Lompat ke isi

Nanyue

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 3 Oktober 2023 12.47 oleh 2001:999:584:2ce6:e0b3:7ff:fe48:1c7e (bicara) (In 1804 (1915 years after the death of Nam Viet), after destroying the Tay Son Dynasty , King Gia Long sent an envoy to request the Qing Dynasty to recognize the new national name as Nam Viet , but King Gia Khanh said that the old country of Nam Viet belonged to the dynasty . Trieu includes Luong Quang of China , so the two words are reversed into Vietnam to avoid confusion refenrence from vietnamese historian Trần Trọng Kim , sách đã dẫn, p 462)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)
Nanyue

南越国
204 SM–111 SM
Wilayah terluas Nanyue (ungu)
Wilayah terluas Nanyue (ungu)
Ibu kotaPanyu
Bahasa yang umum digunakanBahasa Tionghoa Lama
Bahasa Yue kuno
PemerintahanMonarki
Kaisar atau Raja 
• 204–137 SM
Zhao Tuo
• 137–122 SM
Zhao Mo
• 122–113 SM
Zhao Yingqi
• 113–112 SM
Zhao Xing
• 112–111 SM
Zhao Jiande
Perdana Menteri 
• ? –111 SM
Lü Jia
Sejarah 
• "Perang Pasifikasi" Dinasti Qin
218 SM
• Pendirian
204 SM
• Upeti Pertama untuk Dinasti Han
sek. 183 SM
• Penobatan Zhao Tuo
sek. 183 SM
• Upeti Kedua untuk Dinasti Han
179 SM
• "Perang Pasifikasi" Dinasti Han
112 SM
• Keruntuhan
111 SM
Didahului oleh
Digantikan oleh
dnsDinasti
Qin
dnsDinasti
Han Barat
Sunting kotak info
Sunting kotak info • Lihat • Bicara
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini

Nanyue (Hanzi: 南越; Pinyin: Nányuè; Yale (Bahasa Kanton): Nàahm-yuht; bahasa Vietnam: Nam Việt[1]) adalah kerajaan kuno yang meliputi sebagian provinsi Guangdong, Guangxi, dan Yunnan di Tiongkok modern serta Vietnam utara modern. Nanyue didirikan pada tahun 204 SM, pada akhir keruntuhan Dinasti Qin, oleh Zhao Tuo, yang awalnya merupakan komandan militer dalam Komando Nanhai pada masa itu, dan pada awalnya Nanyue meliputi Komando Nanhai, Guilin, dan Xiang. Pada tahun 196 SM, Zhao Tuo mengirimkan upeti penghormatan kepada Kaisar Gaozu dari Han sehingga Nanyue oleh para pemimpin Han disebut sebagai "abdi asing" (Hanzi: ), sebuah sinekdoke untuk negara bawahan. Sekitar tahun 183 SM, hubungan antara Nanyue dan Dinasti Han lama-kelamaan memburuk, sehingga Zhao Tuo pun mulai menggelari dirinya sendiri sebagai kaisar, sekaligus menunjukkan kedaulatan Nanyue. Kerajaan Minyue, Yelang, Ouluo dan Tongshi menyatakan ketundukan mereka kepada kekuasaan Nanyue, yang dengan demikian memperluas wilayah dan kendali Nanyue. Pada tahun 179 SM, hubungan antara Dinasti Han dan Nanyue membaik, dan Zhao Tuo sekali lagi menyatakan ketundukan, kali ini kepada Kaisar Wen dari Han sebagai negara bawahan. Penyerahan diri ini entah bagaimana dibuat-buat, karena Nanyue tampaknya memperoleh kembali otonomi dari Han, dan Zhao Tuo dipanggil sebagai "Kaisar" di seluruh Nanyue selama sisa hidupnya. Pada tahun 113 SM, pemimpin generasi keempat Zhao Xing menginginkan agar Nanyue secara formal menjadi bagian dari Kekaisaran Han. Perdana menterinya Lü Jia amat keberatan dan kemudian membunuh Zhao Xing, mengangkat kakak lelakinya Zhao Jiande sebagai kaisar dan memaksa dilancarkannya konfrontasi melawan Dinasti Han. Setahun kemudian, Kaisar Wu dari Han mengirimkan pasukan sebanyak 100.000 tentara untuk berperang melawan Nanyue. Pada akhir tahun tersebut dan awal tahun 111 SM, pasukan itu telah berhasil menghancurkan Nanyue. Kerajaan Nanyue bertahan selama 93 tahun dan memiliki lima generasi raja.

Pendirian Kerajaan Nanyue menjaga tata masyarakat dan stabilitas daerah Lingnan selama kekacauan yang menyelimuti runtuhnya Dinasti Qin, dan memungkinkan daerah selatan untuk menghindari banyak penderitaan yang dialami daerah utara, terutama daerah-daerah Tiongkok Han. Kerajaan ini didirikan oleh para pemimpin yang berasal dari wilayah pusat Tiongkok, dan berperan dalam membawa birokrasi Tiongkok serta teknik pertanian dan kerajinan tangan yang lebih maju kepada para penghuni daerah selatan, serta pengetahuan mengenai bahasa Tionghoa dan sistem tulisan Tionghoa. Para pemimpin Nanyue menyebarkan kebijakan "Menyelaraskan dan Mengumpulkan Seratus Suku Yue" (Hanzi: 和集百越), dan mendorong sesama rakyat Tionghoa Han untuk bermigrasi dari tanah air mereka di dekat Sungai kuning menuju selatan. Mereka mendukung asimilasi bersama untuk dua kebudayaan dan bangsa berbeda di sana, serta menyebarkan bahasa Tionghoa ke seluruh kawasan itu, meskipun banyak unsur asli kebudayaan Yue tetap terpelihara.[2]

Di Vietnam, para penguasa Nanyue disebut sebagai Dinasti Triệu.

Sejarah rinci mengenai Nanyue terdapat dalam Catatan Sejarawan Agung karya sejarawan Dinasti Han Sima Qian, dan sebagian besar terdapat pada bagian (juan) 113, Hanzi: 南越列傳; Pinyin: Nányuè Liè Zhuàn (Tawarikh Tertata Nanyue).[3] Dari catatan ini didapat sebagian besar informasi mengenai Nanyue dari masa Zhao Tuo hingga Zhao Jiande dan kemunduran Nanyue.

Pendirian

[sunting | sunting sumber]
Patung Zhao Tuo di depan Stasiun Kereta Api Heyuan

Setelah Qin Shi Huang menaklukan enam kerajaan Tiongkok lainnya, antara lain Han, Zhao, Wei, Chu, Yan, dan Qi, ia mengalihkan perhatian kepada suku Xiongnu di utara dan barat serta suku Seratus Yue di tempat yang kini menjadi Tiongkok selatan. Sekitar tahun 218 SM, Qin Shi Huang, yang kini bergelar Kaisar Pertama, mengirim Jenderal Tu Sui bersama pasukan sebanyak 500,000 tentara Qin yang dibagi menjadi lima kelompok dan menyerang suku Seratus Yue dari daerah Lingnan. Kelompok pertama berkumpul di Yuhan (County Yugan di Provinsi Jiangxi modern) serta menyerang suku Minyue, mengalahkan mereka dan mendirikan Komando Minzhong. Kelompok kedua membentengi daerah Nanye (di County Nankang, Provinsi Jiangxi modern), yang dirancang untuk memberikan tekanan defensif terhadap para klan selatan. Kelompok ketiga menduduki Panyu. Kelompok keempat mendirikan garnisun di dekat Pegunungan Jiuyi, sedangkan kelompok kelima mendirikan garnisun di dekat Tancheng (di sebelah barat daya County Otonom Jingzhou Miao dan Dong di Provinsi Hunan modern). Kaisar Pertama menunjuk pejabat Shi Lu untuk mengawasi logistik perbekalan. Shi pertama-tama memimpin satu resimen pasukan melalui Kanal Lingqu (yang menghubungkan Sungai Xiang dengan Sungai Li, kemudian berlayar melalui sistem air Sungai Yangtze dan Sungai Mutiara untuk memastikan keamanan rute perbekalan). Serangan Qin terhadap suku Yue Lembah Barat (Hanzi: 西甌) berjalan dengan lancar, dan kepala suku Lembah Barat Yi-Xu-Song terbunuh. Akan tetapi, Yue Lembah Barat tak mau tunduk kepada Qin dan memilih untuk melarikan diri ke hutan di mana mereka memilih seorang pemimpin baru. Kemudian, sebuah serangan malam balasan oleh Yue Lembah Barat berhasil meluluhlantakkan pasukan Qin, dan jenderal Tu Sui terbunuh dalam pertempuran. Qin menderita kerugian yang besar, dan istana kekaisaran menunjuk Jenderal Zhao Tuo untuk mengambil alih komando atas pasukan Tiongkok. Pada tahun 214 SM, Kaisar Pertama mengirim Ren Xiao dan Zhao Tuo untuk memimpin bala bantuan dan sekali lagi melancarkan serangan. Kali ini Yue Lembah Bart benar-benar dikalahkan, dan daerah Lingnan seluruhnya berada di bawah kendali Tiongkok.[4][5][6] Pada tahun yang sama, istana Qin mendirikan Komando Nanhai, Guilin, dan Xiang, sedangkan Ren Xiao diangkat sebagai Letnan Nanhai. Lebih lanjut, Nanhai dibagi menjadi county Panyu, Longchuan, Boluo, dan Jieyang, serta beberapa lainnya. Sementara Zhao Tuo diangkat sebagai komandan Longchuan.

Pada tahun 206 SM Dinasti Qin runtuh, dan bangsa Yue di Guilin dan Xiang pun menjadi merdeka. Pada tahun 204 SM, 204 SM, Zhao Tuo mendirikan Kerajaan Nanyue, dengan Panyu sebagai ibu kotanya, dan mengangkat dirinya sendiri sebagai Raja Perang Nanyue (Hanzi: 南越武王).

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Keat Gin Ooi (2004). Southeast Asia: A Historical Encyclopedia. ABC-CLIO. hlm. 932. ISBN 1-57607-770-5. 
  2. ^ Zhang Rongfang, Huang Miaozhang, Nan Yue Guo Shi, edisi ke-2, hlm. 418–422
  3. ^ Sima Qian - Records of the Grand Historian, section 113 《史記·南越列傳》
  4. ^ Sima Qian, Records of the Grand Historian, section 112.
  5. ^ Huai Nan Zi, section 18
  6. ^ Zhang & Huang, hlm. 26–31.

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]