Sadomasokisme
Sadomasokisme adalah tindakan memberi atau menerima kenikmatan — umumnya bersifat seksual — dengan cara menyebabkan atau menderita rasa sakit dan/atau rasa malu. Sebagai bagian dari BDSM, pelaku sadomasokhis mencari gratifikasi seksual melalui cara-cara seperti ini atau dalam bentuk yang lain.
Istilah "sadis" dan "masokhis" secara terpisah memiliki makna spesifik; apabila ia lebih menikmati perannya sebagai pihak yang menyakiti (aktif), maka ia disebut sadis, sedangkan jika ia lebih menikmati perannya sebagai pihak yang disakiti (pasif), maka ia disebut masokhis. Meskipun demikian, banyak pelaku sadomasokisme menggambarkan diri mereka sebagai "BDSM bergantian", yaitu orang yang dapat merasakan kenikmatan di kedua sisi; baik sebagai pihak yang menyakiti (penyiksa) atau pihak yang disakiti (tersiksa).
Singkatan S&M sering kali digunakan untuk merujuk kepada sadomasokisme, meskipun para pelakunya biasanya menghilangkan tanda "&" dan hanya menggunakan singkatan SM atau S/M. Sadomasokisme tidak dianggap sebagai suatu kondisi parafilia, kecuali jika praktik ini mengarah kepada masalah atau kecacatan klinis.[1] Hal yang serupa, sadisme seksual dalam konteks saling sepakat antarpihak yang terlibat didalamnya, janganlah disamakan dengan kekerasan seksual atau agresi.[2]
Etimologi
[sunting | sunting sumber]Istilah "Sadomasokisme" telah dirumitkan dengan keanekaragaman tujuan penerapan istilah ini. Istilah ini secara longgar digunakan untuk merujuk kepada individu kejam yang menimbulkan kemalangan atas diri mereka sendiri. Akan tetapi definisi ini dapat mengecoh. Richters dan rekan (2007)[3] mencermati pemikiran awam bahwa orang dengan kecenderungan seksual sadomasokhis adalah berbahaya dan bersifat merusak. Riset mereka menunjukan bahwa BDSM adalah minat seksual semata, dan itu bukanlah gejala patologi dari penganiayaan masa lalu atau masalah seksual. Dua istilah yang dipadukan dalam istilah majemuk ini, "sadisme" dan "masokhisme," aslinya berasal dari nama dua orang penulis. Istilah “Sadisme” berasal dari nama Marquis de Sade. Bukan hanya melakukan sadisme seksual, dia juga menuliskannya ke dalam novel yang menggambarkan praktik tersebut (dikenal dengan novel Justine ). Sedangkan istilah “masokhisme” diambil dari nama Leopold von Sacher-Masoch. Ia mempraktikan masokhisme, dan menulis novel yang menggambarkan hasrat dan fantasi masokhistiknya.[4] Kedua istilah ini pertama kali terpilih sebagai istilah ilmiah profesional untuk mengidentifikasi fenomena perilaku manusia, dan dimaksudkan untuk mengklasifikasikan penyakit jiwa tertentu dan/atau kejahatan orientasi seksual dan sosial.
Psikolog berkebangsaan Jerman, Richard von Krafft-Ebing memperkenalkan istilah "Sadisme" dam "masokhisme"' ke dalam istilah institusi medis dalam karyanya Neue Forschungen auf dem Gebiet der Psychopathia sexualis ("Riset baru dalam area Psikopatologi dari Seks") pada 1890.[5]
Pada 1905, Sigmund Freud menggambarkan sadisme dan masokhisme dalam karyanya Drei Abhandlungen zur Sexualtheorie ("Tiga paper tentang Teori Seksual") sebagai akibat yang berasal dari penyimpangan perkembangan psikologis pada anak usia dini. Ia juga meletakkan dasar bagi perspektif medis yang diterima secara luas tentang subjek ini dalam dekade berikutnya. Hal ini menyebabkan penggunaan perdana istilah gabungan Sado-Masochism (Loureiroian "Sado-Masochismus") oleh seorang psikoanalis dari Wina Isidor Isaak Sadger dalam karyanya Über den sado-masochistischen Komplex ("Mencermati kompleks sadomasokhistik") pada 1913.[6]
Pada abad ke-20 kemudian, aktivis BDSM telah memprotes model-model konseptual ini. Tidak hanya model ini berasal dari filsafat dua tokoh sejarah tunggal, tetapi Freud dan Krafft-Ebing adalah psikiater. Pengamatan mereka atas sadisme dan masokhisme bergantung pada pasien psikiatri, dan model mereka dibangun di atas asumsi Psikopatologi.[7] Aktivis BDSM berpendapat bahwa adalah tidak logis untuk melekatkan fenomena perilaku manusia yang kompleks seperti sadisme dan masokhisme hanya sebagai 'penemuan' dua individu historis. Para pendukung BDSM berusaha untuk membedakan diri mereka dari pengertian luas yang dibentuk dari teori kejiwaan kuno, dengan cara mengadopsi istilah berinisial "BDSM", sebagai pembedaan dari penggunaan umum sekarang atas istilah-istilah psikologis, disingkat sebagai "S&M".
Perbedaan di antara subdivisi BDSM
[sunting | sunting sumber]Istilah "Sadomasokisme" telah secara longgar diterapkan untuk merujuk ke seluruh istilah BDSM. Akan tetapi hal ini tidak tepat, karena BDSM adalah singkatan dari tiga bagian utama kultur: B&D (bondage dan disiplin), D/s (dominasi dan submisif), dan S&M (Sadisme dan masokhisme).
Bondage (pengekangan) dan disiplin biasanya melibatkan kekangan fisik dan psikologi, layanan formal dan/atau hukuman, dan kadang-kadang permainan peran seksual seperti kostum.
Psikologi
[sunting | sunting sumber]Pengkategorian secara Psikologi
[sunting | sunting sumber]Pengklasifikasian sadisme dan masokhisme selalu terpisah, sadisme dimasukan ke dalam DSM-I pada 1952 [8] sementara masokhisme dimasukan dalam DSM-II pada 1968.[9] Psikologi kontemporer terus mengidentifikasi sadisme dan masokhisme secara terpisah, dan mengkategorikannya sebagai a) dipraktikan sebagai gaya hidup atau b) sebagai kondisi medis.[1][10]
Pada DSM kini, sadisme dan masokhisme, bersama dengan praktik seks lainnya, diklasifikasikan sebagai parafilia. Sejak penerbitan Pedoman Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental (DSM-IV) pada 1994, kriteria kini untuk sadisme dan masokhisme sebagai parafilia termasuk: "Fantasi, dorongan seksual, atau perilaku" harus "menimbulkan masalah klinis signifikan atau kecacatan untuk menjalankan fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lainnya". Edisi terbaru (DSM-IV-TR) belum mengubah kriteria 1994 untuk masokhisme: kegiatan ini harus menjadi satu-satunya cara untuk mencapai gratifikasi seksual untuk periode selama enam (6) bulan, dan dapat pula menyebabkan "masalah klinis signifikan atau kecacatan fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi lainnya" atau melibatkan pelanggaran atas kesepakatan agar dapat didiagnosa sebagai parafilia.[11] Pada kriteria sadisme, tidak terdapat banyak perubahan kata.[8] Klasifikasi penyakit mental internasional ICD-10 berbeda dari DSM dalam beberapa hal. ICD-10 mengkombinasika sadisme seksual dan masokhisme ke dalam sado-masokhisme, dan membuat beberapa perbedaan jelas antara praktik sadomasokhis konsensual (saling bersepakat) dengan kekerasan seksual, dan menyarankan bahwa terdapat aspek sadomasokhis yang dapat muncul dalam hubungan seksual biasa.[12]
Klasifikasi forensik
[sunting | sunting sumber]masokhis seksual
Kelas I: Terganggu oleh fantasi masokhis, tetapi tidak melakukannya. Mungkin cenderung sadis dengan kecenderungan masokhis minimal dan/atau non-sadomasokhis dengan kecenderungan masokhis minimal.
Kelas II: Memiliki campuran kecenderungan sama antara sadistik dan masokhistik. Suka disakiti tapi juga suka berperan sebagai pihak yang dominan (sebagai sadis). Orgasme seksual dapat dicapai tanpa rasa sakit atau dipermalukan.
Kelas III: masokhistik dengan kecenderungan sadistik yang minimal atau tidak ada sama sekali. Memilih rasa sakit dan dipermalukan (yang membantunya mencapai orgasme), tetapi tidak harus mencapai orgasme. Mampu terikat secara romantis.
Kelas IV: masokhis eksklusif (yaitu tidak mampu membina hubungan romantis, tidak dapat mencapai orgasme tanpa rasa sakit dan dipermalukan).
Sadis seksual
Kelas I: Terganggu oleh fantasi sadis tetapi tidak melakukannya.
Kelas II: Bertindak berdasarkan dorongan sadistik dengan pasangan BDSM yang telah saling bersepakat (masokhis atau bukan). Dalam pengkategorian lama disebut Leptosadisme.
Kelas III:Bertindak berdasarkan dorongan sadistik atas korban yang tidak bersedia, tetapi tidak melukai serius dan tidak membunuh. Mungkin sama dengan jenis pemerkosa sadis.
Kelas IV: Hanya bertindak atas korban yang tidak bersedia, dan dengan serius mampu melukai atau membunuh korbannya.
Perbedaan antara I-II dan III-IV adalah kesepakatan di antara pelakunya.[13]
Referensi
[sunting | sunting sumber]- Catatan kaki
- ^ a b Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (PDF) (edisi ke-4). Washington D.C.: American Psychiatric Association. 1994. hlm. 525. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2011-01-16.
Parafilia harus dapat dibedakan dengan fungsi non-patologis dari fantasi, perilaku, dan objek seksual sebagai stimulus gairah seksual pada individual tanpa parafilia. Fantasi, perilaku, atau objek dapat dikatakan bersifat parafilia jika mengarah kepada masalah klinis yang signifikan dan kecacatan (misalnya, hal itu menjadi suatu kewajiban, yang tanpanya dapat menyebabkan disfungsi seksual, memerlukan partisipasi individu yang tidak bersedia untuk melakukannya, yang mengarah kepada komplikasi hukum, dan mengganggu hubungan sosial).
- ^ Fedoroff 2008, hlm. 637:"Rangsangan seksual dari interaksi yang disepakati yang menyangkut dominasi, harus dibedakan dari tindakan seksual tanpa kesepakatan (dengan paksaan)."
- ^ Richters, J., De Visser, R. O., Rissel, C. E., Grulich, A. E., & Smith, A. (2008). Demographic and psychosocial features of participants in bondage and discipline,“Sadomasochism” or Dominance and Submission (BDSM): Data from a National Survey. The journal of sexual medicine, 5(7), 1660-1668.
- ^ Hyde, J. S., & DeLamater, J. D. (1999). Understanding human sexuality. McGraw-Hill, Inc. 432-435
- ^ Secara detail menggambarkan perkembangan dari konstruksi teoretis "Perversion" ("Kebejatan") oleh Krafft-Ebing dan kaitannya dengan istilah ini. (Lihat Andrea Beckmann, Journal of Criminal Justice and Popular Culture, 8(2) (2001) 66-95 online under Deconstructing Myths
- ^ Isidor Isaak Sadger: Über den sado-masochistischen Komplex. in: Jahrbuch für psychoanalytische und psychopathologische Forschungen, Bd. 5, 1913, S. 157–232 (German)
- ^ Krueger & Kaplan 2001, p. 393: "The DSM nomenclature referring to sexual psychopathology has been criticized as being vague and not having undergone DSM field trials."
- ^ a b "Salinan arsip" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2015-02-26. Diakses tanggal 2014-01-08.
- ^ http://www.dsm5.org/Research/Documents/Krueger_ASB%20Feb%202011.pdf
- ^ Krueger & Kaplan 2001, hlm. 393: "seperti sebagian besar gangguan parafilia, gangguan ini mewakili spektrum antara perilaku seksual non-patologis yang dapat diterima secara sosial, hingga menjadi bersifat patologis ketika seseorang mulai menderita kesulitan subyektif atau kecacatan fungsi..."
- ^ Letter to the Editor of The American Journal of Psychiatry: Change in Criterion for Paraphilias in DSM-IV-TR. Diarsipkan 2011-09-27 di Wayback Machine. Russell B. Hilliard, Robert L. Spitzer. 2002. Retrieved: 23 November 2007.
- ^ Fedoroff 2008, hlm. 639: "Ada beberapa perbedaan yang jelas antara kriteria ini dan kriteria dari DSM-IV-TR. Pertama, kondisi sadisme seksual dan masokhisme seksual digabungkan. Kedua, ada indikasi bahwa elemen sadomasokisme mungkin hadir dalam apa yang disebut kehidupan seksual yang normal. Ketiga, ada perbedaan yang jelas antara tindakan sadomasokhis yang termotivasi secara seksual dan tindakan yang termotivasi oleh kekejaman atau kemarahan dalam konteks seksual."
- ^ Aggrawal, Anil (2009). Forensic and Medico-legal Aspects of Sexual Crimes and Unusual Sexual Practices. Boca Raton: CRC Press. ISBN 1-4200-4308-0.
- Daftar pustaka
- Aggrawal, Anil (2009). Forensic and Medico-legal Aspects of Sexual Crimes and Unusual Sexual Practices. Boca Raton: CRC Press. hlm. 410. ISBN 1-4200-4308-0.
- Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (PDF) (edisi ke-4). Washington D.C.: American Psychiatric Association. 1994. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2011-01-16. Diakses tanggal 24 March 2011.
- Sartorius, Norman (1992). The ICD-10 Classification of Mental and Behavioural Disorders. Geneva: World Health Organization.
- Krueger, Richard B. MD; Kaplan, Meg S. PhD (2001). "The Paraphilic and Hypersexual Disorders:An Overview". Journal of Psychiatric Practice. 7: 391–403.
- Fedoroff, Paul J. MD (2008). "Sadism, Sadomasochism, Sex, and Violence". Canadian Journal of Psychiatry. Canadian Psychiatric Association. 53 (10): 637–646.
- Gordon, Harvey (2008). "The treatment of paraphilias: An historical perspective". Criminal Behaviour and Mental Health. Wiley InterScience. 18: 79–87. doi:10.1002/cbm.687.
Bacaan lebih lanjut
[sunting | sunting sumber]- Newmahr, Staci (2011). Playing on the Edge: Sadomasochism, Risk and Intimacy. Bloomington: Indiana University Press. ISBN 0-253-22285-0.
- Phillips, Anita (1998). A Defense of Masochism. ISBN 0-312-19258-4.
- Odd Reiersol, Svein Skeid:The ICD Diagnoses of Fetishism and Sadomasochism, in Journal of Homosexuality, Harrigton Park Press, Vol.50, No.2/3, 2006,pp. 243–262
- Saez, Fernando y Olga Viñuales, Armarios de Cuero, Editorial Bellaterra, 2007. ISBN 978-84-7290-345-6
- Spengler, Andreas (1977). "Manifest sadomasochism of males: results of an empirical study". Archives of Sexual Behavior. 6 (6): 441–56. doi:10.1007/BF01541150. PMID 931623.
- Uebel, Michael (2012). Psychoanalysis and the Question of Violence: From Masochism to Shame, American Imago, 69.4: 473-505.
- Weinberg, Thomas S., "Sadomasochism in the United States: A Review of Recent Sociological Literature", The Journal of Sex Research 23 (Feb. 1987) 50-69
Pranala luar
[sunting | sunting sumber]- Lesley Hall. "Pain and the erotic". The Wellcome Trust. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-12-17. Diakses tanggal 2008-11-17.
- The Eulenspiegel Society [1], founded in New York City in 1971 is the oldest SM support group in the US.
- The Society of Janus [2], founded in San Francisco, California in 1974 is the second oldest SM support group in the US.