Lompat ke isi

Amir Hasan Kiai Bondan

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Potret Amir Hasan Kiai Bondan

Kiai Amir Hasan bin Kiai Bondan Kejawan (lahir di Marabahan, 10 Februari 1882 – tanggal meninggal belum diketahui)[1] adalah pemerhati sejarah dan penulis buku-buku sejarah Kalimantan. Keren

Pendidikan

[sunting | sunting sumber]

Termasuk putera Banjar pertama yang memasuki sekolah Europese Lagere School (ELS) tahun 1893, kemudian melanjutkan ke STOVIA namun tidak tamat.

Pada tahun 1908 ia mendirikan Sarekat Harta. Pada Juli 1919 ia menjadi salah seorang dari 4 orang Bumiputera anggota Gemeente Raad Banjarmasin.[2] Amir Hasan Bondan salah seorang pendiri Seri Budiman (1910) sebuah organisasi lokal beranggotakan para pangreh praja dan pedagang yang bertujuan mempererat hubungan silaturahmi sesama anggotanya, mempropagandakan pentingnya pengajaran dari Barat, persatuan kaum pedagang dan pertanian. Bersama-sama dengan dr. Rusma, Gusti Citra, Kumala Ajaib, Mas Abi dan Abdullah, ia mendirikan organisasi Srie tahun 1923. Organisasi Srie mempunyai Taman Bacaan (Het Leesgezelschap) dan majalah mingguan Malam Djoema’at yang ia pimpin bersama Saleh Bal’ala. Dalam majalah ini para anggota Srie mengadakan rubrik tulisan tersendiri. Haluan dan isi tulisan mereka mula-mulanya bertemakan keagamaan, lambat laun isinya mengarah kepada kebangsaan. Menyambut proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 ia aktif dalam kepengurusan PRI (Pemuda Republik Indonesia) yang diketuai Pangeran Musa Ardi Kesuma.

Dalam menulis sejarah Kesultanan Banjar dia masih sempat mendengar langsung silsilah raja-raja Banjar dari Pangeran Hidayatullah dari tempat pengasingannya di Cianjur. Ia banyak menyumbangkan koleksi sejarah dan budaya Banjar pada Museum Lambung Mangkurat yang terletak di Banjarbaru, Kalimantan Selatan.

Kepenulisan

[sunting | sunting sumber]

Sebagai seorang tokoh pergerakan, budayawan dan wartawan maka Amir Hasan Bondan sering menulis di media cetak. Bukunya berjudul “Suluh Sedjarah Kalimantan” terbitan Fadjar Banjarmasin tahun 1953, merupakan buku yang “wajib” dijadikan rujukan bagi siapa saja yang ingin menulis sejarah dan kebudayaan Banjar. Di antaratulisan Hasan Bondan yang menarik adalah yang pernah terbit di surat kabar Indonesia Merdeka edisi Nomor 99 Tahun ke VII, Sabtu 28 April 1951 berjudul “Pers di Kalimantan”, isinya menceritakan sekilas perkembangan pergerakan tahun 1920-an. Tulisannya itu berasal dari tulisan sebelumnya yang pernah terbit dalam majalah yang ia pimpin yakni majalah Malam Djoema’at tanggal 24 November 1927 dengan judul “Perasaan Bandjar Totok”

Bibliografi

[sunting | sunting sumber]
  1. Suluh Sedjarah Kalimantan, Fadjar, Bandjarmasin, 1953

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Helius Sjamsuddin, Antasari
  2. ^ Saleh, Idwar; SEJARAH DAERAH TEMATIS Zaman Kebangkitan Nasional (1900-1942) di Kalimantan Selatan, Depdikbud, Jakarta, 1986.

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]
  • (Indonesia) [1]