Sosial ekonomi
Artikel ini merupakan artikel yang dikerjakan oleh Peserta Kompetisi Menulis Bebaskan Pengetahuan 2014 yakni BP39Candra (bicara). Untuk sementara waktu (hingga {{{2}}}), guna menghindari konflik penyuntingan, dimohon jangan melakukan penyuntingan selama pesan ini ditampilkan selain oleh Peserta dan Panitia. Peserta kompetisi harap menghapus tag ini jika artikel telah selesai ditulis atau dapat dihapus siapa saja jika kompetisi telah berakhir. Halaman ini terakhir disunting oleh BP39Candra (Kontrib • Log) 3893 hari 917 menit lalu. |
Sosial ekonomi dalam pembahasannya sosial dan ekonomi sering menjadi objek pembahasan yang berbeda.[1] Dalam konsep sosiologi manusia sering disebut dengan makhluk sosial yang artinya manusia tidak dapat hidup wajar tanpa adanya bantuan dari orang lain, sehingga arti sosial sering diartikan sebagai hal yang berkanaan dengan masyarakat.[1]Ekonomi barasal dari bahasa Yunani yaitu oikos yang berarti keluarga atau rumah tangga dan nomos yang berarti peraturan.[2] Dalam kamus besar bahasa indonesia ekonomi berarti ilmu-ilmu yang mengenai asas produksi, distribusi dan pemakaian barang.[2] Jika dilihat dari pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa sosial ekonomi adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat dan kebutuhan tersebut berkaitan dengan penghasilan.[2]
Faktor Yang Menentukan Sosial Ekonomi Masyarakat
Ada beberapa faktor yang dapat menentukan tinggi rendahnya keadaan sosial ekonomi seseorang dalam masyarakat yaitu :[3] [4] [2] [5]
- Tingkat pendidikan.
- Jenis pekerjaan.
- Tingkat pendapatan.
- Tempat tinggal.
- Kepemilikan kekayaan.
- Jabatan dalam Organisasi.
- Aktivitas ekonomi
Kondisi Sosial Ekonomi Indonesia
Dilihat sejak masa kolonial, pendidikan dianggap sebagai faktor penting untuk meningkatkan kesejahteraan bangsa.[3] Masyarakat indonesia yang biasa dikenal dengan pendududuk pribumi pada masa kolonial mendapat kesempatan untuk menyekolahkan anak-anaknya, meskipun masih banyak keterbatasan karena adanya pembedaan perlakuan dalam masyarakat, adanya perbedaan jenjang pendidikan pada masa kolonial pada umumnya membuat peluang masyarakat untuk memperoleh pekerjaan lebih sedikit sehingga berdampak pada pandapatan yang mempengaruhi kesejahteraan.[3]
Struktur Sosial Ekonomi Pemerintahan Hindia Belanda
- Terdapat pembedaan perlakuan dalam fasilitas pendidikan
- Masyarakat pribumi memperoleh fasilitas berbeda dengan kelompok timur asing cina, india, dan arab, apalagi dengan kelompok eropa
- Perbaikan dilalui melalui politik etis
- Terdapat kesenjangan ekonomi antara masyarakat pribumi dan non pribumi
- Dualisme perekonomian yaitu adanya dua sistem ekonomi yang berbeda dan berdampingan kuat yaitu antara sistem ekonomi tradisonal dan modern
- Perbedaan ekologi : Inner indonesia >< outer island
- Hubungan dengan negara maju: berhubungan dekat dan belum berhubungan.
Dalam perkembangannya kegiatan ekonomi lebih berkembang di pulau Jawa dan sedikit di pulau lainya seperti Sumatra dan Kalimantan.[3] Pembangunan regional di Indonesia pada tahun 1960-an digambarkan sebagai pembagunan sosial ekonomi yang dramatis. .[3] Sementara itu terlihat jelas terdapat kesenjangan ekonomi yang serius antar wilayah, dengan ditandai tidak meratanya pembangunan antara wilayah Jawa dan diluar pulau Jawa.[3]
Struktur Sosial Ekonomi Era Orde baru
- Kabinet Ampera.[3]
- Program pembangunan dilaksanakan sistematis melalui rencana pembangunan lima tahun
- Dibidang pendidikan jumlah anak yang dapat bersekolah terus meningkat walaupun tidak semua penduduk mendapatkannya karena kurang meratanya pendidikan bedasarkan wilayah atau pun tingkat ekonomi.
- Dibidang ekonomi pemerintah lebih memperhatikan pembangunan didaerah-daerah dengan ditandai dipegangnya kepemimpinan tunggal di daerah oleh gubernur
- Adanya dominasi kegiatan ekonomi di pulau jawa dan lebih sedikit dipulai lain.
Dari awal kemerdekaan sampai era reformasi kesenjangan antar provinsi masih terlihat dalam hal ini diukur dari tingkat harapan hidup, tingkat pendidikan, pembangunan serta pendapatan.[3] Dalam hal pembangunan sosial ekonomi yang tidak merata menyebabkan tingkat kemiskinan yang masih tinggi khususnya di Indonesia.[4]
Referensi
- ^ a b Waluya, Bagja (2007). Sosiologi. Bandung: PT Setia Purna Inves. hlm. 85-86.
- ^ a b c d T.Gilarso.2004.Pengatar Ilmu Ekonomi Makro. Yogyakarta:Kanisius.42-47
- ^ a b c d e f g h Paulus Wirutomo.2012.Sistem Sosial Indonesia.Jakarta:Universitas Indonesia.60-65
- ^ a b Muhammad Ali.2009.Pendidikan Untuk Pembangunan Nasional.Jakarta:Grasindo .83
- ^ Abdulsyani.1994.Sosiologi Skematika.Jakarta:Bumi Aksara .48