Pengubahan tempat ibadah non-Islam menjadi masjid
Pengubahan tempat ibadah non-Islam menjadi masjid terjadi pada masa hidup Muhammad dan berlanjut pada masa penaklukan Islam berikutnya dan di bawah pemerintahan Muslim dalam sejarah. Akibatnya, sejumlah candi Hindu, gereja, sinagoge, Parthenon dan kuil Zoroastrian diubah menjadi masjid. Beberapa masjid semacam itu di tanah Muslim atau eks-Muslim telah dikembalikan atau menjadi museum, seperti Hagia Sophia di Turki dan sejumlah masjid di Spanyol.
Ka'bah
suntingKa'bah | |
---|---|
Agama | |
Afiliasi | Islam |
Lokasi | |
Lokasi | Mekkah, Arab Saudi |
Sebelum kebangkitan Islam, Ka'bah dan Mekkah (sebelumnya dikenal sebagai Bakkah), sudah dijadikan sebagai tempat keramat dan tempat peziarahan.[1] Beberapa orang mengidentifikasikannya dengan "lembah Baka" dalam Mazmur 84 (bahasa Ibrani: בך).[2][3] Pada zaman Muhammad (570–632 Masehi), sukunya Quraisy merebut Ka'bah, yang pada masa itu berisi ratusan berhala yang mewakili dewa-dewa suku Arab dan figur keagamaan lainnya. Muhammad meraih sanjungan dari sukunya dengan mengklaim kuil tersebut untuk agama baru Islam yang ia dakwahi. Ia ingin Ka'bah didedikasikan untuk penyembahan satu Allah, dan seluruh berhala disingkirkan. Hajar Aswad masih dihadirkan di Ka'bah sebagai barang khusus dari penghormatan di tempat tersebut. Menurut tradisi, teks dari tujuh puisi yang secara khusus dihormati dibuat di sekitaran Ka'bah.
Menurut Islam, tindakan Muhammad tak dipandang sebagai konversi namun restorasi masjid yang didirikan pada tempat yang dibuat oleh Ibrahim, yang dianggap nabi dalam Islam. Ka'bah kemudian menjadi dikenal sebagai Masjid al-Haram, tempat tersuci dalam Islam.[4]
Tempat kudus Alkitab
suntingMasjid-masjid giat didirikan di tempat-tempat keramat Yahudi atau Kristen yang diasosiasikan dengan tokoh-tokoh Alkitab yang juga diakui oleh Islam. Khalifah Umar awalnya membangun sebuah tempat doa kecil, yang berujung pada pendirian untuk pembangunan masjid Al-Aqsa di Gunung Bait, tempat tersuci dalam Yudaisme, diyakini oleh Umayyah. Kubah Batu juga dibangun di Bukit Bait yang merupakan sebuah kawasan yang direbut dan diratakan.[5] Setelah penaklukan Yerusalem, Umar dikabarkan biasanya menolak untuk berdoa di Gereja Makam Kudus[6] karena khawatir umat Muslim akan mengubahnya menjadi masjid dalam rangka memenuhi sebuah traktat yang memandu pengamanannya.[7]
Masjid Ayub di Ash Shaykh Sa'd, Suriah, sebelumnya adalah sebuah gereja Ayub.[4] Kuil Herodes dari Gua Patriarkh, tempat paling suci kedua dalam Yudaiem, diubah menjadi gereja pada masa Perang Salib sebelum kemudian diubah menjadi masjid pada 1266 dan dilarang dimasuki Yahudi dan Kristen. Sebagian tempat tersebut direstorasi menjadi sinagoge setelah tahun 1967 oleh Israel.
Kuil Hindu, Jain dan Buddhis
suntingPenghancuran candi-candi Hindu di India pada masa penaklukan India oleh Muslim terjadi dari permulaan penaklukan Muslim sampai akhir Kekaisaran Mughal di seluruh anak benua India. Dalam bukunya "Hindu Temples - What Happened to Them", Sita Ram Goel mencantumkan daftar 2000 masjid yang diklaim dibangun di atas candi-candi Hindu.[8] Volume kedua dari buku tersebut menjelaskan dari catatan-catatan sejarah dan kronik-kronik abad pertengahan dan dari inskripsi-inskripsi terkait penghancuran kuil-kuil Hindu, Jain dan Buddhis.
Di Indonesia, di mana perpindahan agama populer dari Hindu ke Islam berjalan lambat, diyakini bahwa minaret dari Masjid Menara Kudus, di Jawa, aslinya merupakan bagian dari sebuah candi Hindu.[Menurut siapa?][8]
Lihat pula
suntingReferensi
sunting- ^ Britannica 2002 Deluxe Edition CD-ROM, "Ka'bah."
- ^ Daniel C. Peterson (2007). Muhammad, prophet of God. Wm. B. Eerdmans Publishing. hlm. 22–25. ISBN 978-0-8028-0754-0.
- ^ Mazmur 84:6
- ^ a b Hillenbrand, R. "Masdjid. I. In the central Islamic lands". Dalam P.J. Bearman; Th. Bianquis; C.E. Bosworth; E. van Donzel; W.P. Heinrichs. Encyclopaedia of Islam Online. Brill Academic Publishers. ISSN 1573-3912.
- ^ "Routledge Encyclopedia of Ancient Mediterranean Religions". Books.google.com. Diakses tanggal 7 May 2016.
- ^ Ia berkunjung ke Gereja tersebut dan saat waktu sembahyang tiba dan ia meminta tempat untuk sembahyang, seorang Patriark berkata "kesini".
- ^ Adrian Fortescue, "The Orthodox Eastern Church", Gorgias Press LLC, 1 Dec 2001, pg. 28 ISBN 0-9715986-1-4
- ^ a b "Hindu Temples-What Happened to Them by Sita Ram Goel". Scribd.com. 1990-04-07. Diakses tanggal 2016-05-07.