Bolshevik

faksi dari Partai Buruh Demokrat Sosial Rusia Marxis
Revisi sejak 23 November 2014 12.10 oleh BP53Reza (bicara | kontrib)

Bolshevik adalah semacam fraksi pecahan dari Partai Sosial Demokrat Rusia yang muncul dalam konferensi di London pada tahun 1903.[1] Partai itu pecah menjadi dua fraksi, yakni Bolshevik ( fraksi mayoritas yang bergaris keras) dan Menshevik (fraksi minoritas yang lebih moderat).[1]

Pertemuan Partai Bolshevik. Lenin terlihat di tengah

Kaum Bolshevik adalah kelompok garis keras yang berpikir perubahan harus dimenangkan dengan senjata.[2] Dalam sejarah terbukti bahwa kelompok ini nucleus (inti perkembangan) dari Partai Komunis Rusia.[2] Sedangkan kelompok kedua, kaum Menshevik, merupakan kelompok minoritas yang kemudian menjadi kelompok sosialis moderat yang membentuk sikap bahwa perubahan harus dilakukan dengan damai.[3]

Ideologi

Sandaran ideologi dan politik kaum Bolshevik adalah Marxisme dan Leninisme seperti: “Shto Delat?” (Apa yang harus dilakukan?), “Satu Langkah ke Depan, Dua Langkah ke Belakang”, “Dua Taktik Sosial-Demokrat dalam Revolusi Demokratis.”, “Materialisme dan Empiriokritisme” dan sebagainya. [4] Dengan paham ini, Uni Soviet saat itu berhasil menjajah sebagian dari Finlandia, Estonia, Lutvia, Lithuania, Czecho-Slovakia, Polandia, Jerman Timur, dan menguasai negara-negara di Eropa Selatan dan Timur, seperti Hungaria, Bulgaria, Rumania, dan Albania.[5]

Sejarah Kemunculan

 
Lambang Partai Bolshevik

Bolshevik terbentuk dari pertemuan yang diadakan di Brussel, Belgia pada tahun 1903. Dalam pertemuan itu terdapat 57 utusan dari anggota dari dua pemahaman besar, Marxisme dan Leninisme. Dalam rapat tersebut terdapat perselisihan tentang siapa yang berhak memimpin partai Sosial Demokrat Rusia hingga berujung pada pemungutan suara namun Lenin kalah dalam pemilihan tersebut. Hasilnya, tercipta lah dua partai besar di Rusia, yaitu Menshevik (yang moderat) dan Bolshevik (yang radikal). [6]


Kegagalan Bolshevik dalam Revolusi Februari

 
Alexander Kerensky, Pemimpin pemerintahan sementara Rusia sebelum Bolshevik menyerang


Perang Dunia l memberikan dampak kerugian besar bagi Rusia baik secara militer dan ekonomi.[2] Akibatnya tingkat ketidakpuasan masyarakat terhadap pemerintahan Tsar bertambah tinggi.[2] Pemerintahan Tsar pun akhirnya digulingkan oleh kaum Menshevik di bawah pimpinan Alexander Kerensky pada Maret 1917 walaupun kaum Menshevik dan Karensky sendiri telah menduduki kursi pemerintahan sejak bulan Februari 1917.[2][7]

Mengetahaui fenomena yang terjadi pada pemerintahan Tsar di Rusia, Lenin segera pulang dari Zurich Swiss. Tiba di St. Petersburg, Lenin terkejut ketika mengetahui bahwa Bolshevik ikut bekerjasama dengan Karensky untuk menggulingkan Tsar.[7] Segera Lenin mengorganisasi kaum Bolshevik untuk menggulingkan pemerintahan sementara Karensky.[7] Lenin melakukan penyerangan pada Karensky dengan keyakinan bahwa pemerintahan sementara yang dijalankan Karensky sama sekali belum memiliki kekuatan yang cukup walaupun pemerintahan mereka telah menyentuh hingga tingkat provinsi.[6] Oleh karena itu, dia mendesak para Bolshevik untuk berusaha mengambil alih pemerintahan provinsi dan menggantinya dengan anggota komunis. [2]

Sampai beberapa bulan Rusia dikuasai oleh pemerintah sementara dengan pimpinan Alexander Kerensky. [3] Tokoh ini dengan partainya percaya, sikap hati-hati dan perubahan perlahan akan membawa pembaharuan tidak hanya bagi kelas pekerja, tapi juga bagi rakyat Rusia seluruhnya. [3] Sikap ini ditolak oleh Kaum Bolshevik, yang tetap bersikeras meyakini kebenaran kaum Marx bahwa "Perjuangan kelas harus diarahkan kepada kediktatoran proletar, satu masa peralihan untuk menghilangkan perbedaan kelas." [3] Melihat Lenin membawa kaum Bolshevik bertentangan dengan pemerintahan Menshevik, Karensky lantas memerintahkan penangkapannya. [3] Usaha yang Bolshevik lakukan pada bulan Juni pun gagal.[2]


Revolusi Oktober

Meski kegagalan terjadi pada bulan Juli, Lenin tidak patah semangat. [7] Dia kembali mengatur barisan dan merencanakan pemberontakan. [7]

Dari [[Finlandia] di bulan Oktober, Lenin menulis surat ke pemimpin partai,” Krisis itu ada di sini (Rusia, maksudnya).[3] Kita berdosa kalau kita tangguhkan. Kaum Bolshevik mampu dan harus merebut kekuasaan ke tangan mereka sendiri.” [3] Kaum Bolshevik ragu-ragu, namun akhirnya mereka bangkit. [3]

Sebelum menyerang Lenin berpidato, pidato tersebut disampaikan pada bulan September, hanya beberapa minggu sebelum kaum Bolshevik melakukan Revolusi Oktober.[8] Dalam pidato itu Lenin menyerang Pemerintahan Peralihan (Provisional Government)dan koalisi dari kelompok-kelompok politik yang telah menggulingkan rezim Tsar pada bulan Maret tahun itu. [8]

 
Para tahanan Bolshevik
 
Keadaan Petrograd waktu itu

Pada akhir tahun 1917, Petrograd dilanda kerusuhan. Para pekerja mengambil alih pabrik dan slogan Lenin “kekuasan untuk rakyat” menjadi kenyataan. Bersama dengan Leon Trotsky, pemimpin Soviet Petrograd, Lenin dan para tokoh Bolshevik lainnya segera menyusun rencana perjuangan bersenjata.[8] Pada tanggal 26 Oktober 1917, revolusi pecah di kota Petrograd. [7] Pemberontakan berhasil dan Karensky melarikan diri.Lenin menyuarakan perdamaian di dalam negeri. “Kita harus siap-siap membangun cita-cita kaum sosialis,” katanya.[7] Pada malam November 1917, Lenin memerintahkan Pasukan Merah untuk mengambil-alih institusi-institusi penting di Petrograd, termasuk kantor pusat Pemerintahan Peralihan di Istana Musim Dingin.Dan tanpa banyak perlawan, kaum Bolshevik berhasil merebut kekuasaan dalam Revolusi Oktober, yakni revolusi kedua bagi Rusia. [8] Dan pada bulan November tahun 1917 Lenin jadi kepala baru. [2] Setelah revolusi Oktober, sebagai pimpinan pertama Soviet itu Lenin sukses membawa negara Soviet melewati tahun-tahun pertamanya, termasuk melewati perang saudara antara tahun 1981 dan 1921. [8]

Perubahan Nama dan Program Pembangunan Ekonomi

Dalam sidang III Dewan Pekerja, Militer dan Petani di Petrograd Pertengahan Januari 1918, kaum Bolshevik meresmikan berdirinya Republik Soviet Rusia yang telah diproklamirkan pada sidang sebelumnya (sidang II) pada tanggal 7 November 1917 dan mengubahnya menjadi RSFSR (Rossiiskaya Sovietskaya Federativnaya Sotsialisticheskaya Respublika) atau Republik Sosialis Federasi Soviet Rusia.[4] Setelah meraih kesuksesan dan membentuk pemerintahan RSFSR, Bolshevik menyusun berbagai kebijakan baik politik maupun ekonomi untuk memperbaiki keadaan akibat revolusi dan perang.[4]

Adapun program-program Pembangunan Ekonomi Bolshevik adalah; nasionalisasi perbankan, penggabungan ke dalam bank tunggal pemerintah, nasionalisme ''trust'', sindikat yang menguasai industry-industry besar, pembentukan kontrol pekerja atas produksi dan pembagian kerja sebagai langkah persiapan nasionalisasi industri dan perdagangan.[4]

Kemudian program yang lain adalah pembentukan monopoli pemerintah atas perdagangan luar negeri, penyitaan tanah-tanah milik tuan tanah, nasionalisasi seluruh tanah, serta pembentukan Sovkhos ( perekonomian Soviet dari perkebunan-perkebunan sitaan milik tuan-tuan tanah yang berskala besar, dan mengejar ketertinggalan ekonomi negara dengan cara memacu perkembangan kekuatan produksi.[4]

Perang Saudara

Berbagai pergolakan dan pertentangan terjadi menyusul Revolusi Oktober 1917.[4] Peristiwa ini dipicu oleh perbedaan dalam memandang situasi yang terjadi di dalam negeri.[4] Perbedaan cara pandang ini pada gilirannya mengakibatkan polarisasi kekuatan dalam 2 kubu yang saling bertentangan yakni kubu Merah (Bolshevik) dan kubu Putih (kaum sosialis lainnya).[4] Perseteruan antar fraksi-fraksi sosialis itulah pada gilirannya memecah rakyat (petani) dan mngombang-ambing dalam pemihakan masing-masing.[4] Peristiwa tragis ini kemudian dikenal dengan nama Perang Saudara (Grazhdanskaya Voina).[4]

Perang saudara yang berlangsung selama sekitar dua tahun itu telah menelan korban sedikitnya tujuh setengah juta jiwa.[4] Selain tingginya korban, akibat perseteruan dua pihak, kerugian materiil yang diderita bangsa Rusia juga sangat besar.[4] Sebagai akibat dari kebijakan penghapusan kelas Borjuis yang dilancarkan kaum Bolshevik, Rusia kehilangan kelas potensial yang harusnya bisa menopang kekuatan industri.[4] Likuidasi pemilik-pemilik modal besar dan kepemilikan pribadi terjadi selama Perang saudara.[4] Nasionalisasi bidang transportasi, perhubungan, industri berat dan ringan, sistem perbankan dan sebagainya berlangsung dalam kurun waktu antara 20-30 tahun telah mengubah struktur sosial masyarakat secara drastis.[4]

Referensi

  1. ^ a b Jamal (2004). Rakkaustarina. Jakarta:PT Grasindo.Hal. 157.
  2. ^ a b c d e f g h (Indonesia)Michael Hart (2009). 100 Orang Paling Berpengaruh di Dunia Sepanjang Sejarah.Jakarta:PT Mizan Publika.Terj. Ken Ndaru. Hal 439-440, Cet. 2.
  3. ^ a b c d e f g h (Indonesia) Archer, Jules (2007).Kisah Para Diktator: Biografi Politik Para Penguasa Fasis, Komunis, Despotis, dan Tiran.Yogyakarta: Penerbit Narasi. Terj. Dimyati As Hal 33-56,Cet.17.
  4. ^ a b c d e f g h i j k l m n o Fahrurrodji, A (2005). “Rusia Baru Menuju Demokrasi”.Jakarta:Yayasan Obor Indonesia. Hal 128-135
  5. ^ Muljana, Slamet (2008).Kesadaran nasional dari Kolonialisme sampai Kemerdekaan.Yogyakarta:LKiS. Hal 156 Jilid II
  6. ^ a b Syamdani (2009).Kisah Diktator-diktator Psikopa.Yogyakarta:Penerbit Narasi. Hal 107-118
  7. ^ a b c d e f g Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama Zazuli
  8. ^ a b c d e Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama Montefiere