Modul 2
Modul 2
Disusun oleh :
Disusun oleh :
Penulis:
1. Prof. Dr. Yerimadesi, S.Pd., M.Si.
2. Oscarina Dewi Kusuma, S.Pd., M.Pd.
3 | Pembelajaran Sosial
Emosional
Mata Kuliah
PEMBELAJARAN SOSIAL EMOSIONAL
Cetakan 1
Penulis:
1. Prof. Dr. Yerimadesi, S. Pd., M.Si.
2. Oscarina Dewi Kusuma, S.Pd., M.Pd.
Penelaah:
Dr. Sukmawati, S.Pd., M.Pd.
Dr. Dian Artha K, M.Pd.Si.
Penyunting:
Yuanita Novikasari, S.Pd.
Copyright © 2024
Direktorat Pendidikan Profesi Guru
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas terbitnya
modul ini. Modul ini disusun untuk memberikan panduan yang bermanfaat
untuk mempersiapkan guru profesional yang kompeten sesuai dengan
semangat Merdeka Belajar mengamalkan nilai-nilai Pancasila, semangat
gotong royong, dan mampu menggunakan teknologi digital, serta melahirkan
hal-hal yang inovatif dan kreatif. Selain itu, PPG tengah bertransformasi untuk
menekankan pembelajaran berpusat kepada peserta didik, menghasilkan
guru yang berkomitmen menjadi teladan dan pembelajar sepanjang hayat
serta memiliki dasar-dasar kepemimpinan.
5 | Pembelajaran Sosial
Emosional
Kami ucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada
tim penyusun dan berbagai pihak yang telah bekerja keras dan berkontribusi
positif mewujudkan penyelesaian modul ini. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa
senantiasa memberkati upaya yang kita lakukan demi pendidikan Indonesia.
Amin.
6 | Pembelajaran Sosial
Emosional
Kata Pengantar
Direktur Pendidikan Profesi Guru
Besar harapan kami, dengan modul ini, percepatan jumlah guru bersertifikat
pendidik dapat dilakukan dan menghasilkan guru yang memiliki profil dan
kompetensi sesuai kebutuhan perkembangan dunia pendidikan secara global.
7 | Pembelajaran Sosial
Emosional
Prakata Penulis
Modul ini disusun untuk para guru yang sedang belajar pada Program
Pendidikan Profesi Guru (PPG) dengan tujuan agar mereka dapat memahami
tentang pembelajaran sosial emosional. Melalui modul ini, selain belajar
tentang mengapa, apa dan bagaimana pembelajaran sosial emosional dan
aplikasinya untuk peserta didik, guru juga diharapkan dapat belajar untuk
mengaplikasikan langsung pembelajaran sosial emosional bagi dirinya sendiri
dalam upaya untuk menciptakan lingkungan sekolah yang aman, nyaman,
dan berpusat pada peserta didik.
Modul pembelajaran sosial emosional (PSE) ini terdiri dari tiga topik, topik
pertama membahas tentang pembelajaran sosial emosional: mengapa
penting?; topik kedua membahas bagaimana menerapkan PSE? dan topik
ketiga membahas bagaimana mewujudkan kesejahteraan psikologis warga
sekolah? Modul ini disusun dengan alur MERDEKA, yaitu Mulai dari diri,
Eksplorasi konsep, Ruang kolaborasi, Demonstrasi kontekstual, Elaborasi
pemahaman, Koneksi antar materi, dan Aksi nyata. Pada setiap alur
Bapak/Ibu dipandu dengan pertanyaan esensial dan disetiap akhir topik
diberikan latihan pemahaman.
Semoga modul ini dapat berguna bagi calon guru profesional, terutama
peserta PPG, sehingga dapat membantu meningkatkan kualitas personal dan
profesional guru, dan pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas pendidikan
di Indonesia.
Tim Penulis
8 | Pembelajaran Sosial
Emosional
Daftar Isi
9 | Pembelajaran Sosial
Emosional
Aksi Nyata................................................................................................... 90
10 | Pembelajaran Sosial
Emosional
Latihan Pemahaman.................................................................................... 91
Daftar Isi
Cerita Reflektif............................................................................................ 95
Daftar Pustaka................................................................................................ 96
Biodata Penulis Modul..................................................................................... 99
Kunci Jawaban Soal Latihan Pemahaman.....................................................101
11 | Pembelajaran Sosial
Emosional
Daftar Tabel
11 | Pembelajaran Sosial
Emosional
Daftar Gambar
12 | Pembelajaran Sosial
Emosional
Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK)
13 | Pembelajaran Sosial
Emosional
TOPIK 1
PEMBELAJARAN SOSIAL EMOSIONAL: MENGAPA PENTING?
Durasi 3 hari
Setelah mempelajari topik ini, guru dapat:
14 | Pembelajaran Sosial
Emosional
Bapak/Ibu guru yang berbahagia,
Beberapa waktu lalu, mungkin ada dari Bapak/Ibu yang membaca
sebuah artikel daring berjudul “Seorang Peserta didik Bunuh Diri Diduga
Karena Stres Tugas Sekolah”. Berita yang ditampilkan di tvonenews.com
pada hari Senin, 4 Oktober 2021 pukul 19:47 WIB tersebut menyoroti seorang
peserta didik yang meninggal dunia setelah bunuh diri dan diduga stres
karena beban dan tugas sekolah. Sebenarnya ini bukan berita pertama yang
membuat kita terhenyak. Sebelum dan sesudahnya pun sangat mudah kita
dapatkan berita dengan topik yang serupa. Peserta didik yang loncat dari
gedung sekolah, peserta didik yang melawan guru, peserta didik yang
menyakiti diri sendiri, belum lagi tawuran antar sekolah, kasus pelajar yang
merokok, terpapar narkoba, ataupun kasus-kasus perundungan yang seakan
tidak pernah berhenti di berbagai tempat di Indonesia. Yang mengenaskan
lagi, ternyata berita-berita negatif seperti ini juga tidak hanya tentang
peserta didik. Di sisi yang lain, kita juga beberapa kali mendengar atau
membaca berita tentang guru atau orang tua yang juga diduga stress lalu
bunuh diri, guru atau orang tua yang memukul peserta didik atau anak-
anaknya, guru yang melakukan pelecehan kepada peserta didik atau
anaknya sendiri, dan beragam kisah menyedihkan lainnya. Semua hal ini
membuat kita bertanya dalam hati, apa sebenarnya yang terjadi? Mengapa
sekolah, yang seharusnya menjadi institusi moral, tempat dimana karakter
dibangun dan dibina, tempat dimana peserta didik dan guru menjadi
pembelajar yang diharapkan mampu menghadapi tantangan bahkan di masa
depan, justru menjadi medan pertempuran bagi kesejahteraan mental baik
peserta didik dan guru? Sungguh sebuah ironi yang sangat menyedihkan
bukan?
Beberapa kejadian ekstrim seperti yang digambarkan di atas,
sebenarnya bukan untuk menakut-nakuti atau menggeneralisasi dan
mengatakan bahwa hal tersebut terjadi di semua sekolah. Hal tersebut lebih
kepada keinginan untuk memaparkan, bahwa ternyata banyak perjuangan
mental dan psikologis yang secara diam-diam harus dilakukan oleh banyak
orang di dalam sistem pendidikan kita dan juga menggambarkan bahwa
ternyata ada banyak orang, yang memilih menyerah atau melakukan
tindakan- tindakan yang salah, saat menghadapi tantangan di dalam
kehidupannya. Tren yang menyedihkan ini tentunya mendorong kita untuk
segera melakukan refleksi terhadap kondisi sistem pendidikan kita ini.
Di tengah kondisi yang seperti ini, konsep pembelajaran sosial-
15 | Pembelajaran Sosial Emosional
emosional (PSE) muncul sebagai secercah harapan. Dalam artikel yang ditulis
oleh Roger Weissberg yang dipublikasikan melalui Edutopia, disampaikan
bahwa riset yang dilakukan oleh Durlak et.al. (2011) menunjukkan bahwa
pembelajaran sosial emosional tidak hanya meningkatkan prestasi rata-rata
sebesar 11 poin persentil, namun juga meningkatkan
16 | Pembelajaran Sosial
Emosional
perilaku prososial (seperti kebaikan, berbagi, dan empati), meningkatkan
sikap peserta didik terhadap sekolah, dan mengurangi depresi dan stres di
kalangan peserta didik. Pembelajaran sosial emosional membekali individu
dengan alat untuk menavigasi kompleksitas emosi mereka, mengembangkan
empati, dan membangun hubungan interpersonal yang kuat. Dengan
mengintegrasikan pembelajaran sosial emosional ke dalam kerangka
pendidikan di sekolah, diharapkan upaya untuk meningkatkan pencapaian
akademik juga dapat diimbangi dengan upaya memelihara kesejahteraan
emosional peserta didik dan para pendidik. Tumbuhnya kesadaran diri dan
keterampilan regulasi emosi yang diajarkan lewat pembelajaran sosial
emosional diharapkan dapat mengatasi akar penyebab stres dan
keputusasaan peserta didik dan guru saat menghadapi tantangan di dalam
kehidupannya.
Penerapan pembelajaran sosial emosional bukan lagi sekedar strategi
pendidikan; namun menjadi pendekatan transformatif untuk mendapatkan
kembali esensi pendidikan sebagai pengalaman holistik. Dengan
memprioritaskan kesehatan emosional peserta didik dan guru, sekolah
diharapkan dapat menciptakan lingkungan di mana setiap orang dapat
berkembang secara emosional, akademis, dan pribadi. Sehingga,
pembelajaran sosial-emosional diharapkan bukan hanya sekedar respon
terhadap krisis yang terjadi saat ini namun merupakan langkah proaktif
menuju masa depan yang lebih resilien.
Setelah membaca tulisan di atas, kami ingin Bapak/Ibu menjawab
pertanyaan- pertanyaan berikut ini, namun Bapak/Ibu tidak perlu menuliskan
jawabannya. Cukup Bapak/Ibu pikirkan saja jawabannya.
1. Apa pandangan Bapak/Ibu terkait dengan tulisan di atas? Setujukah
dengan apa yang disampaikan artikel tersebut? jelaskan jawaban Anda.
Pembelajaran emosional adalah bagian penting dalam pendidikan dan dalam relasi sosial
manusia. menjelaskan bahwa pembelajaran sosial-emosional adalah proses untuk
membantu individu (anak dan dewasa) mengembangkan kemampuan dasar untuk hidup
dengan baik. Dalam hal ini individu tidak hanya fokus pada diri sendiri ataupun hanya pada
keterampilan, kompetensi, tetapi juga pada relasi yang baik dengan orang lain dan
lingkungan.
bahwa proses belajar sosial-emosional (Social-emotional Learning) adalah proses belajar
mengenali dan mengelola emosi, menyelesaikan masalah, mengembangkan relasi sosial
yang baik, dapat berempati, membuat keputusan yang tepat, dan bertanggung jawab.
Pembelajaran sosial- emosional, merupakan pengembangan dari teori-teori kecerdasan
emosi
Tujuan dari pembelajaran ini adalah untuk program preventif dan promotif (peningkatan).
Preventif artinya mencegah masalah perilaku dengan meningkatkan kompetensi sosial-
emosional.
18 | Pembelajaran Sosial
Emosional
3. Dapatkah Bapak/Ibu mengingat saat ketika Bapak/Ibu menghadapi situasi
yang menantang (misalnya saat Bapak/Ibu menghadapi kemunduran atau
kegagalan dalam hidup) bagaimana Bapak/Ibu bangkit dari situasi
tersebut? Apa yang Bapak/Ibu pelajari dari pengalaman itu?
Tahun lalu, saya memilih kandidat yang terlihat tekun dan memiliki potensi yang besar.
Setelah melihat akun media sosialnya, sebetulnya saya memiliki beberapa keraguan tapi akhirnya tetap memilih dia.
Tak lama setelahnya, saya menyadari bahwa itu adalah keputusan yang salah karena akun media sosialnya benar-benar mencerminkan
Gambar 1.2 Video Social-Emotional Learning: What Is SEL and Why SEL Matters
20 | Pembelajaran Sosial
Emosional
Setelah menyaksikan video tersebut, silakan tuliskan wawasan baru
apa yang Bapak/Ibu dapatkan.
Dengan demikian para siswa mampu mendapatkan informasi tambahan yang
lebih luas untuk dapat lebih memahami bahasan tersebut. Selain juga
memperluas wawasan dan menjadi sarana berlatih untuk belajar.
Dengan latihan seperti ini, para peserta didik akan terlatih serta siap saat
menghadapi uji kompetensi. Bahkan juga kala materi pertanyaannya bertambah
waktu menghadapi ujian tengah dan akhir semester.
Dengan demikian para peserta didik mampu mendapatkan hasil yang lebih tinggi
sesuai harapan. Karena telah lebih percaya diri dengan penyerapan materi yang
lebih luas juga telah rutin berlatih .
Merdeka.com - Steve Jobs memang telah tiada, namun dia dianggap sebagai
salah seorang maestro yang berhasil mengangkat pamor Apple sampai
seperti sekarang ini. Inovasi Steve Jobs diakui telah mengubah dunia, mulai
dari orang tua hingga anak- anak menikmati karyanya. Smartphone dengan
layar touchscreen hingga film-film animasi terbaik turut membawa nama
besar pendiri Apple tersebut. Tidak banyak diketahui memang, tetapi Steve
Jobs tercatat sebagai salah satu pendiri studio film Pixar. Pixar kini telah
berubah menjadi produsen film-film animasi terbaik dengan masterpiece
seperti 'Toy Story', 'Monster, Inc.', dan 'Cars'.
Jalan-jalan
Beberapa tahun sebelum menemukan Apple, Steve Jobs pernah travelling
atau jalan- jalan ke India. Jalan-jalan ke daerah lain menurut Steve Jobs akan
memperluas perspektif dan sense seseorang. Kedua hal ini sangat
dibutuhkan seorang pengusaha. Perjalanan tidak perlu biaya mahal atau
memakan banyak waktu. Liburan akhir pekan yang sederhana ke kota lain
terdekat juga cukup bagi Anda untuk mengalami hal baru dan memperluas
cakrawala And
(sumber: Merdeka.com)
Tantangan-tantangan yang dihadapi oleh orang-orang dalam buku “7 Jalan Hidup Steve Jobs”
termasuk kegagalan, kesulitan finansial, dan konflik personal. Pelajaran-pelajaran dari tantangan
ini meliputi pentingnya ketekunan, adaptabilitas, dan pemahaman diri.
Menurut Saya kesadasaran dir, pengaturan diri, motivasi , empati dan keterampilan
social dan kecerdasan emosional n merupakan keterampilan emosional.
26 | Pembelajaran Sosial
Emosional
3. Apa yang mungkin bisa terjadi jika mereka tidak memiliki keterampilan tersebut?
Menurut saya yang mungkin akan terjadi jka mereka tdak memiliki
keterampilan tersebut maka terjadi ketidakselarasan antara peserta didik
menjadikan pembelajaran tidak berlangsung dengan baik
Mengapa?
Jika dikaitkan dengan konteks pendidik, apakah penting seorang guru memiliki
keterampilan sosial emosional sangat penting dalam kehidupan kita ini setiap
manusia berhak mendapatkan pendidkan yang layak Pendidikan sejatinya adalah
sesuatu yang memiliki peran sebagai pondasi dalam kehidupan manusia. Oleh
karena itu, penyelenggaraan pendidikan harus dilakukan dengan sebaik mungkin
dan berorientasi kepada masa depan. Pendidikan sendiri memiliki tujuan utama
untuk menjadi media dalam melakukan pengembangan potensi dan mencerdaskan
manusia agar siap menghadapi kehidupan di masa yang akan datang.
Pendidikan dalam sebuah negara dapat dikatakan sebagai salah satu hal yang
sangat penting untuk diperhatikan dan ditingkatkan. Alasanya adalah peningkatan
sistem pendidikan yang berjalan dengan baik, secara langsung merupakan
keberhasilan dari sebuah negara dalam melakukan pembangunan sumber daya
manusia yang kelak akan memegang tanggung jawab suatu negara.
28 | Pembelajaran Sosial
Emosional
visi pendidikan bangsa Indonesia ini seharusnya juga menyadarkan kita
semua akan pentingnya pembangunan karakter.
Jika Bapak/Ibu cermati, profil pelajar pancasila adalah serangkaian
atribut yang ingin dikembangkan oleh sistem pendidikan di Indonesia, yang
mensyaratkan adanya penekanan pada pendidikan yang holistik dan
melampaui dari hanya sekedar fokus pada pencapaian akademik. Silakan
Bapak/Ibu perhatikan gambar di bawah ini (gambar 1). Ada 6 dimensi Profil
Pelajar Pancasila. Keenam dimensi tersebut merepresentasikan ciri karakter
dan kompetensi yang diharapkan dapat ditunjukkan oleh peserta didik di
Indonesia. Dimensi Profil Pelajar Pancasila ini juga telah diuraikan secara rinci
dan spesifik ke dalam elemen, sub element, dan capaiannya dalam setiap
fase sesuai alur perkembangan sesuai usia (Fase PAUD, Fase A 6-8 tahun,
Fase B 8-10 tahun, Fase C 10–12 tahun, Fase D 13-15 tahun, Fase E 16-18
tahun). Bapak Ibu bisa melihat rinciannya dalam dokumen yang ada dalam
tautan berikut ini: Dimensi, Elemen, dan Sub-elemen Profil Pelajar Pancasila
(https://bit.ly/DESProfilPelajarPancasila).
Sekarang, mari kita ambil contoh salah satu dimensi yang ada dalam
profil tersebut, misalnya Profil Beriman, Bertakwa kepada Tuhan YME dan
Berakhlak Mulia. Jika Bapak/Ibu melihat salah satu elemen dari dimensi ini,
misalnya elemen “akhlak kepada manusia”, terdapat sub-element “berempati
kepada orang lain”. Berempati kepada orang lain sesungguhnya adalah salah
satu bentuk kesadaran sosial, yang merupakan salah satu keterampilan sosial
dan emosional.
Masih di dalam dimensi yang sama: Beriman, Bertakwa kepada Tuhan
YME dan Berakhlak Mulia, mari kita ambil contoh elemen yang lain, yaitu:
‘akhlak pribadi”, sub elemen “integritas”. Jika kita melihat capaian menurut alur
29 | Pembelajaran Sosial Emosional
perkembangan Fase E untuk anak usia 16-18 tahun, untuk sub elemen ini
diharapkan peserta didik dapat: “menyadari bahwa aturan agama dan sosial
merupakan aturan yang baik dan menjadi bagian dari
30 | Pembelajaran Sosial
Emosional
diri sehingga bisa menerapkannya secara bijak dan kontekstual”. Jika kita perhatikan,
kalimat yang digunakan tersebut menggambarkan harapan atas perilaku agar
anak di akhir usia 16-18 tahun telah dapat membawa diri secara sadar dan
berinteraksi secara bijaksana dengan lingkungannya. Nah, selain merupakan
kesadaran sosial, perilaku ini juga menunjukkan sebuah bentuk dari
kesadaran diri, yang juga merupakan salah satu keterampilan sosial dan
emosional.
Jika Bapak/Ibu cermati, semua sub-elemen yang ada di dalam profil
pelajar pancasila sesungguhnya dapat dikuatkan oleh pembelajaran sosial
emosional. Mengapa? Pembelajaran sosial-emosional ternyata dapat
menguatkan pengembangan keterampilan pribadi dan interpersonal yang
penting bagi praktik pendidikan holistik yang diharapkan oleh profil pelajar
pancasila. Pembelajaran sosial emosional memastikan bahwa peserta didik
tidak hanya unggul secara akademis tetapi juga dapat tumbuh menjadi
individu yang utuh atau well-rounded.
Setelah membaca uraian di atas, kami berharap Bapak/Ibu dapat
semakin meyakini pentingnya pembelajaran sosial emosional dalam praktik
pendidikan. Sekarang, kami ingin mengajak Bapak/Ibu untuk melangkah ke
tahapan belajar selanjutnya, yaitu Ruang Kolaborasi.
Ruang Kolaborasi: Apa yang Ditunjukkan Hasil Riset tentang Pembelajaran Sosial
Emosional?
Artikel berjudul: “Pembelajaran sosial dan emosional untuk kebaikan yang lebih
besar: Memperluas lingkaran kepedulian manusia - Social and emotional learning
32 | Pembelajaran Sosial
Emosional
for the greater good: Expanding the circle of human concern” (Chowkase, 2023)
34 | Pembelajaran Sosial
Emosional
Artikel berjudul: Pembelajaran Sosial Emosional Sebagai Dasar Pendidikan
Karakter Anak Usia Dini (Hadi S, 2013)
Artikel berjudul: Penularan Stres Mungkin Terjadi di Antara Guru dan Peserta
didik (https://neurosciencenews.com/education-stress-contagion-4580/)
36 | Pembelajaran Sosial
Emosional
mengumpulkan sampel air liur dari lebih 400 anak sekolah dasar dan
menguji kadar kortisol mereka. Mereka menemukan bahwa di ruang kelas di
mana guru mengalami lebih banyak kelelahan, atau perasaan kelelahan
emosional, tingkat kortisol peserta didik meningkat. Tingkat kortisol yang
lebih tinggi pada anak-anak sekolah dasar selama ini telah dikaitkan dengan
kesulitan belajar serta masalah kesehatan mental.
“Hal ini menunjukkan bahwa penularan stres mungkin terjadi di kelas di antara peserta
didik dan guru mereka,” kata Eva Oberle, penulis utama studi dan asisten
profesor yang baru ditunjuk di Human Early Learning Partnership (HELP) di
sekolah kependudukan dan kesehatan masyarakat UBC.
“Tidak diketahui apa yang terjadi pertama kali – peningkatan kortisol atau kelelahan
guru. Kami menganggap hubungan antara stres peserta didik dan guru sebagai
masalah siklus di kelas.” Oberle mengatakan iklim kelas yang penuh tekanan
dapat disebabkan oleh kurangnya dukungan terhadap guru, yang dapat
berdampak pada kemampuan guru dalam mengelola peserta didiknya
secara efektif. Ruang kelas yang dikelola dengan buruk dapat menyebabkan
tidak terpenuhinya kebutuhan peserta didik dan meningkatkan stres. Hal ini
dapat tercermin pada peningkatan kadar kortisol pada peserta didik.
Alternatifnya, stres dapat berasal dari peserta didik, yang mungkin merasa
lebih sulit untuk diajar karena meningkatnya kecemasan, masalah perilaku,
atau kebutuhan khusus. Dalam skenario ini, guru mungkin merasa
kewalahan dan melaporkan tingkat kelelahan yang lebih tinggi. “Studi kami
mengingatkan kita akan masalah sistemik yang dihadapi guru seiring dengan
bertambahnya ukuran kelas dan berkurangnya dukungan terhadap guru,” kata
Oberle.
“Jelas dari sejumlah penelitian baru-baru ini bahwa mengajar adalah salah satu profesi
yang paling menimbulkan stres, dan guru memerlukan sumber daya dan dukungan
yang memadai dalam pekerjaannya untuk melawan kelelahan dan mengurangi stres di
kelas,” kata profesor pendidikan UBC, Kimberly. Schonert-Reichl, rekan
penulis studi dan direktur HELP. “Jika kita tidak mendukung guru, kita berisiko
mengalami kerugian tambahan bagi peserta didik’. (diterjemahkan secara bebas)
38 | Pembelajaran Sosial
Emosional
1. Apa hal menarik yang Bapak/Ibu temukan dari berbagai hasil-hasil
penelitian yang dipaparkan oleh artikel tersebut? Bagaimana rekan
sejawat Bapak/Ibu memandang hasil-hasil penelitian tersebut?
2. Bagaimana hasil-hasil penelitian tersebut membantu Bapak/Ibu
memahami pentingnya pembelajaran sosial dan emosional di sekolah -
baik untuk peserta didik maupun untuk pendidik dan tenaga
kependidikan? Bagaimana pula tanggapan rekan sejawat Bapak/Ibu?
Silakan atur waktu untuk bertemu dengan rekan sejawat atau kepala sekolah
Bapak/Ibu kemudian mintalah kesempatan untuk menjelaskan kepada
mereka pemahaman Anda. Lalu dengarkan tanggapan dan umpan balik dari
mereka. Cermati, apakah masih ada pemahaman Anda yang keliru atau
perlu penguatan lebih lanjut berdasarkan pertanyaan atau umpan balik yang
diberikan.
Di tahapan belajar berikutnya, yaitu koneksi antar materi, Bapak/Ibu akan
diminta untuk melakukan refleksi atas pengalaman ini.
Koneksi Antar Materi: Bagaimana Proses Refleksi Membantu Saya Belajar dengan
Lebih Baik dan Memperluas Perspektif Saya tentang Pentingnya Pembelajaran
Sosial Emosional?
Bapak/Ibu guru hebat! Luar biasa. Saat ini Bapak/Ibu telah memasuki
tahapan koneksi antar materi. Inilah saatnya Bapak/Ibu meluangkan waktu
berefleksi untuk membangun pemahaman tentang diri dan memahami
bagaimana pertumbuhan pemahaman Bapak/Ibu sebagai seorang
'pembelajar'. Dengan menggunakan beberapa pertanyaan berikut ini,
Bapak/Ibu diharapkan dapat merenungkan bagaimana pengetahuan tentang
pentingnya pembelajaran sosial emosional mempengaruhi perspektif dan
pertumbuhan pribadi Bapak/Ibu.
42 | Pembelajaran Sosial
Emosional
Latihan Pemahaman
44 | Pembelajaran Sosial
Emosional
6. Dari pernyataan berikut ini, manakah yang tidak merefleksikan
hubungan antara keterampilan sosial dan emosional peserta didik dan
proses pembelajaran?
a. Keterampilan sosial dan emosional peserta didik membantu
mendukung kesejahteraan emosional guru.
b. Keterampilan sosial-emosional dapat memperkuat hubungan sosial,
mengurangi konflik, dan menciptakan lingkungan belajar yang
positif.
c. Keterampilan sosial dan emosional membantu meningkatkan
keterlibatan positif peserta didik dalam proses pembelajaran.
d. Keterampilan sosial dan emosional membantu peserta didik
meningkatan kinerja akademis karena mereka dapat lebih fokus
dalam belajar sehingga cenderung mencapai hasil yang lebih baik
di sekolah.
e. Keterampilan sosial dan emosional membantu peserta didik
mengelola stres, meningkatkan daya tahan, dan merespon tekanan
belajar dengan lebih efektif
46 | Pembelajaran Sosial
Emosional
10.Jika ditarik ke dalam lingkup yang lebih luas dan lebih besar,
pengembangan keterampilan sosial emosional membantu menciptakan
kesejahteraan masyarakat. Mana dari pernyataan di bawah ini yang
menurut Bapak/Ibu tidak mencerminkan hal tersebut?
a. Pembelajaran sosial emosional membantu meningkatkan tingkat
kesehatan fisik masyarakat sehingga individu di masyarakat lebih
sehat.
b. Pembelajaran sosial emosional membantu Individu membentuk
hubungan interpersonal yang lebih positif dan sehat. Hal ini dapat
mengurangi konflik antarindividu dan menciptakan lingkungan
masyarakat yang lebih harmonis.
c. Pembelajaran sosial emosional membantu individu dalam
mengelola emosi dan konflik dengan cara yang konstruktif. Dengan
demikian, dapat berkontribusi pada penurunan tingkat kekerasan
dan konflik dalam masyarakat.
d. Pembelajaran sosial emosional membantu mengembangkan
keterampilan berempati, sehingga meningkatkan pemahaman
terhadap keanekaragaman masyarakat, dan mendorong
penerimaan terhadap perbedaan. Ini dapat menciptakan
masyarakat yang lebih inklusif dan ramah.
e. Pembelajaran sosial emosional membantu membantu individu
dalam mengelola stres, kecemasan, dan depresi. Dengan begitu,
tingkat kesejahteraan mental individu meningkat, yang pada
gilirannya dapat membantu menciptakan masyarakat yang lebih
sehat secara keseluruhan
48 | Pembelajaran Sosial
Emosional
TOPIK 2
PEMBELAJARAN SOSIAL EMOSIONAL: APA DAN BAGAIMANA
MENERAPKANNYA?
Durasi 4 hari
Guru mampu membangun pengetahuan, keterampilan,
Capaian dan sikap
Pembelajaran terkait kompetensi sosial dan emosional. berdasarkan
kerangka CASEL
Mulai dari Diri: Apa yang Saya Telah Ketahui tentang Pembelajaran dan
Keterampilan Sosial Emosional?
50 | Pembelajaran Sosial
Emosional
1. Dapatkah Anda mengingat situasi spesifik di mana Anda merasa sangat
sadar akan emosi dan pikiran Anda? Bagaimana kesadaran ini berdampak
pada tindakan Anda?
2. Merefleksikan pengalaman masa lalu, bagaimana Bapak/Ibu menavigasi
dan mengatur emosi Bapak/Ibu dalam situasi marah?
3. Saat memikirkan orang-orang di sekitar Bapak/Ibu, gambarkan momen
saat Bapak/Ibu memahami sudut pandang atau emosi orang lain.
Bagaimana pemahaman ini mempengaruhi tindakan atau interaksi
Bapak/Ibu?
4. Dapatkah Bapak/Ibu mengingat kejadian spesifik dimana Bapak/Ibu
berhasil menavigasi interaksi sosial atau menyelesaikan konflik dengan
seseorang yang dekat dengan Bapak/Ibu?
5. Renungkan keputusan yang Bapak/Ibu buat baru-baru ini. Faktor apa
saja, termasuk kesejahteraan diri sendiri dan orang lain, yang Bapak/Ibu
pertimbangkan sebelum mengambil keputusan?
2.1 Apa yang dimaksud dengan Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE)?
Collaborative for Academic, Social, and Emotional Learning - CASEL
(https://casel.org/), yang didirikan tahun 1995 oleh sekelompok pendidik,
psikolog, diantaranya Daniel Goleman (perintis konsep Kecerdasan
Emosional) dengan tujuan untuk mengupayakan pembelajaran 5 (Lima)
Kompetensi Sosial Emosional di pendidikan K-12 (taman kanak-kanak
hingga SMA kelas 12), mendefinisikan Pembelajaran Sosial dan
Emosional (PSE) sebagai berikut:
“PSE adalah proses dimana anak dan orang dewasa memperoleh dan
menerapkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap untuk mengembangkan
identitas yang sehat, mengelola emosi dan mencapai tujuan pribadi dan kolektif,
merasakan dan menunjukkan empati terhadap orang lain, membangun dan
memelihara hubungan yang mendukung, dan membuat keputusan yang
51 | Pembelajaran Sosial Emosional
bertanggung jawab dan penuh rasa kepedulian.”
52 | Pembelajaran Sosial
Emosional
Jika kita kaitkan dengan konteks sekolah, dari definisi di atas, kita
bisa melihat bahwa pembelajaran sosial emosional sebenarnya adalah
pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif oleh seluruh komunitas
sekolah. Proses kolaborasi ini memungkinkan bukan hanya peserta didik,
namun juga pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah memperoleh dan
menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif mengenai
aspek sosial dan emosional. Lalu, apa saja sebenarnya aspek sosial
emosional yang dimaksud oleh CASEL tersebut?
54 | Pembelajaran Sosial
Emosional
bertanggung jawab, maka tentunya keterampilan tersebut akan
ditunjukkan dengan cara yang berbeda antara peserta didik di taman
Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP),
dan Sekolah Menengah Atas (SMA), atau yang sederajat.
Pada tingkat taman kanak-kanak (TK) pengembangan keterampilan
pengambilan keputusan yang bertanggung jawab mungkin lebih terfokus
pada situasi sehari-hari, seperti memilih mainan atau berbagi dengan
teman. Di tingkat SD, peserta didik mungkin akan mulai menyadari bahwa
mereka memiliki pilihan dalam cara merespons situasi. Di kelas-kelas SD
tingkat awal, mereka mulai dapat belajar untuk menerapkan strategi
“berhenti, berpikir, dan bertindak” dalam memecahkan masalah.
Sementara saat mereka berada di kelas-kelas SD yang lebih tinggi,
mereka akan mulai dapat belajar untuk menghasilkan solusi alternatif
terhadap masalah dan memprediksi kemungkinan hasil. Di tingkat SMP,
peserta didik sudah dapat belajar mulai mengidentifikasi dan menerapkan
langkah-langkah pengambilan keputusan yang sistematis dan
mengevaluasi strategi mereka untuk menghindari perilaku berisiko.
Sedangkan di SMA, peserta didik dapat meningkatkan keterampilan
mereka untuk mampu menerapkan keterampilan pengambilan keputusan
untuk membina hubungan sosial dan kerja yang bertanggung jawab dan
untuk membuat pilihan seumur hidup yang sehat. Menggunakan
perspektif berdasarkan tugas perkembangan juga akan membantu kita
sebagai guru untuk mengetahui apa yang harus dinilai dan
memungkinkan kita melihat adanya variasi dalam apa yang harus dicapai
untuk keberhasilan Pembelajaran Sosial Emosional (PSE) di seluruh
periode usia.
56 | Pembelajaran Sosial
Emosional
Tabel 2.1. Kompetensi Sosial dan Emosional
58 | Pembelajaran Sosial
Emosional
1. Mengajarkan berbagai teknik pernafasan
Mengidentifikasi dan relaksasi. Misalnya STOP, Mindful
Walking, dsb
dan menggunakan strategi- 2. Latihan mengelola waktu dengan baik,
strategi pengelolaan stress membuat jadwal yang realistis, dan
mengidentifikasi
prioritas
1. Mengajak peserta didik membuat tujuan
belajar mereka
2. Mengembangkan rutinitas harian atau
Menunjukkan disiplin dan
mingguan yang konsisten. Rutinitas dapat
motivasi diri
membantu membentuk kebiasaan positif
dan memberikan struktur yang
mendukung disiplin dan motivasi
diri.
Merancang tujuan pribadi 1. Melakukan pembelajaran berbasis proyek.
dan
2. Berlatih membuat SMART goal.
bersama
1. Pembelajaran kolaboratif.
Menggunakan 2. Melakukan simulasi untuk menciptakan
pengalaman realistis yang memerlukan
keterampilan merancang dan perencanaan dan organisasi.
mengorganisir
Melakukan permainan yang mengharuskan
Memperlihatkan keberanian
peserta didik untuk menghadapi tantangan
untuk mengambil inisiatif
dan mengambil
inisiatif.
Mendemonstrasikan kendali 1. Proyek kelompok
diri
2. Permainan kelompok
dan dalam kelompok
Kesadaran Sosial: kemampuan untuk memahami sudut pandang dan dapat
berempati dengan orang lain termasuk mereka yang berasal dari latar
belakang, budaya, dan
konteks yang berbeda-beda.
1. Menggunakan strategi Think - Ink-Pair -
Mempertimbangkan Share
pandangan/pemikiran orang (https://bit.ly/strategiTIPS)
lain 2. Permainan peran
Mengakui Aktivitas mengenali dan mengapresiasi
kekuatan
kemampuan/kekuatan
orang lain
orang lain
1. Storytelling/mendongeng untuk
Mendemonstrasikan empati mendiskusikan
dan rasa welas kasih perasaan karakter dalam cerita
59 | Pembelajaran Sosial Emosional
2. Mengajak peserta didik melakukan
kunjungan ke
masyarakat
1. Kegiatan "Empati Walk" di mana individu
Menunjukkan kepedulian harus mencoba melihat situasi dari
atas perasaan perspektif orang lain.
orang lain 2. Menggunakan cerita atau skenario
untuk menunjukkan situasi di
mana kepedulian terhadap
perasaan orang lain diperlukan.
60 | Pembelajaran Sosial
Emosional
3. Mengajarkan 3 pertanyaan empatik:
(https://bit.ly/pertanyaan-empatik)
1. Membuat Gratitude Notes (menulis ucapan
Memahami dan terimakasih) kepada orang yang telah
mengekspresikan rasa syukur berjasa pada mereka.
2. Mengidentifikasi setidaknya tiga hal
yang
membuat peserta didik bersyukur setiap
hari.
Mengidentifikasi ragam 1. Mempelajari studi kasus yang mencakup
norma sosial, termasuk situasi- situasi di mana norma sosial
dengan norma- norma menunjukkan ketidak adilan dan kemudian
yang menunjukkan mendiskusikannya.
ketidakadilan 2. Melakukan proyek sosial
Keterampilan Berelasi: kemampuan untuk membangun dan
mempertahankan
hubungan- hubungan yang sehat dan suportif
Berlatih untuk berbicara 3C
Berkomunikasi dengan efektif (Clear/jelas, Confident/percaya
diri, Calm/tenang).
Melakukan permainan peran
1. Mengajarkan “I Mesage” , yaitu teknik untuk
berbicara dengan seseorang dan
Mengembangkan menyampaikan maksud Anda dengan fokus
relasi/hubungan positif pada perasaan (gunakan kosakata emosi)
atau pikiran diri Anda dan mengenai suatu
situasi
2. Memberikan sapaan hangat di pagi hari
1. Melakukan kegiatan simulasi budaya
2. Bekerja dalam kelompok dengan teman
Memperlihatkan dari berbagai latar belakang.
3. Mendongeng atau bercerita dengan cerita
kompetensi kebudayaan yang mengandung pengetahuan budaya
atau nilai
4. Bermain peran
1. Melakukan rapat kelas rutin untuk
Mempraktikkan kerjasama tim
membahas berbagai masalah yang
dan pemecahan masalah
dihadapi peserta didik
secara kolaboratif
2. Membaca kolaboratif dengan strategi jigsaw
3. Studi kasus
1. Bermain peran menggunakan skenario
Dapat melawan tekanan
tertentu yang dapat dibuat sendiri oleh
sosial yang negatif
peserta didik.
2. Menganalisis kasus nyata
61 | Pembelajaran Sosial Emosional
1. Proyek kolaboratif
Menunjukkan 2. Simulasi kepemimpinan
3. Menunjuk Class Leader secara bergantian
sikap kepemimpinan dalam 4. Memberikan peran-peran kepemimpinan lain
kelompok
62 | Pembelajaran Sosial
Emosional
pada peserta didik.
1. Diskusi kelompok
Mencari dan 2. Pembelajaran kolaboratif
menawarkan 3. Pembelajaran berbasis Proyek
bantuan apabila 4. Proyek kepemimpinan
membutuhkan
1. Proyek Advokasi sosial – peserta didik
memilih isu hak asasi manusia yang
relevan, melakukan riset tentang isu
tersebut, termasuk penyebab, dampak, dan
Turut membela hak-hak orang solusi yang mungkin. Mereka lalu
lain
merancang dan melaksanakan proyek
advokasi sosial, seperti membuat
kampanye kesadaran, menyusun petisi,
atau mengadakan acara pendidikan
masyarakat.
2. Diskusi kelas
Pengambilan Keputusan yang Bertanggung Jawab: kemampuan untuk
mengambil pilihan-pilihan membangun yang berdasar atas kepedulian,
kapasitas dalam mempertimbangkan standar standar etis dan rasa aman, dan
untuk mengevaluasi manfaat dan konsekuensi dari bermacam-macam
tindakan dan perilaku untuk
kesejahteraan psikologis (wellbeing) diri sendiri, masyarakat, dan kelompok
Diskusi topik atau cerita pendek yang
merangsang pemikiran filosofis dan
Menunjukkan rasa ingin tahu
mengundang pertanyaan yang
dan keterbukaan pikiran
kompleks.dengan menekankan pentingnya
mengajukan pertanyaan, merenungkan,
dan
mempertimbangkan sudut pandang berbeda.
1. Studi kasus
2. Rapat kelas mingguan
Mengidentifikasi/mengenal 3. Kotak suara - Memberikan peserta didik
solusi dari masalah pribadi dan ruang menyampaikan permasalahan
sosial dengan menuliskan permasalahan dan
memasukkannya ke dalam kotak
suara untuk kemudian
didiskusikan bersama.
Belajar membuat keputusan 1. Menggunakan Strategi POOCH
beralasan/masuk diakal, (https://bit.ly/POOCH)
setelah menganalisis 2. Melakukan simulasi membuat keputusan
informasi, data, dan yang interaktif
63 | Pembelajaran Sosial Emosional
fakta 3. Analisis skenario
Mengantisipasi dan
4. Bermain peran membuat keputusan
mengevaluasi konsekuensi-
5. Melakukan debat etika
konsekuensi
dari
tindakannya
Menyadari bahwa 1. Membaca dan menganalisis teks dan
keterampilan
64 | Pembelajaran Sosial
Emosional
berpikir kritis sangat berguna mengajarkan peserta didik untuk
baik di dalam maupun di luar mengidentifikasi argumen, memahami
lingkungan sekolah sudut pandang penulis, dan mengevaluasi
bukti yang mendukung klaim.
2. Aktivitas lingkaran literasi
Merefleksikan peran Membuat jurnal pribadi tentang kesejahteraan
seseorang dalam psikologis mereka. Ajak mereka merenungkan
pengalaman, perasaan, dan tindakan yang
memperkenalkan berkontribusi pada kesejahteraan mereka
kesejahteraan psikologis (well- sendiri,
being) diri sendiri, keluarga, keluarga, dan komunitas
dan
komunitas
1. Pilih studi kasus yang melibatkan individu,
hubungan interpersonal, komunitas, atau
kelembagaan tertentu. Minta peserta didik
Mengevaluasi
menganalisis dampak dari keputusan atau
dampak/pengaruh dari
tindakan yang diambil oleh pihak terkait,
seseorang, hubungan
serta bagaimana dampak tersebut
interpersonal, komunitas, dan
memengaruhi orang, hubungan,
kelembagaan
komunitas, atau kelembagaan tersebut.
2. Bermain peran atau simulasi
66 | Pembelajaran Sosial
Emosional
Pendekatan Sepanjang Hari: Saat kita menerapkan pembelajaran sosial
emosional, maka kita perlu berupaya untuk melakukan praktik
pembelajaran sosial emosional yang terintegrasi sepanjang hari, dan
dalam semua area kurikuler. Semua orang di sekolah akan menggunakan
kesempatan untuk mencontohkan, mengajarkan, dan memperkuat
pengembangan keterampilan sosial emosional. Kata kuncinya adalah
‘selalu’ dan ‘berkelanjutan;.
Lingkup Indikator
68 | Pembelajaran Sosial
Emosional
Lingkup Indikator
70 | Pembelajaran Sosial
Emosional
budaya. Ini dilakukan dengan memberikan waktu khusus untuk
mengajarkan secara fokus kompetensi sosial dan emosional
tertentu. Misalnya dengan mengajarkan topik-topik tertentu yang
relevansinya disesuaikan dengan usia peserta didik, yang berkaitan
dengan kompetensi sosial emosional. Topik- topik spesifik itu
misalnya topik mengenai mengenal perasaan, bagaimana
mengatasi stres, bagaimana menetapkan dan mencapai tujuan,
bagaimana mengembangkan empati, berkomunikasi secara efektif,
menyelesaikan konflik, bersikap tegas, dan membuat keputusan
yang bertanggung jawab, dan sebagainya.
72 | Pembelajaran Sosial
Emosional
mereka sebagai pemimpin, pemecah masalah, dan pengambil
keputusan di dalam proses pembelajaran di sekolah tentunya akan
sangat membantu menguatkan keterampilan sosial emosional
peserta didiknya. Oleh karenanya, pendidik perlu berupaya untuk
memperbesar ruang bagi keterlibatan dan suara peserta didik ini.
Misalnya, saat akan merencanakan sebuah kegiatan belajar,
undanglah peserta didik untuk memberikan saran bagaimana
pembelajaran tersebut sebaiknya dilakukan. Beri pilihan kepada
peserta didik untuk menyelesaikan tugas dengan cara yang paling
efektif untuk mereka. Hal ini akan membuat mereka bukan hanya
merasa dihargai, namun juga memberikan sense of ownership (rasa
memiliki) terhadap proses pembelajaran tersebut. Saat ada
masalah di kelas, ajak mereka berdiskusi dan mencari solusi secara
bersama-sama. Ini membantu mereka untuk melatih keterampilan
sosial dan mengambil keputusan.
74 | Pembelajaran Sosial
Emosional
kependidikan di sekolah harus memiliki kesempatan rutin untuk
mengembangkan kompetensi sosial, emosional, dan budaya
mereka sendiri, berkolaborasi satu sama lain, membangun
hubungan saling percaya, dan memelihara sense of community yang
kuat. Jika hal tersebut dapat dilakukan, maka hal ini akan
membantu mereka untuk menjadi pemimpin yang lebih efektif
dalam lingkungan pendidikan. Kolaborasi, membangun hubungan
saling percaya, dan memelihara komunitas yang erat juga menjadi
kunci untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang
mendukung perkembangan keseluruhan peserta didik. Dengan
demikian, penguatan kompetensi sosial dan emosional PTK tidak
hanya berpengaruh pada kualitas interaksi antar-PTK, tetapi juga
memberikan dampak positif pada pembentukan karakter dan
kesejahteraan psikososial peserta didik di lingkungan sekolah.
76 | Pembelajaran Sosial
Emosional
akan dilakukan. Pembukaan hangat dan inklusif ini dapat dilakukan
misalnya dengan memberikan sapaan hangat, menyapa setiap orang
dengan nama mereka, menanyakan perasaan mereka saat itu dan
meminta peserta didik menjelaskan alasannya, dsb.
Melakukan pembukaan yang hangat dan inklusif akan membantu
membangun komunitas, perasaan diterima dan didengar, membawa
suara setiap peserta ke dalam ruangan, membuat koneksi satu sama lain
dan/atau dengan pelajaran yang akan dipelajari. Semakin kita merasa
dapat berbagi diri sepenuhnya dan diterima serta dipahami sepenuhnya
oleh orang lain, semakin kuat dan aman lingkungan belajar kita.
Refleksi
78 | Pembelajaran Sosial
Emosional
3. Bagaimana praktik pembelajaran yang ‘menantang dan melibatkan’
dapat meningkatkan partisipasi dan kolaborasi peserta didik dalam
proses pembelajaran? Jelaskan alasannya!
Partisipasi dan keterlibatan siswa dalam pembelajaran memiliki peran penting dalam
meningkatkan pemahaman, keterampilan kognitif, motivasi belajar, keterampilan
sosial, retensi, dan transfer pembelajaran. Melibatkan siswa secara aktif dalam proses
belajar membantu mereka membangun pemahaman yang mendalam, mengembangkan
keterampilan kognitif. dan meningkatkan motivasi intrinsik mereka. Selain itu,
partisipasi aktif juga membantu siswa mengembangkan keterampilan sosial dan
kolaboratif yang penting dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pembelajaran aktif, siswa
menjadi subjek aktif yang terlibat dalam membangun pengetahuan, berpikir kritis,
berdiskusi, berkolaborasi, dan mengaplikasikan pengetahuan dalam situasi nyata.
Untuk mencapai manfaat ini, pendidik perlu menciptakan lingkungan pembelajaran
yang mendorong partisipasi dan keterlibatan siswa.
Langkah-langkah
Contoh dan Keterangan
Aktivitas
1. Pilihlah Bapak/Ibu guru dapat memilih salah satu atau beberapa teknik
sebuah melatih keterampilan sosial-emosional yang telah dipelajari
teknik dalam tahapan eksplorasi konsep. Misalnya: Teknik STOP atau
untuk MINDFUL BREATHING sederhana (untuk latihan pengelolaan diri)
melatih atau POOCH ( untuk latihan pengambilan keputusan yang
keterampilan bertanggung jawab) atau latihan menggunakan ‘i-message’
sosial- (untuk latihan keterampilan berelasi) atau latihan membuat
emosional gratitude notes (ungkapan rasa syukur) untuk melatih
seperti kesadaran sosial.
yang
telah
dijelaskan
di atas
2. Pimpinlah
peserta
Bapak/Ibu guru dapat memimpin sesi latihan singkat
berdasarkan teknik yang Bapak/Ibu pilih sendiri di atas dengan
didik
mengajak peserta didik atau rekan sejawat Bapak/Ibu.
atau
teman sejawat
melakukan
sesi
latihan singkat
Setelah berlatih bersama, Bapak/Ibu guru dapat berefleksi
bersama dengan peserta didik dan rekan sejawat. Bapak/Ibu
3. Lakukan
dapat saling berbagi pengalaman, tantangan, dan wawasan
Refleksi
terkait teknik yang telah dipraktikkan, serta bagaimana
Bersama
setiap teknik berkontribusi terhadap
pengembangan keterampilan sosial-emosional yang dipilih
Bapak/Ibu guru dapat mendiskusikan atau menjelaskan kepada
peserta didik atau rekan sejawat bagaimana setiap teknik
4.
berkontribusi terhadap pengembangan keterampilan sosial-
Pengembanga
emosional yang dipilih. Misalnya, jika teknik yang dipilih adalah
n Keterampilan
keterampilan mengelola emosi, guru dapat membantu peserta
Sosial-
didik memahami bagaimana teknik tersebut dapat
Emosional
membantu mereka mengelola emosi dengan baik.
80 | Pembelajaran Sosial
Emosional
Demonstrasi Kontekstual: Bagaimana Saya dapat Mengintegrasikan Pembelajaran
Sosial Emosional dalam Rencana Pembelajaran?
82 | Pembelajaran Sosial
Emosional
Koneksi Antar Materi: Bagaimana Saya dapat Memperdalam Pengetahuan dan
Keterampilan Saya dalam Menerapkan Pembelajaran Sosial dan Emosional?
Halo Bapak/Ibu guru hebat! Saat ini Anda telah memasuki tahapan
koneksi antar materi. Inilah saatnya Bapak/Ibu meluangkan waktu berefleksi
untuk mengaitkan materi yang telah dipelajari sebelumnya dengan materi
yang baru saja Bapak/Ibu pelajari. Bapak/Ibu akan diberikan beberapa
pertanyaan. Jawablah pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan
mengkoneksikannya dengan topik-topik yang telah dipelajari sebelumnya.
61 | Pembelajaran Sosial
Emosional
2. Bagaimana kaitan antara Bapak/Ibu meningkatkan keterampilan sosial
emosional pada diri sendiri dan peningkatan kualitas pembelajaran
peserta
Kaitan antaradidik?
meningkatkan keterampilan sosial emosional pribadi dan
peningkatan kualitas pembelajaran peserta didik adalah bahwa dengan memiliki
keterampilan sosial emosional yang baik, Bapak/Ibu dapat menciptakan
lingkungan pembelajaran yang mendukung dan efektif, yang secara langsung
mempengaruhi kualitas
Aksi Nyata: Bagaimana Saya dapat Menerapkan Apa yang Telah Saya Rancang
dalam Praktik Pembelajaran Secara Efektif?
62 | Pembelajaran Sosial
Emosional
Tugas: Melakukan Aksi Nyata
● Lihatlah Rencana Pembelajaran atau Modul Ajar yang telah dibuat dan
diberikan umpan balik. Perbaiki Rencana Pembelajaran atau Modul
Ajar tersebut sesuai dengan umpan balik yang diberikan.
● Terapkan Rencana Pembelajaran atau Modul Ajar tersebut di kelas
Bapak/Ibu masing-masing.
● Mintalah rekan sejawat atau kepala sekolah Bapak/Ibu untuk
mengobservasi kelas Bapak/Ibu dan kemudian mintalah umpan balik
dari mereka atas pembelajaran tersebut.
● Setelah selesai implementasi, buatlah refleksi atas penerapan
rencana pembelajaran tersebut dengan menggunakan kerangka
refleksi dari Driscoll (2007) berikut ini:
63 | Pembelajaran Sosial
Emosional
Latihan Pemahaman
64 | Pembelajaran Sosial
Emosional
4. Ada beberapa teknik untuk melatih keterampilan sosial emosional (KSE),
diantaranya teknik STOP. Teknik ini diterapkan untuk melatih
keterampilan sosial emosional berikut ini ….
a. Kesadaran sosial
b. Kesadaran diri
c. Manajemen diri
d. Keterampilan sosial
e. Pengambilan keputusan yang bertanggung jawab
65 | Pembelajaran Sosial
Emosional
7. Suatu sekolah memutuskan untuk menerapkan strategi pengambilan
keputusan yang dikenal dengan singkatan POOCH (Problem, Options,
Outcomes, Choice, How). Strategi ini diintegrasikan dalam pembelajaran
sosial emosional untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam
membuat keputusan yang bertanggung jawab. Berikut adalah pernyataan
yang benar terkait pengembangan kemampuan tersebut adalah ….
a. Penggunaan strategi POOCH tidak relevan dengan pembelajaran
sosial emosional.
b. Pengambilan keputusan yang beralasan hanya melibatkan analisis
fakta tanpa mempertimbangkan dampak sosial.
c. Keterampilan berpikir kritis tidak berkontribusi pada pengambilan
keputusan yang bertanggung jawab.
d. Penggunaan strategi POOCH membantu peserta didik membuat
keputusan beralasan setelah menganalisis informasi.
e. Memahami konsekuensi tindakan tidak diperlukan dalam pengambilan
keputusan yang bertanggung jawab.
66 | Pembelajaran Sosial
Emosional
9. Seorang guru harus mampu merancang pembelajaran dengan
menggunakan kerangka 3 signature practices yaitu pembukaan yang
hangat dan inklusif, kegiatan yang menantang serta melibatkan peserta
didik, dan penutupan yang optimis, dengan alasan ….
a. Pembukaan yang hangat perlu untuk membangun keterhubungan
komunitas dan terkoneksi dengan pembelajaran yang akan dilakukan
b. Pembukaan yang hangat perlu untuk membangun keterhubungan
komunitas dan terkoneksi dengan pembelajaran yang telah dilakukan
c. Kegiatan pembelajaran yang menantang dan melibatkan perlu untuk
membangun keseimbangan antara pengalaman interaktif dan reflektif,
untuk memenuhi kebutuhan guru
d. Penutupan yang optimistik perlu untuk menyoroti pemahaman guru
dan tentang pentingnya apa yang telah dipelajari, sehingga dapat
memberikan rasa pencapaian dan mendukung pemikiran ke depan
e. a, b, dan c benar, karena kerangka 3 Signature practices merupakan
strategi yang perlu diterapkan untuk pembelajaran orang dewasa
10. Guru ingin mengakhiri sesi pembelajaran dengan Penutupan yang Optimis
sesuai dengan kerangka 3 signature practices. Sebelum penutupan, guru
merencanakan sebuah refleksi bersama tentang pembelajaran hari itu.
Namun, beberapa peserta didik terlihat masih belum sepenuhnya
memahami konsep yang diajarkan. Sebaliknya, beberapa peserta didik
lainnya tampak antusias dan siap untuk belajar lebih lanjut. Bagaimana
guru dapat mengelola situasi ini dengan menciptakan penutupan yang
tetap optimis sambil memastikan bahwa setiap peserta didik merasa
diakui dan didukung?
a. Memberikan apresiasi umum untuk partisipasi seluruh kelas dan
mengabaikan perbedaan pemahaman individu.
b. Mengajukan pertanyaan terbuka kepada seluruh kelas untuk
memotivasi peserta didik yang masih membutuhkan pemahaman
tambahan.
c. Mengajak peserta didik yang telah memahami konsep untuk berbagi
pemahaman mereka, sementara memberikan waktu tambahan untuk
peserta didik yang masih kesulitan.
d. Mengalihkan perhatian dari pemahaman individu ke rencana
pembelajaran mendatang agar suasana tetap positif.
67 | Pembelajaran Sosial
Emosional
e. Menyimpan refleksi bersama untuk sesi pembelajaran berikutnya
ketika semua peserta didik diharapkan dapat memahami konsep
secara menyeluruh.
68 | Pembelajaran Sosial
Emosional
Cerita Reflektif
69 | Pembelajaran Sosial
Emosional
TOPIK 3
PEMBELAJARAN SOSIAL EMOSIONAL: BAGAIMANA
MEWUJUDKAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS WARGA
SEKOLAH?
Durasi 3 hari
Guru mampu menunjukkan pemahaman tentang
Capaian pentingnya memberikan keteladanan, terus belajar, dan
Pembelajaran berkolaborasi dalam memperkuat praktik-praktik
pembelajaran sosial emosional untuk
mewujudkan wellbeing warga sekolah.
Mulai dari Diri: Bagaimana Refleksi Saya atas Praktik Keteladanan, Proses
Pembelajaran, dan Upaya Kolaboratif Berkontribusi Terhadap Penerapan
Kompetensi Sosial-Emosional?
Sekarang, mari kita mulai tahapan belajar Mulai dari Diri. Sebagai
langkah awal, mari lakukan refleksi diri terhadap beberapa pertanyaan
berikut. Bapak/Ibu akan merenungkan dan mengevaluasi keteladanan, proses
belajar, serta kolaborasi yang telah Bapak/Ibu terapkan untuk meningkatkan
kapasitas diri dalam menerapkan pembelajaran sosial emosional di kelas.
Bapak/Ibu bisa memberi tanda ceklis (√) pada kolom kanan sesuai
dengan refleksi pribadi Bapak/Ibu semuanya. Adapun keterangannya sebagai
70 | Pembelajaran Sosial
Emosional
berikut: (1). Sangat tidak setuju, (2). Tidak setuju, (3). Setuju, (4). Sangat
setuju
71 | Pembelajaran Sosial
Emosional
Tabel 3.1 Refleksi Pribadi
72 | Pembelajaran Sosial
Emosional
Setelah melakukan refleksi diri di atas, kami ingin Bapak/Ibu memperhatikan
jawaban- jawaban Bapak/Ibu. Apa yang dapat Bapak/Ibu simpulkan tentang
hasil refleksi tersebut?
Setelah mempelajari modul ini, saya merasa sangat bersyukur mendapatkan ilmu baru
yang sangat berpengaruh terhadap profesi saya sebagai guru. Modul ini memberikan
banyak wawasan tentang bagaimana mengelola emosi negatif seperti marah dan
khawatir.
Forum diskusi selama sesi ruang kolaborasi memperdalam pemahaman saya tentang
penguasaan emosi. Saya berharap dapat mengontrol emosi saya dengan lebih baik,
memberikan dampak positif kepada orang lain, dan menjadi contoh bagi rekan sejawat.
73 | Pembelajaran Sosial
Emosional
sebagai: “keadaan emosi positif yang merupakan hasil keselarasan antara jumlah
faktor konteks tertentu di satu sisi dan kebutuhan serta harapan pribadi terhadap
sekolah di sisi lain” (Engels et al. 2004, p. 128)
Sumber kedua mendefinisikan wellbeing peserta didik sebagai:
“Sejauh mana seorang peserta didik merasa nyaman di lingkungan sekolah” (De
Fraine et al. 2005)
74 | Pembelajaran Sosial
Emosional
Sedangkan sumber ketiga mendefinisikan wellbeing peserta didik
sebagai: “Sejauh mana seorang peserta didik berfungsi secara efektif dalam
komunitas sekolah” (Fraillon 2004).
Noble & McGrath (2016) sendiri kemudian mendefinisikan wellbeing
peserta didik sebagai:
“Kesejahteraan peserta didik yang optimal adalah keadaan emosi berkelanjutan
yang ditandai dengan suasana hati dan sikap positif, hubungan positif dengan
peserta didik dan guru lain, ketahanan, optimalisasi diri, dan tingkat kepuasan
yang tinggi terhadap pengalaman belajar mereka di sekolah.” (Noble et al. 2008;
NSSF 2011)
Noble & McGrath lebih lanjut mengatakan bahwa dalam program-
program yang ditujukan untuk meningkatkan wellbeing peserta didik, maka
keterampilan sosial emosional akan menjadi salah satu komponen
utamanya. Dengan merujuk pada apa yang dikatakan oleh Noble &
McGrath di atas, maka kita dapat melihat dengan jelas mengapa kita
perlu mengupayakan agar pembelajaran sosial emosional di sekolah
dapat dilakukan.
Lebih lanjut, kami juga ingin mengajak Bapak/Ibu untuk melihat
maksud dari pendidikan seperti yang dikemukakan oleh Ki Hajar
Dewantara. Beliau mengatakan bahwa: “Maksud pendidikan itu adalah
menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka
dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya
baik sebagai manusia maupun anggota masyarakat”.
Jika merujuk pada maksud pendidikan di atas, maka kita dapat
melihat bahwa sesungguhnya tujuan pendidikan itu adalah agar peserta
didik dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Keselamatan dan
kebahagiaan sesungguhnya sangat erat kaitannya dengan emosi. Karena
berbicara tentang keselamatan, tidak hanya terkait dengan menciptakan
lingkungan di mana peserta didik merasa aman secara fisik saja, namun
juga tentunya aman secara emosional. Ini mencakup pembelajaran
tentang perilaku aman, pemahaman tentang hak dan tanggung jawab,
serta penanaman norma dan nilai-nilai yang mendukung keamanan.
Terkait dengan kebahagiaan kita dapat memaknainya dari sudut pandang
bahwa ketika peserta didik dapat memahami dan mengelola emosi
mereka, maka mereka cenderung lebih mampu menciptakan hubungan
yang positif, memiliki motivasi yang tinggi, dan mengalami kebahagiaan
dalam proses pembelajaran. Dari sini kita bisa melihat bahwa praktik
75 | Pembelajaran Sosial
Emosional
pendidikan yang mendukung keterampilan sosial dan emosional
sesungguhnya dapat berkontribusi pada kebahagiaan dan kesejahteraan
psikologis (well-being) peserta didik.
76 | Pembelajaran Sosial
Emosional
3.2 Meninjau Pengertian Wellbeing Sekolah
Secara umum, setiap orang berusaha mencari kebahagiaan dan
keseimbangan dalam hidupnya. Diener (1984) menjelaskan bahwa well-
being atau kesejahteraan kita akan berdampak pada sikap dan emosi. Bila
individu merasa bahagia, sejahtera dalam kondisinya, maka ia dapat
menunjukkan sikap dan emosi yang positif. Demikian pula sebaliknya, bila
individu tidak merasa bahagia dengan kondisinya maka yang
bersangkutan akan merasa cemas, dapat memiliki sikap dan emosi
negatif.
Istilah sejahtera atau bahagia dalam ruang lingkup sekolah
memang kurang mendapat perhatian. Istilah yang lebih umum digunakan
adalah kesehatan mental peserta didik, padahal sekolah tidak hanya
terdiri dari peserta didik saja. Guru atau pendidik juga harus sehat secara
mental supaya bisa menciptakan lingkungan pembelajaran yang
menyenangkan. School well-being merujuk pada konsep yang dikemukakan
Allardt (sebagaimana dikutip Konu & Rimpela, 2002). Dalam konteks ini,
well-being adalah terpenuhinya kebutuhan tertentu dalam diri manusia.
Terdapat tiga dimensi well-being yaitu having, loving dan being. Konsep well-
being ini kemudian dikonstruksi oleh Konu dan Rimpela (2002) dalam
konteks sekolah (school well-being). School well-being adalah kondisi dimana
individu dapat memenuhi kebutuhan dasarnya baik materi maupun non-
materi di sekolah yang terdiri atas empat dimensi yaitu (1) having
(kondisi/situasi sekolah), (2) loving (mengarah pada hubungan sosial), (3)
being (pemenuhan diri), dan (4) health (kesehatan peserta didik/guru
secara umum).
77 | Pembelajaran Sosial
Emosional
kesehatan, wali kelas, guru bimbingan konseling.
2. Loving mengacu pada lingkungan sosial saat pembelajaran, meliputi
hubungan dengan guru, dengan teman sekelas, interaksi dalam
kelompok. Dimensi ini pada dasarnya mengacu pada iklim atau
suasana di sekolah. Relasi yang baik antara
78 | Pembelajaran Sosial
Emosional
peserta didik, guru dan peserta didik, dan guru dengan sesama guru
menciptakan iklim sekolah yang baik; harmonis.
3. Being mengacu pada bagaimana individu di sekolah menghargai
keberadaan mereka. Dalam hal ini guru dapat bekerja dengan baik dan
menghargai perannya. Peserta didik atau peserta didik juga merasa
percaya diri, bahagia mendapatkan pendidikan. Being juga mengacu
sampai seberapa besar sekolah melibatkan peserta didik, mendorong
kreativitas peserta didik.
4. Health (status kesehatan) mengacu pada kesehatan fisik dan mental
peserta didik/peserta didik dan guru.
Dalam hal ini, kebahagiaan/kesejahteraan peserta didik sangat
dipengaruhi oleh kondisi sekolah, seperti rencana pembelajaran, budaya
sekolah, orientasi pendidikan, infrastruktur, fasilitas, kondisi kelas, dan
dukungan dari guru maupun pihak manajemen sekolah.
80 | Pembelajaran Sosial
Emosional
dukungan penuh pada peserta didik. Dalam hal ini, guru adalah agen
penting untuk menciptakan lingkungan sekolah yang sejahtera. Hal lain
yang dapat mempengaruhi school well-being adalah kemampuan memahami
orang lain dalam hal ini, kemampuan sosial emosional.
Roffey (2008) menjelaskan kemampuan sosial emosional sebagai
emotional literacy. Kemampuan ini dapat mendukung peserta didik
beradaptasi dengan budaya sekolah dan meningkatkan proses belajar
peserta didik. Selain faktor guru dan sekolah, pada dasarnya peserta didik
juga berperan dalam menciptakan school well-being. Kepribadian peserta
didik, motivasi belajar, kemampuan berkomunikasi, disiplin dan
kemampuan bekerjasama juga sangat mempengaruhi school well-being.
Dalam hal ini semua warga sekolah berperan dalam menciptakan school
well-being.
Sekarang, mari kita bahas satu per satu bagaimana kita dapat
melakukan masing-masing upaya tersebut.
82 | Pembelajaran Sosial
Emosional
3.6.1 Dengan melakukan refleksi terhadap keterampilan sosial dan emosional
pribadi/dirinya sendiri.
Pendidik, termasuk juga pemimpin di sekolah sebaiknya
terus menerus merefleksikan dan mempraktikkan kompetensi
sosial dan emosional mereka. Proses refleksi ini dapat dilakukan
secara individu maupun bersama-sama. Dengan senantiasa
berefleksi, Bapak/Ibu guru diharapkan dapat secara terus menerus
memperbaiki diri dalam keterampilan sosial emosionalnya, dan hal
ini tentunya akan secara langsung dapat meningkatkan kualitas
praktik pembelajaran dan interaksi kita dengan peserta didik kita.
Untuk melakukan refleksi diri, Bapak/Ibu dapat menanyakan
kepada diri sendiri secara jujur apakah Bapak/Ibu telah
menunjukkan contoh-contoh perilaku yang diharapkan untuk setiap
keterampilan sosial emosional. Misalnya Bapak/Ibu dapat
menanyakan kepada diri sendiri, apakah Bapak/Ibu:
1) Mampu mengidentifikasi emosi yang dirasakan?
2) Mampu mengelola emosi dengan menerapkan beberapa strategi
regulasi emosi?
3) Telah menunjukkan kemampuan berempati?
4) Dan sebagainya.
84 | Pembelajaran Sosial
Emosional
Komunitas yang kolaboratif merupakan elemen penting dari
kesuksesan proses pembelajaran sosial dan emosional di sekolah. Oleh
karenanya, pendidik
85 | Pembelajaran Sosial
Emosional
dan sekolah harus bersama-sama berupaya menyediakan waktu untuk
memperkuat hubungan dan berkolaborasi guna melaksanakan dan
meningkatkan implementasi pembelajaran sosial dan emosional di
sekolah. Upaya untuk terhubung dan berkolaborasi ini dapat dilakukan
dengan:
a. sesama pendidik;
b. peserta didik;
c. keluarga.
Berikut ini adalah beberapa gagasan terkait dengan upaya-upaya
tersebut, seperti yang dikemukakan oleh CASEL.
87 | Pembelajaran Sosial
Emosional
3.7.2 Berkolaborasi dengan Peserta Didik
Membangun hubungan positif dengan peserta didik
merupakan keterampilan utama bagi pendidik dan merupakan
komponen penting dari lingkungan pembelajaran dan tempat kerja
yang sehat. Untuk memupuk koneksi dan kolaborasi dengan
peserta didik, Bapak/Ibu dapat melakukannya dengan:
- Mencoba mengenal peserta didik dengan lebih baik sebagai
individu, berupaya tanggap terhadap kebutuhan mereka, belajar
dari mereka untuk kepentingan sekolah, dan membangun
kepercayaan relasional.
- Menunjukkan upaya untuk membuat peserta didik merasa
dihargai dan diperhatikan apa adanya. Ini dapat dimulai dengan
mencoba mendengarkan mereka. Anak- anak biasanya akan
mau berbagi tentang minat, nilai, dan aset budaya mereka jika
mereka merasa aman dan dihargai.
- Memastikan bahwa setiap peserta didik memiliki setidaknya satu
orang dewasa yang dapat membuat mereka terkoneksi dan
dapat mereka hubungi sepanjang hari.
- Membangun hubungan dalam jadwal sehari-hari. Hal ini dapat
dilakukan misalnya dengan membuat struktur pendukung seperti
prosedur penyambutan peserta didik di depan pintu, check-in,
konsultasi, dsb.
- Mengumpulkan data tentang persepsi peserta didik mengenai
pengalaman dan hubungan mereka dengan tenaga pendidik,
bekerja dengan peserta didik untuk menafsirkan dan
mengembangkan rekomendasi berdasarkan data, dan
menggunakan rekomendasi peserta didik untuk membantu
semua staf bertindak dengan cara yang responsif terhadap
kebutuhan dan perspektif peserta didik.
- Mengevaluasi praktik disiplin untuk memastikan praktik tersebut
bersifat restoratif dan adil serta berfungsi untuk memperkuat
hubungan antara staf dan peserta didik dari waktu ke waktu.
- Melibatkan peserta didik dalam dalam menentukan tujuan
penerapan pembelajaran sosial dan emosional sehingga
terbangun visi bersama.
- Melibatkan peserta didik dalam proses penilaian kebutuhan dan
sumber daya terkait dengan implementasi pembelajaran sosial
88 | Pembelajaran Sosial
Emosional
emosional. Tanyakan kepada peserta didik program apa yang
menurut mereka berguna dan berjalan dengan baik? apakah
mereka merasa aman dan didukung di sekolah? Apa yang
membuat mereka merasa tidak aman (jika ada), dsb. Melibatkan
peserta didik dalam memberikan umpan balik akan
89 | Pembelajaran Sosial
Emosional
memberikan pendidik banyak gagasan tentang apa yang harus
dilakukan selanjutnya dan apa yang dibutuhkan.
- Melibatkan peserta didik dalam tim pengembangan
pembelajaran sosial dan emosional.
91 | Pembelajaran Sosial
Emosional
perkembangan satu sama lain. Hal ini bisa dilakukan misalnya
dengan mengapresiasi mereka yang telah menghormati
kesepakatan bersama; menghargai mereka yang berupaya
untuk mengimplementasikan
92 | Pembelajaran Sosial
Emosional
keterampilan sosial emosional dan mendukung
implementasinya; mencari dan menggunakan umpan balik untuk
menunjukkan kepada rekan sejawat bahwa Bapak/Ibu
menghargai perspektif mereka; meningkatkan pentingnya
diskusi, pemecahan masalah, dan pertumbuhan yang
berkelanjutan.
94 | Pembelajaran Sosial
Emosional
4) Menggunakan pertemuan orang tua untuk membangun
hubungan dengan keluarga dan lebih memahami harapan dan
kekhawatiran mereka terhadap peserta didik. Bapak/Ibu dapat
memposisikan keluarga sebagai ahli tentang anak-anak mereka
ketika berbagi pengalaman dan pengamatan mereka terhadap
peserta didik.
5) dan sebagainya.
95 | Pembelajaran Sosial
Emosional
Dokumen ini membahas tentang video inspiratif untuk pembelajaran sosial dan emosional
berdasarkan kesadaran penuh. Dokumen ini membahas pentingnya pembelajaran sosial dan
emosional dan bagaimana kesadaran penuh dapat digunakan untuk mengajarkannya.
Dokumen ini juga menyediakan 10 video terakhir tentang topik tersebut. Beberapa poin
penting dari dokumen ini adalah: pentingnya pembelajaran sosial dan emosional,
bagaimana kesadaran penuh dapat digunakan untuk mengajarkannya, dan 10 video terakhir
tentang topik tersebut.
96 | Pembelajaran Sosial
Emosional
pembelajaran yang dilakukannya, ia menemukan bahwa pembelajaran sosial-
emosional sesungguhnya adalah pembelajaran yang harus dilakukan oleh semua
pihak yang terlibat di sekolah dan dalam kehidupan anak. Pembelajaran sosial
emosional bukan hanya guru yang mengajarkan keterampilan sosial-emosional
kepada peserta didiknya saja, namun guru juga harus belajar mengembangkan
keterampilan sosial-emosionalnya sendiri agar dapat mencontohkan keterampilan
sosial-emosionalnya kepada peserta didiknya. Dengan pemahaman itu, Bu Umbi
memutuskan untuk mencoba menerapkan dan melatih keterampilan sosial
emosional dengan memulai dari dirinya sendiri terlebih dahulu. Bu Umbi berusaha
mempelajari dan mencoba berbagai teknik-teknik sederhana yang dapat
diaplikasikan dalam kehidupannya sehari-hari. Misalnya, Bu Umbi belajar
bagaimana melakukan teknik STOP untuk mengelola perasaannya agar ia bisa
menavigasi rasa kecewa ketika dia mengetahui bahwa apa yang direncanakan
tidak sesuai dengan harapannya, atau rasa marah saat dia mengetahui peserta
didiknya tidak melakukan apa yang dia instruksikan.
Bu Umbi sadar bahwa ternyata ada banyak hal yang perlu ia pelajari dan lakukan
untuk mengintegrasikan keterampilan sosial emosional dalam kehidupan sehari-
harinya. Maka, ia memulai untuk meluangkan waktu di tengah hari untuk sekedar
membiasakan diri mengambil nafas, mengambil jeda, sehingga memudahkannya
berpikir dengan lebih jernih. Ia bahkan berusaha memilih kata yang akan
digunakannya saat merespon orang lain sehingga memberikan dampak yang lebih
baik. Ia terus berusaha menjalin hubungan lebih dekat dengan peserta didiknya
dengan berusaha mencari tahu dan memahami keadaan peserta didiknya. Melalui
proses ini, Bu Umbi menjadi semakin baik dalam memperhatikan kebutuhan
peserta didiknya. Bu Umi juga belajar untuk lebih empati terhadap lingkungan
sekitarnya. Ia berlatih menggunakan 3 pertanyaan empatik saat berinteraksi
dengan orang lain. Ketika berinteraksi dengan koleganya, Bu Umbi juga berusaha
untuk mengaplikasikan keterampilan sosial- emosional yang dipelajarinya. Ia
belajar agar saat menghadapi situasi yang tidak nyaman dalam interaksi bersama
rekan kerjanya, ia dapat tetap tenang dan memilih respon yang lebih positif
dengan mereka. Misalnya, pada suatu kesempatan, ia menerapkan strategi, i-
message, untuk mengungkapkan ketidaksetujuannya terhadap suatu hal yang
dikatakan rekan kerjanya.
Dari pengalaman tersebut, Bu Umbi pun sampai pada pemikiran bahwa ia perlu
juga membangun kesadaran teman-temannya akan pentingnya mengaplikasikan
keterampilan sosial-emosional baik sebagai individu maupun sebagai pendidik. Ia
ingin rekan-rekan sejawatnya juga menyadari pentingnya keterampilan sosial
emosional. Oleh karena itu mencoba bertemu Kepala Sekolah untuk
menyampaikan keresahannya ini. Bu Umbi meminta izin untuk membicarakan
97 | Pembelajaran Sosial
Emosional
perihal pentingnya keterampilan sosial-emosional ini. Ia lalu memohon sedikit
waktu agar dirinya diperkenankan memimpin sesi latihan atau praktik mindfulness
sederhana yang dapat membantu guru-guru lebih fokus dalam sesi rapat kerja
besok. Dari obrolan informal yang dibawakan Bu Umbi, Kepala Sekolah dapat
memahami
98 | Pembelajaran Sosial
Emosional
pentingnya keterampilan untuk fokus dalam era modern yang serba cepat ini.
Kepala Sekolah pun merasakan ketulusan Bu Umbi dan akhirnya memberikan izin.
99 | Pembelajaran Sosial
Emosional
Ruang Kolaborasi: Bagaimana Saya dapat Berkolaborasi dengan Rekan Sejawat
untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Emosional Orang Dewasa yang Ada di
Sekolah?
Lembar Refleksi
Menjadi teladan
Terus Belajar
Berkolaborasi
Dampak
2. Wellbeing Siswa:
5.
dst
89 | Pembelajaran Sosial
Emosional
Koneksi Antar Materi: Bagaimana Saya dapat Menggunakan Wawasan dan
Keterampilan yang Telah Saya Peroleh untuk Membantu Saya Mengatasi
Tantangan dalam Kehidupan Pribadi Maupun Profesional?
Tantangan yang saya hadapi adalah kesulitan berkomunikasi dengan orang lain
Keterampilan sosial dan emosional yang saya gunakan yaitu mendengarkan aktif
1. Penerapan satu contoh keteladanan baru, satu proses belajar pribadi, dan
satu proses kolaborasi yang dilakukan untuk menguatkan penerapan
pembelajaran sosial emosional di kelas atau sekolah masing-masing.
1.Keteladanan baru: Tindakan atau perilaku yang dapat menjadi contoh bagi
siswa dalam mengembangkan keterampilan sosial emosional.
2. Proses belajar pribadi: Kegiatan individu yang dapat dilakukan siswa untuk
meningkatkan kesadaran dan pengelolaan emosi, serta keterampilan sosial
mereka.
Penerapan satu contoh keteladanan baru, satu proses belajar pribadi, dan satu
proses kolaborasi yang dilakukan untuk menguatkan penerapan pembelajaran
sosial emosional di kelas atau sekolah masing-masing.
91 | Pembelajaran Sosial
Emosional
Latihan Pemahaman
6. Salah satu contoh tindakan yang dapat dilakukan pendidik untuk menjadi
teladan bagi peserta didik dalam upaya meningkatkan kompetensi sosial
emosional adalah:
a. Dengan menerapkan dan kemudian mengartikulasikan strategi yang
93 | Pembelajaran Sosial
Emosional
digunakan kepada peserta didik ketika pendidik berupaya mengelola
emosi saat menghadapi situasi yang sulit.
97 | Pembelajaran Sosial
Emosional
Cerita Reflektif
Perasaan:
Awalnya, saya merasa khawatir karena siswa belum terbiasa bekerja sama dalam
kelompok. Namun, melihat semangat dan kreativitas mereka, saya merasa sangat
senang dan bangga. Saya juga menyadari bahwa proses pembelajaran tidak selalu
berjalan mulus, tetapi justru di sanalah kesempatan untuk belajar dan tumbuh.
Pembelajaran:
Dari pengalaman ini, saya belajar bahwa kolaborasi tidak hanya tentang bekerja
bersama, tetapi juga tentang menghargai perbedaan pendapat, mendengarkan satu
sama lain, dan berkompromi. Saya juga menyadari pentingnya memberikan ruang
bagi siswa untuk bereksplorasi dan menemukan solusi sendiri.
: Perubahan:
Ke depannya, saya akan lebih sering memberikan tugas-tugas yang menuntut kerja
sama kelompok. Selain itu, saya akan memfasilitasi diskusi kelas untuk membantu
siswa belajar berkomunikasi secara efektif dan menyelesaikan konflik. Saya juga
akan memberikan umpan balik yang konstruktif agar siswa dapat terus
meningkatkan kemampuan sosial dan emosional mereka.
Bryson, A. M. (n.d.). Practical Ways to Introduce and Broaden the Use of Sel Practices
in Classrooms, Schools, and Workplaces. CASEL.
https://schoolguide.casel.org/uploads/2018/12/CASEL_SEL-3-Signature-
Practices-Playbook-V3.pdf
CASEL. (2021, November 10). 2011–2021: 10 Years of Social and Emotional
Learning in the U.S. School Districts Elements for Long-Term Sustainability of
SEL https://casel.org/cdi-ten-year-report/
CASEL. (2019) SEL 3 Signature Practices Playbook
https://casel.org/casel_sel-3- signature-practices-playbook-v3/
Cefai, Ca., Downes, P., & Cavioni, V. (2021). A formative , inclusive , whole-school
and emotional education in the EU Analytical report.
https://doi.org/10.2766/506737
Cipriano, C., et.al, 2023, February 2). Stage 2 Report: The State of the
Evidence for Social and Emotional Learning: A Contemporary Meta-
Analysis of Universal School-Based SEL Interventions.
https://doi.org/10.31219/osf.io/mk35u.
De Fraine, B., G. Landeghem, J. Damme, & P. Onghena. (2005). An Analysis of
WellBeing in Secondary School with Multilevel Growth Curve models
and Multilevel Multivariate Models. Quality and Quantity. 39. 297-316.
10.1007/s11135-004-5010-1.
Diener, E. (1984). Subjective well-being. Psychological Bulletin, 95(3), 542-575
Engels, N., A. Aelterman, K. Petegem, A. Schepens. (2004). Factors which
influence the well-being of pupils in Flemish secondary schools.
Educational Studies, 30(2), 127-143. Englewood Cliffs: Prentice-Hall.
Educational Studies. 30. 127-143. 10.1080/0305569032000159787.
Eva Oberle, Kimberly A. Schonert-Reichl, Stress contagion in the classroom?
The link between classroom teacher burnout and morning cortisol in
elementary school students, Social Science & Medicine, Volume 159,
2016, Pages 30-37, ISSN 0277-
9536,https://doi.org/10.1016/j.socscimed.2016.04.031.
(https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0277953616302052)
https://www.who.int/activities/promoting- well-being [accessed on
November 27 2023 at 00.47]
Fraillon, J. (2004). Measuring student well-being in the context of Australian
schooling: Discussion paper. Curriculum
99 | Pembelajaran Sosial
Emosional
Corporation.
https://research.acer.edu.au/well_being/8
Penulis 1
Penulis 2
Oscarina Dewi Kusuma, S.Pd., M.Pd. adalah seorang Ibu dengan 2 anak yang
meraih gelar S1 dari jurusan Teknologi Pendidikan IKIP Negeri Jakarta dan
kemudian mendapatkan gelar magister Pendidikan (S2) pada jurusan
Administrasi/Manajemen Pendidikan dari Universitas Kristen Indonesia. Dewi
adalah praktisi pendidikan yang gemar belajar. Keinginannya untuk terus
belajar inilah yang menarik minatnya untuk mengambil program Advance
Certificate for Teaching and Learning di Foundation for Excellence in Education (FEE).
Dewi memegang Certificate IV untuk Life Education Skills dan telah mengikuti
104 | Pembelajaran Sosial
Emosional
berbagai pelatihan kepemimpinan, mengajar dan pembelajaran, coaching,
dan perlindungan anak, baik di Indonesia maupun negara- negara lain, yang
semuanya berkontribusi pada semakin kuatnya keyakinan dirinya pada
Nomor
Topik 1 Topik 2 Topik 3
Soal
1. B B A
2. C A C
3. C C A
4. B C D
5. E A B
6. A C A
7. A D E
8. E E B
9. C A E
10. A B A