Bioma adalah wilayah yang memiliki sifat geografis atau iklim yang sama yang meliputi komunitas tumbuhan, hewan, organisme tanah, bakteri, dan virus.[1][2] Ruang lingkup bioma mencakup beberapa ekosistem dengan elemen regional yang besar dan berbeda dari biosfer. Suatu bioma ditandai oleh adanya komunitas tumbuhan dan hewan yang khas.[3] Di Bumi, bioma dapat dikelompokkan menjadi tujuh jenis bioma utama, yaitu hutan hujan tropis, sabana, padang rumput, gurun, hutan gugur, tundra, dan taiga. Vegetasi yang terjadi di tiap lingkungan memiliki keunikannya masing-masing. Keunikan vegetasi tumbuhan merupakan bentuk adaptasi tumbuhan terhadap lingkungan pertumbuhan yang unik.[4]

Bioma gurun

sunting

Bioma gurun banyak ditemukan di Amerika Utara, Afrika Utara, Australia, dan Asia Barat. Ciri-ciri utama dari bioma gurun yaitu curah hujan yang sangat rendah dan penguapan air lebih cepat dibandingkan presipitasi. Curah hujan hanya mampu mencapai 25 cm per tahun. Selain itu, kelembapan udara sangat rendah dan suhu siang hari dan malam hari memiliki perbedaan yang sangat tinggi. Suhu lingkungan pada siang hari dapat mencapai 40oC dan suhu malam hari dapat mencapai 0oC. Sifat tanah pada bioma gurun tidak mampu menyimpan air sehingga sangat tandus.[5]

Di dalam bioma gurun, umumnya tumbuhan bersifat xerofit dan mampu melakukan adaptasi dengan daerah kering. Sedangakn ciri fauna dari bioma gurun adalah binatang berukuran besar. Jenis hewan pada bioma gurun yang aktif sepanjang waktu hanya yang mampu menyimpan cadangan air, misalnya unta. Sedangkan binatang pengerat, reptil, dan seranggga hanya aktif pada pagi hari dan bersembunyi di lubang pada siang hari karena panas terik matahari.[6]

Tumbuhan yang hidup di gurun memiliki duri dan tidak berdaun. Tumbuhan xerofit memiliki permukaan luas yang lebih kecil dari volumenya yang menyebabkan ukuran sel mengecil dan dinding sel menebal. Selain itu, sistem jaringan pembuluh dan stomata bertambah rapat serta jumlah jaringan tiang bertambah, sementara jaringan spons berkurang. Tanaman xerofit juga memiliki akar yang panjang sehingga dapat mengambil air dari tempat yang dalam. Tanaman ang timbuh di gurun termasuk tanaman sukulen yang daunnya sering ditutupi oleh bulu dan jaringan organnya mampu penyimpan air. Pengecilan ukuran daun merupakan bentuk adaptasi dari tempat yang tandus. Daun yang kecil menyebabkan kecepatan transpirasi menurun sehingga air dalam jaringan spon dapat disimpan lebih lama.[7]

Bioma padang rumput

sunting

Bioma Padang Rumput mencakup daerah tropis sampai dengan daerah yang memiliki iklim sedang. Jenis bioma padang rumput dapat ditemukan di Hungaria, Rusia Selatan, Asia Tengah, Amerika Selatan, dan Australia. Bioma padang rumput memiliki curah hujannya yang berkisar antara 25–50 cm per tahun. Sedangkan di beberapa daerah lainnya, curah hujannya dapat mencapai 100 cm per tahun. Penurunan tingkatan curah hujan terjadi secara tidak teratur sehingga porositas dan drainase kurang baik. Dampak dari ketidakteraturan curah hujan ini ialah tumbuh-tumbuhan sulit untuk menyerap air.[6]

Pada padang rumput hampir tidak ditemukan pepohonan. Bioma padang rumput hanya terdiri dari tumbuhan terna dan rumput. Tanaman yang tumbuh di bioma padang rumput tumbuh dengan bergantung pada kelembapan. Di padang rumput, vegetasi yang paling banyak ditemukan adalah rerumputan. Di daerah padang rumput yang basah, ukuran rumput yang hidup dapat mencapai tiga meter, misalnya rumput Bluestem dan kacang Sorghastrum. Di daerah padang rumput yang kering, ukuran rumput sangat pendek, misalnya rumput Grama biru dan rumput kerbau. Ketinggian rerumputan dipengaruhi sepenuhnya oleh jumlah curah hujan secara berbanding lurus.[8]

Bioma Sabana

sunting

Bioma sabana merupakan padang rumput yang terletak di iklim tropis dan sub-tropis. Selain itu, bioma sabana juga berbentuk hutan dengan beragam tanaman semak, pohon tunggal atau pohon kanopi. Bioma sabana termasuk kawasan lahan terbuka yang ditandai dengan iklim kering, semi kering atau semi-lembap.[9] Pada sabana yang memiliki curah hujan yang rendah, tanaman akan melakukan vegetasi menjadi semak belukar. Sebaliknya, pada daerah dengan curah hujan yang tinggi, vegetasi tanaman akan berubah menjadi hutan basah. Di sabana, vegetasi tanaman yang sering ditemukan yaitu tumbuhan berkayu, tumbuhan herba, dan beragam spesies legum. Tumbuhan berkayu yang umum ditemukan ialah akasia, sulur karet, kacang polong, tahi ayam, dan kaktus centong. Sedangkan tumbuhan herba yang sering ditemukan antara lain digitaria, rumput anjan, sangketan, rumput wortel, dan bunga pensil.[10]

Bioma es laut

sunting

Bioma es laut merupakan bioma yang terletak di dalam es laut atau di atas air laut beku yang mengapung. Pembentukan bioma es laut merupakan hasil interaksi semua organisme laut dari lautan kutub.[11]

Bioma hutan tropis

sunting

Bioma hutan tropis adalah bioma yang selalu menerima guyuran hujan sepanjang tahun dengan curah hujan yang tinggi. Hutan tropis terletak di wilayah tropis dalam garis lintang 23,5oLU hingga 23,5oLS. Curah hujan pada hutan tropis dapat mencapai 2000 mm per tahun. Vegetasi tumbuhan di dalam hutan tropis lembab memiliki daun yang lebar dan pohon tinggi yang rapat sehingga terdapat kanopi. Jarak antarpohon sangat dekat dan pohon-pohon memiliki diameter yang lebar sehingga sinar matahari tidak menembus sampai ke lantai hutan. Suasana hutan tropis cukup gelap dan terasa lembab. Hutan tropis menjadi penghasil dari 40% oksigen yang ada di bumi. Selain itu, hutan tropis merupakan penyimpan cadangan karbon dunia.[12]

Berbagai jenis tanaman dapat tumbuh di hutan tropis yang lembab. Pertumbuhan tanaman didukung oleh sinar matahari yang cukup, air, dan curah hujan yang cukup. Ketinggian pohon-pohon utama di hutan tropis mencapai ketinggian 20–40 meter. Daun pohon selalu hijau, lebar dan lebat. Hutan tropis lembab menjadi habitat bagi sebagian besar flora dan fauna di dunia. Keanekaragaman hayati dan keberagaman fauna di dalam hutan tropis sangat tinggi. Jenis binatang yang umumnya hidup di hutan tropis yaitu mamalia, reptil, burung, amfibi, dan serangga.[13] Di Bumi terdapat tiga zona utama dari hutan tropis yaitu zona Amerika Selatan, zona Asia Tenggara, dan Zona Afrika. Zona Amerika Selatan terbentang dari Veracruz, Karibia, bagian selatan sungai Orinoko dan Basin Amazon, Andes, Ekuador, dan Peru. Zona Asia Tenggara meliputi Indochina, Myanmar, Papua Nugini, barat daya India dan Queensland. Zona Afrika melingkupi Basin Zaire sebagai pusatnya, sedangkan bagian terluarnya mencakup Dahomey hingga ke Sierra Leone (batas selatan) dan Madagaskar (batas barat).[14]

Bioma hutan gugur

sunting

Bioma hutan gugur memiliki tanaman dengan daun yang meranggas pada musim dingin. Keberadaan bioma hutan gugur dapat ditemukan di kawasan Amerika Serikat, Eropa Barat, Asia Timur, dan Chili. Bioma hutan gugur memiliki curah hujan yang merata sepanjang tahun, terdapat empat pembagian musim, dan keanekaragaman hayati yang rendah. Curah hujan pada bioma hutan gugur berkisar antara 75–100 cm per tahun. Bioma hutan gugur mengalami musim panas, musim dingin, musim gugur, dan musim semi. Pada musim panas, bioma hutan gugur menerima energi radiasi matahari dan curah hujan yang tinggi serta tingkat kelembapan yang tinggi. Kondisi ini mengakibatkan pohon-pohon tinggi tumbuh dengan baik, tetapi daun pohon tidak tumbuh dengan lebat sehingga cahaya masih dapat menembus ke lantai hutan.[15]

Bioma hutan gugur sebagian besar dihuni oleh burung, serangga, bajing, dan rakun. Radiasi sinar matahari mulai berkurang pada saat menjelang musim dingin sehingga suhu lingkungan mulai menurun. Menjelang musim dingin, tumbuhan mulai mengalami perubahan secara fisik. Daun tumbuhan mulai berubah menjadi merah atau cokelat karena kesulitan mendapatkan air. Pada musim gugur, daun-daun pepohonan mulai berguguran. Pada saat musim dingin, tumbuhan tidak dapat melakukan kegiatan fotosintesis sehingga seluruh daunnya tidak dapat tumbuh. Selain itu, hewan-hewan yang ada di dalam bioma hutan gugur juga melakukan hibernasi pada musim dingin. Suhu lingkungan kembali meningkat pada musim semi. Menjelang musim panas, peningkatan suhu kemudian mencairkan salju tumbuhan mulai berdaun kembali.[16]

Jenis pohon di hutan gugur berkisar antara sepuluh hingga dua puluh jenis. Jarak antarpohon tidak terlalu rapat. Daun-daun pepohonan sebagian besar tumbuh lebar, dan mengalami perubahan warna menjadi merah keemasan pada musim gugur. Pada musim dingin, daun-daun pepohonan berguguran. Jenis pohon yang banyak ditemukan dalam bioma hutan gugur ialah pohon oak, hikori, pohon mapel, populus, dan sikamor.[17] Pada hutan gugur, vegetasi tanaman dibedakan menjadi lima zona. Zone pertama melingkupi kanopi hutan dengan pohon-pohon dengan tinggi antara 60 meter sampai 100 meter. Zona pertama dihuni oleh oak, fagus, mapel, kastanya, hikori, elm, pohon saru, pohon linden, dan karet manis. Zona kedua dihuni oleh pepohonan yang berukuran kecil dan berusia muda. Tanaman pada zona kedua lebih mampu beradaptasi terhadap kondisi teduh. Zona kedua terdiri atas pohon-pohon dengan ukuran yang pendek. Zona ketiga merupakan zone semak. Tanaman yang tumbuh meliputi atas bunga laurel, rhododendron, azalea, dan Beri hakel. Zona keempat adalah zona tanaman herbal yang dihuni oleh bunga-bunga liar, lumut dan pakis. Zone kelima disebut sebagai zona tanah yag terdiri atas lumut kerak dan lumut.[18]

Bioma hutan taiga

sunting

Bioma hutan taiga banyak ditemukan di daerah antara subtropika dengan daerah kutub, terutama di Skandinavia, Rusia, Siberia, Alaska, dan Kanada. Pada bioma hutan taiga terdapat perbedaan antara suhu musim panas dan musim dingin yang cukup tinggi. Suhu lingkungan sangat tinggi ketika musim panas suhu begitu tinggi dan sangat rendah pada musim dingin. Tanaman mengalami pertumbuhan selama musim panas yang berlangsung hingga 6 bulan. Tanaman yang sering dijumpai di dalam bioma hutan taiga yaitu pohon berdaun jarum atau pohon konifer. Jenis pohon konifer yang ditemukan terutama pinus merkusi. Bioma hutan taiga memiliki keanekaragaman tumbuhan yang rendah sehingga termasuk ke dalam jenis hutan homogen. Jenis vegetasinya dan jenis pohom hampir seragam. Sepanjang tahun, tanaman tumbuh dengan subur dan berdaun meskipun musim dinginnya memiberikan suhu lingkungan yang sangat rendah.[19] Fauna yang terdapat di bioma hutan taiga adalah beruang hitam, ajak, serigala. Pada musim dingin, bioma hutan taiga memperoleh tambahan fauna berupa burung-burung yang bermigrasi ke daerah tropis. Selain itu, terdapat tupai dan mamalia kecil yang melakukan hibernasi pada saat musim dingin.[20]

Bioma hutan taiga memiliki suhu lingkungan yang sangat berbeda pada musim yang berbeda. Besarnya perbedaan nilai suhu membuat vegetasi tanaman sangat tidak beragam dan hanya beberapa jenis tanaman yang dapat tumbuh. Pada bioma hutan taiga jarng ditemukan semak dan tumbuhan basah. Sebagian besar bioma hutan taiga dihuni oleh konifer. Jenis konifer yang ditemukan di dalam bioma hutan taiga umumnya memiliki tajuk yang mengerucut. Pepohonan hanya memiliki sedikit percabangan di bagian atas. Pada percabangan di bagian bawah, bentuknya melebar ke arah sampan. Jenis-jenis tumbuhan konifer yang ditemukan pada bioma hutan taiga yaitu cemara, aspen, alder, betula, dan juniper.[21]

Bioma tundra

sunting

Bioma tundra memiliki iklim kutub karena terletak di kawasan lingkungan Kutub Utara. Ciri utama dari tundra adalah tundra adalah dataran yang tidak memiliki pohon. Tanaman yang tumbuh dalam bioma tundra sebagian besar adalah lumut dan lumut kerak. Tanaman lain yang ada di dalam bioma tundra memiliki jumlah yang sangat sedikit yaitu rerumputan dan tanaman berbunga dengan ukuran yang kecil. Bioma tundra merupakan wilayah yang memiliki musim dingin yang sangat lama sehingga hanya mendapat sedikit energi radiasi matahari. Musim dingin dapat berlangsung selama 9 bulan sehingga suasana di dalam bioma tundra selalu gelap. Pertumbuhan tanaman terjadi di musim panas yang hanya berlangsung selama 3 bulan. Pada bioma tundra terdapat dua fauna khas yaitu muskox dan rusa kutub.[20]

Bioma tundra dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu tundra Arktik dan tundra alpin. Tundra Arktik terletak di sekitar Kutub Utara dan merupakan bioma termuda di dunia. Wilayah tundra Arktik meluas ke arah selatan hingga ke hutan konifer dari taiga. Tundra alpin berada pada ketinggian yang relatif tinggi di atas pegunungan yang dingin di seluruh dunia. Salah satu wilayah tundra alpin adalah di puncak pegunungan Jayawijaya (Papua). Pada tundra alpi, pohon sangat sulit mengalami pertumbuhan karena tanahnya tidak memiliki nutrisi yang cukup.[22]

Ketinggian pertumbuhan tanaman di dalam bioma tundra hanya mencapai ketinggian semak pada umumnya. Tumbuhan yang banyak terdapat di daerah ini termasuk dalam jenis lumut, terutama spagnum dan lumut kerak. Warna bunga dari tumbuhan yang tumbuh di daerah tundra biasanya sangat mencolok. Masa pertumbuhan tanaman juga sangat pendek. Pada daerah-daerah tertentu di dalam bioma tundra tumbuh beberapa jenis tanaman tertentu. Daerah yang berawa sebagian besar ditumbuhi oleh rumput teki, rumput kapas, dan gundukan gambut. Semak salik dan betula tumbuh pada daerah cekungan yang basah seperti di Greenland. Daerah yang agak kering ditumbuhi lumut, teki-tekian, tumbuhan Ericeceae, dan beberapa tumbuhan yang berdaun agak lebar. Sedangkan umut kerak dan alga tumbuh pada lereng-lereng batu.[22]

Bioma hutan bakau

sunting

Bioma hutan bakau banyak ditemukan di sepanjang pantai yang landai. Iklim kawasannya terletak di daerah tropik dan subtropik. Jenis tumbuhan yang banyak ditemukan pada bioma hutan bakau adalah bakau. Pada bioma hutan bakau juga ditemukan api-api dan pidada merah.[23] Bioma hutan bakau memiliki kadar garam di dalam air dan tanah yang tinggi. Sebaliknya, kadar oksigen di dalam air dan tanah yang rendah. Bioma hutan bakau sangat mudah terkena banjir saat air pasang. Saat air surut, tanahnya menjadi becek dan berlumpur.[20]

Lingkungan bioma hutan bakau dikelilingi oleh air yang banyak. Namun, tanaman hutan bakau sulit menyerap air karena kondisi kadar garam yang tinggi. Kurangnya air yang dapat diserap membuat tumbuhan hutan bakau mempunyai dedaunan yang tebal dan kaku. Bentuk daun ini bertujuan untuk mencegah penguapan yang terlalu besar melalui lapisan kutikula. Tanaman hutan bakau juga memiliki akar napas untuk menyesuaikan diri dengan kadar oksigen rendah. Akar napas berfungsi menyerap oksigen langsung dari udara.[24]

Bioma hutan lumut

sunting

Bioma hutan lumut banyak ditemukan di lereng gunung atau pegunungan. Hutan lumut terbentuk di kawasan yang berada pada batas kondensasi uap air. Tumbuhan yang banyak ditemukan pada bioma hutan lumut adalah lumut. Pertumbuhan lumut terjadi di pemukaan tanah, bebatuan, dan batang-batang pohon berkayu. Hutan lumut memiliki pohon-pohon yang tertutup oleh lumut. Bioma hutan lumut memiliki kelebapan yang tinggi dan suhu yang rendah. Kondisi ini menyebabkan embun selalu terbentuk dan hampir terjadi hujan sepanjang hari.[15]

Bioma hutan musim

sunting

Bioma hutan musim terdiri dari pepohonan yang tahan dari kekeringan. Jenis pepohonannya termasuk dalam tumbuhan tropofit yang mampu menyesuaikan diri terhadap keadaan kering dan keadaan basah. Pada musim kering, bentuk daun pada tanaman di dalam bioma hutan musim adalah meranggas. Sebaliknya, pada musim hujan, tumbuhan bioma hutan musim memiliki daun yang lebat.[25] Penamaan hutan musim disesuaikan dengan nama jenis pohonnya, misalnya hutan jati dan hutan angsana. Jenis hutan hutan musim banyak ditemukan di Indonesia, khususnya di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Jenis fauna yang banyak ditemukan di dalam hutan musim adalah harimau, rusa, dan babi hutan.[26]

Lihat pula

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ The World's Biomes, Retrieved August 19, 2008, from University of California Museum of Paleontology
  2. ^ Youle, Merry; Haynes, Matthew; Rohwer, Forest (2012). Scratching the Surface of Biology’s Dark Matter. In: G. Witzany (Ed). Viruses: Essential Agents of Life. Dortrecht, Springer, pp. 61-81.
  3. ^ Aldrian dan Sucahyono S. 2013, hlm. 16.
  4. ^ Jayadi 2015, hlm. 106.
  5. ^ Zid dan Hardi 2018, hlm. 4-5.
  6. ^ a b Zid dan Hardi 2018, hlm. 5.
  7. ^ Jayadi 2015, hlm. 113.
  8. ^ Jayadi 2015, hlm. 111.
  9. ^ Aldrian dan Sucahyono S. 2013, hlm. 137.
  10. ^ Jayadi 2015, hlm. 110.
  11. ^ Aldrian dan Sucahyono S. 2013, hlm. 138.
  12. ^ Subagiyo, dkk. 2019, hlm. 1.
  13. ^ Subagiyo, dkk. 2019, hlm. 1-2.
  14. ^ Jayadi 2015, hlm. 106-107.
  15. ^ a b Zid dan Hardi 2018, hlm. 8.
  16. ^ Zid dan Hardi 2018, hlm. 8-9.
  17. ^ Jayadi 2015, hlm. 115.
  18. ^ Jayadi 2015, hlm. 115-116.
  19. ^ Zid dan Hardi 2018, hlm. 9.
  20. ^ a b c Zid dan Hardi 2018, hlm. 10.
  21. ^ Jayadi 2015, hlm. 117.
  22. ^ a b Jayadi 2015, hlm. 119.
  23. ^ Subagiyo, dkk. 2019, hlm. 46.
  24. ^ Zid dan Hardi 2018, hlm. 10-11.
  25. ^ Zid dan Hardi 2018, hlm. 7.
  26. ^ Zid dan Hardi 2018, hlm. 7-8.

Daftar pustaka

sunting
  1. Aldrian, E., dan Sucahyono S., D. (2013). Kamus Istilah Perubahan Iklim (PDF). Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika.  [pranala nonaktif permanen]
  2. Jayadi, Edi Muhammad (2015). Ekologi Tumbuhan (PDF). Mataram: Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Mataram. ISBN 978-602-74071-0-7. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2020-03-31. Diakses tanggal 2020-12-25. 
  3. Subagiyo, dkk. (2019). Literasi Hutan Tropis Lembab dan Lingkungannya (PDF). Samarinda: Mulawarman University Press. ISBN 978-623-7480-16-7. 
  4. Zid, M., dan Hardi, O. S. (2018). Biogeografi (PDF). Jakarta Timur: PT Bumi Aksara. ISBN 978-602-444-470-9.