Lompat ke isi

Gunung Pangrango

Koordinat: 6°46′38″S 106°58′52″E / 6.7773°S 106.9810°E / -6.7773; 106.9810
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Gunung Pangrango
ᮌᮥᮔᮥᮀ ᮕᮍᮢᮍᮧ
Sisi tenggara dilihat dari puncak Gunung Gede
Titik tertinggi
Ketinggian3.019
Masuk dalam daftarRibu
Koordinat6°46′38″S 106°58′52″E / 6.7773°S 106.9810°E / -6.7773; 106.9810
Geografi
Gunung Pangrango di Jawa
Gunung Pangrango
Gunung Pangrango
Geologi
Jenis gunungStratovolcano Non Aktif
Busur/sabuk vulkanikBusur Sunda / Sabuk alpida
Pendakian
Pendakian pertama1815 oleh Raffles
Rute termudahCibodas
Litografi tahun 1880-an yang menggambarkan Gunung Pangrango dilihat dari Kebun Raya Bogor

Gunung Pangrango (Aksara Sunda Baku: ᮌᮥᮔᮥᮀ ᮕᮀᮛᮍᮧ) merupakan sebuah gunung berapi tidak aktif yang terdapat di pulau Jawa, Indonesia. Gunung Pangrango mempunyai ketinggian setinggi 3.019 meter di atas permukaan laut. Puncaknya dinamakan Puncak Mandalawangi. Puncak Mandalawangi juga merupakan titik pertemuan batas tiga kabupaten yaitu Kabupaten Bogor, Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Sukabumi.

Gunung Pangrango merupakan gunung tertinggi kedua di Jawa Barat setelah Gunung Ceremai. Gunung Pangrango terletak persis bersebelahan dengan Gunung Gede di sebelah tenggara dan berada dalam kawasan Taman Nasional Gede Pangrango.

Gunung Pangrango mempunyai kawasan hutan Dipterokarp Bukit, hutan dipterokarp atas, hutan montane, dan hutan ericaceous atau hutan gunung.

Gunung Pangrango termasuk salah satu gunung yang berusia muda,[1] dimana pembentukannya terjadi selama perioda Kuarter sekitar 3 juta tahun yang lalu. Gunung ini terbentuk dari proses subduksi pulau Jawa yang berada di atas Lempeng Sunda dengan Samudra Hindia yang merupakan bagian dari Lempeng Indo-Australia. Pada awalnya, Gunung Pangrango merupakan gunung berapi yang aktif.[2] Namun, statusnya telah dinyatakan sebagai gunung berapi yang sudah mati dikarenakan tidak adanya aktivitas vulkanis.[3]

Gunung Pangrango adalah gunung berapi yang terletak di kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Jawa Barat. Gunung Pangrango terhubung langsung dengan Gunung Gede oleh sebuah dataran yang dinamai Kandang Badak.[4] Kandang Badak merupakan sebuah geger gunung yang berbetuk seperti sadel sepeda. Lokasi Kandang Badak berada di ketinggian 2.400 meter di atas permukaan laut.[1] Karena letak Gunung Pangrango yang berdekatan dengan Gunung Gede, nama taman nasionalnya disebut sebagai Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.[5]

Di puncak Gunung Pangrango yang rata terdapat sebuah dataran bernama Alun-Alun Mandalawangi. Luasnya adalah 4,39 hektar. Di Alun-Alun Mandalawangi tidak terdapat kawasan hutan karena tanahnya yang tandus dan sering terbentuk kabut yang dingin. Namun, Alun-Alun Mandalawangi menjadi habitat alami bagi tumbuhan edelweis.[6]

Gunung Pangrango adalah salah satu dari tiga gunung berapi yang tertinggi di Jawa Barat,[4] dimana gunung ini merupakan gunung tertinggi kedua setelah Gunung Ciremai.[7] Ketinggian dari puncak Gunung Pangrango adalah 3.019 meter di atas permukaan laut.[8]  

Bentuk Gunung Pangrango mengerucut hingga ke puncaknya dengan bentuk permukaan yang rata.[1] Gunung Pangrango digolongkan sebagai gunung berapi kerucut karena bentuk kerucutnya hampir sempurna, dimana kerucut puncak gunung ini tumbuh di tepian kaldera dari Gunung Pangrango Purba atau Gunung Limo.[7][9] Lereng Gunung Pangrango sangat curam, sementara punggung gunungnya panjang dengan bagian lembah yang dalam.[10]

Pada siang hari, suhu udara di puncak Gunung Pangrango rata-rata sebesar 10ºC. Sementara pada malam hari suhunya rata-rata sebesar 5ºC. Pada musim kemarau, suhu udara di puncak Gunung Pangrango dapat mencapai rata-rata sebesar 0ºC.[11]

Pendakian

[sunting | sunting sumber]

Puncak Gunung Pangrango dapat dicapai melalui jalur pendakian tercepat yang berbentuk persimpangan di Kandang Badak dari jalur Cibodas.[12] Jarak ke puncak Gunung Pangrango sekitar 4 jam pendakian dari persimpangan Kandang Badak.[12] Jalur lain yang dapat digunakan untuk menuju ke puncak Gunung Pangrango adalah Jalur Gunung Putri (Cipanas) atau Jalur Salabintana (Perbawati), dimana pendaki harus melewati puncak Gunung Gede terlebih dahulu sebelum turun menuju ke Kandang Badak. Puncak Gunung Pangrango cukup sulit untuk didaki karena lerengnya yang terjal dan hampir mendekati posisi tegak atau vertikal.[7] Jalur Salabintana jarang digunakan oleh pendaki karena memerlukan waktu pendakian yang lebih lama dikarenakan jalurnya yang lebih panjang. Selain itu, Jalur Salabintana juga cukup sulit dilewati karena tanahnya lebih berlumpur dan banyak dihuni oleh pacet.[13]

Sejarah letusan

[sunting | sunting sumber]

Pembentukan formasi Qvpo

[sunting | sunting sumber]

Letusan-letusan yang dihasilkan oleh Gunung Pangrango terdiri dari batuan vulkanik kuarter, dimana aktivitas vulkanis Gunung Pangrango berlangsung lebih awal dari Gunung Gede yang saat ini masih aktif. Bebatuan ini menjadi pembentuk formasi Qvpo di kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Formasi Qvpo terbentuk di bagian utara, barat laut dan barat daya dari kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Jenis bebatuannya meliputi endapan tua, lahar, lava, dan basal andesit. Basal andesit yang dihasilkannya mengandung oligoklas dan dibedakan menjadi andesin, labradorit, olivin, piroksen dan horenblenda.[2]

Catatan kaki

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b c Rudianto 2020, hlm. 3.
  2. ^ a b Rudianto 2020, hlm. 10.
  3. ^ Sastha, Harley Bayu (2007). Mountain Climbing for Everybody: Panduan Mendaki Gunung. Jakarta Selatan: Penerbit Hikmah. hlm. 46. ISBN 978-979-114-147-5. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-08-10. Diakses tanggal 2023-06-20. 
  4. ^ a b Rudianto 2020, hlm. 9.
  5. ^ Supriatna, Jatna (2014). Yanwardi, ed. Berwisata Alam di Taman Nasional. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. hlm. 162. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-08-10. Diakses tanggal 2023-06-20. 
  6. ^ Rudianto 2020, hlm. 8.
  7. ^ a b c Hartono, Rudi (2019). Rahmawati, A., dan Purwanti, N., ed. Menyusuri Keindahan Tanah Pasundan. Penerbit Duta. hlm. 39. ISBN 978-602-463-994-5. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-08-10. Diakses tanggal 2023-06-20. 
  8. ^ Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (2018). Wiharisno, J., dan Mahyar, A., ed. "Ayo ke Taman Nasional Gunung Gede Pangrango" (PDF). Sistem Informasi Manajemen Daerah Penyangga Kawasan Konservasi dan Kemitraan Konservasi. hlm. 10. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2022-06-27. Diakses tanggal 2023-06-20. 
  9. ^ Agustin, Fitriani (2019-02-04). "Volkanostratigrafi Inderaan Jauh Kompleks Gunungapi Gede dan Sekitarnya, Jawa Barat, Indonesia". Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral. 20 (1): 9–16. doi:10.33332/jgsm.2019.v.20.1.9-16. 
  10. ^ Sya, A., dan Hotimah, O. (2021). Manajemen Ekowisata. Jakarta Timur: UNJ Press. hlm. 79. ISBN 978-623-7518-54-9. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-08-10. Diakses tanggal 2023-06-20. 
  11. ^ Rudianto 2020, hlm. 11.
  12. ^ a b Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. "Peta Pendakian" (PDF). Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2023-02-02. Diakses tanggal 2023-06-20. 
  13. ^ Ulung, Gagas (2015). Adventure Lovers: 69 Wisata Pacu Adrenalin di Pulau Jawa. Gramedia Pustaka Utama. hlm. 27. ISBN 978-602-031-733-5. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-08-10. Diakses tanggal 2023-06-20. 

Daftar pustaka

[sunting | sunting sumber]

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]