalam upaya meningkatkan kompetensi sosial
emosional adalah:
a. Dengan menerapkan dan kemudian mengartikulasikan strategi yang

93 | Pembelajaran Sosial
Emosional
digunakan kepada peserta didik ketika pendidik berupaya mengelola
emosi saat menghadapi situasi yang sulit.

94 | Pembelajaran Sosial Emosional


b. Dengan mengevaluasi praktik disiplin dan kebijakan sekolah terkait
penerapan keterampilan sosial dan emosional.
c. Dengan mempelajari berbagai teknik yang dapat digunakan untuk
mengelola emosinya.
d. Dengan membaca sumber-sumber bacaan yang membahas tentang
tahapan perkembangan anak, sehingga pendidik dapat memahami
perilaku apa yang sesuai dengan tahapan usia tertentu.
e. Dengan bekerja sama dengan para pendidik lain untuk
mengintegrasikan praktik- praktik membangun koneksi ke dalam
pertemuan rutin sepanjang tahun ajaran.

7. Mempelajari kompetensi budaya adalah salah satu hal yang dapat


dilakukan guru untuk mengembangkan kapasitas diri dalam menerapkan
kompetensi sosial emosional. Selain memperluas pengetahuannya
tentang budaya orang lain, apa lagi yang dapat dilakukan oleh seorang
pendidik untuk mengembangkan kompetensi budaya bagi dirinya?
a. Mempelajari aspek-aspek budaya orang lain dan mencoba mengikutinya
b. Mengajarkan orang lain tentang budaya kita.
c. Menyelenggarakan kegiatan kebudayaan untuk mempromosikan
budaya negara kita.
d. Mengikuti kegiatan pertukaran pendidik untuk mempelajari budaya orang lain.
e. Membangun kesadaran akan identitas budaya pribadi.

8. Mengapa kolaborasi di antara warga sekolah, seperti peserta didik, guru,


dan staf, dianggap memiliki manfaat signifikan dalam menciptakan
lingkungan belajar yang mendukung kesejahteraan psikologis?
a. Kolaborasi menciptakan persaingan sehat dan dorongan untuk unggul,
karena melalui interaksi positif antara peserta didik, guru, dan staf,
muncul semangat kompetisi yang sehat di lingkungan belajar
b. Kepercayaan dan saling pengertian yang ditingkatkan melalui
kolaborasi membentuk fondasi yang kokoh dan berkelanjutan untuk
kesejahteraan psikologis individu dan kolektif
c. Menyulitkan komunikasi di antara anggota sekolah, terkadang dapat
memperkuat koneksi emosional yang lebih mendalam dan bersifat
otentik.
d. Memperkuat hirarki di antara guru dan peserta didik, dalam beberapa
kasus mendorong kestabilan hierarki yang seimbang dalam lingkungan
95 | Pembelajaran Sosial
Emosional
belajar

96 | Pembelajaran Sosial Emosional


e. Kolaborasi antar warga sekolah akan membuat warga sekolah bersikap
individual dan lebih mementingkan pekerjaan masing-masing

9. Dari pernyataan berikut ini, manakah yang menurut Bapak/Ibu


merupakan dampak dari upaya yang dilakukan guru untuk meneladankan
kompetensi sosial emosional dalam kehidupan sehari-hari di sekolah?
a. Peserta didik dan warga sekolah dapat melihat langsung bagaimana
tekanan yang dihadapi guru dalam kehidupan sehari-hari,
b. Peserta didik dan warga sekolah dapat berkontribusi dalam terciptanya
budaya sekolah yang penuh rasa hormat dan saling peduli antar warga
sekolah.
c. Peserta didik dan warga sekolah dapat membedakan mana guru yang
sedang stres dan yang tidak.
d. Peserta didik dan warga sekolah dapat mempromosikan perkembangan
sosial serta psikologis mereka.
e. Peserta didik dan warga sekolah dapat melihat langsung bagaimana
keterampilan sosial dan emosional digunakan dan membantu
mengelola tantangan sosial dan emosional dalam kehidupan sehari-
hari.

10. Sekelompok guru di sebuah Sekolah Menengah Pertama melakukan


pertemuan untuk mendiskusikan data hasil survei lingkungan belajar.
Hasil survei tersebut mengungkapkan bahwa hubungan antara guru dan
peserta didik di sebuah jenjang kelas kurang berjalan dengan baik.
Pengungkapan ini mengarahkan semua guru- guru yang mengajar di
jenjang kelas tersebut untuk mendiskusikan hal ini lebih lanjut, baik
dengan sesama guru dan juga dengan semua peserta didik di jenjang
kelas itu untuk mencari solusi dalam upaya memperbaiki keterampilan
berelasi mereka.
Berdasarkan deskripsi situasi di atas, apa sebenarnya yang dilakukan
oleh guru diatas?
a. Berkolaborasi untuk meningkatkan keterampilan sosial dan emosionalnya.
b. Memodelkan keterampilan sosial dan emosionalnya kepada guru-guru lain.
c. Melakukan refleksi terhadap keterampilan sosial dan emosional
pribadi/dirinya sendiri.
d. Memodelkan keterampilan sosial dan emosionalnya kepada peserta didik.
e. Mengajarkan teknik mengelola emosi kepada warga sekolah.

97 | Pembelajaran Sosial
Emosional
Cerita Reflektif

Bapak/Ibu guru, sekarang ceritakanlah pengalaman Bapak/Ibu secara jujur dalam


menerapkan 3 upaya untuk mengembangkan keterampilan sosial dan emosional
(Belajar, Berkolaborasi, dan Menjadi Teladan) yang sudah Bapak/Ibu lakukan di
tahapan Aksi Nyata. Tuliskan apa peristiwanya (Peristiwa); Bagaimana perasaan
Bapak/Ibu (Perasaan); Apa pembelajaran yang Bapak/Ibu dapatkan
(Pembelajaran);dan Apa aksi/tindakan yang akan Bapak/Ibu lakukan setelah belajar
dari
Pe

Perasaan:

Awalnya, saya merasa khawatir karena siswa belum terbiasa bekerja sama dalam
kelompok. Namun, melihat semangat dan kreativitas mereka, saya merasa sangat
senang dan bangga. Saya juga menyadari bahwa proses pembelajaran tidak selalu
berjalan mulus, tetapi justru di sanalah kesempatan untuk belajar dan tumbuh.
Pembelajaran:

Dari pengalaman ini, saya belajar bahwa kolaborasi tidak hanya tentang bekerja
bersama, tetapi juga tentang menghargai perbedaan pendapat, mendengarkan satu
sama lain, dan berkompromi. Saya juga menyadari pentingnya memberikan ruang
bagi siswa untuk bereksplorasi dan menemukan solusi sendiri.
: Perubahan:

Ke depannya, saya akan lebih sering memberikan tugas-tugas yang menuntut kerja
sama kelompok. Selain itu, saya akan memfasilitasi diskusi kelas untuk membantu
siswa belajar berkomunikasi secara efektif dan menyelesaikan konflik. Saya juga
akan memberikan umpan balik yang konstruktif agar siswa dapat terus
meningkatkan kemampuan sosial dan emosional mereka.

98 | Pembelajaran Sosial Emosional


Daftar Pustaka

Bryson, A. M. (n.d.). Practical Ways to Introduce and Broaden the Use of Sel Practices
in Classrooms, Schools, and Workplaces. CASEL.
https://schoolguide.casel.org/uploads/2018/12/CASEL_SEL-3-Signature-
Practices-Playbook-V3.pdf
CASEL. (2021, November 10). 2011–2021: 10 Years of Social and Emotional
Learning in the U.S. School Districts Elements for Long-Term Sustainability of
SEL https://casel.org/cdi-ten-year-report/
CASEL. (2019) SEL 3 Signature Practices Playbook
https://casel.org/casel_sel-3- signature-practices-playbook-v3/
Cefai, Ca., Downes, P., & Cavioni, V. (2021). A formative , inclusive , whole-school
and emotional education in the EU Analytical report.
https://doi.org/10.2766/506737
Cipriano, C., et.al, 2023, February 2). Stage 2 Report: The State of the
Evidence for Social and Emotional Learning: A Contemporary Meta-
Analysis of Universal School-Based SEL Interventions.
https://doi.org/10.31219/osf.io/mk35u.
De Fraine, B., G. Landeghem, J. Damme, & P. Onghena. (2005). An Analysis of
WellBeing in Secondary School with Multilevel Growth Curve models
and Multilevel Multivariate Models. Quality and Quantity. 39. 297-316.
10.1007/s11135-004-5010-1.
Diener, E. (1984). Subjective well-being. Psychological Bulletin, 95(3), 542-575
Engels, N., A. Aelterman, K. Petegem, A. Schepens. (2004). Factors which
influence the well-being of pupils in Flemish secondary schools.
Educational Studies, 30(2), 127-143. Englewood Cliffs: Prentice-Hall.
Educational Studies. 30. 127-143. 10.1080/0305569032000159787.
Eva Oberle, Kimberly A. Schonert-Reichl, Stress contagion in the classroom?
The link between classroom teacher burnout and morning cortisol in
elementary school students, Social Science & Medicine, Volume 159,
2016, Pages 30-37, ISSN 0277-
9536,https://doi.org/10.1016/j.socscimed.2016.04.031.
(https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0277953616302052)
https://www.who.int/activities/promoting- well-being [accessed on
November 27 2023 at 00.47]
Fraillon, J. (2004). Measuring student well-being in the context of Australian
schooling: Discussion paper. Curriculum
99 | Pembelajaran Sosial
Emosional
Corporation.
https://research.acer.edu.au/well_being/8

100 | Pembelajaran Sosial


Emosional
Jones, S.M., S.M. Bouffard, & R. Weissbourd. (2013). Educators’ social and
emotional skills vital to learning. Focus Area 2: Model. CASEL.org.
https://schoolguide.casel.org/focus-area-2/model/
Konu, A., & Rimpelä, M. (2002). Dimensions of school well-being among adolescents.
Journal of School Health, 72(7), 243-251.
Noble, T. & H. McGrath. (2016). The PROSPER school pathways for student
wellbeing: Policy and practices. SpringerBriefs in well-being and quality of life
research. Springer, Australia.
Oberle, E. & K.A. Schonert-Reichl. (2016, April 24). Stress contagion in the
classroom? The link between classroom teacher burnout and morning
cortisol in elementary school students. Social Science
& Medicine.
doi:10.1016/j.socscimed.2016.04.031
Promoting well-being. World Health Organization
(WHO). https://www.who.int/activities/promoting- well-being
[accessed on November 27 2023 at 00.47].
Pendidikan Guru Penggerak. (2022, 11 Mei). 10 Final Pembelajaran Sosial dan
Emosional Berbasis Kesadaran Penuh [Video]. YouTube.
https://www.youtube.com/watch?v=qudWs52iY-k&t=8s
Ramberg, I., Gustafsson, H., & Lindblad, F. (2019). The impact of teacher
stress on school well-being: A cross-cultural perspective. International
Journal of Educational Psychology, 8(2), 112-130.
Roffey, S. (2008). Social and emotional literacy and school well-being.
Educational & Child Psychology, 25(2), 31-45.
Sahruddin, A., D. (2020). Cerita Inspiratif Guru Sd Dan Smp. Direktorat Guru dan
Tenaga Kependidikan, Pendidikan Dasar, Direktorat Jenderal Guru dan
Tenaga Kependidikan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Syamsul Hadi, S. H. (2013). Pembelajaran Sosial Emosional Sebagai Dasar
Pendidikan Karakter Anak Usia Dini. Jurnal Teknodik, Hal. 227–240.
https://doi.org/10.32550/teknodik.v0i0.104
Schlund, J. (2021). Social-Emotional Learning and Whole Child Education:
Approaches for Supporting Students’ Learning and
Development. https://www.gettingsmart.com/2021/08/20/sel-and-
whole-child-education- approaches-for-supporting-students-learning-and-
development/ “Social- Emotional Learning: What Is SEL
and Why SEL Matters”, YouTube, uploaded by Committee for
Children, 2 Aug, 2016
101 | Pembelajaran Sosial
Emosional
https://www.youtube.com/watch?v=ikehX9o1JbI

102 | Pembelajaran Sosial


Emosional
Weissberg, Roger. “Why Social and Emotional Learning Is Essential for
Students” Edutopia, https://www.edutopia.org/blog/why-sel-
essential-for-students- weissberg-durlak-domitrovich-gullotta [accessed
on 8 December 2023 at 12.44].
Tujuh Jalan hidup Steve Jobs.
https://www.merdeka.com/ https://www.merdeka.com/uang/7-jalan-
hidup-steve-jobs-bisa-jadi-inspirasi- menuju-sukses.html [accessed on 8
December 2023 at 12.53].

103 | Pembelajaran Sosial


Emosional
Biodata Penulis Modul

Penulis 1

Prof. Dr. Yerimadesi, S. Pd., M.Si, lahir di Situmbuk, 17 September 1974.


Memperoleh gelar sarjana pendidikan pada tahun 1998 pada Jurusan Kimia
IKIP Padang. Gelar Magister Sains dalam bidang Kimia Fisika diperoleh pada
tahun 2001 dari program pascasarjana Universitas Andalas. Gelar Doktor
diperoleh pada tahun 2018 di Program Studi Ilmu Pendidikan Program
Pascasarjana Universitas Negeri Padang. Beliau bertugas sebagai Dosen di
Departemen Kimia FMIPA Universitas Negeri Padang sejak tahun 2003 hingga
sekarang. Disamping mengajar, beliau pun aktif menulis dan meneliti
terutama di bidang Pendidikan Kimia. Pada tahun 2019, beliau juga sebagai
penulis enam modul hybrid learning bidang studi kimia untuk mahasiswa
Pendidikan Profesi Guru. Berbagai penelitian dan karya tulisnya telah
dipublikasikan pada tingkat nasional dan internasional, diantara karya
terbarunya adalah:
1. Yerimadesi, Y., Warlinda, Y. A., Rosanna, D. L., Sakinah, M., Putri, E. J.,
Guspatni, G., Andromeda, A. 2023. Guided Discovery Learning-Based
Chemistry E-Module and Its Effect on Students' Higher-Order Thinking
Skills. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia (JPI), 12 (1). Vol 12, No 1, pp: 168-
177.
2. Yerimadesi Yerimadesi, Yulia Asri Warlinda, Hardeli Hardeli, Andromeda
AndromedaImplementation of Guided Discovery Learning Model with
SETS Approach Assisted by Chemistry E-Module to Improve Creative
Thinking Skills of Students

Penulis 2

Oscarina Dewi Kusuma, S.Pd., M.Pd. adalah seorang Ibu dengan 2 anak yang
meraih gelar S1 dari jurusan Teknologi Pendidikan IKIP Negeri Jakarta dan
kemudian mendapatkan gelar magister Pendidikan (S2) pada jurusan
Administrasi/Manajemen Pendidikan dari Universitas Kristen Indonesia. Dewi
adalah praktisi pendidikan yang gemar belajar. Keinginannya untuk terus
belajar inilah yang menarik minatnya untuk mengambil program Advance
Certificate for Teaching and Learning di Foundation for Excellence in Education (FEE).
Dewi memegang Certificate IV untuk Life Education Skills dan telah mengikuti
104 | Pembelajaran Sosial
Emosional
berbagai pelatihan kepemimpinan, mengajar dan pembelajaran, coaching,
dan perlindungan anak, baik di Indonesia maupun negara- negara lain, yang
semuanya berkontribusi pada semakin kuatnya keyakinan dirinya pada

105 | Pembelajaran Sosial


Emosional
prinsip bahwa pendidikan seyogianya haruslah memerdekakan dan
membahagiakan. Saat ini Dewi adalah salah satu dari anggota leadership team
di Global Jaya School, sebuah sekolah yang terotorisasi oleh International
Baccalaureate (IB) dan terakreditasi oleh Western Association of School and
Colleges (WASC) yang berlokasi di Bintaro Jaya Tangerang Selatan. Selain
bekerja di sekolah, Dewi juga kerap diminta menjadi pembicara atau pelatih
dalam kegiatan pelatihan guru dan kepala sekolah di berbagai daerah di
Indonesia. Dewi adalah salah satu pengembang modul untuk program
Pendidikan Guru Penggerak dan saat ini juga menjadi salah satu pengurus inti
di Perkumpulan Sekolah SPK (Satuan Pendidikan Kerjasama) Indonesia.

106 | Pembelajaran Sosial


Emosional
KUNCI JAWABAN SOAL LATIHAN PEMAHAMAN

Nomor
Topik 1 Topik 2 Topik 3
Soal

1. B B A

2. C A C

3. C C A

4. B C D

5. E A B

6. A C A

7. A D E

8. E E B

9. C A E

10. A B A

107 | Pembelajaran Sosial


Emosional

Das könnte Ihnen auch gefallen