Lompat ke isi

Golongan kawula negara: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Rescuing 2 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.9.5
 
(6 revisi perantara oleh 3 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
[[Berkas:Cleric-Knight-Workman.jpg|thumb|250px|[[naskah beriluminasi|Ilustrasi naskah]] Prancis dari Abad Pertengahan yang menampilkan tiga [[kelas sosial|golongan]] masyarakat Abad Pertengahan, yakni ''Oratores'' (golongan yang berdoa), ''Bellatores'' (golongan yang berperang), dan ''Laboratores'' (golongan yang bekerja)]]
[[Berkas:Cleric-Knight-Workman.jpg|jmpl|250px|[[naskah beriluminasi|Ilustrasi naskah]] Prancis dari Abad Pertengahan yang menampilkan tiga [[kelas sosial|golongan]] masyarakat Abad Pertengahan, yakni ''Oratores'' (warga pendoa), ''Bellatores'' (warga petarung), dan ''Laboratores'' (warga pekerja)]]
'''Golongan kawula negara''' atau '''Trigolongan''' adalah tatanan besar hierarki sosial yang dipakai di [[dunia Kristen]] (Kristen Eropa) dari [[Abad Pertengahan]] sampai [[Eropa modern awal]]. Berbagai macam tatanan lain yang memilah-milah rakyat menjadi golongan-golongan warga negara juga muncul dan berkembang seiring zaman.
'''Golongan kawula negara''' atau '''triwarga''' adalah tata jenjang kemasyarakatan [[Dunia Kristen]] yang diterapkan semenjak [[Abad Pertengahan]] sampai pada [[Eropa modern awal|Awal Zaman Modern]]. Berbagai macam tatanan lain yang menggolong-golongkan warga negara ke dalam jenjang-jenjang kemasyarakatan tertentu juga muncul dan berkembang seiring zaman.


Sistem yang paling terkenal adalah ''[[Ancien Régime]]'' (Rezim Lama) di Prancis, tatanan trigolongan yang digunakan sampai dengan meletusnya [[Revolusi Prancis]] (1789–1799). Kerajaan adalah hak raja dan ratu, sementara tatanan ini terdiri atas [[rohaniwan|kaum rohaniwan]] (golongan kawula pertama), [[bangsawan|kaum ningrat]] (golongan kawula kedua), serta [[petani|kaum tani]] dan [[borjuis|kaum borjuis]] (golongan kawula ketiga). Di beberapa kawasan, terutama di [[Skandinavia]] dan Rusia, [[borjuis|warga kota terkemuka]] (golongan saudagar perkotaan) dan rakyat jelata pedesaan dibedakan menjadi golongan-golongan yang terpisah, sehingga tercipta tatanan caturgolongan di mana rakyat jelata pedesaan menjadi golongan kawula yang keempat. Selain itu, warga miskin yang tidak memiliki tanah sendiri dibiarkan tidak tercakup dalam golongan-golongan kawula yang ada, dan dengan demikian meniadakan hak politik mereka. Di Inggris, muncul tatanan dwigolongan. Kaum ningrat dan kaum rohaniwan disatukan menjadi "golongan tuan-tuan besar" (golongan kawula pertama), sementara warga negara selebihnya disamaratakan menjadi "golongan rakyat jelata" (golongan kawula kedua). Tatanan ini melahirkan dua [[Istana Westminster|majelis parlemen]], yakni Majelis Rakyat Jelata ({{Lang-en|House of Commons}}) dan Majelis Tuan-Tuan Besar ({{lang-en|House of Lords}}). Di kawasan selatan Jerman, diterapkan tatanan trigolongan yang terdiri atas kaum ningrat (para pangeran dan rohaniwan tinggi), [[ritter|kaum kesatria]], dan kaum borjuis. Di [[Kerajaan Skotlandia|Skotlandia]], tatanan trigolongan terdiri atas kaum rohaniwan (golongan kawula pertama), kaum ningrat (golongan kawula kedua), dan [[Komisioner (Parlemen Skotlandia)|para Komisioner ''Shire'']] atau "para ''Burghers''" (golongan kawula ketiga), yang mewakili [[borjuis|kaum borjuis]], warga kelas menengah, dan warga kelas bawah. Ketiga golongan ini merupakan unsur-unsur [[Parlemen Skotlandia]].
Tatanan yang paling terkenal adalah ''[[Ancien Régime]]'' (Rezim Lama) di Prancis, tatanan triwarga yang diterapkan sampai dengan meletusnya [[Revolusi Prancis]] (1789–1799). Kedudukan kepala negara adalah kewenangan raja dan ratu, sementara warga negara selebihnya dibedakan menjadi [[rohaniwan|kaum rohaniwan]] (warga pertama), [[bangsawan|kaum ningrat]] (warga kedua), serta [[petani|kaum tani]] dan [[borjuis|kaum borjuis]] (warga ketiga). Di beberapa tempat lain di Eropa, teristimewa [[Skandinavia]] dan Rusia, [[borjuis|warga kota terkemuka]] (golongan saudagar perkotaan) dan rakyat jelata pedesaan dibedakan menjadi golongan-golongan yang terpisah, sehingga tercipta tatanan caturwarga di mana rakyat jelata pedesaan menjadi golongan kawula yang keempat. Selain itu, warga miskin yang tidak memiliki tanah sendiri dibiarkan tidak tercakup dalam golongan-golongan kawula yang ada, dan dengan demikian meniadakan hak politik mereka. Di Inggris, muncul tatanan dwiwarga. Kaum ningrat dan kaum rohaniwan disatukan menjadi "golongan tuan-tuan besar" (golongan kawula pertama), sementara warga negara selebihnya disamaratakan menjadi "golongan rakyat jelata" (golongan kawula kedua). Tatanan ini melahirkan dua [[Istana Westminster|majelis parlemen]], yakni Majelis Rakyat Jelata ({{Lang-en|House of Commons}}) dan Majelis Tuan-Tuan Besar ({{lang-en|House of Lords}}). Di kawasan selatan Jerman, diterapkan tatanan triwarga yang terdiri atas kaum ningrat (para penguasa swapraja dan rohaniwan tinggi), [[ritter|kaum kesatria]], dan kaum borjuis. Di [[Kerajaan Skotlandia|Skotlandia]], tatanan triwarga terdiri atas kaum rohaniwan (golongan kawula pertama), kaum ningrat (golongan kawula kedua), dan [[Komisioner (Parlemen Skotlandia)|para Komisioner ''Shire'']] atau "para ''Burghers''" (golongan kawula ketiga), yang mewakili [[borjuis|kaum borjuis]], warga kelas menengah, dan warga kelas bawah. Ketiga golongan ini merupakan unsur-unsur [[Parlemen Skotlandia]].


==Catatan==
== Catatan ==
{{Reflist}}
{{Reflist}}


==Referensi==
== Referensi ==
* [http://www.historyguide.org/intellect/lecture11a.html Steven Kreis lecture on "The Origins of the French Revolution"]
* [http://www.historyguide.org/intellect/lecture11a.html Steven Kreis lecture on "The Origins of the French Revolution"] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20010803214807/http://www.historyguide.org/intellect/lecture11a.html |date=2001-08-03 }}
* [http://www.esuhistoryprof.com/france_and_the_old_regime.htm Notes on France and the Old Regime]
* [http://www.esuhistoryprof.com/france_and_the_old_regime.htm Notes on France and the Old Regime] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20181004111452/http://www.esuhistoryprof.com/france_and_the_old_regime.htm |date=2018-10-04 }}
* Giles Constable. “The Orders of Society”, chap. 3 of ''Three Studies in Medieval Religious and Social Thought''. Cambridge–New York: Cambridge University Press, 1995, pp. 249–360.
* Giles Constable. “The Orders of Society”, chap. 3 of ''Three Studies in Medieval Religious and Social Thought''. Cambridge–New York: Cambridge University Press, 1995, pp. 249–360.
* Bernhard Jussen, ed. ''Ordering Medieval Society: Perspectives on Intellectual and Practical Modes of Shaping Social Relations''. Trans. by Pamela Selwyn. Philadelphia: University of Pennsylvania Press, 2001.
* Bernhard Jussen, ed. ''Ordering Medieval Society: Perspectives on Intellectual and Practical Modes of Shaping Social Relations''. Trans. by Pamela Selwyn. Philadelphia: University of Pennsylvania Press, 2001.
* Jackson J. Spielvogel, ''Western Civilization'', West Publishing Co. Minneapolis, 1994 for the English-language version of the quote from Abbé Sieyès, quoted at http://www.magnesium.net/~locutus/work/eurohist2.htm{{dead link|date=December 2017 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}.
* Jackson J. Spielvogel, ''Western Civilization'', West Publishing Co. Minneapolis, 1994 for the English-language version of the quote from Abbé Sieyès, quoted at http://www.magnesium.net/~locutus/work/eurohist2.htm{{dead link|date=December 2017 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}.
* http://vdaucourt.free.fr/Mothisto/Sieyes2/Sieyes2.htm for French-language original of this quotation.
* http://vdaucourt.free.fr/Mothisto/Sieyes2/Sieyes2.htm {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20190730185614/http://vdaucourt.free.fr/Mothisto/Sieyes2/Sieyes2.htm |date=2019-07-30 }} for French-language original of this quotation.
* Michael P. Fitzsimmons, ''The Night the Old Regime Ended: August 4, 1789 and the French Revolution'', Pennsylvania State University Press, 2003. {{ISBN|0-271-02233-7}}, quoted and paraphrased at https://web.archive.org/web/20041204105931/http://www3.uakron.edu/hfrance/reviews/crubaugh.html.
* Michael P. Fitzsimmons, ''The Night the Old Regime Ended: August 4, 1789 and the French Revolution'', Pennsylvania State University Press, 2003. {{ISBN|0-271-02233-7}}, quoted and paraphrased at https://web.archive.org/web/20041204105931/http://www3.uakron.edu/hfrance/reviews/crubaugh.html.


==Pranala luar==
== Pranala luar ==
* {{Commonsinline}}
* {{Commonsinline}}


[[Category:Feodalisme]]
[[Kategori:Feodalisme]]

Revisi terkini sejak 7 Agustus 2023 10.09

Ilustrasi naskah Prancis dari Abad Pertengahan yang menampilkan tiga golongan masyarakat Abad Pertengahan, yakni Oratores (warga pendoa), Bellatores (warga petarung), dan Laboratores (warga pekerja)

Golongan kawula negara atau triwarga adalah tata jenjang kemasyarakatan Dunia Kristen yang diterapkan semenjak Abad Pertengahan sampai pada Awal Zaman Modern. Berbagai macam tatanan lain yang menggolong-golongkan warga negara ke dalam jenjang-jenjang kemasyarakatan tertentu juga muncul dan berkembang seiring zaman.

Tatanan yang paling terkenal adalah Ancien Régime (Rezim Lama) di Prancis, tatanan triwarga yang diterapkan sampai dengan meletusnya Revolusi Prancis (1789–1799). Kedudukan kepala negara adalah kewenangan raja dan ratu, sementara warga negara selebihnya dibedakan menjadi kaum rohaniwan (warga pertama), kaum ningrat (warga kedua), serta kaum tani dan kaum borjuis (warga ketiga). Di beberapa tempat lain di Eropa, teristimewa Skandinavia dan Rusia, warga kota terkemuka (golongan saudagar perkotaan) dan rakyat jelata pedesaan dibedakan menjadi golongan-golongan yang terpisah, sehingga tercipta tatanan caturwarga di mana rakyat jelata pedesaan menjadi golongan kawula yang keempat. Selain itu, warga miskin yang tidak memiliki tanah sendiri dibiarkan tidak tercakup dalam golongan-golongan kawula yang ada, dan dengan demikian meniadakan hak politik mereka. Di Inggris, muncul tatanan dwiwarga. Kaum ningrat dan kaum rohaniwan disatukan menjadi "golongan tuan-tuan besar" (golongan kawula pertama), sementara warga negara selebihnya disamaratakan menjadi "golongan rakyat jelata" (golongan kawula kedua). Tatanan ini melahirkan dua majelis parlemen, yakni Majelis Rakyat Jelata (bahasa Inggris: House of Commons) dan Majelis Tuan-Tuan Besar (bahasa Inggris: House of Lords). Di kawasan selatan Jerman, diterapkan tatanan triwarga yang terdiri atas kaum ningrat (para penguasa swapraja dan rohaniwan tinggi), kaum kesatria, dan kaum borjuis. Di Skotlandia, tatanan triwarga terdiri atas kaum rohaniwan (golongan kawula pertama), kaum ningrat (golongan kawula kedua), dan para Komisioner Shire atau "para Burghers" (golongan kawula ketiga), yang mewakili kaum borjuis, warga kelas menengah, dan warga kelas bawah. Ketiga golongan ini merupakan unsur-unsur Parlemen Skotlandia.

Referensi

[sunting | sunting sumber]

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]