Infanteri mekanis
Infanteri mekanis (bahasa Inggris: Mechanized infantry) adalah unit infanteri yang dilengkapi dengan pengangkut personel lapis baja (APC) atau kendaraan tempur infanteri (IFV) untuk transportasi dan pertempuran (lihat juga kekuatan mekanik).
Infanteri mekanis dibedakan dari infanteri bermotor karena kendaraannya yang memberikan sejumlah perlindungan dari tembakan musuh, berbeda dengan kendaraan roda "berkulit lunak" (truk atau jip) yang digunakan infanteri bermotor. Sebagian besar APC dan IFV sepenuhnya beroda rantai atau kendaraan berpenggerak semua roda (6×6 atau 8×8), untuk mobilitas di tanah kasar. Beberapa negara membedakan antara infanteri mekanis dan lapis baja, menamakan pasukan yang dibawa oleh APC sebagai "infanteri mekanis" dan yang dibawa oleh IFV sebagai "infanteri lapis baja".
Senjata pendukung untuk infanteri mekanis juga dilengkapi dengan transportasi bermotor atau dipasang langsung pada kendaraan tempur untuk mengimbangi laju infanteri mekanis dalam pertempuran. Untuk unit-unit yang dilengkapi dengan sebagian besar jenis APC atau semua jenis IFV, senjata bantuan penembakan seperti senapan mesin, autokanon, howitzer tembakan langsung dengan kaliber kecil, dan rudal antitank sering dipasang langsung pada kendaraan pengangkut infanteri itu sendiri.
Dibandingkan dengan infantri truk "ringan", infanteri mekanis dapat mempertahankan gerakan taktis yang cepat dan jika dibawa oleh IFV memiliki daya tembak yang lebih padu. Namun, infanteri mekanis membutuhkan lebih banyak persediaan tempur (amunisi dan terutama bahan bakar) dan persediaan persenjataan (komponen kendaraan cadangan), dan proporsi tenaga kerja yang relatif lebih besar diperlukan untuk awak dan pemeliharaan kendaraan. Misalnya, sebagian besar APC membawa satu seksi yang terdiri dari tujuh atau delapan pasukan infantri tetapi memiliki dua awak. Sebagian besar IFV hanya membawa enam atau tujuh infantri tetapi membutuhkan tiga awak. Agar efektif di lapangan, unit mekanis juga membutuhkan banyak ahli mekanik dengan kendaraan dan peralatan pemeliharaan dan pemulihan khusus.
Sejarah
suntingPerang Dunia I
suntingBeberapa infantri mekanis pertama adalah tim serangan Jerman yang dipasang di tank A7V selama Perang Dunia I. Kendaraan itu sangat besar sehingga memungkinkan mereka mengangkut tim penyerang yang cukup besar dan secara teratur akan membawa infantri di dalam tank selain awak tank yang telah dilatih sebagai pasukan serbu. Semua tank A7V yang dilengkapi senapan mesin membawa dua pelontar api kecil untuk pasukan yang diturunkan dari tank. Tank A7V sering membawa perwira kedua untuk memimpin tim penyerang.
Dalam Pertempuran St Quentin, A7V ditemani oleh 20 stormtrooper dari Batalion Penyerangan Rohr, tetapi tidak ditentukan apakah mereka bertindak sebagai pasukan yang keluar dari dalam tank atau menyertai tank dengan berjalan kaki. Selama pertempuran, para awak tank dilaporkan telah turun dan menyerang posisi musuh dengan granat dan penyembur api di berbagai kesempatan.
Contoh lain dari penggunaan metode pertempuran semacam itu adalah perebutan Villers-Bretonneux, ketika A7V menekan pasukan bertahan dengan tembakan senapan mesin dan tim penyerang akan turun dari tank dan menyerang mereka dengan granat.[1]
Menjelang akhir Perang Dunia I, semua pasukan yang terlibat dihadapkan dengan masalah mempertahankan momentum serangan. Tank, artileri, atau taktik infiltrasi dapat digunakan untuk menerobos pertahanan musuh, tetapi hampir semua serangan diluncurkan pada tahun 1918 terhenti beberapa hari setelah diluncurkan. Infanteri yang mengikuti tank dengan cepat menjadi lelah dan artileri, persediaan, serta formasi pasukan baru tidak dapat dibawa maju melewati medan perang dengan cukup cepat untuk mempertahankan tekanan pada musuh yang mulai berkumpul kembali.
Diakui secara luas bahwa kavaleri berkuda terlalu rentan untuk digunakan di sebagian besar medan perang Eropa, tetapi banyak pasukan terus menggunakannya. Infanteri bermotor dapat mempertahankan pergerakan yang cepat, tetapi truk mereka membutuhkan jaringan jalan yang bagus atau medan terbuka yang kokoh, seperti padang pasir. Mereka tidak dapat melintasi medan perang yang terhalang oleh kawah, kawat berduri, dan parit. Kendaraan beroda rantai atau berpenggerak semua roda menjadi solusinya.
Setelah perang, perkembangan kekuatan mekanis sebagian besar berupa diskursus teoretis untuk beberapa waktu, tetapi banyak negara mulai mempersenjatai kembali pada 1930-an. Angkatan Darat Inggris telah membentuk Pasukan Mekanis Eksperimental pada tahun 1927, tetapi gagal untuk mengejar sasaran pembentukan pasukan itu karena kendala anggaran dan kebutuhan sebelumnya untuk mengatur perbatasan Kerajaan Inggris.
Meskipun beberapa pendukung peperangan gesit, seperti JFC Fuller, menganjurkan pembangunan "armada tank", beberapa pemikir militer yang lain, seperti Heinz Guderian di Jerman, Adna R. Chaffee Jr di Amerika Serikat, dan Mikhail Tukhachevsky di Uni Soviet, mengakui bahwa tank adalah unit yang membutuhkan dukungan dekat dari infanteri dan senjata lain dan menyatakan bahwa lengan pendukung seperti itu perlu mempertahankan kecepatan gerak yang setara dengan tank.
Ketika Jerman mempersenjatai kembali pada era 1930-an, mereka melengkapi beberapa unit infantri di divisi Panzer baru mereka dengan halftrack Sd.Kfz. 251, yang bisa mengimbangi laju tank di sebagian besar medan. Tentara Prancis juga menciptakan divisi "mekanis ringan" (légère mécanisée) di mana beberapa unit infantri memiliki pengangkut pasukan beroda rantai. Bersama dengan motorisasi unit infantri dan pendukung lainnya, hal ini memberi kedua pasukan sebuah formasi gabungan yang sangat gesit. Doktrin Jerman menggunakannya untuk mengeksploitasi terobosan dalam serangan Blitzkrieg, sedangkan Prancis membayangkan mereka digunakan untuk menggeser pasukan cadangan dengan cepat dalam pertempuran defensif.
Perang Dunia II
suntingSelama Perang Dunia II berlangsung, sebagian besar pasukan negara-negara utama mengintegrasikan tank atau meriam serbu dengan infanteri mekanis, serta senjata pendukung lainnya, seperti artileri dan insinyur, sebagai unit senjata gabungan.
Formasi lapis baja Sekutu memasukkan elemen infanteri mekanis untuk kerja tim senjata gabungan. Misalnya, divisi lapis baja AS memiliki keseimbangan masing-masing tiga batalion tank, infanteri lapis baja, dan artileri swagerak. Infanteri lapis baja AS sepenuhnya dilengkapi dengan halftrack M2 dan M3. Pada pasukan Inggris dan Persemakmuran, "Brigade lapis baja Tipe A," dimaksudkan untuk operasi independen atau untuk membentuk bagian dari divisi lapis baja, memiliki batalyon "infanteri motor" yang dibawa oleh Bren Carrier atau kemudian oleh halftrack dari pinjam-sewa. Brigade "Tipe B" tidak memiliki komponen infanteri motor dan berada di bawah formasi infanteri.
Angkatan Darat Kanada dan, selanjutnya Angkatan Darat Kerajaan Inggris, menggunakan kendaraan seperti Kanguru APC, biasanya untuk operasi-operasi tertentu alih-alih menciptakan formasi infanteri mekanis yang permanen. Operasi semacam itu adalah Operasi Totalise dalam Pertempuran Normandia, yang gagal mencapai tujuan akhirnya tetapi menunjukkan bahwa infanteri mekanis dapat menyebabkan korban pasukan yang jauh lebih sedikit daripada pasukan yang berjalan kaki dalam operasi set-piece.[2]
Angkatan Darat Jerman memperkenalkan infanteri mekanis pada divisi Panzer mereka dan kemudian menamakannya sebagai unit Panzergrenadier. Di tengah perang, Jerman menciptakan divisi yang seluruhnya berupa infanteri mekanis dan bernama divisi Panzergrenadier.
Karena ekonomi Jerman tidak dapat menghasilkan APC halftrack dalam jumlah yang memadai, hanya seperempat atau sepertiga dari infanteri di dalam divisi Panzer atau Panzergrenadier dimekanisasi, kecuali dalam beberapa formasi yang disukai oleh petinggi militer Jerman. Sisanya digerakkan dengan truk. Namun, sebagian besar unit pengintaian Jerman dalam formasi seperti itu juga merupakan infanteri mekanis dan dapat melakukan misi infanteri ketika dibutuhkan. Sekutu umumnya menggunakan jip, mobil lapis baja, atau tank ringan untuk pengintaian.
Tentara Merah memulai perang saat masih dalam proses reorganisasi formasi lapis baja dan mekanisasinya, yang sebagian besar dihancurkan selama bulan-bulan pertama Invasi Jerman ke Uni Soviet. Kira-kira setahun kemudian, Soviet membentuk kembali unit-unit infantri mekanis berukuran divisi, disebut korps mekanis, biasanya dengan satu brigade tank dan tiga brigade infanteri mekanis, dengan unit pendukung bermotor. Mereka umumnya digunakan dalam fase eksploitasi ofensif, sebagai bagian dari konsep operasi mendalam Soviet yang dibuat sejak sebelum perang.
Tentara Soviet juga menciptakan beberapa kelompok kavaleri mekanis di mana tank, infanteri mekanis, dan kavaleri berkuda dicampurkan. Mereka juga digunakan dalam fase eksploitasi dan mengejar dari sebuah serangan. Infanteri mekanis Tentara Merah umumnya dibawa dengan tank atau truk, dengan hanya beberapa APC halftrack pinjam-sewa yang didedikasikan.
Angkatan Darat Rumania mengerahkan bermacam-macam kendaraan. Kendaraan tersebut berjumlah 126 Renault UE Chenillettes yang dirancang Prancis dan dibuat secara lokal, 34 traktor Soviet yang ditangkap dan diperbaharui, 27 halftrack lapis baja buatan Jerman dari tipe Sd.Kfz. 250 dan Sd.Kfz. 251, lebih dari 200 truk Tatra, Praga, dan Skoda buatan Cekoslowakia (truk Tatra adalah model yang khusus dibuat untuk Angkatan Darat Rumania) serta 300 mobil lapangan buatan Jerman Horch 901 4x4.[3] Halftrack Sd.Kfz. 8 dan Sd.Kfz. 9 juga diperoleh,[4] serta sembilan kendaraan dari tipe Sd.Kfz. 10 dan 100 traktor beroda rantai RSO/01.[5] Rumania juga menghasilkan lima purwarupa traktor artileri dalam negeri.
Perang Dingin
suntingDi era pascaperang, tahun-tahun awal Perang Dingin, Tentara Soviet dan NATO mengembangkan peralatan dan doktrin untuk infanteri mekanis. Dengan pengecualian formasi lintas udara, Tentara Merah melakukan mekanisasi pada semua formasi infanterinya. Awalnya, APC beroda, seperti BTR-152, digunakan, tetapi beberapa di antaranya tidak memiliki perlindungan atap dan karenanya rentan terhadap tembakan artileri. Meski demikian, kenaraan itu masih memberi Angkatan Darat Soviet fleksibilitas strategis yang lebih besar karena wilayah daratan yang luas dan perbatasan panjang Uni Soviet dan sekutunya dalam Pakta Warsawa.
Angkatan Darat AS menetapkan konfigurasi dasar APC beroda rantai dengan M75 dan M59 sebelum mengadopsi M113 yang lebih ringan dan dapat dibawa oleh Lockheed C-130 Hercules dan pesawat angkut lainnya. Kendaraan itu memberi mobilitas infantri yang sama dengan tank tetapi dengan perlindungan baju besi yang jauh lebih efektif (masih memiliki perlindungan nuklir, biologis, dan kimia).
Dalam Perang Vietnam, M113 sering dilengkapi dengan persenjataan tambahan dan digunakan sebagai kendaraan tempur infanteri ad hoc. Operasi awal oleh Angkatan Darat Republik Vietnam menggunakan kendaraan tersebut menunjukkan bahwa pasukan jauh lebih efektif ketika mereka berada di dalam kendaraan daripada ketika mereka turun. Doktrin Amerika kemudian menekankan taktik infanteri dalam kendaraan. Amerika akhirnya mengerahkan brigade mekanis dan sepuluh batalion mekanis ke Vietnam.
Yang lebih penting untuk pengembangan di masa depan adalah Soviet BMP-1, yang merupakan IFV sejati pertama. Pengenalannya mendorong pengembangan kendaraan serupa di pasukan Barat, seperti Marder buatan Jerman Barat dan M2 Bradley buatan Amerika. Tidak seperti APC, yang dimaksudkan hanya untuk mengangkut infanteri dari satu tempat ke tempat dalam perlindungan perisai baja, IFV memiliki daya tembak yang kuat yang dapat mendukung infanteri dalam serangan atau pertahanan. Banyak IFV juga dilengkapi dengan porta menembak sehingga infanteri di dalam dapat menembakkan senjata mereka dari dalam, tetapi porta seperti itu pada umumnya tidak berhasil dan telah dibuang dari IFV modern.
Organisasi Soviet memunculkan berbagai taktik antara varietas infanteri mekanis yang "ringan" dan "berat". Di Angkatan Darat Soviet, divisi "senapan bermotor" lini pertama dari tahun 1970-an dan seterusnya biasanya memiliki dua resimen yang dilengkapi dengan APC beroda BTR-60 dan satu resimen dengan IFV beroda rantai BMP-1. Resimen "ringan" dimaksudkan untuk melakukan serangan berjalan kaki pada sayap divisi, dan resimen "berat" yang dilengkapi dengan BMP tetap di dalam kendaraan dan mendukung resimen tank dari divisi tersebut pada poros utama gerak maju. Kedua jenis resimen infanteri masih secara resmi disebut sebagai unit "senapan motor".[6]
Garis perkembangan di Angkatan Bersenjata Soviet dari tahun 1980-an adalah penyediaan IFV khusus untuk digunakan oleh Pasukan Lintas Udara Rusia. Yang pertama adalah BMD-1, yang memiliki daya tembak yang sama dengan BMP-1 tetapi diangkut atau bahkan diterjunkan dari pesawat angkut standar Soviet. Hal tersebut mengubah formasi lintas udara menjadi infanteri mekanis dengan harga yaitu mengurangi kekuatan "bayonet", karena BMD hanya bisa membawa tiga atau paling banyak empat pasukan terjun payung selain awak kendaraan yang beranggotakan tiga orang. Pasukan lintas udara Soviet digunakan dalam peran itu dalam invasi Soviet ke Afghanistan pada 1979.
Era modern
suntingSaat ini, hampir semua unit infanteri dari negara industri dilengkapi dengan beberapa jenis transportasi bermotor. Unit-unit infanteri yang dilengkapi dengan IFV alih-alih kendaraan yang lebih ringan biasanya disebut "infanteri berat", menunjukkan lebih banyak kekuatan tempur tetapi juga kebutuhan transportasi jarak jauh yang lebih mahal. Dalam Operasi Desert Shield, selama fase penumpukan Perang Teluk Pertama, Angkatan Darat AS prihatin dengan kurangnya mobilitas, perlindungan, dan daya tembak yang ditawarkan oleh formasi cepat yang sudah ada (yaitu, udara) dan juga tentang lambatnya penempatan unit lapis baja reguler. Pengalaman itu membuat Angkatan Darat AS membentuk brigade tempur berdasarkan Stryker beroda IFV.
Di Angkatan Darat Inggris, unit "infanteri berat" yang dilengkapi dengan Warrior IFV digambarkan sebagai "infanteri lapis baja", dan unit dengan Bulldog APC sebagai "infanteri mekanis". ketentuan ini semakin meluas, misalnya Angkatan Darat Prancis memiliki unit "motorisées" yang dilengkapi dengan VAB beroda dan unit "mécanisées" (lapis baja) dengan AMX-10P beroda rantai.
Persyaratan transportasi dan logistik lainnya telah menyebabkan banyak negara untuk mengadopsi APC beroda ketika stok APC beroda rantai mereka membutuhkan penggantian. Contohnya adalah Angkatan Darat Kanada, yang telah menggunakan IFV beroda LAV III dalam pertempuran di Afghanistan. Pasukan Italia, Spanyol dan Swedia mengadopsi (dan mengekspor) IFV baru beroda rantai buatan dalam negeri. IFV CV90 Swedia khususnya telah diadopsi oleh beberapa negara.
Tren yang baru-baru ini terlihat pada Angkatan Pertahanan Israel dan Angkatan Bersenjata Federasi Rusia adalah pengembangan dan pengenalan APC yang sangat terlindungi dengan baik (HAPC), seperti Achzarit IDF, yang dikonversi dari tank tempur utama yang sudah usang (seperti T-55 Soviet). Kendaraan seperti itu biasanya efektif dalam memenuhi tujuannya, yaitu memiliki perlindungan perisai yang baik, tetapi kurang tepat guna dan kekurangan ruang sehingga IFV tidak bisa membawa banyak persenjataan selain regu infantri yang diangkut. Di Angkatan Darat Rusia, kendaraan seperti itu diperkenalkan untuk pertempuran di daerah perkotaan, di mana risiko serangan dari senjata antitank infanteri jarak pendek, seperti RPG-7, sangat tinggi. Pertimbangan ini dibuat setelah tank dan unit infanteri bermotor Rusia menderita kerugian besar melawan pasukan Chechen di Grozny selama Perang Chechnya Pertama pada 1995.
Banyak APC dan IFV yang sedang dikembangkan saat ini ditujukan untuk pengerahan cepat dengan pesawat. Teknologi baru yang menjanjikan pengurangan berat, seperti penggerak listrik, dapat diterapkan. Namun, menghadapi ancaman serupa di Irak pascainvasi dengan hal yang mendorong Rusia untuk mengkonversi tank menjadi APC, pasukan pendudukan merasa perlu untuk menerapkan perisai baja tambahan untuk APC dan IFV yang telah ada sehingga menambah ukuran dan bobot kendaraan keseluruhan. Beberapa desain kendaraan terbaru (seperti Puma Jerman) yang ringan dan dapat diangkut melalui udara kemudian dapat dipasangi dengan perlindungan tambahan di medan tempur sehingga memastikan fleksibilitas strategis dan kemampuan bertahan.
Operasi senjata gabungan
suntingSecara umum diterima bahwa jenis sistem senjata tunggal sangat kurang efektif tanpa dukungan dari tim gabungan senjata lengkap; gagasan pra-Perang Dunia II tentang "armada tank" telah terbukti sama buruknya dengan gagasan Perang Dunia I tentang serangan infanteri yang tidak didukung. Meskipun formasi lapis baja banyak negara memasukkan komponen infanteri mekanis organik pada awal Perang Dunia II, proporsi infantri mekanis dalam formasi gabungan seperti itu meningkat oleh sebagian besar negara seiring berjalannya perang.
Pelajaran itu dipelajari kembali, pertama oleh Angkatan Darat Pakistan dalam Perang 1965 dengan India, di mana negara itu menerjunkan dua jenis divisi lapis baja yang berbeda: satu yang hampir secara eksklusif berupa pasukan lapis baja (Divisi ke-1), sementara yang lain komposisi infanterinya lebih seimbang (Divisi ke-6). Divisi ke-6 menunjukkan dirinya jauh lebih mampu bertempur daripada Divisi ke-1.
Setelah mencapai keberhasilan spektakuler dalam ofensif dengan formasi tank-berat selama Perang Enam Hari, Pasukan Pertahanan Israel dalam Perang Yom Kippur tahun 1973 menemukan bahwa sebuah doktrin yang mengandalkan terutama pada tank dan pesawat terbang terbukti tidak memadai. Sebagai solusi darurat, pasukan terjun payung dilengkapi dengan transportasi bermotor dan digunakan sebagai infanteri mekanis dalam koordinasi dengan pasukan lapis baja.
Infanteri mekanis dalam TNI
suntingBatalyon Infanteri Mekanis di TNI sering disingkat "Yonif Mekanis" atau "Yonmek" merupakan pasukan infanteri yang termekanisasi yang dibekali dengan pengangkut personel lapis baja (APC) atau kendaraan tempur infanteri (IFV) sebagai kendaraan pengangkut personil untuk tempur.[7]
Beberapa satuan di luar Jawa juga mulai dilengkapi dengan ranpur Anoa untuk menunjang tugas pokoknya, seperti Yonif Mekanis 113/Jaya Sakti di Kodam Iskandar Muda, Yonif Raider Khussus 134/Tombak Sakti di Kodam I/Bukit Barisan dan Yonif Raider Khusus 744/Satya Yudha Bhakti di Kodam IX/Udayana. Walaupun dalam pelaksanaannya belum terdukung sepenuhnya, TNI Angkatan Darat berupaya memenuhi kuota jumlah kendaraan tempurnya agar sesuai TOP (Tabel Organisasi dan Perlengkapan). Selain itu, TNI Angkatan Darat berencana membentuk tiga Batalyon Infanteri Mekanis lagi di tiga komando daerah militer (Kodam) untuk menghadapi ancaman sesuai perkembangan lingkungan strategis global yang makin dinamis dan beragam. Pembentukan tiga Batalyon Infanteri Mekanis merupakan bagian dari penataan organisasi Angkatan Darat menghadapi tuntutan dan kebutuhan organisasi, agar lebih efektif dan efisien dalam pelaksanaan tugas.
Pembentukan
suntingPemrakarsa pembentukan Batalyon Infanteri Mekanis pertama kali di Indonesia dan di usulkan oleh Kolonel Inf (Purn.) Imannuel Ginting. Dan yang menjadi Batalyon Infanteri Mekanis Pertama yaitu Yonif Mekanis 201/Jaya Yudha. Dengan diperkuat Panser Anoa buatan PT Pindad.
Diresmikan oleh Kasad Jenderal TNI George Toisutta pada tanggal 16 Februari 2010.
Batalyon Infanteri Mekanis di TNI AD
suntingLihat pula
suntingReferensi
sunting- ^ Ławrynowicz, Witold (2016). A7V i Prekursorzy Niemieckiej Broni Pancernej. Napoleon V.
- ^ Wilmot, Chester (1952). Struggle for Europe. London: Collins. hlm. 413.
- ^ Ronald L. Tarnstrom, Balkan Battles, Trogen Books, 1998, pp. 341-342 and 407
- ^ Manuel Granillo, Legiunea Romana: Romanian General's Handbook Lulu Press, 2013
- ^ Mark Axworthy, Cornel I. Scafeș, Cristian Crăciunoiu, Third Axis, Fourth Ally: Romanian Armed Forces in the European War, 1941-1945, Arms and Armour, 1995, pp. 87 and 124
- ^ Suvorov, Viktor (1982). Inside the Soviet Army. Book Club Associates. hlm. 112.
- ^ "Anoa Perannya bagi Infanteri Mekanis Angkatan Darat"[pranala nonaktif permanen]
- ^ http://defense-studies.blogspot.co.id/2015/03/yonif-643-pontianak-dipersiapkan.html
Bacaan lanjutan
sunting- Dunstan, Simon. Vietnam Tracks: Armor In Battle 1945–1975. 1982 edition, Osprey Publishing; ISBN 0-89141-171-2.
- Starry, Donn A., General. Armored Combat In Vietnam. 1980, Arno Press Inc. ISBN 0-672-52673-5.