Kancing atau buah baju adalah alat kecil berbentuk pipih, dan bundar yang dipasangkan dengan lubang kancing untuk menyatukan dua helai kain yang bertumpukan, atau sebagai ornamen. Selain berbentuk bundar, kancing juga dibuat dalam berbagai bentuk seperti bulat, persegi, dan segitiga.

kancing
kancing
Lubang kancing (rumah kancing)

Lubang kancing dibuat dengan melubangi kain dan menjahit pinggirannya dengan jarum tangan atau mesin jahit. Bergantung jenis bukaan, celah lubang kancing dapat dibuat horizontal atau vertikal. Kancing tertahan setelah dimasukkan ke dalam lubang kancing karena jahitan kancing terjerat pinggiran lubang kancing.

Bahan yang paling umum untuk kancing adalah plastik keras. Selain itu, kancing dibuat dari bahan-bahan sintetis lainnya seperti seluloid, gelas, logam, dan bakelit, atau bahan-bahan alami seperti tanduk, tulang, gading, kerang, kayu.

Letak kancing merupakan bagian dari desain busana. Kancing dapat dipasang di bagian muka tengah (kemeja, jas, blus, kebaya), bagian belakang gaun, ujung lengan kemeja dan jas, atau bahu (epolet). Pada belahan baju wanita, kancing dipasang di sisi kiri dan lubang kancing di sisi kanan. Sebaliknya, kancing baju pria berada di sisi kanan dan lubang kancing di sisi kiri. Sehelai pakaian umumnya dipasangi kancing-kancing dengan bentuk, ukuran, warna, dan motif yang sama.

  • Kancing besi
  • kancing besi
  • Kancing lubang dua, kancing lubang empat
Di permukaan kancing terdapat lubang-lubang tempat lewat jalur benang jahitan. Kancing seperti ini dapat dipasang dengan jahitan tangan atau mesin jahit.
Kancing jenis ini terdiri dari dua bagian: bagian cembung dan bagian cekung. Kedua bagian mengunci bila ditekan, dan terlepas bila ditarik.
  • Kancing bungkus
Kain digunakan untuk membungkus kancing. Lubang untuk jalur benang berada di bagian belakang kancing.
  • Kancing sengkelit
Kancing dipasangkan dengan rumah kancing berupa sengkelit dari lipatan kain. Kain tidak dilubangi untuk lubang kancing sehingga sesuai untuk kain tipis.
Kancing dan rumah kancing dibuat dari simpul-simpul tali kor.

Sejarah

sunting
 
Kancing dari logam, plastik, dan kulit. Lubang benang di bagian belakang.

Kancing dari cangkang kerang sudah dikenal sebagai ornamen di Peradaban Lembah Indus pada 2000 SM.[1] Beberapa di antara kancing-kancing tersebut diukir menjadi bentuk-bentuk yang geometris dan dilubangi sehingga dapat dijahit pada pakaian dengan memakai benang.[1] Pada awalnya, kancing dipasang lebih sebagai ornamen daripada fungsinya sebagai pengikat. Kancing tertua ditemukan di situs arkeologi Kebudayaan Lembah Indus di Mohenjo-Daro. Kancing tersebut dibuat dari cangkang kerang bergelombang, dan diperkirakan berusia sekitar 5.000 tahun.[2]

Kancing berikut rumah kancing yang dapat dipakai untuk mengancing serta menutup pakaian, pertama kali dikenal di Jerman pada abad ke-13.[3] Pemakaian kancing segera meluas seiring dengan kepopuleran busana yang pas badan pada abad ke-13 dan ke-14 di Eropa.

Pada abad ke-17, pakaian berkancing hanya dimiliki oleh orang-orang kaya. Menurut kebiasaan waktu itu, pria terbiasa memakai baju sendiri. Namun sebaliknya, wanita memiliki pelayan wanita untuk membantu mereka berpakaian. Kancing yang dipasang di sisi kiri belahan baju wanita memudahkan pelayan wanita sewaktu mengancingkan baju tuan mereka.[4]

Referensi

sunting
  1. ^ a b Hesse, Rayner W. & Hesse (Jr.), Rayner W. (2007). Jewelrymaking Through History: An Encyclopedia. Greenwood Publishing Group. 35. ISBN 0-313-33507-9.
  2. ^ McNeil, Ian (1990). An Encyclopaedia of the History of Technology. Taylor & Francis. hlm. 852. ISBN 0-415-01306-2. 
  3. ^ Lynn White: "The Act of Invention: Causes, Contexts, Continuities and Consequences", Technology and Culture, Vol. 3, No. 4 (Autumn, 1962), pp. 486-500 (497f. & 500)
  4. ^ Frank, Robert H. (2007). The Economic Naturalist: In Search of Explanations for Everyday Enigmas. Westview Press. hlm. 27. ISBN 0-465-00217-X. 

Lihat pula

sunting

Pranala luar

sunting