Tali leher
Sebahagian kandungan di laman rencana ini menggunakan istilah atau struktur ayat yang terlalu menyebelahi gaya bahasa negara tertentu hasil penggunaan semula kandungan sumber tanpa pengubahsuaian. Anda diminta mengolah semula gaya bahasa rencana ini supaya penggunaan istilah di rencana ini seimbang, selaras serta mudah difahami secara umum dalam kalangan pengguna-pengguna bahasa Melayu yang lain menggunakan laman Istilah MABBIM kelolaan Dewan Bahasa dan Pustaka. Silalah membantu. Kata nama khas dan petikan media tertentu (seperti daripada akhbar-akhbar atau dokumen rasmi) perlu dikekalkan untuk tujuan rujukan. Sumber perkamusan dari Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia juga disediakan. Anda boleh rujuk: Laman Perbincangannya • Dasar dan Garis Panduan Wikipedia • Manual Menyunting |
Tali leher[1] atau dasi (pinjaman Belanda: dasje[2][3]) adalah satu artikel daripada pakaian yang dipakai oleh lelaki. Tali leher adalah sebahagian utama daripada kelengkapan yang lazim dipakai dalam kalangan orang yang bekerja dalam persekitaran pejabat berbidang profesional seperti perniagaan, undang-undang, dan politik.
Tali leher adalah biasanya diperbuat daripada sutera atau poliester, dan ia biasanya mempunyai warna atau corak di atasnya. Lelaki memakai mengikat janji dalam tali leher dan memakai mereka dengan baju pakaian untuk membuat mereka kelihatan lebih rasmi.
Sejarah perkembangan
suntingPakaian ini punya sejarah panjang yang melilit perkembangannya. Sejak zaman batu pun aksesori di leher dan dada sudah ada, khususnya untuk memberi ciri pada kelompok lelaki dari strata tinggi. Malah, pada masa Romawi Purba sudah dipakai kain untuk melindungi leher dan kerongkong, khususnya oleh para pemidato. Pada perkembangannya prajurit militer Romawi pun memakainya. Bukti dipakainya aksesori kain leher tampak pada patung batu di makam kuno, Xian, Tiongkok.
Aksesori leher terkenal lainnya muncul pada masa William Shakespeare (1564 - 1616), yakni "ruff". Kerah kaku dari kain putih itu bentuknya serupa piringan besar yang melingkari leher. Ruff sering dibubuh kanji untuk mengekalkan bentuknya. Lambat laun orang berasa pemakaian yang bertumpuk-tumpuk hingga mencapai ketebalan beberapa sentimeter mengakibatkan kerengsaan. Maka kravat pada masa pemerintahan Raja Louis XIV tahun 1660-an. Namun, Kroasia lebih tepat disebut sebagai tanah asal dasi. Bahkan konon kata ini berasal dari nama negara Kroasia dalam bahasa setempat Hrvatska.
Ini sesuai penuturan Francoise Chaile dalam buku La Grande Historie de la Cravate (Flamarion, Paris, 1994). "... Sekitar tahun 1635, sekitar enam ribu prajurit dan ksatria datang ke Paris, yang disewa oleh Louis XIII dan Richelieu. Pakaian tradisional mereka amat menarik. Sehelai sapu tangan diikatkan di leher dengan cara khusus. Sapu tangan itu terbuat dari berbagai kain, dari yang serupa seragam, kapas halus, hingga sutera. Gaya unik ini segera 'menaklukkan Perancis'. Apalagi cara ini lebih praktis ketimbang kerah kaku. Sapu tangan itu cuma diikat, dengan hujung-hujungnya dibiarkan lepas."
Maka disebutlah sapu tangan itu cravat, ertinya "penduduk dari Kroasia".
Sebagaimana aksesori leher pada zaman batu, keindahan cravat dan cara mengikatnya menunjukkan kelas si pemakai. Konon Beau Brummell (1778 - 1840), yang banyak memengaruhi perkembangan mode, perlu waktu berjam-jam untuk mengikat cravat-nya.
Banyak buku teknik mengikat cravat diterbitkan. Salah satunya menampilkan 32 cara, meski kenyataannya ada lebih dari 100 cara yang resmi dikenal saat itu. Begitupun, ada saja orang yang ingin mengekspresikan kepribadian mereka dengan kreasi sendiri.
Selanjutnya muncul adab mengenakan cravat. Seseorang pantang menyentuh cravat orang lain. Kalau sampai terjadi, tindakan itu bisa berakibat fatal, yakni duel.
Bahkan takhayul pun berkembang di seputaran cravat. Konon saat Napoleon Bonaparte mengenakan cravat hitam yang dililitkan dua kali memutari leher, ia selalu menang perang. Celakanya, saat terjun di Waterloo ia memakai cravat putih. Akibatnya? Ia pun "jatuh".
Tahun 1860-an cravat dengan ujung yang panjang mulai menyerupai aksesori leher modern alias dasi. Ketika muncul mode kemeja berkerah, dasi disimpulkan di bawah dagu, ujung panjangnya terjuntai di depan kemeja. Sementara dasi berbentuk kupu-kupu baru populer tahun 1890-an.
Dengan kemajuan teknologi, kini dasi jadi makin beragam warna, desain, dan teksturnya. Alhasil, lebih dari 100 juta dasi menyerbu berbagai gerai dasi setiap tahun.
Pada tahun 2002 penyanyi asal Kanada, Avril Lavigne memopulerkan pemakaian dasi secara casual bagi para remaja wanita.
Rujukan
sunting- ^ "tali leher". Kamus Dewan (ed. ke-4). Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia. 2017. Dicapai pada 26 Januari 2020 – melalui Pusat Rujukan Persuratan Melayu.
- ^ "dasi". Kamus Dewan (ed. ke-4). Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia. 2017. Dicapai pada 26 Januari 2020 – melalui Pusat Rujukan Persuratan Melayu.
- ^ Shellabear, William G. (1916). "necktie". An English–Malay Dictionary. Singapore: Methodist Publishing House. m/s. 341.