Cacing keremi

(Dialihkan dari Cacing kremi)
Cacing keremi
Enterobius vermicularis
Enterobius vermicularis
Klasifikasi ilmiah
Domain:
Kerajaan:
Filum:
Kelas:
Ordo:
Superfamili:
Famili:
Genus:
Enterobius

L, 1758
Spesies

Lihat teks

Cacing kremi (bahasa Inggris: pinworm) (genus Enterobius), juga disebut threadworm (di Britania Raya dan Australia) atau seatworm, adalah sejenis cacing parasit pada manusia. Cacing kremi merupakan nematoda (cacing gilig) dan menjadi parasit intestinal atau helminth pada manusia.[1] Kondisi medis akibat infeksi cacing kremi dikenal sebagai enterobiasis[2]

Taksonomi

sunting

Cacing kremi termasuk dalam kelompok nematoda.[3] Nama ilmiah untuk cacing keremi ialah Enterobius vermicularis.[4] Nama cacing keremi diberikan karena ukuran tubuhnya yang sangat kecil. Panjang tubuh cacing keremi hanya berkisar antara 10–15 sentimeter.[5]

Anatomi

sunting

Tubuh cacing kremi berukuran sangat kecil.[6] Besarnya hanya seukuran beras.[7] Panjang tubuhnya hanya berkisar antara 10–15 sentimeter. [5] Cacing kremi mirip seperti parutan kelapa karena tubuhnya berwarna putih.[8]

Penularan penyakit

sunting

Parasitisasi

sunting

Cacing keremi merupakan salah satu parasit pada saluran pencernaan yang menyebabkan enterobiasis.[9] Penyakit enterobiasis dapat diderita oleh manusia pada segala umur. Namun umunmnya diderita oleh anak berusia 5–14 tahun. Lingkup penularannya dapat mencapai lingkup keluarga atau lingkungan yang sama. Penularannya dapat melalui debu atau dari mulut ke tangan.[10] Cara masuknya dapat melalui dubur.[11]

Pada anak-anak, cacing kremi tertinggal di dalam kuku atau jari tangan anak-anak ketika bermain di tanah. Wujud cacing kremi ketika menempel masih dalam bentuk telur.[12] Ketika anak-anak makan tanpa mencuci tangan, maka telur cacing keremi akan ikut tertelan. Telur kemudian menetas ketika mencapai usus.[13] Setelah itu, cacing keremi memasuki bagian usus untuk tumbuh dan berkembangbiak. Keberadaan cacing keremi di dalam tubuh menyebabkan penyakit enterobiasis.[14] Peneluran telur cacing kremi dilakukan pada malam hari ketika penderita sedang tertidur.[15]

Pengobatan

sunting

Cacingan yang disebabkan oleh infeksi cacing kremi dapat diatasi dengan obat albendazol. Obat ini digunakan dengan cara diminum melalui mulut. Albendazol dapat membunuh cacing kremi karena kemampuannya dalam mengurangi persediaan glikogen yang berakibat kepada berkurangnya pembentukan adenosina trifosfat. Larva cacing ataupun cacing dewasa diblok dari memperoleh glukosa oleh albendazol.[16]

Rasa gatal yang ditimbulkan oleh cacing keremi pada dubur juga dapat diatasi dengan menggunakan tiga jenis ramuan. Ramuan pertama ialah tiga siung bawang merah yang telah digiling atau diparut. Setelah itu, ramuan ditempelkan pada dubur sebelum tidur. Ramuan kedua ialah campuran parutan temu hitam dan sesiung bawang putih yang ditambahi dua sendok madu. Ramuan diminum dari hasil perasan. Perasan ini kemudian diberikan ke dubur setiap dua kali seminggu. Ramuan ketiga ialah dua sampai tiga siung bawang putih yang telah digiling. Setelah itu, ramuan ditempelkan pada dubur sebelum tidur.[17]

Daftar Spesies

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ Encyclopædia Britannica.
  2. ^ Merriam-Webster: Enterobiasis
  3. ^ Neal, M, J. (2006). Safitri, Amalia, ed. At a Glance Farmakologi Medis [Medical Pharmacology at a Glance Fofth Edition]. Diterjemahkan oleh Surapsari, Juwalita. Jakarta: Penerbit Erlangga. hlm. 88. 
  4. ^ Lalangpuling, I. E., Manengal, P. O., dan Konoralma, K. (April 2020). "Personal Hygine dan infeksi cacing Enterobius vermicularis Pada Anak Usia Pra Sekolah". Jurnal Kesehatan Lingkungan. 10 (1): 30. ISSN 2615-188X. 
  5. ^ a b Siagian, Gunaria (November 2020). Taksonomi Hewan (PDF). Bandung: Penerbit Widina Bhakti Persada Bandung. hlm. 52. ISBN 978-623-6608-59-3. 
  6. ^ Priyatna, Andi (2011). Everything's gonna be Alright: Membahas Topik-Topik yang Penting Diketahui Seputar Injuri, Nyeri dan Penyakit Anak Sehari-hari. Jakarta: Penerbit PT Elex Media Komputindo. hlm. 249. ISBN 978-602-00-0961-2. 
  7. ^ Ayustawati (Desember 2013). Mengenali Keluhan Anda: Info Kesehatan Umum untuk Pasien. Informasi Medika. hlm. 19. 
  8. ^ Suabahar, R., dkk. (Juli 2022). Buku Penyuluhan Infeksi Cacing Usus. Guepedia. hlm. 39. ISBN 978-623-421-258-7. 
  9. ^ Astari, R., dan Triana, W. (September 2018). Fatmawati, Fatimah, ed. Kamus Kesehatan Indonesia-Arab (PDF). Sleman: Trussmedia Grafika. hlm. 38. ISBN 978-602-5747-22-9. 
  10. ^ Rosyidah, H. N., dan Prasetyo, H. (2018). "Prevalensi Infeksi Cacing Usus pada Anak di Kampung Pasar Keputran Utara, Surabaya Tahun 2017" (PDF). Journal of Vocational Health Studies. 01: 120. ISSN 2580-7161. 
  11. ^ Im, S. Y., dan Kim, E. R. (2022). Buku Pengetahuan Paling Jorok Sedunia Edisi Revisi. Jakarta: Penerbit Bhuana Ilmu Populer. hlm. 17. ISBN 978-623-04-0790-1. 
  12. ^ Sahani, W., dan Limbong, O. S. (2020). "Hubungan Kebiasaan Cuci Tangan Pakai Sabun dengan Kejadian Infeksi Kecacingan pada Anak Sekolahh Dasar (Studi Literatur)". Jurnal Sulolipu: Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat. 20 (2): 315. ISSN 2622-6960. 
  13. ^ Bahar, M., Thadeus, M. S., dan Fauziah, C. (2018). "Penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dari Langkah Awal Cuci Tangan Pakai Sabun di Komplek Perumahan UPN Keluraha Meruyuunf Kecamatan Limo Kota Depok". Prosiding Seminar Hasil Pengabdian Kepada Masyarakat. 1 (1). Halaman ke-6. ISBN 978-602-73114-5-9. 
  14. ^ Mei Devi Anjarsari (2018). "Personal Hygiene Kejadian Enterobiasis Siswa Sekolah Dasar Negeri". Higiea. 2 (3): 443. 
  15. ^ Ardinasari, Eiyta (April 2016). Buku Pintar Mencegah dan Mengobati Penyakit Bayi dan Anak. Jakarta: Penerbit Bestari. hlm. 88. ISBN 978-602-341-009-5. 
  16. ^ Alfarisi, Salman (Februari 2015). "Toddler with Enterobiasis". Jurnal Agromed Unila. 1 (2): 41. 
  17. ^ Riyanti GW (2007). Muslimah Cerdas dan Kreatif: Panduan Lengkap Seputar Rumah. Jakarta Selatan: Qultummedia. hlm. 76. ISBN 978-979-017-000-1. 
  18. ^ a b Hasegawa et al. 2005.
  19. ^ a b c d e f "Enterobius". NCBI taxonomy (dalam bahasa Inggris). Bethesda, MD: National Center for Biotechnology Information. Diakses tanggal 28 February 2019. 
  20. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w "GBIF Backbone Taxonomy". GBIF Secretariat. 2022. doi:10.15468/39omei. 
  21. ^ Hasegawa H, Takao Y, Nakao M, Fukuma T, Tsuruta O, Ide K (February 1998). "Is Enterobius gregorii Hugot, 1983 (Nematoda: Oxyuridae) a distinct species?". The Journal of Parasitology. 84 (1): 131–4. doi:10.2307/3284542. JSTOR 3284542. PMID 9488350. 
  22. ^ Nakano T, Okamoto M, Ikeda Y, Hasegawa H (December 2006). "Mitochondrial cytochrome c oxidase subunit 1 gene and nuclear rDNA regions of Enterobius vermicularis parasitic in captive chimpanzees with special reference to its relationship with pinworms in humans". Parasitology Research. 100 (1): 51–7. doi:10.1007/s00436-006-0238-4. PMID 16788831. 
  23. ^ Totkova A, Klobusicky M, Holkova R, Valent M (2003). "Enterobius gregorii—reality or fiction?" (PDF). Bratislavské Lekárske Listy. 104 (3): 130–3. PMID 12940699. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 10 September 2011.