Indang

alat kesenian tradisional tepuk dari Sumatera Barat

Indang adalah alat kesenian tradisional tepuk yang berasal dari daerah Sumatera Barat. Alat kesenian Indang ini disebut juga Ripai. Bentuknya sama dengan rebana, tetapi ukurannya lebih kecil, garis tengahnya sekitar 18 sampai 25 cm, dan tingginya 4,5 cm. Seperti juga rebana, alat kesenian Indang ini juga berasal dari Arab dan kesenian yang dimainkan memakai Indang ini adalah kesenian bernapaskan Islam.

Indang

Permainan ini sebagian besar terdapat pada kecamatan-kecamatan di daerah Kabupaten Padang Pariaman dan anak negeri sangat menggemari permainan ini. Adapun daerah-daerah yang memainkan permainan ini, yaitu di Kabupaten Solok, Kabupaten Lima Puluh Kota, dan dikenagarian Pariaman Padang Panjang Kabupaten Tanah Datar.[1]

Asal mula

sunting

Pada zaman dahulu pada setiap nagari di Pariaman punya grup Indang sendiri. Menurut kepercayaan yang ada setiap kelompok Indang ini mempunyai apa yang disebut Sipatuang Sirah, yaitu kelompok orang tua yang mempunyai kekuatan gaib untuk menjaga keselamatan grupnya dari kekuatan luar yang dapat menghancurkan kelompok lain.

Dalam hal pemilihan waktu, permainan Indang ini terkenal pula dengan istilah Indang naik dan Indang turun. Istilah Indang naik dan Indang turun ini sudah memasyarakat di Pariaman. Bila permainan Indang memasuki hari pertama, mulainya permainan dilakukan pada tengah malam antara jam 11 dan 12 malam. Namun, bila permainan memasuki hari kedua, mulainya adalah senja hari sehabis shalat Maghrib.

Kesenian Indang ini lahir dan berkembang disurau-surau yang dimainkan sesudah mengaji. Isi dari nyanyian yang dilakukan adalah tentang pengajaran agama. Oleh sebab itu, sifatnya adalah dakwah dan pemainnya adalah pemuda-pemuda yang menuntut pengetahuan agama. Namun, dalam perkembangan berikutnya pusat aktivitas permainan Indang berubah dari surau keluar surau, yaitu ke tempat sasaran yang disebut laga-laga, sejenis pentas yang tidak diberi dinding sehingga penonton dapat melihat dari segala penjuru.

Permainan

sunting

Permainan Indang biasanya dilakukan sambil duduk berdampingan, berderet-deret antara 9 sampai 25 orang, dan jumlah pemainya ganjil. Masing-masing pemain memegang dan memainkan Indang atau Ripai, serta mengiringi gerakannya dengan lagu-lagu secara bersama-sama dan serempak. Indang dimainkan oleh tangan dengan jalan memukul-mukul dan menjentikkan jari kepada Indang tersebut. Dalam permainan Indang tersebut gerak tubuh juga menonjol, yaitu gerak meliuk-liukkan tubuh secara serempak serta berlawanan arah antara pemain yang satu dengan pemain lainnya.

Kalau yang satu meliukkan badan ke kanan agak ke depan, pemain berikutnya meliukkan badan ke arah kiri kebelakang. Adapun orang-orang penting dalam permainan Indang itu di samping pemain yang banyak adalah:

  1. Tukang Dzikir yang berfungsi sebagai penyanyi tunggal yang kemudian diikuti oleh seluruh pemain. Tukang Dzikir ini biasanya duduk di belakang di luar deretan pemain yang lain.
  2. Tukang Alih yang berfungsi untuk mengubah (mengalih) gerakan yang satu kepada gerakan yang lain dan mengalih cara pukulan Indang yang dipegang pemain.

Daerah Pelestarian Indang

sunting

Jika ingin menikmati Permainan Indang atau Ripai di Sumatera Barat, lokasi yang paling popular adalah di daerah Kabupaten Padang Pariaman yang terkenal dengan permainan Indang Pariaman atau Indang Piaman. Salah satu ciri khas dari Indang Pariaman adalah selalu dimainkan pada malam hari, biasanya dalam acara perhelatan nagari, seperti batagak kudo-kudo, pasar malam, dan jarang sekali ditampilkan dalam acara perkawinan.

Dalam penampilan Indang Piaman ini biasanya dibawakan oleh 3 grup yang datang dari 3 desa yang berbeda atau satu grup tuan rumah dan dua grup pendatang (tamu). Ketiga grup tersebut duduk dalam posisi segitiga dan ketiga grup tersebut bermain Indang mempunyai satu tema atau masalah yang didiskusikan sebelum permainan dimulai serta menentukan grup mana yang akan bermain pertama. Biasanya yang memulai bermain itu adalah grup tuan rumah atau grup yang ditunjuk sebagai tuan rumah. Kalau dinagari itu tidak ada grup Indang, grup pertama sebagai tuan rumah memulai permainan. Grup ini harus telah siap mengarang nyanyian atau kata-kata yang lebih berorientasi pada hal-hal atau masalah yang terjadi di pihak tuan rumah, seperti nama bukit, sungai, hasil alam, kebiasaan penduduk, dan lain-lain. Demikianlah selanjutnya permainan Indang ini berlangsung secara bergantian dari masing-masing grup dengan tema yang telah dipilih.

Baindang

sunting

Baindang adalah berdendang bersahut-sahut antara dua orang penyanyi yang berasal dari dua kelompok pemain Indang.

Lihat pula

sunting

Bacaan lanjutan

sunting
  • (Indonesia) Ediwar (2007). Indang Pariaman: dari tradisi surau ke seni pertunjukan rakyat. Deni Hermawan. Universitas Pendidikan Indonesia. ISBN 979-1179-07-7. 

Pranala luar

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ "Ensiklopedi Musik dan Tari Daerah Sumatera Barat" (PDF). 23-Juni-1977. Diakses tanggal 20-September-2022.