Ali Akbar
Artikel ini membutuhkan rujukan tambahan agar kualitasnya dapat dipastikan. |
Ali Akbar (12 Agustus 1915 – 24 Juni 1994) adalah seorang pengajar, dokter dan ulama Indonesia. Ia aktif menulis dan berbicara dari mimbar ke mimbar menyuarakan tentang masalah perkawinan dan kehidupan rumah tangga yang baik. Ia dikenal sebagai konselor perkawinan pada lembaga Badan Penasehat Perkawinan dan Penyelesaian Perceraian (BP4) sejak ia bergabung dengan lembaga tersebut pada tahun 1973. Ali Akbar juga pernah menjadi anggota DPR-RI dan mengajar sebagai dosen di Universitas Indonesia (UI) dan Sekolah Tinggi Kedokteran YARSI di Jakarta.[1]
Ali Akbar | |
---|---|
Lahir | Bukittinggi, Sumatera Barat, Hindia Belanda | 12 Agustus 1915
Meninggal | 24 Juni 1994 Jakarta | (umur 78)
Pekerjaan | |
Riwayat
suntingPendidikan
suntingAli Akbar lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat dari lingkungan keluarga yang taat beragama. Ia mengawali pendidikan agamanya dengan mengaji Al-Quran sampai khatam sebelum masuk madrasah diniyah di surau Syekh Muhammad Jamil Jambek. Bersamaan dengan itu, Ali Akbar juga menjalani pendidikan formal di HIS, Bukittinggi. Selanjutnya ia sekolah di Ambachtsschool dan MULO, juga di Bukittinggi. Pada tahun 1934 ia tamat dari MULO, lalu meneruskan pendidikannya ke sekolah dokter di Surabaya sampai tahun 1942, dan menyelesaikannya di Ika Daigaku (Sekolah Dokter Tinggi) di Jakarta pada tahun 1943.
Karier
suntingDua tahun setelah mendapatkan gelar dokter, ia mulai berkarier di Painan, Pesisir Selatan, Sumatra Tengah (kini Sumatera Barat). Tiga tahun kemudian, yaitu pada tahun 1948 ia diangkat menjadi anggota Dewan Penasehat Gubernur Militer Sumatra Tengah dan sekretaris lokal Joint Committee III sampai tahun 1950. Selanjutnya kariernya pun meningkat dengan ditugaskan ke Mekkah, Arab Saudi sebagai dokter di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) sampai tahun 1954.
Pada tahun 1955, setahun setelah kepulangannya ke tanah air, Ali Akbar berkarier sebagai anggota DPR RI. Pada masa ini ia sempat ditugaskan sebagai ketua misi Parlemen RI dalam kunjungan ke Iran pada tahun 1955 serta wakil ketua misi ulama Islam ke Tiongkok pada tahun 1956. Pada tahun 1960 Ali Akbar menyelesaikan tugasnya sebagai anggota DPR RI. Kariernya kemudian berlanjut dengan aktif kembali sebagai pegawai di Departemen Kesehatan RI. Ia ditempatkan di bagian fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Disamping menjadi dosen di Universitas Indonesia, Ali Akbar juga diangkat menjadi Ketua Majelis Pertimbangan Kesehatan dan Syara', lalu pada tahun 1966 diangkat menjadi Lektor Kepala Ilmu Faal FKUI. Pada masa inilah ia mendapat penghargaan Satyalancana Kebaktian Sosial dari pemerintah. Pada tahun yang sama, Ia terpilih menjadi ketua Yayasan Rumah Sakit Islam Indonesia (YARSI) sekaligus merangkap sebagai dekan Sekolah Tinggi Kedokteran YARSI di Jakarta.
Pada tahun 1973, setelah ia pensiun sebagai pegawai, Ali Akbar bergabung pada lembaga Badan Penasehat Perkawinan dan Penyelesaian Perceraian (BP4) dan mengabdikan diri sebagai konselor perkawinan pada lembaga tersebut serta dipercaya menjadi redaktur khusus majalah Nasihat Perkawinan terbitan BP4 sampai tahun 1980. Ali Akbar banyak menulis artikel mengenai masalah perkawinan dan kehidupan rumah tangga pada majalah yang dipimpinnya itu.
Meninggal dunia
suntingAli Akbar yang juga dikenal sebagai ulama itu meninggal dunia di Jakarta pada tanggal 24 Juni 1994, dalam usia 78 tahun.
Penghargaan
suntingReferensi
suntingCatatan Kaki
sunting- ^ "Ali Akbar, Dokter yang Ulama" Republika Online, 14 Oktober 2008. Diakses 30 Juli 2013.
Pranala luar
sunting- "Indonesian Muslim" Diarsipkan 2014-02-22 di Wayback Machine. Islaminindonesia.com. Diakses 20 Juli 2015.
- "Tokoh Islam di Indonesia Abad XIX - XX" Universitas Muhammadiyah Tangerang.com. Diakses 30 Juli 2013.
- "DR.H.Ali Akbar, Menyebarluaskan Pemahaman Pendidikan Seks Sesuai Tuntunan Islam"[pranala nonaktif permanen] Salimah.or.id. Diakses 30 Juli 2013.