Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengembalikan Bandung sebagai Kota Fashion...

Kompas.com - 30/01/2023, 06:34 WIB
Reni Susanti

Editor

BANDUNG, KOMPAS.com - Bandung selalu diidentikkan dengan kota fashion. Hal itu pula yang membuat Bandung dilabeli Parijs Van Java sejak zaman Belanda.

Namun pandemi Covis-19 membuat berbagai industri luluh lantak, tak terkecuali fashion. Sejak PPKM dicabut, pelaku dunia fashion bertekad untuk mengembalikan kejayaan Bandung sebagai kota fashion.

"Itulah mengapa kami mengadakan Fashion Market terbesar di Jawa Barat," ujar Aries Ismullah Ardiansyah, Founder Ramadhan Fashion Market 5.0 di Bandung, akhir pekan lalu.

Baca juga: Fashion Show di Lapas Perempuan Semarang, Busananya Buatan Narapidana yang Terjual hingga Kanada dan Belanda

Managing Director Aluxs Multi Kreasindo ini mengungkapkan, acara ini akan menghadirkan 150 brand lokal di Indonesia.

Terdiri dari busana muslim, busana pria, clothing, thrifting, batik, aksesoris, sepatu, pakaian anak dan bayi, food & beverage, perlengkapan ibadah, furniture rumah, tour & travel, start-up, skincare, kosmetik, dan lainnya.

"Ini acara tahunan dan ini tahun kelima. Kami menargetkan lebih dari 20.000 pengunjung dalam 4 hari," tutur dia.

Baca juga: Jatuh Bangun Salmon Bangun Usaha Fashion, Bermodal 3 Helai Kaus hingga Jual 30.000 Pakaian per Bulan

Berbeda dengan tahun sebelumnya, acara kali ini banyak memberikan diskon. Dengan cara ini, ia berharap semakin banyak pengunjung yang hadir sehingga membantu pemulihan ekonomi.

"Acara seperti ini bisa membantu UMKM lokal lebih optimis dan mengembalikan Kota Bandung sebagai kota fashion. Untuk (target) omzet, Rp 4-5 miliar," beber dia.

Ketua Kadin Kota Bandung, Iwa Gartiwa menjelaskan, industri fashion kini sudah menggeliat kembali pascapandemi. Bahkan banyak desainer yang go internasional.

Iwa mengungkapkan, cara agar industri fashion bergeliat, harus ada banyak event. Bahkan bila perlu ada kalender khusus.

Dengan event-event ini diharapkan para pegiat fashion bisa bersatu sehingga lebih mudah berkembang. Apalagi untuk fashion muslim.

"Walau tahun ini perlambatan ekonomi, insya Allah, untuk busana muslim tidak terimbas jauh. Karena ekspor ilegal ke kita tidak ada busana muslim. Bandung juga bisa menjadi kiblat fashion muslim," ucap dia.

Sebab dari sisi potensi, penelitian menunjukkan, Indonesia merupakan konsumen busana muslim terbesar ketiga di dunia yang menghabiskan sebesar 20 miliar USD atau sekitar Rp 300 triliun.

Ini merupakan peluang yang sangat besar, apalagi pemerintah menargetkan Indonesia sebagai pusat fashion muslim dunia.

Sementara itu, Data The State Global Islamic Economy 2018 mengungkapkan, konsumsi fesyen muslim dunia saat ini mencapai 270 miliar dolar AS.

Lembaga tersebut memproyeksikan, angka itu terus meningkat dengan laju pertumbuhan sebesar 5 persen sehingga pada 2023 bakal menyentuh 361 miliar dolar AS.

Dari data konsumsi fashion muslim di Indonesia yang berada di angka 20 miliar dolar AS dengan laju pertumbuhan 18,2 persen per tahunnya. Dengan capaian tersebut, konsumsi fesyen Indonesia berada di posisi dua dunia tepat di bawah Uni Emirat Arab (UEA).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau