Sejarah Roma
Sejarah Roma mencakup sejarah kota Roma maupun sejarah peradaban bangsa Romawi Kuno. Sejarah bangsa Romawi telah memengaruhi dunia modern, teristimewa dalam perjalanan sejarah Gereja Katolik, sementara tatanan hukum bangsa Romawi telah memengaruhi banyak tatanan hukum modern. Sejarah Roma dapat dibagi menjadi beberapa babak sebagai berikut:
- Zaman Prasejarah dan Sejarah Perdana Roma, mencakup sejarah masyarakat yang mula-mula bermukim di kota Roma dan legenda pendirian kota Roma oleh Romulus.
- Zaman Daulat Etruski dan Daulat Raja-Raja, mencakup anggapan turun-temurun bahwa Romulus adalah raja pertama di antara ketujuh orang raja yang silih berganti memerintah negara kota Roma.
- Zaman Republik Roma, bermula pada tahun 509 SM, ketika daulat raja-raja diganti dengan pemerintahan yang diselenggarakan oleh para magistratus pilihan rakyat. Zaman ini ditengarai oleh perluasan wilayah kedaulatan negara kota Roma secara besar-besaran. Pada abad ke-5 SM, negara kota Roma berdaulat atas daerah Latium. Sebagai hasil dari perang-perang Punik yang berlangsung dari tahun 264 sampai 146 SM, negara kota Roma berdaulat atas kawasan barat Laut Tengah, menggeser posisi Kartago selaku negara adidaya di kawasan itu.
- Zaman Kekaisaran Roma menyusuli zaman Republik Roma, yang mulai mendekati akhirnya ketika Yulius Kaisar berkuasa, dan benar-benar berakhir sesudah Oktavianus, anak angkat Yulius Kaisar, mengalahkan Markus Antonius dalam suatu perang saudara pada tahun 27 SM.
- Kekaisaran Romawi Barat runtuh pada tahun 476 M, sesudah kota Roma jatuh ke tangan bangsa Ostrogoth. Kekuatannya pudar, dan akhirnya menjadi bagian dari wilayah kedaulatan Kekaisaran Romawi Timur dengan status Praja Kadipaten Roma dari abad ke-6 sampai abad ke-8. Pada kurun waktu ini, luas kota Roma menyusut sampai tinggal sekerat saja dari luasnya yang semula, akibat berulang kali diserbu dan dijarah pada abad ke-5 dan ke-6, bahkan sempat tidak berpenghuni sama sekali.[1]
- Abad Pertengahan Roma, ditengarai oleh keretakan hubungan dengan Konstantinopel dan pembentukan Negara Gereja. Lembaga kepausan berjuang mempertahankan kewibawaannya manakala Kekaisaran Romawi Suci mulai kukuh bertapak, dan populasi kota Roma merosot sampai tersisa 30.000 jiwa saja pada masa saeculum obscurum. Pamor lembaga kepausan kembali terangkat pada Puncak Abad Pertengahan sesudah Skisma Akbar dan Kontroversi Investitur, tetapi kota Roma terdepak dari pentas dunia dan populasinya merosot sampai kurang dari 20.000 jiwa ketika lembaga kepausan hijrah ke Avignon dan skisma menggerogoti kesatuan Gereja Barat. Ketersingkiran kota Roma dari pentas dunia pada Abad Pertengahan, yang ditengarai oleh ketiadaan kegiatan pembangunan, justu berdampak positif terhadap kelestarian sisa-sisa petilasan-petilasan penting peninggalan Romawi Kuno di kawasan pusat kota itu, beberapa diantaranya memang ditelantarkan tetapi selebihnya terus dimanfaatkan.
- Renaisans Roma, terjadi pada abad ke-15, ketika Roma menggeser posisi Firenze sebagai kiblat kesenian dan kebudayaan, kendati berakhir secara mendadak tatkala Roma dijarah habis-habisan pada tahun 1527> Meskipun demikian, lembaga kepausan kembali tampil mengemuka lewat ikhtiar Kontra Reformasi, dan kota Roma terus tumbuh berkembang sampai memasuki awal zaman modern. Roma dianeksasi Napoleon dan menjadi bagian dari wilayah kedaulatan Kekaisaran Prancis Pertama dari tahun 1798 sampai 1814.
- Zaman Modern Roma, dari abad ke-19 sampai sekarang. Roma kembali terkepung ketika tentara Sekutu menginvasi Italia, beberapa kali dibombardir, dan dinyatakan sebagai kota terbuka pada tanggal 14 Agustus 1943. Roma menjadi ibu kota negara Republik Italia yang didirikan pada tahun 1946. Dengan populasi seramai 4,4 juta jiwa (per tahun 2015; 2,9 juta jiwa di dalam batas wilayah kota), Roma merupakan kota terbesar di Italia. Roma terbilang sebagai salah satu kawasan perkotaan terbesar di Uni Eropa dan salah satu kota dunia.
Roma Kuno
Untuk informasi lebih lanjut dan sejarah Roma sebagai suatu peradaban, baca artikel Romawi Kuno.
Lini masa Roma | |
---|---|
Kerajaan Romawi dan Republik Romawi | |
753 SM | Menurut legenda, Romulus mendirikan kota Roma. |
753–509 SM | Pemerintahan ketujuh Raja Roma. |
509 SM | Pembentukan negara Republik Roma. |
390 SM | Bangsa Galia menyerbu Roma. Kota Roma dijarah habis-habisan. |
264–146 SM | Perang-perang Punik. |
146–44 SM | Perang Mitra dan Perang Saudara. Marius, Sula, Pompeyus, dan Yulius Kaisar tampil mengemuka. |
44 SM | Yulius Kaisar tewas terbunuh. |
Sejarah Perdana
Berdasarkan bukti arkeologis, kawasan kota Roma sudah diperkirakan sudah didiami manusia selambat-lambatnya sejak 5.000 tahun silam, tetapi lapisan padat puing-puing yang jauh lebih muda umurnya mengaburkan keberadaan situs-situs zaman Batu Tua dan Batu Muda.[2] Bukti arkeologis tersebut mengisyaratkan bahwa cikal bakal terbentuknya kota Roma pada masa purba juga sudah dikaburkan oleh legenda pendirian kota Roma yang melibatkan tokoh Romulus dan Remus.
Menurut tradisi, kota Roma didirikan pada tanggal 21 April 753 SM, mengacu kepada keterangan Marcus Terentius Varro,[3] dan kira-kira sejak saat itu kota Roma maupun daerah Latium terus-menerus didiami manusia nyaris tanpa jeda. Usaha-usaha ekskavasi pada tahun 2014 telah menyingkap keberadaan sebuah tembok yang dibangun jauh sebelum tahun 753 SM. Para arkeolog menemukan sebuah tembok batu dan pecahan tembikar yang dipertanggal abad ke-9 SM dan permulaan abad ke-8 SM. Selain itu terdapat pula bukti kedatangan manusia ke bukit Palatin seawal-awalnya pada abad ke-10 SM.[4][5]
Situs Area Sant'Omobono sangat penting artinya bagi usaha memahami tiga proses yang saling terkait, yakni monumentalisasi, urbanisasi, dan pembentukan negara di Roma menjelang akhir zaman Purba. Situs kuil Sant'Omobono dipertanggal abad ke-7 sampai ke–6 SM, sehingga menjadikannya reruntuhan kuil tertua di Roma yang sudah diketahui saat ini.[6]
Legenda asal mula kota Roma
Asal mula nama kota Roma diduga berasal dari nama Romulus, tokoh legendaris yang dipercaya sebagai pendiri sekaligus raja pertamanya.[7] Konon Romulus dan saudara kembarnya, Remus, putra-putra Dewa Mars dan masih terhitung keturunan Aeneas, pahlawan Troya, disusui seekor serigala betina sesudah ditelantarkan, dan sesudah dewasa berikhtiar mendirikan sebuah kota. Keduanya bertengkar, Romulus membunuh Remus, kemudian menamai kota baru itu menurut namanya sendiri. Sesudah mendirikan dan menamai kotanya sebagaimana dikisahkan dalam legenda tersebut, Romulus tanpa pandang bulu menyambut siapa saja, segala macam orang dari semua lapisan masyarakat, baik budak maupun orang merdeka, untuk menjadi warga negara kota Roma.[8] Agar rakyatnya dapat membina rumah tangga, Romulus mengundang suku-suku tetangga menghadiri sebuah perayaan yang diselenggarakan di Roma, kemudian melarikan anak-anak gadis mereka (dikenal sebagai peristiwa penculikan perempuan-perempuan Sabini). Seusai perang melawan orang Sabini, Romulus berbagi takhta dengan Titus Tatius, raja orang Sabini.[9] Romulus memilih 100 orang dari antara warga Roma yang paling berbudi untuk membentuk senatus (majelis tua-tua), dewan penasihat raja. Seratus tetua tersebut ia sapa dengan panggilan pater (bapa), dan keturunan merekalah yang kemudian hari dihormati sebagai patricius (bangsawan). Ia membentuk tiga centuria (pasukan seratus) eques (prajurit berkuda), yakni Ramni (artinya orang Romawi), Titii (menurut nama raja orang Sabini), dan Luceri (orang Etruski). Ia juga membagi rakyatnya menjadi tiga puluh curia (majelis). Nama tiap-tiap curia diambil dari nama tiga puluh perempuan Sabini yang berjasa melerai dan mengakhiri peperangan antara Romulus dan Tatius. Tiga puluh curia tersebut menjadi satuan-satuan pengambil keputusan melalui pemungutan suara di dalam comitia curiata (sidang majelis).[10]
Berbagai usaha sudah dilakukan untuk mencari akar kebahasaan dari nama Roma. Kemungkinan-kemungkinannya mencakup turunan dari kata Yunani ῥώμη (rome) yang berarti keberanian atau kebernyalian;[11] kemungkinan besar berasal dari akar kata *rum- yang berarti "puting", dan secara teoritis merujuk kepada totem serigala yang mengadopsi dan menyusui si kembar yang nama-namanya masih berkaitan. Tampaknya nama Etruski untuk kota Roma adalah Ruma.[12] Bandingkan pula dengan Rumon, nama lama Sungai Tiber. Sebagaimana kebanyakan kata-kata bahasa Etruski, etimologinya tidak diketahui. Di dalam bukunya, Concise Etymological Dictionary of Latin (terbit tahun 1931), Thomas G. Tucker mengemukakan dugaannya bahwa nama Roma mungkin sekali berasal dari kata *urobsma (bdk. urbs, robur), malah mungkin pula, "kendati kecil kemungkinannya", berasal dari kata*urosma yang berarti "bukit" (bdk. kata Sangsekerta varsman- yang berarti "tinggi" atau "ujung", kata Slavoni vriksu yang berarti "mercu" atau "puncak", kata Rusia verks yang berarti "mercu" atau "arah ke atas", kata Lituania virsus yang berarti "sebelah atas").
Pembentukan kota
Cikal bakal kota Roma adalah padang-padang penggembalaan atau perkampungan-perkampungan di atas Bukit Palatin dan bukit-bukit di sekitarnya, kira-kira 30 km (19 mi) dari Laut Tirenia di tepi selatan Sungai Tiber. Mungkin sekali Bukit Kuirinal adalah pangkalan terdepan orang Sabini, salah satu kelompok masyarakat penutur rumpun bahasa Itali. Di lokasi tersebut, aliran Sungai Tiber berkelok. Di tengah kelokan sungai terdapat sebuah pulau yang menandai perairan dangkal, tempat orang dapat menyeberang dengan mudah. Dengan lokasi semacam ini, Roma berada di persimpangan lalu lintas sungai dan jalur ulang-alik utara-selatan kaum pedagang di kawasan barat Jazirah Italia.
Temuan-temuan arkeologis membuktikan bahwa pada abad ke-8 SM sudah ada dua permukiman berkubu di lokasi yang kemudian hari menjadi kawasan kota Roma, yakni permukiman orang Rumi di Bukit Palatin dan permukiman orang Titientes di Bukit Kuirinal, dibekingi orang Luceres yang mendiami hutan-hutan di sekitarnya.[13] Rumi, Titientes, dan Luceres hanyalah tiga di antara sekian banyak komunitas penutur rumpun bahasa Itali di daerah Latium, sebuah dataran luas di Jazirah Italia, pada milenium pertama SM. Masyarakat-masyarakat penutur rumpun bahasa Itali terbentuk pada zaman prasejarah sehingga asal-usulnya tidak diketahui secara pasti, tetapi rumpun bahasa India-Eropa yang mereka tuturkan datang dari timur pada seperdua akhir milenium ke-2 SM.
Menurut Dionisios dari Halikarnasos, banyak sejarawan Romawi (termasuk Porcius Cato dan Gaius Sempronius) beranggapan bahwa nenek moyang bangsa Romawi (keturunan kaum Aborigines) adalah orang Yunani, kendati anggapan itu sesungguhnya mereka dapatkan dari khazanah sastra legenda Yunani.[14] Orang Sabini, pada khususnya, adalah masyarakat yang pertama kali mengemuka di dalam uraian Dionisios dari Halikarnasos. Menurut Dionisios, orang Sabini tanpa disangka-sangka merebut Lista, kota yang dianggap sebagai ibu kota kaum Aborigines.[15]
Konteks Itali
Masyarakat penutur rumpun bahasa Itali di lokasi tersebut terdiri atas orang Latini (di sebelah barat), orang Sabini (di sebelah hulu lembah Sungai Tiber), orang Umbri (di sebelah timur laut), orang Samni (di sebelah Selatan), orang Osci, dan lain-lain. Pada abad ke-8 SM, kelompok-kelompok tersebut mendiami Jazirah Italia bersama-sama dengan dua bangsa besar, bangsa Etruski di utara dan bangsa Yunani di selatan.
Bangsa Etruski (Etrusci atau Tusci dalam bahasa Latin) diketahui berdiam di sebelah utara dari Roma, di Etruria (kawasan utara daerah Lazio, daerah Toskana, dan sebagian daerah Umbria sekarang ini). Bangsa ini mendirikan kota-kota seperti Tarquinia, Veii, dan Volterra. Budaya mereka pun sangat mempengaruhi budaya bangsa Romawi, mengingat beberapa Raja Roma menurut mitos adalah orang Etruski. Lantaran ketiadaan peninggalan pustaka, sastra keagamaan atau filsafat, sebagian besar pengetahuan tentang peradaban Etruski didapatkan para sejarawan dari barang-barang bekal kubur dan temuan-temuan makam.[16]
Bangsa Yunani sudah mendirikan banyak koloni di kawasan selatan Jazirah Italia antara tahun 750 sampai 550 SM (kemudian hari disebut daerah Magna Graecia oleh bangsa Romawi), antara lain Kumai, Napoli, Regio Kalabria, Kroton, Sibaris, dan Taranto, demikian pula di sepertiga bagian Sisilia, yakni di bagian timur pulau itu.[17][18]
Zaman daulat Etruski
Sesudah tahun 650 SM, bangsa Etruski kian berkuasa dan memperluas wilayah kedaulatannya sampai ke tengah kawasan utara Jazirah Italia. Menurut tradisi bangsa Romawi, tujuh orang raja silih berganti memerintah kota Roma dari tahun 753 sampai tahun 509 SM, mulai dari Romulus, yang konon mendirikan kota Roma bersama-sama saudara kembarnya, Remus. Konon tiga raja terakhir adalah orang Etruski (sekurang-kurangnya peranakan Etruski), yakni Tarquinius Priscus, Servius Tullius, dan Tarquinius Superbus (menurut sumber-sumber sastrawi kuno, ayah Tarquinius Priscus adalah seorang pengungsi Yunani, sementara ibunya berkebangsaan Etruski). Nama-nama mereka merujuk kepada Tarquinia, kota bangsa Etruski.
Livius, Plutarkhos, Dionisios dari Halikarnasos, dan pujangga-pujangga kuno lainnya mengklaim bahwa Roma silih berganti diperintah tujuh orang raja pada abad-abad pertama sejarah kota itu. Menurut kronologi tradisional yang dibakukan pujangga Varro, rentang waktu pemerintahan ketujuh raja tersebut adalah 243 tahun, rata-rata satu orang raja memerintah selama kurang lebih 35 tahun. Pandangan tradisional ini sudah diketepikan dunia kesarjanaan modern sejak terbitnya karya tulis Barthold Georg Niebuhr.
Lihat pula
Rujukan
Keterangan
- ^ Prokopius, Perang Goth, III.xxii. "Di Roma, tidak ia sisakan seorang pun, kota itu ditelantarkan sama sekali, semua bagiannya, terbengkalai sepenuhnya."
- ^ Heiken, G., Funiciello, R. dan De Rita, D. (2005), The Seven Hills of Rome: A Geological Tour of the Eternal City. Penerbit Universitas Princeton.
- ^ Potter, D.S. (2009). Rome in the Ancient World: From Romulus to Justinian. London: Thames & Hudson. hlm. 10. ISBN 9780500251522.
- ^ Hooper, John (13 April 2014). "Archaeologists' findings may prove Rome a century older than thought". The Guardian.
- ^ "Science: Rome: Older Than Ever". Time. 21 November 1960.
- ^ URBANUS, JASON M. "A Brief Glimpse into Early Rome – Archaeology Magazine". archaeology.org.
- ^ Livius, Ab Urbe Condita I, 7
- ^ Livius, Ab urbe condita, 1:8
- ^ Livius, Ab urbe condita, 1:9–13
- ^ Livius, Ab urbe condita, 1:8, 13
- ^ Bdk. Jean-Jacques Rousseau dan karya tulisnya "Du Contrat Social", Jilid IV, Bab IV, ditulis tahun 1762, memuat catatan kaki yang menerangkan bahwa nama Roma berasal dari kata Yunani yang berarti daya. "Ada penulis-penulis yang mengatakan bahwa nama 'Roma' diturunkan dari 'Romulus'. Sesungguhnya nama itu adalah kata Yunani yang berarti daya."
- ^ Kesimpulan ini ditarik dari nama sosok yang terlukis pada Makam François di Vulci, disertai tulisan kalimat Etruski Kneve Tarkhunies Rumakh yang ditafsirkan menjadi Gnaeus Tarquinius asal Roma. http://www.mysteriousetruscans.com/francois.html
- ^ Ismarmed.com (2011). "History of Rome (Italy)". ismarmed.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-07-09. Diakses tanggal 2022-06-14.
- ^ Dionisios dari Halikarnasos. "Buku 1.11". Purbakala Romawi.
Namun yang paling terpelajar di antara sekalian sejarawan Romawi, antara lain Porsius Kato yang secara saksama menuliskan "asal mula" kota-kota di Italia, Gayus Sempronius, dan banyak lagi sejarawan lain, mengatakan bahwa mereka [para Aborigines] adalah orang-orang Yunani, yakni orang-orang yang dahulu kala berdiam di Akhaya, dan bahwasanya mereka berpindah dari sana beberapa lapis turunan ke belakang sebelum Perang Troya. Tetapi tidak mereka sebut dari suku atau kota Yunani yang mana, tarikh atau nama pemimpin orang-orang yang berpindah itu, maupun sebab-musabab kepindahan mereka dari negeri asal; dan kendati berpatokan kepada sebuah legenda Yunani, sejarawan-sejarawan itu tidak menyebut satu pun nama sejarawan Yunani yang mereka rujuk. Oleh karena itu keterangan tersebut tidak dapat dipastikan kebenarannya.
- ^ Dionisios dari Halikarnasos. "Jilid I.14". Purbakala Romawi.
Dua puluh stadion jauhnya dari kota yang sudah disebutkan di atas, berdiri Lista, ibu kota kaum Aborigines, yang dulu direbut orang Sabini dengan serangan mendadak, sesudah malam-malam bergerak dari Amiternum.
- ^ Larissa Bonfante:Etruscan Inscriptions and Etruscan Religion in The Religion of the Etruscans – University of Texas Press 2006, halaman 9
- ^ Guerber, H. A. (2011). "Heritage History eBook Reader". heritage-history.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 3 Oktober 2011.
- ^ Roman-Empire.net (2009). "Religion". roman-empire.net. Diarsipkan dari versi asli tanggal 12 Mei 2016.
- ^ The Architecture of Roman Temples: The Republic to the Middle Empire, hlm. 6, pada Google Books
Kepustakaan
- Beard, Mary (2015). SPQR: A History of Ancient Rome. New York & London: Liveright Publishing. ISBN 978-0-87140-423-7.
- Bloch, Raymond (1969). The ancient civilization of the Etruscans. New York: Cowles Book.
- Boak, Arthur Edward Romilly (1921). A history of Rome to 565 A. D. New York: Macmillan.
- Bonfante, Larissa, ed. (1986). Etruscan Life and Afterlife: a Handbook of Etruscan Studies. Warminster: Aris and Phillips.
- Bonfante, Larissa (1990). Etruscan. University of California Press. ISBN 0-520-07118-2.
- Bonfante, Larissa (2006). Etruscan Inscriptions and Etruscan Religion in The Religion of the Etruscans. Austin: University of Texas Press.
- Bonfante, G.; L. Bonfante (2002). The Etruscan Language. An Introduction. Manchester University Press.
- Bury, J B (2009). History of the Later Roman Empire: From the Death of Theodosius I. BiblioLife. ISBN 978-1-113-20104-1.
- Döge, F.U. (2004) "Die militärische und innenpolitische Entwicklung in Italien 1943–1944", Chapter 11, in:Pro- und antifaschistischer Neorealismus. PhD Thesis, Free University, Berlin. 960 halaman [dalam bahasa Jerman]
- Ekonomou, Andrew J. 2007. Byzantine Rome and the Greek Popes: Eastern influences on Rome and the papacy from Gregory the Great to Zacharias, A.D. 590–752. Lexington Books.
- Gregorovius, Ferdinand. History of the City of Rome in the Middle Ages.
- Fields, Nic (2007). The Roman Army of the Punic Wars 264–146 BC. Osprey Publishing. ISBN 978-1-84603-145-8.
- Theodor Mommsen The History of Rome, Books I, II, III, IV, V.
- Frost Abbott, Frank (1911). A history and description of Roman political institutions. Harvard Univ. Press. ISBN 0-543-92749-0.
- Kertzer, David (2004). Prisoner of the Vatican. Boston: Houghton Mifflin Company. ISBN 0-618-22442-4.
Atribusi
- Chisholm, Hugh, ed. (1911). "Rome § Ancient History ...". Encyclopædia Britannica. 23 (edisi ke-11). Cambridge University Press. hlm. 615–684.
Bahan bacaan lanjutan
- Thomas W. Africa (1991). The immense majesty: a history of Rome and the Roman Empire. Harlan Davidson. ISBN 978-0-88295-874-3. edisi daring
- Roloff Beny; Peter Gunn (1981). The churches of Rome. Simon & Schuster. ISBN 978-0-671-43447-2.
- Gary Forsythe (2005). A critical history of early Rome: from prehistory to the first Punic War. Penerbit Universitas California. ISBN 978-0-520-22651-7.
- Tenney Frank (2006). An Economic History of Rome. Cosimo, Inc. ISBN 978-1-59605-647-3. edisi daring
- Michael Grant (1987). The world of Rome. Meridian. ISBN 978-0-452-00849-6. edisi daring; petikan dan pencarian teks
- Grant, Michael. History of Rome (1997), good survey
- Christopher Hibbert (1987). Rome: the biography of a city. Penguin. ISBN 978-0-14-007078-1. (1985). 386 halaman. good introduction
- Jenkyns, Richard; The Legacy of Rome: A New Appraisal (1992) edisi daring
- H. H. Scullard (1980). A History of the Roman World, 753 to 146 BC. Psychology Press. ISBN 978-0-415-30504-4. (1961), standard scholarly history edisi daring
- Scullard, H. H. From the Gracchi to Nero: A History of Rome from 133 B.C. to A.D. 68 (1968), standard scholarly history edisi daring
- Duncan, Mike. "The History of Rome". Diakses tanggal 13 Februari 2016.
Zaman Kekaisaran
- Matthew Bunson (2002). Encyclopedia of the Roman Empire. Infobase Publishing. ISBN 978-0-8160-4562-4. (2002) 636pp, at Google Books
- J. B. Campbell (2002). War and society in imperial Rome, 31 BC-AD 284. Routledge. ISBN 978-0-415-27881-2. (2002) online edition
- Harvard University. Library (1975). Ancient history: classification schedule, classified listing by call number, chronological listing, author and title listing. Harvard University Library : distributed by Harvard University Press. ISBN 978-0-674-03312-2. (1951) online edition
- Walter A. Goffart (2006). Barbarian tides: the migration age and the later Roman Empire. University of Pennsylvania Press. ISBN 978-0-8122-3939-3. Volume 6, Issue 3, Pages 855–883 Online at Wiley-Interscience; historiography
- Adrian Keith Goldsworthy (2009). How Rome fell: death of a superpower. Yale University Press. ISBN 978-0-300-13719-4. (2009), 560pp; by leading scholar excerpt and text search
- Grant, Michael. The Roman Emperors: A Biographical Guide to the Rulers of Imperial Rome 31 B.C.-A.D. 476 (1997)
- Heather, Peter. The Fall of the Roman Empire: A New History of Rome and the Barbarians (2006) 572pp
- Potter, David. The Roman Empire at Bay: AD 180–395 (2004). online edition
- Rodgers, Nigel. The Illustrated Encyclopedia of the Roman Empire: A complete history of the rise and fall of the Roman Empire (2008)
- Rostovtzeff, M. The Social and Economic History of the Roman Empire (2 vol 1957); famous classic vol 2 online
- Starr; Chester G. The Emergence of Rome as Ruler of the Western World (1953) online edition
- Ward-Perkins, Bryan. The Fall of Rome and the End of Civilization (2005) 239 pp.
Abad Pertengahan, Renaisans, Awal Zaman Modern
- Blunt, Anthony. Guide to Baroque Rome (1982) architecture 1621–1750
- Brentano, Robert; Rome before Avignon: A Social History of Thirteenth-Century Rome (1974) edisi daring
- Habel, Dorothy Metzger. The Urban Development of Rome in the Age of Alexander VII (2002) 424 hlmn. plus 223 gambar; pada dasawarsa 1660-an
- Stefano, Andretta; Serena, Baiocchi, Giulia; Indrio; Orietta, Rossi Pinelli; Maria, Tantillo, Alma (2017). I Prìncipi della Chiesa. L'arte nel territorio di Roma tra Rinascimento e Barocco (dalam bahasa Italia). Museum With No Frontiers, MWNF (Museum Ohne Grenzen). ISBN 978-3-902966-04-9.