Willy Amrull
Artikel ini membutuhkan rujukan tambahan agar kualitasnya dapat dipastikan. |
William Karim Amrull (7 Juni 1927 – 25 Maret 2012), atau lebih dikenal dengan nama Willy dan nama pena AWKA, adalah seorang pendeta asal Amerika Serikat. Dia apostasi dari agama sebelumnya, yakni Islam menjadi Kristen Protestan dan berperan sebagai misionaris dalam upaya kristenisasi di Sumatera Barat.[1]
Willy Amrull | |
---|---|
Lahir | Abdul Wadud Karim Amrullah 7 Juni 1927 Kampung Kubu, Sungai Batang, Hindia Belanda |
Meninggal | 25 Maret 2012 Los Angeles, California, Amerika Serikat | (umur 84)
Kebangsaan | Indonesia |
Nama lain | William Karim Amrull (nama baptis) Badru Amrullah (nama samaran) |
Warga negara | Indonesia (sebelum) Amerika Serikat |
Pendidikan | Sumatera Thawalib |
Pekerjaan | Pendeta |
Suami/istri | Vera Ellen George
(m. 1970–2012) |
Anak | Istri pertama: 4 anak Vera Ellen George: 3 anak (termasuk Sutan Amrull) |
Orang tua |
|
Kerabat | Muhammad Amrullah (kakek) Hamka (kakak tiri) Abdul Bari (kakak tiri) |
Keluarga | Amrullah |
Panggilan | Willy |
Asal usul
Abdul Wadud terlahir sebagai seorang muslim di Kampung Kubu, Sungai Batang, Afdeling Agam, Dataran Tinggi Minangkabau, Pesisir Barat Sumatera. Ia adalah anak ketiga dari pasangan Abdul Karim Amrullah dari Jambak dan Siti Hindun binti Thoyib dari Malayu, istri kedua Amrullah—sumber lain menyatakan sebagai istri ketiga.[2] Dua kakak kandungnya telah meninggal terlebih dahulu ketika mereka masih balita.[2] Ia merupakan adik seayah dari Abdul Malik dan Abdul Bari.[3] Wadud menghabiskan masa kecilnya di Sungai Batang bersama kedua orang tuanya, serta ibu tirinya, Dariyah. Sebagaimana anak Minangkabau pada umumnya, saat kecil ia beribadah di masjid di kampungnya, lalu berangkat ke madrasah di Padang Panjang yang dikelola oleh murid-murid ayahnya.
Petualangan
Selanjutnya ia meninggalkan Minangkabau pada 8 Agustus 1941 bersama ayahnya ke Sukabumi, ketika ayahnya dibuang oleh pemerintah Hindia Belanda karena aktivitas perjuangannya.
Informasi dari Museum Kelahiran Buya Hamka menyebut, Abdul Wadud sudah dibuang sepanjang adat dari Nagari Sungai Batang, dan hak-hak sosial maupun budayanya sudah dicabut. Artinya, ia bukan orang Minang lagi.[butuh rujukan]
Selepas kematian ayahnya pada 1945, Abdul Wadud berangkat ke Rotterdam dengan bekerja sebagai tukang binatu di kapal MS Willem Ruys yang berangkat dari Tanjung Priok pada Februari 1949.
Selanjutnya ia meneruskan petualangan ke Amerika Serikat dan Amerika Selatan pada 1950 sebelum akhirnya memutuskan untuk menetap di San Francisco, California. Di California, Abdul Wadud mendirikan IMI (Ikatan Masyarakat Indonesia) tahun 1962. Kemudian ia menikah dengan Vera Ellen George, seorang gadis Indo, pada 6 Juni 1970 dan belakangan dikaruniai 3 orang anak. Ia juga aktif dalam kegiatan Islamic Center yang dikelola oleh para imigran Islam dari Indonesia dan negara-negara Islam lainnya di Los Angeles.
Kembali ke Indonesia
Pada tahun 1977 keluarga ini kembali ke Indonesia dan bekerja di biro perjalanan milik Hasjim Ning di Bali. Pada saat bisnis mereka bermasalah, istrinya yang mualaf kembali diajak teman-temannya untuk pergi ke gereja. Tidak itu saja, sang istri juga mengajak si suami untuk turut serta. Akibatnya mereka sering bertengkar hebat. Setelah cukup lama dalam kesulitan ekonomi, pada tahun 1981, ia setuju mengikuti agama istrinya. Pada tahun 1983, ia dibaptis oleh Pendeta Gereja Baptis Gerard Pinkston di Kebayoran Baru.
Selanjutnya ia kembali ke Amerika Serikat tahun itu juga, menyusul istri dan anak-anaknya yang sudah lebih dahulu meninggalkan Indonesia. Tidak lama kemudian Abdul Wadud ditahbiskan menjadi pendeta di Gereja Pekabaran Injil Indonesia (GPII, sekarang Gereja Misi Injili Indonesia/GMII) di California. Sejak itu ia lebih dikenal dengan nama Pendeta Willy Amrull.
Kasus Wawah
Di Sumatera Barat (Sumbar), Willy Amrull dikenal sebagai Pendeta Willy. Pada tahun 1999, dirinya jadi perbincangan ramai karena Kasus Wawah yang menghebohkan masyarakat Sumbar. Pada kasus tersebut, Pendeta Willy bersama Yanuardi Koto menjadi "aktor" penting dalam upaya kristenisasi di Ranah Minang. Awalnya, Pendeta Willy memakai nama samaran Badru Amarullah, dan mengaku sebagai pengusaha dan juga orang yang berdinas di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Amerika Serikat.[4]
Di Padang, Pendeta Willy tinggal di sebuah rumah yang dihadiahkan oleh seorang pengusaha hotel. Rumah tersebut juga berfungsi sebagai tempat berkumpulnya pendeta-pendeta muda yang akan melaksanakan misi kristenisasi di Sumatera Barat. Selama berdomisili di kota Padang, Badru Amarullah atau Pendeta Willy aktif sebagai pembina Persekutuan Kristen Sumatera Barat (PKSB), sebuah organisasi yang diketuai oleh Yanuardi Koto.[4]
Kemudian terjadilah peristiwa penculikan yang dilakukan oleh orang-orang yang dibina oleh Badru Amarullah atau Pendeta Willy dan Yanuardi Koto. Dalam peristiwa yang menghebohkan tersebut, Wawah, seorang siswa, diculik dan dibaptis lalu juga ada yang memperkosanya. Kasus tersebut kemudian disidangkan di Pengadilan Negeri Padang, sedangkan Willy Amrull sudah menghilang entah ke mana.[5]
Referensi
- ^ Isnaeni, Hendri F. "Abang Ulama, Adik Pendeta". Historia. Diakses tanggal 2024-05-01.
- ^ a b Amrullah, Abdul Wadud Karim (2016-05-23). Sumatran Warrior: Mighty Man of Love and Courage. WestBow Press.
- ^ "Abang Tokoh Islam, Adik Pendeta Kristen". Tirto. 2016-11-16. Diakses tanggal 2024-05-01.
- ^ a b Membongkar Praktik Kristenisasi Jilid Dua Diarsipkan 2013-10-22 di Wayback Machine.. Majalah Sabili. Diakses 07-08-2015.
- ^ https://id.scribd.com/doc/3777276/TUNTUT-1
Pranala luar
- BALADA SEORANG ANAK SURAU BERTUKAR KIBLAT
- Tanah Minang digoyang isu SARA. Seorang pendeta terkena vonis adat[pranala nonaktif permanen]
- Dari subuh hingga malam: perjalanan seorang putra Minang mencari jalan kebenaran
- Pemurtadan itu Ada di Minangkabau[pranala nonaktif permanen]
- Aib di Ranah Mamak Diarsipkan 2016-03-06 di Wayback Machine.
- MASALAH-MASALAH SOSIAL DALAM NOVEL DARI SUBUH HINGGA MALAM: PERJALANAN SEORANG PUTRA MINANG MENCARI JALAN KEBENARAN KARYA ABDUL WADUD KARIM AMRULLAH