Nasi biryani

salah satu jenis hidangan nasi
(Dialihkan dari Biryani)

Nasi biryani (Nasta'liq: بریانی; Hindi: बिरयानी; Arab: برياني) atau biriani, briyani[1], atau beriani[2] adalah hidangan berupa nasi (biasanya dari beras basmati ) yang dimasak dengan rempah-rempah lalu ditambah dengan sayuran, atau daging (ayam, kambing, ikan, udang, atau sapi). Makanan ini berasal dari Anak benua India (India dan Pakistan). Di Kepulauan Melayu, hidangan ini disebut dengan tambahan kata nasi (nasi biryani, nasi briyani, nasi briani, atau nasi beriani[3]). Nama hidangan ini ("Biryani") berasal dari bahasa Persia, beryā(n) (بریان) yang berarti goreng atau panggang.[4] Pada zaman dulu, beras digoreng di dalam minyak samin sebelum direbus di dalam air bersama rempah-rempah hingga setengah matang.[5]

Biryani
Nama lainBiriyani, Biriani, Beriani, Briyani, Breyani, Briani, Birani, Buriyani, Bariania,Beriani
SajianMenu utama
DaerahAsia Selatan, Asia Barat Daya, Asia Tengah, Asia Tenggara Maritim
Suhu penyajianPanas
Bahan utama
  • Beras
  • Rempah-rempah
  • Sayuran
  • Daging
Bahan yang umum digunakan
  • Daging domba
  • Ayam
  • Daging sapi
  • Telur
  • Kacang
  • Buah kering
  • Kentang
VariasiBerbagai variasi
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini

Biryani dibuat dari beras yang sudah direbus di panci terpisah. Setelah beras setengah matang, beras dicampur dengan kaldu berbumbu, lalu ditutup rapat di dalam panci, dan dimasak hingga matang sampai kaldu terserap ke dalam nasi. Biryani berbeda dengan pullao (baca: pallao) dalam cara memasak. Kalau memasak pullao, beras digoreng bersama rempah-rempah di dalam minyak samin, dan langsung dimasak hingga matang.[6]

Pendatang dan pedagang dari bangsa Persia memperkenalkan cara memasak biryani kepada orang India dan Pakistan. Hidangan ini tidak hanya populer di India dan Pakistan; melainkan juga di Irak, Iran, Afganistan, Bangladesh, dan kalangan penduduk muslim Sri Lanka, khususnya di Asia Selatan yang merupakan wilayah Sub Continent.

Etimologi

sunting

Kata biryani berasal dari kata bahasa Persia "brishtah" (برشتہ) yang berarti bawang goreng, karena hidangan tersebut dibuat dengan membumbui nasi dengan bawang goreng dan daging, di samping bumbu-bumbu lainnya. Dahulu, bahasa Persia digunakan sebagai bahasa resmi di berbagai bagian India abad pertengahan oleh berbagai dinasti Islam.[7][8] Ada satu teori yang menyatakan bahwa kata biryani berasal dari kata birinj (bahasa Persia: برنج), yang berarti nasi.[9][10] Teori lain menyatakan bahwa biryani berasal dari kata biryan atau beriyan (bahasa Persia: بریان), yang berarti "menggoreng" atau "memanggang".[11][12]

Asal hidangan biryani tak diketahui dengan pasti. Di India Utara, berbagai jenis biryani berkembang di pusat Muslim Delhi (hidangan Mughlai), Rampur, Lucknow (hidangan Awadh) dan kerajaan kecil lainnya. Di India Selatan—di mana nasi lebih banyak dikonsumsi sebagai makanan pokok—beberapa jenis biryani yang berbeda muncul dari negara Hyderabad (beberapa orang percaya biryani berasal dari sana[13]), Tamil Nadu (Ambur, Thanjavur, Chettinad, Salem, Dindigul ), Kerala (Malabar), Telangana, dan Karnataka (Bhatkal)—di mana komunitas Muslim tinggal.[9][14]

Menurut sejarawan Lizzie Collingham, biryani modern dikembangkan di dapur kerajaan Kesultanan Mughal (1526–1857), hidangan tersebut berupa campuran dari hidangan nasi pedas asli India dan pilaf Persia.[15] Perestoran India, Kris Dhillon, percaya bahwa biryani berasal dari Persia, dan dibawa ke India oleh orang-orang Mughal.[16]

Vishwanath Shenoy, pemilik jaringan restoran biryani di India, menyatakan bahwa satu cabang biryani berasal dari Mughal, sedangkan yang lain dibawa oleh pedagang Arab ke Malabar di India Selatan.[17]

Rana Safvi, sejarawan terkemuka, menyatakan bahwa dia hanya dapat menemukan resep biryani dari periode Mughal akhir, tepatnya dari masa Bahadur Shah II. Namun, dia tidak mengklaim bahwa tidak ada biryani pada masa sebelumnya, hanya saja dia belum menemukan resepnya. Sementara, sejarawan lain yang telah meneliti berbagai dokumen menyatakan bahwa referensi pertama tentang biryani hanya muncul sekitar abad ke-18.[18]

Bahan-bahan

sunting
 
Bumbu-bumbu dan rempah "Masala" untuk membuat Biryani

Rempah-rempah yang dipakai sewaktu memasak biryani, termasuk di antaranya: minyak samin, kacang-kacangan, jintan, cengkih, kapulaga, kayu manis, daun salam koja, ketumbar, daun mint, jahe, bawang bombay, dan bawang putih. Nasi biryani yang asli memakai safron.

Nasi biryani yang "non-vegetarian" (bukan untuk pemakan sayuran saja) menggunakan daging sapi, daging ayam, daging kambing, daging domba, atau udang. Hidangan sampingan bisa berupa "Chutney Dahi", korma, kari, terung, atau telur rebus.

Biryani Awadh

sunting

Biryani adalah makanan khas Lucknow. Biryani lucknow (biryani awadh) tergolong pakki biryani (pakki berarti matang). Daging dan nasi dimasak terpisah sebelum dicampur di dalam panci tertutup dan dipanggang. Daging ditumis lebih dulu bersama rempah-rempah di dalam minyak samin sebelum dimasak di dalam air hingga matang. Air kaldu disisihkan untuk dipakai memasak beras yang sudah digoreng sebentar di dalam minyak samin. Setelah matang, nasi dicampur bersama daging di dalam panci (handi) tertutup dan dimasak di atas api kecil.[19]

Biryani Hyderabad

sunting
 
Biryani Hyderabad

Biryani Hyderabad adalah biryani paling terkenal di India, beberapa orang mengatakan bahwa biryani identik dengan Hyderabad.[20] Daging yang dipakai adalah daging kambing atau daging ayam. Terkadang, Potongan kentang dimasak bersama daging.

Berdasarkan cara memasak, biryani dibagi menjadi dua jenis pakki biryani dan kacchi biryani. Daging untuk pakki biryani dimasak terpisah hingga matang sebelum dimasak dengan beras di dalam panci tertutup. Daging untuk kacchi biryani (kacchi berarti mentah) hanya direndam di dalam campuran yogurt dan rempah-rempah sebelum diletakkan di dasar panci dan dimasak bersama nasi yang sudah direbus hingga setengah matang.[21]

Biryani Iran

sunting
 
Biryani di Isfahan.

Di Iran, biyani dibuat di Isfahan memakai daging kambing panggang. Paru-paru kambing direbus dan dicincang terpisah sebelum dipanggang di atas wajan khusus. Hidangan ini dimakan bersama roti yang disebut nan-e taftton atau nan-e sngak

Dalam bentuknya yang asli, biryani disebut dam pukht (dan-pukhtak) yang berarti dimasak dengan dikukus dalam bahasa Persia. Di Iran, hidangan ini lebih umum disebut dum pukht daripada biryani.

Biryani Malabar

sunting

Nasi biryani ayam dari daerah Malabar Utara dikenal di luar Malabar sebagai biryani malabar. Ciri khas biryani malabar tidak telalu banyak rempah, namun dimasak dengan cara dum pukht. Biryani malabar konon diperkenalkan di Kerala oleh pedagang dari Timur Tengah. Biryani malabar biasanya dimakan bersama raita berisi bawang bombay dan tomat. Minuman sewaktu makan biryani malabar adalah teh lemon yang disebut suleimani.

Biryani Sindh/Lahore

sunting

Biryani sindh adalah variasi biryani Pakistan. Biryani pakistan terutama biryani yang memakai daging ayam adalah makanan populer di Karachi dan Lahore.[22] Biryani ayam ala Pakistan sangat mirip dengan biryani Lahore, namun memasukkan unsur-unsur biryani Sindh seperti pemakaian kentang.

Biryani Sri Lanka

sunting

Daging yang dipakai adalah daging ayam, sapi, atau kambing. Di Sri Lanka, biryani populer di kalangan penduduk beragama Islam. Hidangan sampingan sewaktu makan nasi biryani di Sri Langka adalah acchar, kari kacang mete, dan sambol daun mint.

Tahiri

sunting

Versi "vegetarian" (pemakan sayur) nasi biryani disebut Tahiri. Hidangan ini populer sebagai masakan rumah di India dan Pakistan. Di Bangladesh, Tehri berarti biryani yang memakai daging. Biryani Tahiri ini biasanya tidak pakai daging dan biasa hanya pakai kentang untuk pengganti daging. Biryani versi ini biasanya untuk umat Hindu yang tidak makan dagin-dagingan.

Biryani di Asia Tenggara

sunting
 
Biryani (danpauk) di Yangon.

Di Myanmar, biryani disebut danpauk, danbauk or danpauk htamin. Semuanya berasal dari bahasa Persia, dam pukht. Beras yang dipakai bukan beras basmati, melainkan beras khusus yang ditanam di dalam negeri. Bahan-bahan biryani berupa daging ayam, kacang mete, yogurt, kismis, kacang-kacangan, cengkih, kayu manis, safron, dan daun salam koja. Biryani dihidangkan bersama salad irisan bawang bombay dan mentimun. Di Yangon terdapat rumah makan berantai yang secara khusus menyediakan nasi biryani.

Di Thailand, biryani dipopulerkan oleh komunitas muslim Thai yang menyebutnya khao mok. Daging yang dipakai adalah daging ayam, daging sapi, atau daging kambing.

Biryani Indonesia

sunting

Di Indonesia, banyak yang menganggap bahwa biryani sama dengan nasi kebuli. Namun, dua hidangan tersebut memiliki banyak perbedaan dari sisi cara pengolahan, rasa, dan rempah-rempah yang digunakan.[23] Nasi biryani cukup populer di wilayah Melayu seperti Kepulauan Riau.

Referensi

sunting
  1. ^ "Entri: briyani". KBBI VI. Diakses tanggal 2024-07-07. 
  2. ^ "Entri: beriani". KBBI VI. Diakses tanggal 2024-07-07. 
  3. ^ Mohd, Ainon (2008). Kamus Simpulan Bahasa. PTS Professional. hlm. 222. ISBN 9-8333-7635-5. 
  4. ^ American Heritage Dictionary of the English Language, Oxford English Dictionary
  5. ^ "History of Biryani". IndiaCurry.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 15 Februari 2012. Diakses tanggal 30 Juni 2009. 
  6. ^ "Chicken biryani recipe". Diakses tanggal 30 Juni 2009. 
  7. ^ Naqvī, Ṣādiq; Rao, V. Kishan; Satyanarayana, A. (2005). A thousand laurels—Dr. Sadiq Naqvi: studies on medieval India with special reference to Deccan. 1. Felicitation Committee, Dept. of History & Dept. of Ancient Indian History, Culture & Archaeology, Osmania University. hlm. 97. 
  8. ^ de Laet, Siegfried J. (1994). History of Humanity: From the seventh to the sixteenth century. UNESCO. hlm. 734. ISBN 978-9-23102-813-7. 
  9. ^ a b Karan, Pratibha (2017). Biryani (dalam bahasa Inggris). Random House India. hlm. 1–12,45. ISBN 978-81-8400-254-6. 
  10. ^ "Biryani". Oxford Dictionary. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-10-14. Diakses tanggal 26 Januari 2022. 
  11. ^ Cannon, Garland Hampton; Kaye, Alan S. (2001). The Persian Contributions to the English Language: An Historical Dictionary. Otto Harrassowitz Verlag. hlm. 71. ISBN 978-3-44704-503-2. 
  12. ^ Vishal, Anoothi (14 Mei 2011). "When rice met meat". Business Standard. Diakses tanggal 26 Januari 2022. 
  13. ^ Knipple, Paul; Knipple, Angela (2012). The World in a Skillet: A Food Lover's Tour of the New American South. hlm. 141. ISBN 9780807869963. 
  14. ^ Saxena, Sparshita (1 Desember 2021). "19 Best Biryani Recipes". NDTV Food. Diakses tanggal 27 Januari 2022. 
  15. ^ Collingham, Lizzie (6 Februari 2006). Curry: A Tale of Cooks and Conquerors (dalam bahasa Inggris). Oxford University Press. hlm. 27. ISBN 978-0-19-988381-3. 
  16. ^ Dhillon, Kris (31 Januari 2013). "17". The New Curry Secret (dalam bahasa Inggris). Little, Brown Book Group. ISBN 978-0-7160-2352-4. 
  17. ^ Ganapati, Priya (9 April 2004). "Of biryani, history and entrepreneurship". Rediff. Diakses tanggal 28 Januari 2022. 
  18. ^ Sanghvi, Vir (25 Juli 2021). "Rude Food by Vir Sanghvi: The people's biryani". Hindustan Times (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 28 Januari 2022. 
  19. ^ "Biryani Food Fight Lucknow versus Hyderabad". IndiaCurry.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-06-28. Diakses tanggal 2009-06-30. 
  20. ^ Mandhani, Nikita (24 Juni 2015). "10 Cities in India for the Food Lover's Soul". India (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 30 Januari 2022. 
  21. ^ "Hyderabad Biryani". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-08-13. Diakses tanggal 2009-06-30. 
  22. ^ "What is Biriyani?". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-03-06. Diakses tanggal 2009-08-12. 
  23. ^ "Perbedaan Nasi Briyani dan Nasi Kebuli". Rinnai Indonesia. 18 Mei 2021. Diakses tanggal 30 Januari 2022. 

Pranala luar

sunting