Den Haag
The Hague | |||
Pencakar langit The Hague | |||
|
|||
Koordinat: 52°05′N 4°18′E / 52.08°N 4.30°E | |||
---|---|---|---|
Negara | Belanda | ||
Wilayah | Holland Selatan | ||
Kepadatan (1 Januari 2007) | |||
- Jumlah | 474,680 | ||
Sumber: CBS, Statline. | |||
Zon masa | WET (UTC+1) | ||
- Musim panas (DST) | WMPET (UTC+2) |
The Hague (bahasa Belanda: Den Haag) adalah sebuah gemeente, kota pemerintahan Belanda dan tempat parlimen, serta ibu kota provinsi Zuid-Holland (Holland Selatan). Di kota ini juga terdapat kedutaan besar negara-negara asing. Meskipun demikian, Den Haag bukan ibu kota Belanda; ibu kota Belanda adalah Amsterdam.
Kota The Hague memiliki penduduk sebanyak 475,580 orang (1 Januari 2006) dalam keluasan kira-kira 100 km². Nama lain The Hague ialah 's-Gravenhage.
Kota The Hague sudah ada sejak tahun 1248, tetapi baru mendapat taraf bandar pada tahun 1806. Hal ini menyebabkan The Hague tidak memiliki sebuah universiti.
Mengenai nama Den Haag
Kata Den Haag secara harfiah ertinya adalah "pagar". Sudah sejak dahulu kala, nama Die Haghe atau Den Hag(h)e dipakai untuk menyebut daerah ini. Sejak tahun 1602/1603 pimpinan bandar mulai menggunakan nama des Gravenhage secara rasmi, yang dianggap lebih indah dan ertinya lebih kurang adalah "Pagar milik para bangsawan". Memang bandar Den Haag bermula dari sebuah wilayah kecil yang dipagari.
Sejak tahun 1990 pimpinan gemeente secara konsisten menggunakan nama Den Haag (dan bukan 's-Gravenhage), Hal ini antara lain disebabkan bandar ini semakin mendunia dengan tarafnya sebagai ibu negara jurisdiksi dunia (IGH; VN-ISH). Selain itu hal ini dilakukan supaya lebih mirip dengan nama-nama asing bandar ini seperti The Hague dalam bahasa Inggeris, La Haye dalam bahasa Perancis, (Den) Haag dalam bahasa Jerman dan La Haya dalam bahasa Sepanyol. Pada tahun 1990 sebuah usulan untuk mengganti nama kota secara rasmi Den Haag ditolak.
Dalam bahasa Belanda baku, seorang penduduk Den Haag disebut sebagai Hagenaar. Namun dalam bahasa Belanda tempatan penduduk Den Haag disebut sebagai Hagenees.
Sejarah
Sejarah awal dan Zaman Pertengahan
Den Haag sudah wujud sejak tahun 1230, ketika seorang bangsawan graaf Floris IV dari Belanda membina sebuah istana sederhana pada tanah Vrouwe Meilindis van Wassenaer. Pada tahun 1248 graaf Willem II, yang kemudian akan menjadi Maharaja Rom Holy, membina sebuah istana yang lebih baik pada sebuah empang yang sekarang menjadi sebuah kolam bernama Hofvijver. Puteranya Floris V yang akhirnya mengurusi sehingga gedung kastil yang disebut Ridderzaal ini selesai setelah kematian awal Willem.
Gedung Ridderzaal dan Binnenhof diperkuat, namun desa yang berada di sekelilingnya tidak pernah diberi hak kota, meski Den Haag merupakan tempat tinggal para bangsawan Holland. Kota Den Haag dapat tumbuh sebagai kompromi dari kota-kota utama Holland lainnya, namun pada masa yang saa kota-kota tersebut menghalangi Den Haag dari mendapatkan hak kota dan menjadi sebuah kota berbenteng.
Serang oleh Maarten van Rossum
Kerana Den Haag tidak dilindungi tembok kota, maka bandar ini telah diserang pada tahun 1528 oleh seorang askar dari Gelderland bernama Maarten van Rossum. Dia juga membakar habis semua bangunan di luar istana bangsawan di Den Haag.
Perang Lapan Puluh Tahun
Pada tahun-tahun awal Perang Lapan Puluh Tahun, Den Haag telaj dijajah dan para penduduknya habis lari. Sewaktu kota Leiden dikepung Spanyol, Den Haag adalah markas besar dan pangkalan mereka.
Sebenarnya sejak tahun 1400-an lagi Den Haag sudah memiliki beberapa ribu orang penduduk sehingga sebenarnya layar berstatus bandar dan bukan desa. Namun sebuah bandar pada saat itu diharuskan memiliki kadar autonomi yang cukup tinggi. Sehingga para bangsawan (graaf atau graven) Holland dan para penerus mereka, para pemerintah Bourgondia dan Habsburg, memilih untuk berkuasa secara penuh pada tempat tinggal mereka. Kemudian mulai tahun 1581, Republiek der Zeven Verenigde Nederlanden ("Republik Tujuh Provinsi Belanda Yang Bersatu") meneruskan perkara ini, kerana Den Haag merupakan tempat keberadaanStaten-Generaal, atau organ pemerintahan yang tertinggi.
Lalu istana stadhouder ("semacam pemerintahan") Holland juga terletak di Den Haag. Kemudian pada tahun 1580 ada perdebatan sengit apakah Den Haag masih akan dibangun lagi atau tidak. Kota Delft yang sangat berkuasa kala itu kurang suka jika di daerah sekitarnya dibangun sebuah kota yang penting dan mungkin menjadi saingannya. Selain itu Delft juga menginginkan supaya Staten-Generaal masih tetap berada di kota itu. Akhirnya diputuskan untuk membangun kembali kota Den Haag dan supaya Staten-Generaal tetap berada di kota ini.
Masa Emas
Pada tahun 1622 Den Haag memiliki penduduk sebesar 16,000 orang. Pada abad ke-17 Den Haag dikelilingi oleh parit-parit yang disebut sebagai gracht dalam bahasa Belanda. Parit-parit oleh stadhouder pangeran Maurits dianggap sebagai peringkat awal daripada sebuah sistem pertahanan. Namun sistem pertahanan sejati yang semula direncanakan akhirnya tidak pernah siap.
Pada akhir abad ke-18, jumlah penduduk "desa" ini sudah mencapai 40,000 jiwa dan merupakan tempat ketiga di Belanda yang terbesar (setelah Amsterdam dan Rotterdam). Berkat keberadaan istana stadhouder, Staten-Generaal dan diplomat-diplomat asing serta kaum bangsawan (asing), Den Haag memiliki ciri khas aristokratik yang membedakannya dengan kebanyakan kota-kota di Belanda. Selain itu terdapat perbezaan yang besar antara permukiman kaum bangsawan di dekat Buitenhof dan Voorhout dengan daerah-daerah "desa" ini yang lebih merakyat.
Pasca Era Napoleon
Kemudian pada tahun 1806, pada masa pendudukan Perancis, barulah Den Haag diwartakan sebagai bandar raya. Namun pada masa itu sebuah tembok kota akan menghindari perkembangan kota. Oleh karena itu Den Haag tetap tidak memiliki tembok kota dan boleh berkembang secara leluasa. Setelah tahun 1850, kota ini terus berkembang melampaui parit-parit yang mengelilingi kota ini. Penduduknya kala itu berjumlah 70,000 orang. Pada sekitar 1870 jumlah penduduk mencapai 100,000 orang. Kemudian sekitar tahun 1900 pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, jumlah penduduk mencapai 200,000 jiwa.
Pada awal abad ke-20, pada sisi selatan pusat kota lama muncul banyak perkampungan rakyat yang padat. Sementara itu pada waktu yang sama di gumuk-gumuk di dekat pantai muncul tempat pemukiman orang-orang kaya. Pada waktu itu Den Haag juga memerankan peran yang penting dalam aliran seni lukisan yang disebut dengan istilah Haagse School ("Aliran" atau "Sekolah Den Haag").
Lalu pada tahun 1899 di Den Haag diadakan "Persidangan Pertama Den Haag". Hal ini mengakibatkan didirikannya "Dewan Timbang Tara Antrabangsa" yang juga ada di Den Haag sampai sekarang. Seorang konglomerat Amerika Serikat, Andrew Carnegie, menyumbang dana sebesar $1,500,000 untuk membangun Vredespaleis ("Istana Perdamaian"). Vredespaleis dibangun antara tahun 1907 dan 1913. Dewan Timbang Tara Antarabangsa ini akhirnya berpusat di Vredespaleis. Di kemudian hari Dewan Pengadilan Antarabangsa juga akan berpusat di Vredesplaies.
Setelah Perang Dunia II
Belanda terseret dengan Perang Dunia II pada tanggal 10 Mei 1940. Den Haag sebagai kota pemerintahan Belanda menjadi sasaran penting tentara Jerman Nazi. Beberapa hari setelah Belanda diserang, Den Haag dikuasai dan dijadikan tempat pusat pemerintahan Jerman.
Pada masa-masa akhir Perang Dunia II, pada 3 Mac 1945, bandar Den Haag dibom secara besar-besaran oleh Angkatan Udara United Kingdom di daerah perkampungan Bezuidenhout. Peristiwa ini menewaskan 510 orang penduduk Den Haag. Pengeboman dilakukan oleh Tentara Sekutu untuk menghancurkan tempat-tempat peluncuran kenderaan roket V2 Jerman.
Kemudian setelah Hindia-Belanda merdeka dan menjadi Indonesia, sekitar pada tahun 1950, banyak penduduk campuran Indonesia-Belanda yang kembali ke Belanda. Mereka banyak yang menetap di Den Haag dan membuat bandar ini mendapatkan ciri khas Indisch. Oleh kerana itu bandar ini juga sering disebut sebagai weduwe van Indië ("janda Hindia(-Belanda)).
Akhir abad ke-20 dan awal abad ke-21
Pada akhir abad ke-20 dan awal abad ke-21, Den Haag mulai berkembang pesat. Projek-projek pembangunan besar dilaksanakan. Lalu Den Haag sebagai kota juga mengembangkan wilayahnya dan mencakup wilayah gemeente-gemeente sekitarnya kerana kekurangan tempat membangun.
Pengilhakan pertama terjadi pada tahun 1923. Kala itu Loosduinen dicakup Den Haag. Pada tahun 1994, sebahagian daerah Wateringen dicakup dan pada 1 Januari 2002, daerah-daerah sekitar seperti Leidschenveen dan Ypenburg diambil Den Haag. Tanah yang diambil sebelumnya termasuk wilayah Leidschendam, Pijnacker, Rijswijk, dan Voorburg.
Pembahagian pentadbiran
Gemeente Den Haag dibahagi lagi menjadi lapan stadsdeel ("bahagian bandar"). Kemudian setiap stadsdeel dibahagi lagi menjadi sebuah buurt atau wijk, namun setiap buurt atau wijk tidak memiliki sebarang kuasa.
Jumlah penduduk:
- Centrum sekitar 90,000 orang
- Escamp sekitar 113,000 orang
- Haagse Hout 42,040 orang
- Leidschenveen-Ypenburg
- Laak 38,200 orang
- Loosduinen 47,500 orang
- Scheveningen 56,000 orang
- Segbroek 59,000 orang
Statistik
Perkembangan penduduk Den Haag (setiap tanggal 1 Januari)
Tempat menarik di Den Haag
- Ridderzaal dan Binnenhof
- Gevangenpoort
- Mauritshuis
- Balaikota Lama Den Haag
- Grote Kerk ("Gereja Agung Den Haag")
- Nieuwe Kerk ("Gereja Baru Den Haag")
- Paleis Noordeinde
- Lange Voorhout
Kebudayaan
- Panorama Mesdag
- Congresgebouw - North Sea Jazz Festival
- Pasar malam besar
- Gemeentemuseum
- Muzium Beelden aan Zee
- Vredespaleis
- Mauritshuis
- Madurodam
- Escher Museum "Escher in het Paleis"
- Koninklijke Schouwburg
Ilmiah
- Koninklijke Bibliotheek, Perpustakaan Negara Belanda.
- Nationaal Archief, Arkib Nasional Belanda.
Pautan luar
Wikimedia Commons mempunyai media berkaitan: Den Haag. |
- (Belanda) Tapak rasmi