Bank Syariah Indonesia
Bank Syariah Indonesia (IDX: BRIS; disingkat BSI) adalah bank di Indonesia yang bergerak di bidang perbankan syariah. Bank ini diresmikan pada tanggal 1 Februari 2021 pukul 13.00 WIB atau bertepatan dengan tanggal 19 Jumadilakhir 1442 H. Bank ini merupakan hasil penggabungan antara Bank Syariah Mandiri, Bank BNI Syariah, dan BRIsyariah. Bank ini pun menjadi bank syariah milik HIMBARA (Himpunan Bank Milik Negara), dengan mayoritas sahamnya dipegang oleh Bank Mandiri, sehingga bank ini dianggap sebagai bagian dari Mandiri Group.
Sebelumnya | PT Bank Djasa Arta (1969-1994) PT Bank Jasa Arta (1994-2008) PT Bank Syariah BRI (2008-2009) PT Bank BRIsyariah Tbk (2009-2021) |
---|---|
Perusahaan publik | |
Kode emiten | IDX: BRIS |
Industri | Perbankan syariah |
Pendahulu | UUS Bank Rakyat Indonesia Bank Syariah Mandiri Bank BNI Syariah |
Didirikan | 1 Februari 2021 |
Pendiri | Pemerintah Indonesia |
Kantor pusat | The Tower, Jl. Gatot Subroto No. 27 Kelurahan Karet Semanggi, Setiabudi, Jakarta Selatan Jakarta, Indonesia |
Tokoh kunci | Hery Gunardi (Direktur Utama) Adiwarman Azwar Karim (Komisaris Utama) |
Pendapatan | Rp 23,3 Triliun (2022) |
Rp 4,26 Triliun (2022) | |
Total aset | Rp 305,73 Triliun (2022) |
Total ekuitas | Rp 33,51 Triliun (2022) |
Pemilik |
|
Situs web | bankbsi |
Sejarah
suntingBank ini memulai sejarahnya pada tanggal 3 Juli 1969 dengan nama PT Bank Djasa Arta dan berkantor pusat di Jalan Suniaradja no. 24B, Bandung, dengan pemilik awalnya terdiri dari Sabas Gunawan, Lilis Surjati, Lies Harjati dan beberapa pemegang saham lain.[2] Belakangan, kantor pusatnya pindah ke Jalan Suniaraja No. 82, dan di tahun 1988, Bank Djasa Arta tercatat memiliki 4 kantor cabang serta dikelola oleh Darmawan Tanudjaja dkk.[3] Di tanggal 5 Januari 1990, bank ini diakuisisi 51% sahamnya oleh Awong Hidjaja, pemilik perusahaan tekstil Panasia, dengan sisanya dimiliki beberapa pemegang saham lain.[4][5]
Namanya kemudian berganti menjadi PT Bank Jasa Arta sejak tahun 1994. Sempat juga bank ini di tahun 1997 akan berganti nama lagi sesuai nama induknya menjadi Bank Panasia Internasional, namun batal.[2] Pada tahun 2007, Bank Jasa Arta termasuk bank kecil dengan hanya memiliki 6 kantor cabang,[6] aset Rp 250,1 miliar,[7] dan tercatat sempat merugi.[8] Demi memenuhi Arsitektur Perbankan Indonesia, Bank Jasa Arta pada 2007 sempat menjajaki rencana merger dengan Bank Harfa dan Bank Mitraniaga, dimana bank hasil merger ketiganya akan bermodal Rp 100 miliar dan dimiliki eks-ketiga pemegang saham bank tersebut secara bersamaan.[9]
Sementara itu, Bank Rakyat Indonesia (BRI) sejak Desember 2001 sudah memiliki unit usaha syariah (UUS)-nya sendiri demi memenuhi keinginan pasar.[10] UUS ini pada tahun 2007 bertumbuh cukup lambat, namun sudah mencatatkan aset Rp 1,14 triliun dan dana pihak ketiga Rp 376 miliar.[6] Belakangan, untuk mengembangkan bisnis perbankan syariahnya, BRI merencanakan spin-off pada UUS-nya itu menjadi bank syariah.[11] Tindakan ini ditempuh setelah manajemen BRI melihat bank syariah lebih memiliki potensi untuk bertumbuh lebih tinggi dibanding UUS.[12] Untuk memuluskan rencana ini, BRI kemudian mulai membidik dua bank kecil untuk diakuisisi, yaitu PT Bank Jasa Arta dan PT Bank Harmoni Internasional.[13]
Akhirnya, di bulan Juni 2007, BRI memutuskan akan membeli Bank Jasa Arta.[13] Akuisisi kemudian resmi dilakukan di tanggal 19 Desember 2007, dengan BRI mengambilalih PT Bank Jasa Arta dari tangan Awong Hidjaja dan dua perusahaan miliknya (PT Panasia Synthetic Abadi dan PT Panasia Intertraco)[7] seharga Rp 61 miliar. Rencananya, bank syariah milik BRI ini akan memiliki 51 cabang, 45 dari eks-UUS BRI dan 6 dari eks-Bank Jasa Arta serta beraset Rp 1,8 triliun. Setelah mendapat izin usaha dari Bank Indonesia melalui surat no. 10/67/Kep.GBI/DPG/2008 tertanggal 16 Oktober 2008, Bank Jasa Arta resmi berganti nama menjadi PT Bank Syariah BRI pada tanggal 17 November 2008 dengan status berubah dari sistem konvensional ke syariah.[14][15] Di tanggal 19 Desember 2008, BRI meneken akta pemisahan UUS BRI dan penggabungannya ke dalam bank ini, yang selanjutnya mulai berlaku sejak 1 Januari 2009.[7] Pasca penggabungan itu, nama Bank Syariah BRI diganti lagi menjadi PT Bank BRIsyariah, efektif sejak 15 Desember 2009.[2] Beberapa tahun kemudian, tepatnya di tanggal 9 Mei 2018, bank ini resmi melantai di Bursa Efek Indonesia.[16]
Pada tahun 2020, rencana penggabungan Bank Syariah Mandiri dan BNI Syariah ke dalam perusahaan ini disetujui oleh para pemegang sahamnya,[17] dan sebelumnya manajemen ketiga bank sudah menyepakati rencana merger di tanggal 12 Oktober 2020.[18] BRIsyariah akan menjadi surviving entity dan dua bank syariah lain melebur ke dalamnya; hal ini dilakukan karena bank tersebut merupakan satu-satunya bank syariah anak usaha BUMN yang sudah go public sehingga prosesnya diharapkan lebih mudah. Saat itu, belum diputuskan nama baru BRIsyariah pasca-merger, namun dirumorkan akan bernama "Amanah Bank".[19] Belakangan, setelah mendapat izin dari OJK dengan Nomor: SR-3/PB.1/2021 tertanggal 27 Januari 2021, PT Bank BRIsyariah Tbk resmi berganti nama menjadi "PT Bank Syariah Indonesia Tbk", dan dua bank syariah lainnya (Bank Syariah Mandiri dan Bank BNI Syariah) resmi melebur ke dalam bank ini pada tanggal 1 Februari 2021. Pada hari yang sama, juga diadakan peluncuran nama dan logo baru BSI ke publik.[20] Merger ini diperkirakan akan menghasilkan bank syariah terbesar di Indonesia dan salah satu yang terbesar di dunia berdasarkan kapitalisasi pasar.[18]
Saat ini, BSI tengah mempersiapkan perubahan statusnya dari anak usaha Bank Mandiri menjadi bank BUMN/milik pemerintah (kelima); rencananya, pemerintah akan memegang saham dwiwarna A.[21] Selain itu, tengah disiapkan juga sebuah super app perbankan digital yang direncanakan akan diluncurkan di awal 2023.[22] Ada juga rencana rights issue di kuartal-III 2022 sebesar Rp 5 triliun yang diharapkan mampu meningkatkan pasar perbankan syariah dan memenuhi kewajiban free float di bursa saham.[23] Adapun rights issue telah dilakukan pada 19-23 Desember 2022, dengan melibatkan 4,99 miliar saham dan meraup dana Rp 5 triliun.[1]
Produk
suntingTabungan
sunting- BSI Tabungan Easy Mudharabah
- BSI Tabungan Easy Wadiah
- BSI Tabungan Bisnis
- BSI Tabungan Haji
- BSI Tabungan Haji Muda
- BSI Tabungan Efek Syariah
- BSI Tabungan Junior
- BSI Tabungan Mahasiswa
- BSI Tabungan Payroll
- BSI Tabunganku
- BSI Tabungan Pendidikan
- BSI Tabungan Pensiun
- BSI Tabungan Prima
- BSI Tabungan Rencana
- BSI Tabungan Simpanan Pelajar
- BSI Tabungan Smart
- BSI Tabungan Valas
- BSI Tabungan Kolektif
Giro
sunting- BSI Giro Rupiah
- BSI Giro Valas
Pembiayaan
sunting- BSI Bilateral Financing
- BSI Cash Collateral
- BSI Distributor Financing
- BSI Griya Hasanah
- BSI Griya Simuda
- BSI Griya Mabrur
- BSI Griya Take Over
- BSI KUR Sejahtera
- BSI KUR Mikro
Kartu
sunting- Kartu Debit
- BSI Kartu Haji
- BSI Debit GPN
- BSI Debit VISA
- BSI Debit SaBi
- BSI Debit OTP
- BSI Debit SimPel
- Kartu Kredit
- BSI Hasanah Card
Digital
suntingStruktur organisasi
suntingDewan Komisaris
sunting- Komisaris Utama: Adiwarman Azwar Karim
- Wakil Komisaris Utama: Muhammad Zainul Majdi
- Komisaris: Suyanto, Masduki Baidlowi, Imam Budi Sarjito, Sutanto
- Komisaris Independen: Bangun Sarwito Kusmulyono, M. Arief Rosyid Hasan, Komaruddin Hidayat
Direksi
sunting- Direktur Utama: Hery Gunardi
- Wakil Direktur Utama: Bob Tyasika Ananta
- Direktur Treasury & International Banking: Moh. Adib
- Direktur Wholesale Transaction Banking: Zaidan Novari
- Direktur Retail Banking: Ngatari
- Direktur Sales & Distribution: Anton Sukarna
- Direktur Information Technology: Saladin D Effendi
- Direktur Risk Management: Tiwul Widyastuti
- Direktur Compliance & Human Capital: Tribuana Tunggadewi
- Direktur Finance & Strategy: Ade Cahyo Nugroho
Dewan Pengawas Syariah
sunting- Ketua: Dr. KH. Hasanudin, M.Ag
- Anggota: Prof. DR. KH. Didin Hafidhuddin, M.Sc, Dr. H. Mohamad Hidayat, Dr. H. Oni Sahroni, MA
Peristiwa
suntingPada 8 Mei 2023 sistem BSI lumpuh akibat ransomware[24], sistem BSI baru bisa kembali normal pada 10 Mei 2023.[25]
Lihat pula
suntingPranala luar
suntingReferensi
sunting- ^ a b BSI (BRIS) Penuhi Aturan Free Float, Tinggal 2 Emiten Bank Besar Ini yang Belum
- ^ a b c Prospektus bris 2018
- ^ Banks and Financial Institutions in Indonesia Directory
- ^ Who Disciplines Indonesian Banks?: A Study of Market Discipline in Indonesia, 1980-1999
- ^ Perbankan Indonesia pasca krisis: analisis, prospek, dan profil
- ^ a b Jilid Buku Islam; Gebyar Bisnis Syariah
- ^ a b c Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
- ^ Bank Syariah BRI Hadir Akhir Juni
- ^ Dunia EKUIN dan PERBANKAN, Volume 20,Masalah 11-12
- ^ Suara muhammadiyah, Volume 89,Masalah 17-24
- ^ Unit Syariah Dilepas, BRI Balik ke Bisnis Konvensional
- ^ RationaleofAcquistionRevBRI-ArtaJasa.pdf - PT BANK RAKYAT...
- ^ a b BRI Akuisisi Bank Jasa Artha
- ^ "Sejarah BRI Syariah". BRI Syariah. Diakses tanggal 3 Februari 2021.[pranala nonaktif permanen]
- ^ Bank Syariah BRI Siap November
- ^ Fauzia, Mutia (9 Mei 2018). "BRI Syariah Resmi Melantai dengan Kode Efek BRIS". Kompas.com. Diakses tanggal 8 Oktober 2021.
- ^ Akbar, Caesar (15 Desember 2020). "Resmi, RUPSLB BRI Syariah Sepakati Merger Bank Syariah BUMN". Tempo.co. Diakses tanggal 8 Oktober 2021.
- ^ a b Jadi Surviving Entity, BRIS Terima Peleburan Dua Bank Syariah BUMN
- ^ BRIS Ditunjuk Jadi Survival Entity karena Hal Ini
- ^ Hutauruk, Dina Mirayanti (1 Februari 2021). "Bank Syariah Indonesia resmi beroperasi hari ini, simak prospek bank syariah ke depan". Bisnis.com. Diakses tanggal 3 Februari 2021.
- ^ RUPST Setujui Saham Dwiwarna, BSI Siap-SIap Jadi BUMN
- ^ BSI (BRIS) Bakal Luncurkan Super App Awal 2023, Mundur dari Rencana
- ^ BSI Bakal Rights Issue Rp 5 Triliun pada Kuartal III 2022
- ^ "Apa itu Ransomware yang Diduga Bikin BSI Eror, M-Banking hingga ATM?". kumparan.com. 2023-05-12. Diakses tanggal 2023-06-06.
- ^ "Direktur Utama BSI: Seluruh Layanan BSI Sudah Kembali Normal". tempo.co. 2023-05-11. Diakses tanggal 2023-06-06.