Lompat ke isi

Pulau Sibandang

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 30 November 2024 10.53 oleh Veracious (bicara | kontrib) (top)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)
Pulau Sibandang
Geografi
LokasiAsia Tenggara
Koordinat2°21′44.64″N 98°53′48.12″E / 2.3624000°N 98.8967000°E / 2.3624000; 98.8967000
Pemerintahan
NegaraIndonesia
ProvinsiSumatera Utara
Peta

Pulau Sibandang (dikenal juga sebagai Pulau Pardopur atau Pulau Pardepur)[butuh rujukan] adalah salah satu pulau alami di kawasan Danau Toba.[1][2] Pulau ini berada di Muara, Tapanuli Utara, Sumatera Utara. Merupakan pulau terbesar kedua di kawasan Danau Toba setelah Pulau Samosir. Luasnya mencapai 461 hektare, dengan ketinggian sekitar 910 meter di atas permukaan laut.[1]

Demografi

[sunting | sunting sumber]

Pulau ini dihuni empat marga,[3] yaitu marga Ompusunggu, Rajagukguk, Simaremare, dan Siregar dengan jumlah penduduk keseluruhan sebesar 1.200 jiwa[4] dengan kepadatan sekitar 276 orang per kilometer persegi[5]. Terdapat tiga desa yang ada di pulau ini, yaitu Desa Sibandang, Desa Papande dan Desa Sampuran.[2]

Empat marga tersebut disimbolkan dengan adanya Pohon Hariara yang tumbuh di Desa Sibandang sebagai pendiri Sibandang. Pulau Sibandang juga merupakan salah satu dari 16 geosite yang ada di Geopark Kaldera Toba. Sejumlah hal yang bisa dinikmati di sana, nuansa pedesaan tradisional dan unsur-unsur geopark.[butuh rujukan]

Pulau Sibandang
Tabel iklim (penjelasan)
JFMAMJJASOND
 
 
183
 
21
16
 
 
193
 
23
17
 
 
190
 
23
16
 
 
279
 
20
14
 
 
217
 
22
17
 
 
102
 
17
17
 
 
126
 
21
18
 
 
190
 
22
15
 
 
230
 
19
13
 
 
274
 
20
18
 
 
375
 
20
15
 
 
314
 
18
17
Suhu rata-rata maks. dan min. dalam °C
Total presipitasi dalam mm
Sumber: [6]

Suhu rata-rata di pulai ini adalah 18°C. Bulan terpanas adalah pada Februari (20°C), dan terdingin pada September (16°C).[5] Rata-rata curah hujan di pulau ini adalah 2.674 milimeter per tahun. Bulan terbasah adalah November dengan curah hujan 375 milimeter, dan terkering pada Juni dengan curah hujan 102 milimeter.[7]

Flora dan fauna

[sunting | sunting sumber]

Hasil perkebunan menunjang produksi pertanian di kawasan ini. Khususnya komoditas mangga udang, yaitu mangga khas Pulau Sibandang. Komoditas mangga dapat menjadi daya tarik agrowisata melalui beberapa olahan kuliner yang diproduksi masyarakat setempat, seperti dodol mangga dan selai mangga. Selain mangga, terdapat pula hasil kebun lainnya, seperti alpukat, kopi, jagung, kakao, kacang tanah, bawang merah, dan ubi-ubian. Mayoritas penduduk bekerja sebagai petani. Sektor ekonomi lainnya, yaitu berasal dari hasil tangkapan ikan air tawar, seperti ikan mas, mujair, dan pora-pora.[butuh rujukan]

Beberapa ritual adat yang masih dilakukan di Pulau Sibandang, seperti Gombura berupa ritual meminta hujan pada musim hujan. Lumban Pasir, yaitu ritual memuja, dan Situnggung berupa ritual berdoa sambil memainkan ogung atau alat musik berbentuk gong sekaligus alat komunikasi yang digunakan masyarakat Batak. Selain ritual, terdapat juga kesenian sakral seperti Hoda-hoda, sejenis kuda lumping. Kemudian, ada Tarian Tor-tor, dan kerajinan yang berkembang, yaitu menenun ulos tradisional di Desa Papande. Bisa dilihat langsung mulai dari proses pembuatan tali, motif hingga pengerjaan. Jenis ulos yang paling terkenal dari Sibandang adalah Ulos Harungguan. Kegiatan menarik lainnya yang bisa dilakukan dan disaksikan di Pulau Sibandang adalah memancing ikan di tengah danau. Sebagian besar masyarakat di sini juga bermata pencaharian sebagai nelayan. Desa ini juga memiliki situs peninggalan sejarah berupa rumah kepala nagari yang telah berdiri selama ratusan tahun, sejak zaman kolonial Belanda. Ada juga rumah adat Rajagukguk yang kini dijadikan sebagai tempat wisata. Rumah ini merupakan raja pertama di Sibandang yang sudah berusia kurang lebih 300 tahun. Puncak Bukit Sibandang juga termasuk spot yang banyak dikunjungi wisatawan karena keunikannya. Dari sini kita bisa menikmati sisi tengah Danau Toba. Di desa ini bisa dilihat pula makam Raja Sorta Uluan yang dikenal sebagai Raja Sibandang. Ada lagi situs partungkoan, yakni merupakan kursi batu tempat raja-raja dahulu melakukan rapat atau musyawarah.[butuh rujukan]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b "Pulau Sibandang: Kepingan Surga di Tengah Danau Toba". kumparan. Diakses tanggal 2024-08-13. 
  2. ^ a b antaranews.com (2024-06-04). "Pemprov: Pulo Sibandang berpotensi jadi wisata unggulan di Danau Toba". Antara News. Diakses tanggal 2024-08-13. 
  3. ^ "Berkunjung ke Pulau Sibandang, Pulau Terbesar Kedua di Danau Toba yang Punya Hasil Bumi Melimpah". merdeka.com. Diakses tanggal 2024-08-13. 
  4. ^ "Eksotisme Pulau Sibandang di Kawasan Danau Toba yang Dapat Penghargaan dan Menparekraf". Tribun-medan.com. Diakses tanggal 2024-08-13. 
  5. ^ a b "NASA Earth Observations: Population Density". NASA/SEDAC. Diakses tanggal 30 Enero 2016. 
  6. ^ "NASA Earth Observations Data Set Index". NASA. Diakses tanggal 30 Enero 2016. 
  7. ^ "NASA Earth Observations: Rainfall (1 month - TRMM)". NASA/Tropical Rainfall Monitoring Mission. Diakses tanggal 30 Enero 2016.