Lompat ke isi

Kerajaan Kandali: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Raden Salman (bicara | kontrib)
Perbaikan Data pada Tabel Berdasarkan Berita Tiongkok
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
(30 revisi perantara oleh 20 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{pemastian}}
<nowiki></nowiki>a. Asal Kerajaan Kantoli.
{{refimprove}}
{{Infobox former country
| native_name = ( Kan - To - Li )
| conventional_long_name = Kandali
| image_map =
| capital = Kuala Tungkal
| year_start = 454 M
| common_name = Kerajaan Kandali
| continent = Asia
| year_end = sekitar abad ke 7 M
| date_event1 =
| event1 =
| government_type = [[Monarki]] Tradisional
| date_event2 =
| event2 =
| event_end =
| p1 = Kerajaan Koying
| p2 =
| s1 = Kerajaan Melayu
| s2 =
| area_km2 =
}}
'''Kerajaan Kandali''' atau '''Kantoli''' merupakan kerajaan yang belum dapat diidentifikasi lokasi keberadaannya. Mayoritas sejarawan berpendapat, Kandali atau ''Kuntala'' terdapat di pantai timur [[Sumatra]], di sekitar [[Jambi]] sekarang. Kerajaan ini muncul pada abad ke [[5]]-[[6]] M, di mana hal ini merujuk dari sumber [[Tiongkok]], yang menyatakan bahwa ''Kan-to-li'' atau Kandali telah berkali-kali mengirim utusan mulai tahun [[441]]–[[563]] M. Pada abad ke-[[7]] kerajaan ini menghilang, mungkin dikarenakan munculnya dua kerajaan lain di pantai timur Sumatra, yakni [[Kerajaan Melayu|Melayu]] (Jambi) dan [[Kerajaan Sriwijaya|Sriwijaya]] (Palembang).


== Asal Usul ==
Menurut S. Sartono (1992) mengatakan bahwa akibat dari pendangkalan Teluk Wen diduga telah menyebabkan sulitnya kapal-kapal dagang untuk merapat sampai ke pelabuhan Muara Tebo, sehingga fungsi pelabuhan tersebut sebagai pelabuhan samudera tidak lagi dapat dipertahankan. Negara Koying sebagai penguasa wilayah Teluk Wen terpaksa memindahkan pelabuhan dagang dari Teluk Wen ke darah pantai timur di sekitar daerah Kuala Tungkal sekarang.
Pelabuhan dipantai timur Sumatera itu mulai difungsikan sebagai itu kemudian difungsikan sebagai pelabuhan samudra yang dapat dilabuhi kapal-kapal besar untuk menggantikan fungsi pelabuhan Teluk Wen, dan pelabuhan Teluk Wen difungsikan sebagai pelabuhan penyangga bagi kapal-kapal kecil yang melayani bongkar muat barang-barang dagang penduduk negeri di Alam Kerinci dan daerah sekitarnya. Dari sini kemudian baru dibawa ke pelabuhan samudra di pantai Kuala Tungkal.
Sebelumnya telah diceritakan bahwa akhirnya Negeri Koying melepaskan daerah pantai timur dan mendorong terbentuknya pemerintahan baru. Pemerintahan baru ini disebut dengan kerajaan Kantoli (Kuntal) dan diperkirakan abat ke 5 M. Antara negara Koying dengan kerajaan Kuntala terjalin persahabatan yang baik, sehingga parapedagang dari pelabuhan dagang kerajaan Kuntala untuk mengekspor berbagai komoditi dagang ke manca negara.


Menurut S. Sartono (1992), akibat dari pendangkalan Teluk Wen diduga telah menyebabkan sulitnya kapal-kapal dagang untuk merapat sampai ke pelabuhan Muara Tebo, sehingga fungsi pelabuhan tersebut sebagai pelabuhan samudera tidak lagi dapat dipertahankan. Negara Koying sebagai penguasa wilayah Teluk Wen terpaksa memindahkan pelabuhan dagang dari Teluk Wen ke darah pantai timur di sekitar daerah [[Kuala Tungkal]] sekarang.
b. Catatan Keberadaan Kerajaan Kendali.


Pelabuhan di pantai timur Sumatra itu mulai difungsikan sebagai pelabuhan samudera yang dapat dilabuhi kapal-kapal besar untuk menggantikan fungsi pelabuhan Teluk Wen, dan pelabuhan Teluk Wen difungsikan sebagai pelabuhan penyangga bagi kapal-kapal kecil yang melayani bongkar muat barang-barang dagang penduduk negeri [[Kerinci]] dan sekitarnya. Dari sini kemudian baru dibawa ke pelabuhan samudera di pantai Kuala Tungkal.
Nama Kendali telah dikenal oleh pemerintahan Kasiar Hsiau-wu (459-464). Menurut catatannya raja dari Kandali bernama Sa-pa-la-na-lin-da menyuruh utusannya bernama Taruda untuk pergi ke negeri Cina sebagai utusannya.

Menurut paparan Sejarah Nasional Indonesai Jilid II dari edisinya yang ke-4 tahun 1984, pada halaman 79-80 dituliskan sebagai berikut:
Pada akhirnya negara Koying melepaskan daerah pantai timur dan mendorong terbentuknya pemerintahan baru yang disebut dengan kerajaan Kantoli (Kuntal). Kerajaan ini diperkirakan berdiri pada abad ke-5 Masehi. Antara negara Koying dengan kerajaan Kuntal terjalin persahabatan yang baik.
“Dari kitab sejarah dinasti Liang diperoleh keterangan bahwan antara tahun 430-475 M beberapa kali utusan dari Ho-lo-tan dan Kan-t’oli datan di Cina ada juga utusan dari To-lang – P’o-hwang. Kantoli ini terletak di salah satu pulau di laut selatan. Adat kebiasaanya serupa di Kamboja dan Campa. Hasil negerinya yang terutama pinang, kapas dan kain-kain berwarna. Sedangkan dalam kitab sejarah dinasti Ming disebutkan bahwa San-fo-tsi dahulu disebut juga Kan-to-li.

Menurut G. Farrand, Kan-to-li di dalam berita Cina ini mungkin sama dengan Kandari yang terdapat dalam berita Ibnu Majid yang berasal dari tahun 1462. Karena San-fo-tsi dahulu juga disebut Kan-to-li, sedangkan San-fo-tsi diidentifikasikan sengan Sriwijaya, maka Farran menafsirkan Kan-to-li terletak di Sumatera dengan pusatnya di Palembang.
== Keberadaan Kerajaan Kandali ==
…………………………………..

“Sementara itu J.L. Moens mengidentifikasikan singkil Kendari dalam berita Ibnu Majid dengan Kan-to-li did ala kitab sejarah dinasti Liang dan Ming. Sedangkan yang dimaksud dengan San-fo-tsi ialah Malayu.
Nama Kantoli atau Kandali telah dikenal oleh pemerintahan Kaisar [[Hsiau-wu]] (459-464). Menurut catatannya, raja dari Kandali bernama Sa-pa-la-na-lin-da memerintahkan utusannya bernama Taruda untuk pergi ke negeri [[Tiongkok]].
“Pendapat lain mengenai Kan-to-li ditekukakan oleh J.J. Boeles. Ia mengatakan bahwa Kan-to-li yang disebut di dalam berita Cina itu mungkin berada di Muangthai Selatan. Pendapatnya ini didasarkan atas adanya sebuah desa yang bernama Khantuli di Pantai Timur Muangthai Selatan. Pendapat Boeles ini ditentang oleh O.W. Wolters, ia mengatakan bahwa Kan-to-li tidak mungkin ada di Muangthai Selatan, karena di desa Khantuli sama sekali tidak ditemukan keramik Cina dari zaman Sung lama. Ia cenderung untuk menempatkan Kan-to-li di Palembang, karena San-fo-tsi biasa dihubungkan dengan Palembang. “Identifikasi Kan-to-li dengan kandali atau Singkil Kendari juga dikemukakan oleh Obdeyn. Oleh karena Kan-to-li dianggap sama dengan San-fotsi, maka kemungkinan besar Kan-to-li di Sumatera Selatan. Tetapi pendapat umum di antara para ahli ialah, bahwa Kan-to-li diperkirakan di Pantai timur Sumatera bagian Selatan, yang daerah kekuasaanny meliputi daerah-daerah Jambi dan Palembang.

Dari kutipan di atas jelaslah kiranya baha sesungguhnya tidak ada pegangan sedikitpun yang dapat dijadikan titik tolah untuk melangkah lebih lanjut. Untuk menetapkan bahwa Kan-to-li adalah Malayu hanya berdasarkan berita Cina yang menyebutkan bahwa “San-fo-tsi dahulu disebut juga Kan-to-li kiranya belum memberi suatu kepastian, karena masih perlu dikaji secara khusus apakah rumus aljabar yang diterapkan ini paada tempatnya, tentang lokasi puntida ada sesuatu petunjuk yang meyakinkan.
Dari kitab sejarah dinasti Liang diperoleh keterangan bahwan antara tahun 430-475 M, beberapa kali utusan dari [[Ho-lo-tan]] dan [[Kan-t’oli]] datang di Tiongkok, ada juga utusan dari To-lang – P’o-hwang.<ref>[Sejarah Nasional Indonesai Jilid II dari edisinya yang ke-4 tahun 1984, pada halaman 79-80]</ref> Kantoli terletak di salah satu pulau di laut selatan. Adat kebiasaanya serupa di Kamboja dan Campa. Hasil negerinya yang terutama pinang, kapas dan kain-kain berwarna. Sedangkan dalam kitab sejarah dinasti Ming disebutkan bahwa San-fo-tsi dahulu disebut juga Kan-to-li.
Sanusi Pane (1955) menyebutkan:

”Tarich Tiongkok menyebut Kan-to-li pula, Kerajaan itu mengirim utusan penghabisan kalinya ke Tingkok di tahun 563 Masehi. Hampir boleh dipastikan, bahw akerajaan itu terletak di Andalas dan namanya yang sebenarnya adalah Kandari”.
Menurut G. Farrand, Kan-to-li di dalam berita Tiongkok ini mungkin sama dengan Kandari yang terdapat dalam berita Ibnu Majid yang berasal dari tahun 1462. Karena San-fo-tsi dahulu juga disebut Kan-to-li, sedangkan San-fo-tsi diidentifikasikan sengan Sriwijaya, maka Farran menafsirkan Kan-to-li terletak di Sumatra dengan pusatnya di Palembang.
Di daerah Jambi diyakini ada dua kerajaan kecil yang mulai muncul sekitar awal abad ke-5 M yakni kerajaan Ho-lo-tan dan Kan-to-li. Dalam sejarah dinasti Sungk (960-1280 M) Holotan terletak di She-po atau Thu-po. Menurut pendapat Sartono (1978). She-po atau Tehu-po dianggap sama dengan Tebo Sekarang, yakni Muara Tebo. Di pinggiran sungai Batanghari dijumpai sebuah pemukiman kuno bernama Ke-do-tan. Masih perlu penelitian tentang toponim Ho-lo-tan dengan Ke-do-tan secara seksama.

Kerajaan kedua yang telah menjalin hubungan dengan Cina adalah kerajaan Kan-to-li. Menenurut sumber Cina kerajaan Kan-to-li telah berkali-kali mengirim utusan mulai tahun 441 – 563 M. Menurut pendapat Mulyanan (1981), toponim Kan-to-li nama dengan Kuntala atau Tungkal. Jadi kerajaan Kan-to-li berada di pedalaman sungai Tungkal, Jambi. Negri Kan-to-li telah telanggelam pada permulaaan abad ke-7 masehi.
Sementara itu J.L. Moens mengidentifikasikan singkil Kendari dalam berita Ibnu Majid dengan Kan-to-li di dalam kitab sejarah dinasti Liang dan Ming. Sedangkan yang dimaksud dengan San-fo-tsi ialah Kerajaan Malayu.
Menurut catatan yang dibuat dalam pemerintahan kaisar Wu dari dinasti (wangsa) Liang (502-549) kerajaan Kendali mengirim utusannya ke Cina pada tahun 502, 519 dan 520. Dilaporkan juga bahwa kerajaan Kandali berada di laut selatan dan adat kebiasaan penduduknya seperti Kamboja dan Campa. Hasil buminya meliputi: bahan pakaian berbunga (? tenun ikat) kapas dan pinang bermutu tinggi.

Sejarah wangsa Ming (1268-1643) mengemukakan bawha “san-fo-tsi” dulu disebut “Kandali”. Jadi mungkin Kandali terletak di wilayah San-fos-tsi, atau Kandali menjadi jajahan San-fo-tsi dalam hal San-fo-tsi identik dengan Sriwijaya (Muliana 1981).
Pendapat lain mengenai Kan-to-li ditekukakan oleh J.J. Boeles. Ia mengatakan bahwa Kan-to-li yang disebut di dalam berita Tiongkok itu mungkin berada di Thailand Selatan. Pendapatnya ini didasarkan atas adanya sebuah desa yang bernama Khantuli di Pantai Timur Thailand Selatan. Pendapat Boeles ini ditentang oleh [[O. W. Wolters]], ia mengatakan bahwa Kan-to-li tidak mungkin ada di Thailand Selatan, karena di desa Khantuli sama sekali tidak ditemukan keramik Tiongkok dari zaman Song lama. Ia cenderung untuk menempatkan Kan-to-li di Palembang, karena San-fo-tsi biasa dihubungkan dengan Palembang. Identifikasi Kan-to-li dengan Kandali atau Singkil Kendari juga dikemukakan oleh Obdeyn. Oleh karena Kan-to-li dianggap sama dengan San-fotsi, maka kemungkinan besar Kan-to-li di Sumatera Selatan. Tetapi pendapat umum di antara para ahli ialah, bahwa Kan-to-li diperkirakan di Pantai timur Sumatra bagian Selatan, yang daerah kekuasaannya meliputi daerah Jambi dan Palembang.
Menurut catatan Cina kerajaan San-fo-tsi berada di Laut Selatan antara Kemboja (Chen-la) dan She-po (Jawa). Raja San-fo-tso bersemanyam di Chan-pei (Jambi).

Menurut Mulyana (1981) Tuponum Kandala dan Kantoli, yang beada di sekitar Jambi, mungkin berasal dari India Selatan. Kedua tuponim, yakni Kandali dan Kantoli, berasal dari transliterisasi Cina suatu tempat yang belum diketahui hingga sekarang, sepertinya Benggala – Benggali, Ghandara – Ghandari, Badara – Badari, Kuntala – Kuntali, Kantoli – Kandali. Kandali (Kuntala) terdeapa di pantai timur Sumatera dalam abad ke 5 -6 M. Lebih jauh dikemukakan bahwa gophala diucap ghopal, Sanjaya sebagai Sanjay, Sriwijaya sebagai Sriwijay. Kuntala sebagai Kuntal dan juga Tungkal. Di Sumatea Timur terdapat sungai Tungkal yang bagian hulunya bernama sungai Pengabuan dan hilirnya bernama sungai Tungkal yang bermuara di Kuala Tungka.
Dari kutipan di atas jelaslah kiranya bahwa sesungguhnya tidak ada pegangan sedikitpun yang dapat dijadikan titik tolah untuk melangkah lebih lanjut. Untuk menetapkan bahwa Kan-to-li adalah Malayu hanya berdasarkan berita Tiongkok yang menyebutkan bahwa “San-fo-tsi dahulu disebut juga Kan-to-li kiranya belum memberi suatu kepastian, karena masih perlu dikaji secara khusus apakah rumus aljabar yang diterapkan ini pada tempatnya.
Dalam penjumlahan negara Laut Selatan yang mengirim utusan ke Cina, oleh I Tsing tidak disebut-sebut tentang kerajaan Kuntala (Kandali, Kantoli). Nasib negera ini selanjutnya juga tidak diketahui, mungkin dikuasai oleh Jambi. Yang jelas, alam abad ke 7 muncul 2 kerajaan di pantai timur Sumatera yakni: Moloyu (Malayu, Jambi) dan Sriwijaya (Palembang). Dalam perkembangan selanjutnya antara sekitar 6700742 Shih-li-fo-shih dianggap sebagai Sriwijaya dan ataran 853 – 1037 sebagai San-fo-tsi. (Aulia Tasman, Dosen Universitas Jambi)

[[Sanusi Pane]] (1955) menyebutkan sejarah Tiongkok menyebut Kan-to-li, di mana kerajaan itu mengirim utusan penghabisan kalinya ke Tingkok pada tahun 563 Masehi. Hampir boleh dipastikan, bahwa kerajaan itu terletak di Sumatra dan nama yang sebenarnya adalah Kandari.

Di daerah Jambi diyakini ada dua kerajaan kecil yang mulai muncul sekitar awal abad ke-5 M yakni kerajaan Ho-lo-tan dan Kan-to-li. Dalam sejarah dinasti Sung (960-1280 M) Holotan terletak di She-po atau Thu-po. Menurut pendapat Sartono (1978), [[She-po]] atau [[Thu-po]] dianggap sama dengan [[Tebo]] sekarang, yakni Muara Tebo. Di pinggiran sungai [[Batanghari]] dijumpai sebuah pemukiman kuno bernama Ke-do-tan. Masih perlu penelitian tentang toponim Ho-lo-tan dengan Ke-do-tan secara saksama.

Kerajaan kedua yang telah menjalin hubungan dengan Tiongkok adalah kerajaan Kan-to-li. Menurut sumber Tiongkok, kerajaan Kan-to-li telah berkali-kali mengirim utusan mulai tahun 441 – 563 M. Menurut pendapat Mulyanan (1981), toponim Kan-to-li sama dengan Kuntala atau Tungkal. Jadi kerajaan Kan-to-li berada di pedalaman sungai Tungkal, [[Jambi]]. Negeri Kan-to-li telah tenggelam pada permulaaan abad ke-7 masehi.

Menurut catatan yang dibuat dalam pemerintahan kaisar Wu dari dinasti (wangsa) Liang (502-549), kerajaan Kandali mengirim utusannya ke Tiongkok pada tahun 502, 519 dan 520. Dilaporkan juga bahwa kerajaan Kandali berada di laut selatan dan adat kebiasaan penduduknya seperti Kamboja dan Campa. Hasil buminya meliputi; bahan pakaian berbunga (tenun ikat), kapas, dan pinang bermutu tinggi.

Sejarah [[dinasti Ming]] (1268-1643) mengemukakan bahwa San-fo-tsi dulu disebut Kandali. Jadi mungkin Kandali terletak di wilayah San-fos-tsi, atau Kandali menjadi jajahan San-fo-tsi dalam hal San-fo-tsi identik dengan Sriwijaya (Muliana 1981).
Menurut catatan Tiongkok kerajaan San-fo-tsi berada di Laut Selatan antara Kemboja ([[Chen-la]]) dan She-po ([[Jawa]]). Raja San-fo-tso bersemanyam di Chan-pei (Jambi).

Menurut Mulyana (1981), tuponim Kandali dan Kantoli yang berada di sekitar Jambi, mungkin berasal dari India Selatan. Kedua tuponim, yakni Kandali dan Kantoli, berasal dari transliterisasi Tiongkok suatu tempat yang belum diketahui hingga sekarang, sepertinya Benggala – Benggali, Ghandara – Ghandari, Badara – Badari, Kuntala – Kuntali, Kantoli – Kandali. Lebih jauh dikemukakan bahwa gophala diucap ghopal, Sanjaya sebagai Sanjay, Sriwijaya sebagai Sriwijay. Kuntala sebagai Kuntal dan juga Tungkal. Di Sumatea Timur terdapat sungai Tungkal yang bagian hulunya bernama sungai Pengabuan dan hilirnya bernama sungai Tungkal yang bermuara di Kuala Tungkal.
Dalam penjumlahan negara Laut Selatan yang mengirim utusan ke Tiongkok, oleh I Tsing tidak disebut-sebut tentang kerajaan Kuntala (Kandali, Kantoli). Nasib negera ini selanjutnya juga tidak diketahui, mungkin dikuasai oleh Jambi. Yang jelas, pada abad ke-7, muncul dua kerajaan di pantai timur Sumatra yakni: Moloyu (Malayu, Jambi) dan Sriwijaya (Palembang). Dalam perkembangan selanjutnya antara sekitar 670-742 Masehi [[Shih-li-fo-shih]] dianggap sebagai Sriwijaya dan antara 853 – 1037 Masehi sebagai San-fo-tsi.

== Referensi ==
{{reflist}}

{{Kerajaan di Sumatra}}

[[Kategori:Kerajaan di Nusantara]]
[[Kategori:Kerajaan di Jambi]]

Revisi terkini sejak 19 September 2024 03.35

Kandali

( Kan - To - Li )
454 M–sekitar abad ke 7 M
Ibu kotaKuala Tungkal
PemerintahanMonarki Tradisional
Sejarah 
• Didirikan
454 M
• Dibubarkan
sekitar abad ke 7 M
Didahului oleh
Digantikan oleh
krjKerajaan
Koying
krjKerajaan
Melayu
Sunting kotak info
Sunting kotak info • Lihat • Bicara
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini

Kerajaan Kandali atau Kantoli merupakan kerajaan yang belum dapat diidentifikasi lokasi keberadaannya. Mayoritas sejarawan berpendapat, Kandali atau Kuntala terdapat di pantai timur Sumatra, di sekitar Jambi sekarang. Kerajaan ini muncul pada abad ke 5-6 M, di mana hal ini merujuk dari sumber Tiongkok, yang menyatakan bahwa Kan-to-li atau Kandali telah berkali-kali mengirim utusan mulai tahun 441563 M. Pada abad ke-7 kerajaan ini menghilang, mungkin dikarenakan munculnya dua kerajaan lain di pantai timur Sumatra, yakni Melayu (Jambi) dan Sriwijaya (Palembang).

Asal Usul

[sunting | sunting sumber]

Menurut S. Sartono (1992), akibat dari pendangkalan Teluk Wen diduga telah menyebabkan sulitnya kapal-kapal dagang untuk merapat sampai ke pelabuhan Muara Tebo, sehingga fungsi pelabuhan tersebut sebagai pelabuhan samudera tidak lagi dapat dipertahankan. Negara Koying sebagai penguasa wilayah Teluk Wen terpaksa memindahkan pelabuhan dagang dari Teluk Wen ke darah pantai timur di sekitar daerah Kuala Tungkal sekarang.

Pelabuhan di pantai timur Sumatra itu mulai difungsikan sebagai pelabuhan samudera yang dapat dilabuhi kapal-kapal besar untuk menggantikan fungsi pelabuhan Teluk Wen, dan pelabuhan Teluk Wen difungsikan sebagai pelabuhan penyangga bagi kapal-kapal kecil yang melayani bongkar muat barang-barang dagang penduduk negeri Kerinci dan sekitarnya. Dari sini kemudian baru dibawa ke pelabuhan samudera di pantai Kuala Tungkal.

Pada akhirnya negara Koying melepaskan daerah pantai timur dan mendorong terbentuknya pemerintahan baru yang disebut dengan kerajaan Kantoli (Kuntal). Kerajaan ini diperkirakan berdiri pada abad ke-5 Masehi. Antara negara Koying dengan kerajaan Kuntal terjalin persahabatan yang baik.

Keberadaan Kerajaan Kandali

[sunting | sunting sumber]

Nama Kantoli atau Kandali telah dikenal oleh pemerintahan Kaisar Hsiau-wu (459-464). Menurut catatannya, raja dari Kandali bernama Sa-pa-la-na-lin-da memerintahkan utusannya bernama Taruda untuk pergi ke negeri Tiongkok.

Dari kitab sejarah dinasti Liang diperoleh keterangan bahwan antara tahun 430-475 M, beberapa kali utusan dari Ho-lo-tan dan Kan-t’oli datang di Tiongkok, ada juga utusan dari To-lang – P’o-hwang.[1] Kantoli terletak di salah satu pulau di laut selatan. Adat kebiasaanya serupa di Kamboja dan Campa. Hasil negerinya yang terutama pinang, kapas dan kain-kain berwarna. Sedangkan dalam kitab sejarah dinasti Ming disebutkan bahwa San-fo-tsi dahulu disebut juga Kan-to-li.

Menurut G. Farrand, Kan-to-li di dalam berita Tiongkok ini mungkin sama dengan Kandari yang terdapat dalam berita Ibnu Majid yang berasal dari tahun 1462. Karena San-fo-tsi dahulu juga disebut Kan-to-li, sedangkan San-fo-tsi diidentifikasikan sengan Sriwijaya, maka Farran menafsirkan Kan-to-li terletak di Sumatra dengan pusatnya di Palembang.

Sementara itu J.L. Moens mengidentifikasikan singkil Kendari dalam berita Ibnu Majid dengan Kan-to-li di dalam kitab sejarah dinasti Liang dan Ming. Sedangkan yang dimaksud dengan San-fo-tsi ialah Kerajaan Malayu.

Pendapat lain mengenai Kan-to-li ditekukakan oleh J.J. Boeles. Ia mengatakan bahwa Kan-to-li yang disebut di dalam berita Tiongkok itu mungkin berada di Thailand Selatan. Pendapatnya ini didasarkan atas adanya sebuah desa yang bernama Khantuli di Pantai Timur Thailand Selatan. Pendapat Boeles ini ditentang oleh O. W. Wolters, ia mengatakan bahwa Kan-to-li tidak mungkin ada di Thailand Selatan, karena di desa Khantuli sama sekali tidak ditemukan keramik Tiongkok dari zaman Song lama. Ia cenderung untuk menempatkan Kan-to-li di Palembang, karena San-fo-tsi biasa dihubungkan dengan Palembang. Identifikasi Kan-to-li dengan Kandali atau Singkil Kendari juga dikemukakan oleh Obdeyn. Oleh karena Kan-to-li dianggap sama dengan San-fotsi, maka kemungkinan besar Kan-to-li di Sumatera Selatan. Tetapi pendapat umum di antara para ahli ialah, bahwa Kan-to-li diperkirakan di Pantai timur Sumatra bagian Selatan, yang daerah kekuasaannya meliputi daerah Jambi dan Palembang.

Dari kutipan di atas jelaslah kiranya bahwa sesungguhnya tidak ada pegangan sedikitpun yang dapat dijadikan titik tolah untuk melangkah lebih lanjut. Untuk menetapkan bahwa Kan-to-li adalah Malayu hanya berdasarkan berita Tiongkok yang menyebutkan bahwa “San-fo-tsi dahulu disebut juga Kan-to-li kiranya belum memberi suatu kepastian, karena masih perlu dikaji secara khusus apakah rumus aljabar yang diterapkan ini pada tempatnya.

Sanusi Pane (1955) menyebutkan sejarah Tiongkok menyebut Kan-to-li, di mana kerajaan itu mengirim utusan penghabisan kalinya ke Tingkok pada tahun 563 Masehi. Hampir boleh dipastikan, bahwa kerajaan itu terletak di Sumatra dan nama yang sebenarnya adalah Kandari.

Di daerah Jambi diyakini ada dua kerajaan kecil yang mulai muncul sekitar awal abad ke-5 M yakni kerajaan Ho-lo-tan dan Kan-to-li. Dalam sejarah dinasti Sung (960-1280 M) Holotan terletak di She-po atau Thu-po. Menurut pendapat Sartono (1978), She-po atau Thu-po dianggap sama dengan Tebo sekarang, yakni Muara Tebo. Di pinggiran sungai Batanghari dijumpai sebuah pemukiman kuno bernama Ke-do-tan. Masih perlu penelitian tentang toponim Ho-lo-tan dengan Ke-do-tan secara saksama.

Kerajaan kedua yang telah menjalin hubungan dengan Tiongkok adalah kerajaan Kan-to-li. Menurut sumber Tiongkok, kerajaan Kan-to-li telah berkali-kali mengirim utusan mulai tahun 441 – 563 M. Menurut pendapat Mulyanan (1981), toponim Kan-to-li sama dengan Kuntala atau Tungkal. Jadi kerajaan Kan-to-li berada di pedalaman sungai Tungkal, Jambi. Negeri Kan-to-li telah tenggelam pada permulaaan abad ke-7 masehi.

Menurut catatan yang dibuat dalam pemerintahan kaisar Wu dari dinasti (wangsa) Liang (502-549), kerajaan Kandali mengirim utusannya ke Tiongkok pada tahun 502, 519 dan 520. Dilaporkan juga bahwa kerajaan Kandali berada di laut selatan dan adat kebiasaan penduduknya seperti Kamboja dan Campa. Hasil buminya meliputi; bahan pakaian berbunga (tenun ikat), kapas, dan pinang bermutu tinggi.

Sejarah dinasti Ming (1268-1643) mengemukakan bahwa San-fo-tsi dulu disebut Kandali. Jadi mungkin Kandali terletak di wilayah San-fos-tsi, atau Kandali menjadi jajahan San-fo-tsi dalam hal San-fo-tsi identik dengan Sriwijaya (Muliana 1981). Menurut catatan Tiongkok kerajaan San-fo-tsi berada di Laut Selatan antara Kemboja (Chen-la) dan She-po (Jawa). Raja San-fo-tso bersemanyam di Chan-pei (Jambi).

Menurut Mulyana (1981), tuponim Kandali dan Kantoli yang berada di sekitar Jambi, mungkin berasal dari India Selatan. Kedua tuponim, yakni Kandali dan Kantoli, berasal dari transliterisasi Tiongkok suatu tempat yang belum diketahui hingga sekarang, sepertinya Benggala – Benggali, Ghandara – Ghandari, Badara – Badari, Kuntala – Kuntali, Kantoli – Kandali. Lebih jauh dikemukakan bahwa gophala diucap ghopal, Sanjaya sebagai Sanjay, Sriwijaya sebagai Sriwijay. Kuntala sebagai Kuntal dan juga Tungkal. Di Sumatea Timur terdapat sungai Tungkal yang bagian hulunya bernama sungai Pengabuan dan hilirnya bernama sungai Tungkal yang bermuara di Kuala Tungkal. Dalam penjumlahan negara Laut Selatan yang mengirim utusan ke Tiongkok, oleh I Tsing tidak disebut-sebut tentang kerajaan Kuntala (Kandali, Kantoli). Nasib negera ini selanjutnya juga tidak diketahui, mungkin dikuasai oleh Jambi. Yang jelas, pada abad ke-7, muncul dua kerajaan di pantai timur Sumatra yakni: Moloyu (Malayu, Jambi) dan Sriwijaya (Palembang). Dalam perkembangan selanjutnya antara sekitar 670-742 Masehi Shih-li-fo-shih dianggap sebagai Sriwijaya dan antara 853 – 1037 Masehi sebagai San-fo-tsi.

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ [Sejarah Nasional Indonesai Jilid II dari edisinya yang ke-4 tahun 1984, pada halaman 79-80]